Anda di halaman 1dari 14

1.

DEFINISI
Tenosinovitis adalah suatu peradangan yang melibatkan tendon dan
selubungnya (tendon sheath – sinovial) yang menyebabkan pembentukan
fibrosis sehingga terjadi penyempitan pada sinovial dan menimbulkan nyeri.
Penyebab pembengkakan belum jelas, dapat disebabkan oleh trauma,
penggunaan yang berlebihan dan repetitif trauma, strain atau infeksi.

2. ANATOMI

Gambar 1. Anatomi tangan – struktur yang terlibat pada keadaan tenosinovitis


3. KLASIFIKASI
Rizal Chaidir menyebutkan beberapa jenis tenosinovitis dalam
penelitiannya tentang “tenosynovitis” yaitu De Quervain’s, tenosinovitis
fleksor volar (trigger finger), dan tenosinovitis fleksor akut.
Berikut akan dibahas satu-persatu jenis tenosinovitis.

3.1. Tenosinovitis De Quervain


Kelainan ini pertama kali dikemukakan oleh De Quervain pada tahun
1895 kemudian dilalaporkan pada tahun 1893 dalam edisi Grays Anatomy
dengan nama “washer woman sprain” yang disebabkan oleh penebalan
selubung tendon pada kompartemen satu ekstensor polisis brevis dan

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 1


abduktor polisis longus, dapat terjadi akibat penggunaan yang berlebihan
tetapi dapat juga terjadi secara spontan, terutama pada wanita usia
pertengahan dan kadang-kadang selama kehamilan.
Kelainan ini terjadi ketika tendon di sekitar dasar digiti I mengalami
iritasi atau konstriksi yang menyebabkan pembengkakan pada tendon dan
selubung tendon sehingga menimbulkan nyeri sepanjang digiti I dan
pergelangan tangan.

Anatomi

Gambar 2. Kompartemen I dan retinakulum

Dua tendon utama pada digiti I yang melewati terowongan yang


terdapat pada daerah digiti I. Tendon merupakan struktur yang
menghubungakan otot dengan tulang. Tendon dibungkus oleh lapisan tipis
jaringan lunak yang disebut sinovium. Lapisan ini memudahkan
pergerakan tendon pada terowongan berupa fibrosa yang merupakan
selubung tendon.

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 2


Pembengkakan pada tendon dan/atau penebalan selubung tendon
menyebabkan peningkatan friksi dan nyeri.

Patologi
Proses terjadinya patologi ini dikarenakan gerakan abduksi dari ibu
jari yang sering disertai dengan deviasi ulnar pergelangan tangan.
Regangan tendon dari kompartemen 1 ekstensor yang berulang diduga
menyebabkan friksi pada selubung retinakular yang kaku dapat
menyebabkan terjadinya pembengkakan dan atau penyempitan kanal
fibrosseus.

Gambar 3. Tes Finklestein


Gejala dan Tanda
- Nyeri pada ibu jari atau pergelangan tangan yang makin memburuk
bila dilakukan gerakan berulang pada digiti I, memutar pergelangan
tangan atau gerakan mencengkeram (gambar 3).
- Biasanya terdapat pembengkakan sekitar 1 – 2 cm proksimal dari
styloid radius.
- Pembengkakan dan nyeri mengakibatkan kesulitan menggerakkan ibu
jari dan pergelangan tangan.
- Iritasi pada nervus di atas selubung tendon menyebabkan rasa baal
pada dorsal jari I dan jari II (gambar 4).

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 3


Gambar 4. Distribusi sensoris N. Medianus

Diagnosis
Diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan khusus yang disebut
Finklestein’s test dengan cara membengkokan ibu jari ke arah palmar
(fleksi digiti I) kemudian pergelangan tangan (wrist joint)ditekuk dalam
posisi deviasi ulnar, bila positif makan akan muncul nyeri yang tajam pada
pergelangan tangan.

Gambar 5. X-ray de Quervain

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 4


Pada pemeriksaan x-ray harus dibedakan dengan artritis pada digiti I
– karpal metakarpal, dan fraktur skafoid. Pada De Quervain didapatkan
osteopenia lokal dan spur pada styloid radius (gambar 5).

S. S. Suresh, Hosam Zaki & Atif Ali menulisakan dalam sebuah


artikel yang berjudul “Does Radial Styloid Abnormality in de Quervain’s
Disease Affect the Outcome of Management?” yang dipublikasi tahun
2010 bahwa abnormalitas pada styloid tidak signifikan secara statistik dan
pengobatan de Quervain tidak memberikan efek apa pun pada
abnormalitas yang terjadi.

Terapi
Tujuan terapi adalah untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri
yang diakibatkan oleh peradangan.
1. Hindari gerakan berlebihan pada digiti I dan pergelangan tangan,
seperti membuka botol selai, mengetik di komputer, menggunting,
menjahit dan menrajut.
2. Mengistirahatkan ibu jari dan pergelangan tangan dengan
menggunakan thum spica.
3. Medikamentosa dengan menggunakan anti-inflamasi nonsteroid.
4. Injeksi kortikosteroid (gambar 6) dan lidokain pada selubung tendon.

Gambar 6. Injeksi kortikosteroid pada sinovial

Operasi

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 5


Operasi dengan menggunakan tourniquet untuk menjaga lapangan
operasi tetap bersih sehingga struktur yang harus dipreservasi dapat
teridentifikasi dengan jelas. Anestesi dengan menggunakan anestesi lokal,
dibuat insisi sepanjang 2 cm di bagian dorsal kompartemen 1 cm dari
proksimal tip prosessus styloideus radii. Cabang nervus radialis
diidentifikasi dengan gentle diretraksi dengan menggunakan retraktor yang
tumpul. Ligamen anulare yang sudah terekspos kemudian diinsisi dengan
menggunakan skalpel, hindari pemotongan seluruh anular karena dapat
mengakibatkan subluksasi tendon post-operatif yang menimbulkan nyeri.

Gambar 7. Tindakan operatif pada de Quervain

3.2. Tenosinovitis Fleksor Volar (Trigger Finger)


Trigger Finger (gambar 8) merupakan salah satu keluhan tersering
yang menyebabkan pasien datang berobat. Kelainan ini lebih sering
mengenai perempuan dibanding laki-laki dengan perbandingan 6:1.
Kelainan ini menyebabkan jari “terkunci” dalam posisi fleksi dan
memerlukan ekstensi pasif untuk meluruskan kembali. Kelainan ini dapat
terjadi pada beberapa jari sekaligus.

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 6


Gambar 8. Trigger finger

Patologi
Terjadinya disproporsi antara tendon fleksor (gambar 9) dan
retinakulum pulleynya (gambar 10). Proses patologinya terdapat pada
pulley yang menampakan terjadinya hipertropi yang luas. Pada
pemeriksaan mikroskopis ditemukan degenerasi, pembentukan kista dan
infiltrasi sel-sel limfosit dan selm plasma, terdapat kolagen tipe III dan
proliferasi kondrosit.

Gambar 9. Tendon fleksor digitorum superfisialis dan tendon fleksor digitorum


profuda

Stadium trigger finger:

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 7


1. Stadium I (pre-triggering): riwayat jari “terkunci” tetapi pada
pemeriksaan tidak ditemukan adanya nyeri pada daerah di atas A1
pulley.

Gambar 10. Pulley pada tendon fleksor

2. Staidum II (aktif): terdapat penguncian jari tetapi pasien masih dapat


secara aktif mengekstensikan jarinya.
3. Stadium III (pasif): terdapat penguncian jari yang memerlukan ekstensi
pasif untuk meluruskan jari.
4. Stadium IV (kontraktur): terdapat penguncian jari dengan kontraktur
yang menetap pada PIP joint.

Terapi
Kebanyakan pasien dengan trigger finger berhasil diterapi dengan
menggunakan splinting dan injeksi kortikosteroid. Petel dan Basini
melaporkan, penggunaan splinting pada posisi fleksi MCP 15 derajat 66%
dari pasien bebas nyeri dibandingkan dengan 84% dengan penyuntikan
kortikosteroid. Mark dan Gunter melaporkan 84% pasien dengan trigger

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 8


finger dan 92% dengan trigger thumb berhasil diobati menggunakan
injeksi triamsinolon.

Operasi
Penggunaan tourniquet dan anestesi lokal (lidokain) diinjeksi pada
kulit di atas pulley A1. Kemudian dibuat insisi sepanjang 1,5 cm
transversal atau longitudinal di atas head metacarpal, diseksi secara
tumpul untuk menyisihkan jaringan subkutis dan fasia palmar untuk
mengekspos selubung fleksor, arteri dan nervus digitalis diretraksi dengan
menggunakan retraksor kecil yang tumpul. Selubung fleksor yang menebal
(bagian proksimal pulley A1) diidentifikasi dan diinsisi dengan
menggunakan skalpel. Perlu kehati-hatian agar pulley A2 tidak terkena.

Gambar 11. (a) anestesi dengan menggunakan lidokain dan insisi di atas head
metacarpal (b) insisi secara longitudinal pada pulley A1 (c) pulley A1 yang
sudah terinsisi (d) keluarkan tendon untuk memastikan tidak ada lagi yang
menjepit tendon

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 9


3.3. Tenosinovitis Fleksor Akut
Tenosinovitis fleksor merupakan keadaan dimana terjadi
ketidaknormalan pada tendon fleksor di tangan. Kasus akut disebabkan
oleh infeksi sedang infeksi kronik disebabkan oleh diabetes mellitus,
artritis, dan over-use.

Gejala dan Tanda


Pada pasien yang datang dengan luka penetrasi disertai nyeri,
kemerahan, dan demam, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan 4 tanda
Kanavel (gambar 12), yaitu:
- Jari dalam posisi sedikit fleksi
- Bengkak dalam bentuk fusiform
- Nyeri tekan sepanjang selubung tendon fleksor
- Nyeri pada saat dilakukan fleksi jari secara pasif

Gambar 12. Tanda Kanavel

Tanda Kanavel bisa saja tidak ditemukan dalam keadaan berikut:


- Pemberian antibiotik yang segera
- Kondisi yang sangat dini
- Status immunocompromized
- Infeksi kronik

Etiologi
Penyebab utama tenosinovitis tendon fleksor yaitu trauma penetrasi,
infeksi (penyebab tersering yaitu flora normal kulit – Staphulococcus dan
Streptococcus, paling sering Staphylococcus aureus). Penyebab lain:

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 10


- Luka gigitan: spesies Haemophyllus, bakteri anaerob dan gram negatif;
- Hematogenous: Mycobacterium tuberculosis, Neisseria gonorrhoe;
- Miscelaneus: Pseudomonas aeruginosa.

Patofisiologi
Infeksi tendon fleksor adalah suatu infeksi pada bagian selubung
yang tertutup dan digiti II, digiti III, digiti IV yang berjalan di atas carpal
neck pada level annular pertama. Infeksi pada jari dapat menyebar ke
ruang fasia tangan, struktur tulang yang berdekatan atau pada level
annular pertama. Infeksi pada jari dapat menyebar ke ruang fasia tangan,
struktur tulang yang berdekatan atau ruang synovial joint dan dapat
menembus hingga ke lapisan kulit.

Pemeriksaan Laboratorium

Leukosit
Leukosit dapat meningkat pada keadaan infeksi proksial atau adanya
keterlibatan sistemik. Leukosit tidak meningkat pada infeksi non-supuratif.
Pada fase akut akan terjadi pergeseran ke kiri untuk pemeriksaan hitung
leukosit. Sedang pada pasien dengan immunocompromized tidak akan
terjadi peningkatan leukosit.

LED
Laju endap darah (LED) pada kasus tenosinovitis dapat ditemukan
meningkat dan dapat menetap pada kasus non-supuratif.

Histologi
Pada pemeriksaan histopatologi dan biopsi sinovial dapat ditemukan
adanya tanda-tanda inflamasi baik akut maupun kronik.

Terapi
Pada kasus dini pemberian antibiotik intravena sangat berpengaruh.
Antibiotik yang diberikan antara lain:
- Cefazolin 1 – 2 gram IV tiap 6 – 8 jam
- Clindamycin 600 – 900 mg IV tiap 8 jam

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 11


- Ampicilin surbactan 1,5 – 3 gram IV tiap 8 jam
Dapat dilakukan splinting pada posisi aman. Elevasi segera setelah infeksi
terkontrol. Lakukan rehabilitasi dengan digital range of motion exercise
segera setelah infeksi terkontrol.

Gambar 13. Irigasi dengan kateter

Penatalaksaan berdasarkan stadium menurut Michon ditampilkan dalam


tabel berikut.

Status Infeksi Karakteristik Terapi


Stadium I Peningkatan cairan pada Irigasi dengan kateter
selubung tendon terutama (gambar 13)
eksudat serous.
Stadium II Cairan yang meningkat Drainase invasif minimal
berupa cairan purulen, dengan indwelling irigasi
granulomatous sinovium. kateter

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 12


Stadium III Nekrosis tendon, Debridemen ekstensif
neksrosis pulley atau terbuka (open extensive
nekrosis selubung tendon. debridement) dengan
kemungkinan amputasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Chaidir R. Tenosynovitis. Petang Ilmiah IKABI: 1999.


2. Krames. Hand surgery for tenosynovitis.
3. Suresh SS, Zaki H, Ali A. Does Radial Styloid Abnormality in de
Quervain’s Disease Affect the Outcome of Management. 2010 5:374–377.
4. Afat DA, Dayiciouglu D, Oetjen JC, Garrison AP. Fishing-Injury-Related
Flexor Tenosynovitis of the Hand: A Case Report and Review. 2013: 4.

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 13


5. Mullet H, Hausman M. Single side hole irrigation – a simple method of
catheter irrigation of the tendon sheath. 2006 72: 87-89.
6. Griffin LY. De Quervain’s tendinosis. American academy of othopaedic
surgeon. 2005.
7. Graham JB, Hulkower SD, Bosworth M. Are steroid injections effective
for tenosynovitis of the hand? 2007 56 (12): 1045-47.
8. Chaidir MR. Tenosynovitis. IKABI 1999.
9. Griffin LY. Trigger finger. American academy of othopaedic surgeon.
2005.
10. Ryzewicks M, Wolf JM. Trigger digits: principles, management,
complications. J Hand Surg 2006;31A:135–146.

Tenosynovitis – Mandasari Barmawi Page 14

Anda mungkin juga menyukai