Anda di halaman 1dari 13

TUGAS FARMASI INDUSTRI

PREFORMULASI INJEKSI ARTESUNATE

TITIS SULASTI NINGSIH


NIM: 41170197000021

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017/2018
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Preformulasi

Preformulasi sangat penting dilakukan dalam setiap pengembangan sediaan farmasi


karena meliputi penelitian farmasetik dan analitik bahan obat untuk menunjang proses
pengembangan formulasi.
Sifat suatu sediaan dapat mempengaruhi secara bermakna kecepatan onset efek terapi
dari suatu obat, lamanya efek tersebut, dan bentuk pola absorbsi yang dicapai. Oleh karena itu
pengembangan praformulasi dan formulasi untuk suatu produk steril harus diintregasikan secara
hati – hati dengan pemberian yang dimaksud pada seorang pasien.
Sifat kimia dan fisika suatu obat harus ditentukan, interaksinya dengan tiap bahan yang
diinginkan harus dikaji, dan efek dari masing - masing tahap kestabilannya harus diselidiki dan
dimengerti.
Cangkupan studi preformulasi untuk sediaan injeksi.
1. Organoleptis
Dalam menentukan zat yang akan digunakan, dapat mengamatinya dari segi bentuk,
warna, rasa juga aroma.
2. Analisis fisikokimia
Data analitik zat aktif, yang mencakup:
- data kualitatif, data kuantitatif dan kemurnian.
- Struktur dan bobot molekul
- Suhu leburProfil
- analitik termal (suhu stabilitas)
- Higroskopisitas
- Spectra absorben
- Konstanta ionisasi.
- Aktivitas optikal

3. Sifat-sifat fisikomekanik / karakteristik fisik


Sifat-sifat fisikomekanik mencakup:
- ukuran partikel
- luas permukaan
- higroskopisitas
- aliran serbuk
- karakteristik pengempaan
- bobot jenis.
- Pengujian Mikroskopik
- Ukuran Partikel

4. Koefisien Partisi dan Konstanta Disosiasi


Koefisien Partisi berfungsi untuk menentukan ukuran lipofilisitas dari suatu senyawa.
dengan menetapkan konsentrasi kesetimbangan suatu obat dalam suatu fasa air (biasanya air) dan
suatu fasa minyak (biasanya oktanol atau chloroform) yang satu dengan lainnya berkontak pada
suhu konstan. Hal ini dipengaruhi oleh:
- Polimorfisme (Kristal atau amorf)
- Kelarutan
- Disolusi
- Kestabilan

1.2 Formulasi injeksi

Bahan-bahan yang diperlukan pada pembuatan sediaan injeksi terdiri dari:

1. Bahan aktif (obat)

2. Bahan tambahan: terdapat dua macam yaitu esensial dan non esensial

3. Bahan pembawa / pelarut Untuk membuat suatu formula, hal lain yang perlu
dipertimbangkan adalah :

- Aspek terapi (dosis, data farmakokinetika, interaksi obat dengan badan.

- Sifat fisika kimia obat

Jenis-jenis bahan tambahan yang digunakan pada formulasi sediaan injeksi, adalah :

1. Antioksidan

2. Antimikroba
3. Buffer

4. Gas inert

5. Chelating agent

6. Protectant

7. Solubilizing agent

8. Surfaktan

9. Tonisity adjusting agents

- Peralatan utama yang diperlukan pada pembuatan sediaan injeksi antara lain :

1. Peralatan mixing

2. Mat sterilisasi

3. Laminar air flow

4. Peralatan pengemas
BAB II

PREFORMULASI INJEKSI ARTESUNATE

2.1 Preformulasi Artesunate

No Parameter Data
1 Nama Kimia Dihydroartemisinine-10- α -hemisuccinate

1 Rumus kimia C 19 H 28 O 8

2 BM 384.421 g / mol

3 Pemerian bubuk kristal putih yang tidak berbau dan hampir hambar

4 Kelarutan Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dalam eter dan dalam benzene.
5 pH 5,5 – 7,0
6 OTT -
7 Cara Cara C (penyaringan) / Aseptis
sterilisasi
8 Indikasi pengobatan infeksi malaria serius dan pasien dengan malaria serebral.

9 Dosis lazim dosis 60 mg/vial melalui infus intramuscular atau intravena, Injeksi:
dosis awal 2,4 mg/kg BB per i.v, selanjutnya dengan dosis yang sama
diberikan pada jam ke-12 dan jam ke-24. Pada hari ke 2 sampai dengan
ke 5 diberikan 2,4 mg/kg BB per 24 jam.

10 Cara Dapat diberikan intramuscular dan intravena


pemakaian
11 Stabilitas Simpan injeksi Artesunate pada suhu kamar, 15-30 ° C (59-86 ° F)
penyimpanan Jauhkan dari cahaya.

2.2 Monografi bahan tambahan : Natrium bikarbonat

No. Parameter Data


1 Rumus molekul Na2CO3
2 BM 106
3 Pemerian bubuk berwarna putih atau tanpa warna, higroskopis, rasa
alkalin/pahit, dan membentuk larutan alkali yang kuat.
4 Kelarutan Tidak larut dalam etanol, aseton, Larut dalam gliserol, dimeti
lformamida ,mudah larut dalam air.
5 pH 8,3
6 Cara sterilisasi Filtrasi
7 Indikasi Pendapar
8 Stabilitas Stabil pada suhu 25-40°C, mudah higroskopis
9 Sediaan lazim tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% NaHCO3
dan kadar
10 Wadah dan Simpan ditempat yang sejuk dan kering
penyimpanan

2.3 Monografi bahan tambahan : Dekstrosa

No. Parameter Data


1 Rumus molekul C6H12O16.H2O
2 BM 198,17
3 Pemerian Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak
berbau rasa manis.

4 Kelarutan Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut
dalam etanol mendidih, sedikit larut dalam alcohol

5 OTT Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin Na dan wafarin


Na,Eritromisin, Vit B komplek ( martindale 28 hal: 21)
6 Cara sterilisasi Autoklaf

7 Indikasi Zat kalori dan zat pengisotonis

8 Stabilitas Stabil dalam bentuk larutan, dekstrosa stabil dalam keadaan


penyimpanan yang kering, dengan pemanasan tinggi dapat
menyebabkan reduksi pH dan karamelisasi dalam larutan
9 Equivalen E NaCl : 0,16 ( Sprowls hal: 187) , L : 1,9
10 Konsentrasi 2,5-11,5% untuk IV
11 Ph 3,5 – 6,5 (dalam 20%w/v larutan air)
12 Wadah dan Simpan ditempat yang sejuk dan kering
penyimpanan

2.4 Spesifikasi sediaan injeksi yang akan dibuat

No Parameter Spesifikasi Persyaratan Reverensi


yang dibuat
1. Bentuk Larutan  Pembuatan sediaan yang akan digunakan FI IV
sediaan injeksi untuk injeksi, harus dilakukan dengan hati hal (09)
hati untuk menghindari, kontaminasi
mikroba dan bahan asing.

 CPOB juga mempersyaratkan tiap wadah


akhir injeksi harus diamati satu persatu
secara fisik dan tiap wadah yang
menunjukkan pencemaran bahan asing
yang dilihat secara visual harus di tolak.

2. Bahan aktif Artesunate  Artesunat berupa bubuk kristal putih FI IV


yang tidak berbau dan hampir hambar
dengan rumus kimia C 19 H 28 O 8.
 dosis 60 mg melalui infus intramuscular
atau intravena ISO :
 Injeksi: dosis awal 2,4 mg/kg BB per i.v,
selanjutnya dengan dosis yang sama
diberikan pada jam ke-12 dan jam ke-24.
Pada hari ke 2 sampai dengan ke 5
diberikan 2,4 mg/kg BB per 24 jam.

3. Volume 60mg/1 ml  Keseragaman bobot kandungan, zat aktif FI III


sediaan ampul bentuk serbuk, dan akan di larutkan
dengan dextrose 5% ketika akan
digunakan.
4. Wadah ampul  Dalam wadah bening tidak tembus FI IV
sediaan cahaya, dosis tunggal sebaiknya dari kaca hal (40)
tipe I atau tipe II

5. Warna Jernih  Suatu cairan dinyatakan jernih jika Ilmu resep


sediaan kejernihan nya sama dengan air atau teori
pelarut yang digunakan. hal (56)
 Uji kejernihan : diperiksa dengan melihat
wadah pada latar belakang hitam putih,
kotoran, disinari dari samping.
6. Rute Intramuscular  Larutan atau suspense dalam air atau FI III
pemberian atau intravena dalam minyak, penyuntikan volume hal (13)
besar dilakukan perlahan-lahan untuk
mencegah rasa sakit.
7. Penandaan Penandaan  Nama sediaan, kadar bahan aktif, cara FI IV
bewarna pemberian, kondisi penyimpanan, hal (40)
merah. tanggal kadaluarsa, nama pabrik, no
batch, logo lingkaran merah dengan garis
tepi warna hitam dengan huruf “K”
ditengahnya
8. Tonisitas Isotonis/  Ekuivalen dengan larutan 0,9% NaCl Ilmu resep
sedikit atau dextrose 5% teori
hipertonis  Isotonis dihitung dengan cara rumus
kesetaraan NaCl, penurunan titik lebur
dan rumus White-Vincent.
9. pH 5,5 – 7,0  Agar tidak sakit saat penyuntikan pH 5,5 FI IV
– 7,0 (FI IV) hal (40)
 Cek pH larutan dengan pH indicator (pH
5,5 – 7,0).
10. Metode Sterilisasi  Cara sterilisasi dengan filtrasi (FI IV) FI IV
sterilisasi Aseptis  Atau dengan sterilisasi Aseptis hal (40)

2.5 Formulasi usulan untuk Injeksi Artesunate

Artersunat anhidrat 60 mg
Na. bikarbonat 5%
Dekstrosa 5%
Aq. Pro injeksi

- Latar belakang pemilihan formula:


 Artesunate Tidak stabil dalam larutan netral dan formulasi injeksi harus segera
disiapkan sebelum digunakan dengan penambahan larutan natrium bikarbonat 5% (b /
v) untuk menghasilkan garam sodium artesunate.
 Dekstrosa digunakan sebagai pengisotinis sekaligus cairan untuk mengganti kalori
yang banyak berkurang pada penderita malaria.

 Perhitungan volume yang akan dibuat:

Diketahui:
Volume yang ingin dibuat= 5 ampul
Volume 1 ampul= 1 ml
Rumus V = {(n + 2) v : (2 x 3) ml
Dimana
n = jumlah ampul
2 = cadangan
v = volume ampul + kelebihan volume
2x 3 ml = untuk pembilasan

Maka, V’ = 1,0 ml + 0,1 ml = 1,1 ml

V = {( 5 + 2 ) 1,1 + (2 x 3)} ml
= 13,7 ml ~ 14 ml

2.6 Perhitungan Bahan ( untuk 14 ml )

No Bahan Jumlah Perhitungan (14 ml) Penimbangan


1. Artesunat 60 mg 60 mg x 14 ml = 840 mg 840 mg
anhidrat
2. Na 5% 5/100 x 14 ml = 700 mg 700 mg
bikarbonat
3. Dektrosa 5% 5/100 x 14 ml = 700 mg 700 mg
5%
4 Aq Pi 1 ml 14 ml

2.7 Alat dan bahan dan cara sterilisasinya

Nama Bahan Cara Sterilisasi Waktu


- Artesunat -Tidak disterilkan -
( sterilisasi aseptis )

- Na bikarbonat - Filtrasi 15 menit

- Dekstrosa -Autoklaf 121°C 15 menit

- Aqua Pro Injection - Autoklaf 121°C 15 menit

Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi Waktu


Kaca Arloji 2 Autoklaf 121°C 15 menit
Batang pengaduk 1 Autoklaf 121°C 15 menit
Beacker glass 2 Autoklaf 121°C 15 menit
Erlenmeyer 2 Autoklaf 121°C 15 menit
Spatula 1 Autoklaf 121°C 15 menit
Gelas ukur 2 Autoklaf 121°C 15 menit
Corong kaca 1 Autoklaf 121°C 15 menit
Spuit jarum 1 Autoklaf 121°C 15 menit
Pipet tetes 1 Autoklaf 121°C 15 menit
Kertas saring 1 Autoklaf 121°C 15 menit
Ampul warna gelap 5 Autoklaf 121°C 15 menit

2.8 Metode pembuatan sediaan injeksi

Penyiapan Alat (pencucian, pengeringan , dan sterilisasi alat)

§ Pencucian alat
1. Alat /wadah gelas disikat dengan larutan tepol
2. Dibilas dengan air kran
3. Disemprot dengan uap
4. Ditiriskan
5. Dibilas dengan aqua deminineralisata
6. Dibilas dengan air suling yang baru dibuat

§ Pengeringan
1. Alat/ wadah gelas ditutup dengan kertas yang tembus uap air (lapis 2) untuk
menghindari debu
2. Dikeringkan dalam oven (lemari pengering) dalam keadaan terbalik (180oC selama 10
menit)

§ Sterilisasi
Alat yang sudah bersih dan kering, dibungkus rapat dengan aluminium foil (untuk sterilisasi
dengan oven ) dan kertas perkamen (untuk sterilisasi dengan autoklaf) dibungkus rangkap
2. API: aquadest dalam Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil dan diikat dengan
tali, kemudian disterilkan dengan autoklaf.

 Prosedur pembuatan Injeksi Artesunat

1. Melakukan sterilisasi alat yang akan digunakan sesuai dengan prosedur.

2. Menimbang zat aktif Artesunat dan zat tambahan Na bikarbonat, dekstrosa dengan
menggunakan kaca arloji.

3. Untuk proses pengerjaan dilakukan di dalam LAF. Melarutkan Dekstrosa dengan API ±
5 ml kemudian aduk sampai larut.
4. Menambahkan Zat aktif Artesunat dan Na bikarbonat ke dalam Erlenmeyer lalu
menambahkan 4 ml API, Aduk hingga larut kemudian encerkan menggunakan larutan
dekstrosa.

5. Menuangkan sedikit API bebas O2 untuk membasahi kertas saring yang akan digunakan
untuk menyaring.

6. Menyaring larutan melalui corong kedalam Erlenmeyer lain yang telah di siapkan.

7. Membilas Erlenmeyer sisa larutan Artesunate dengan sisa API bebas O2 (5 ml).
masukkan larutan bilasan kedalam Erlenmeyer yang berisi larutan Artesunat yang telah
disaring.

8. Cek pH, bila pH > 8 maka di tambahkan HCl 0,1N ad pH 6-7

9. Mengisikan larutan zat ke dalam wadah ampul (dengan menggunakan spuit) sebanyak
1,1 ml

10. Mengaliri sediaan dengan gas inert karbondioksida atau nitrogen.

11. Menutup ampul dengan Bunsen.

 Sterilisasi Aseptis

Disterilasi dengan menggunakan cara aseptik. Cara penggunaan bahan steril menggunakan
tehnik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran kuman hingga seminimum
mungkin. Tehnik aseptik dimasudkan untuk digunakan dalam pembuatan injeksi yang tidak
dapat dilakukan proses sterilisasi akhir, karena ketidakstabilan zatnya.

Uji sterilisasi pada tehnik aseptik dapat dilakukan dengan cara : kedalam salah satu wadah
dimasukkan medium biakan bacteri sebagai ganti cairan steril. Tutup wadah dan eramkan pada
suhu 32°C selama 7 hari. Jika terjadi pertumbuhan bacteri menunjukkan adanya cemaran yang
terjadi pada waktu pengisian bahan steril kedalam wadah akhir yang steril.

2.9 Pengawasan mutu sediaan

A. In proses control

No. Parameter Satuan Cara pemeriksaan


yang di uji
1. Uji pH Mg/ml  Injeksi Artesunat sebelum dimasukkan kedalam ampul,
setelah di sterilisasi di uji kembali pH injeksi. Diambil
larutan secukupnya dengan pipet tetes steril dan
diletakkan pada plat tetes. Cek pH larutan dengan
menggunakan pH meter atau kertas indicator universal

2. Uji sterilitas Mg/ml  Dengan pembenihan


(berdasarkan - Wadah I diisi pembenihan steril
pengontrolan - Wadah II di isi obat
suhu dan - Wadah III di isi obat
waktu) - Wadah IV tidak diberi apa-apa

B. End Proses Control

No. Parameter yang di Satuan Cara pemeriksaan


uji
1. Uji organoleptis Mg/ampul  Sediaan diambil sampel selanjutnya.
(dilihat secara  Lakukan pengujian : amati bau (tidak berbau)
visual) dan warna (tidak bewarna)

2. Uji kebocoran Mg/ml  Ampul dibenamkan dalam larutan zat warna


(0,5-1,0% metilen blue)
 Beri tekanan atmosfer berikutnya
menyebabkan zat warna berpenetrasi kedalam
lubang

3. Uji kejernihan Mg/ampul  Cuci bagian luar ampul, lihat perubahan


warna larutan dalam ampul
 Bila terjadi perubahan warna berati ampul
bocor
 Dengan cara visualisasi untuk mengetahui dan
atau tidaknya pengotor.

4. Uji keseragaman Mg/ampul  Dengan menggunakan latar belakang hitam-


volume putih, jika kotoran bewarna gelap akan
terlihat dibelakang putih
 Jika ada kotoran bewarna putih akan terlihat
dibelakang hitam
 Tuangkan kembali injeksi asam askorbat
dalam ampul kedalam gelas ukur
 Volume tiap wadah harus lebih dari volume
yang diterapkan yaitu : 1 ampul = 1 ml
dilebihkan 0,1 ml 1, 1 ml

Anda mungkin juga menyukai