Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha
termasuk dalam berinterkasi dengan pemangku kepentingan. Sebagaimana kita
mengetahui bahwa orientasi ilmu pemasaran adalah pasar. Sebab pasar merupakan mitra
sasaran dan sumber penghasilan yang dapat menghidupi dan mendukung pertumbuhan
perusahaan. Oleh karena itu segala upaya dalam bidang pemasaran selalu berorientasi
pada kepuasan pasar. Dan jika pasar dilayani oleh perusahaan, kemudian pasar merasa
puas, maka hal ini membuat pasar tetap loyal terhadap produk perusahaan dalam jangka
waktu yang panjang. Untuk itu kita dituntut bukan saja mempercanggih teknik
pemasaran kita tetapi juga memperhatikan tanggung jawab terhadap konsumen dan
masyarakat.
Dunia bisnis Indonesia tengah mengalami proses perubahan. Arus globalisasi yang
semakin deras tengah menekan dunia bisnis Indonesia untuk mengadopsi standar –
standar pengelolaan bisnis secara internasional. masyarakat dunia semakin peduli akan
keseimbangan dunia bisnis dan lingkungan harus bisa dicapai..
Dunia bisnis akan bisa berjalan dengan baik jika mereka dapat menjaga
keseimbangan dirinya dan lingkungannya. Profit bukanlah semata – mata tujuan yang
harus selalu diutamakan. Dunia bisnis juga harus berfungsi sosial dan harus dioperasikan
dengan mengindahkan etika – etika yang berlaku dimasyarakat. Para pelaku bisnis juga
harus menghindar dari upaya yang menyalagunakan segalah cara untuk mengejar
keuntungan pribadi semata tanpa peduli berbagai akibat yang merugikan pihak lain,
masyarakat luas, bahkan merugikan bangsa dan negara.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa berbuat baik di dunia. Bahkan
ada yang berpendapat bahwa islam itu akhlak karena mengatur semua perilaku kita,
mulai dari tidur sampai bangun kembali bahkan sampai pada ekonomi, bisnis dan politik.
Etika atau moral dalam bisnis merupakan bagian dari keimanan, keislaman dan
ketakwaan yang didasarkan pada keyakinan akan kebenaran Allah SWT. Islam
diturunkan Allah pada hakekatnya adalah untuk memperbaiki akhlak atau etika.
Makalah ini kami buat sebagai bahan pembelajaran sekaligus untuk memperkaya
ilmu pengetahuan tentang etika dalam bisnis dan pemasaran secara benar sesuai dengan
ajaran syar’i, serta dapat diaplikasikan dalam dunia kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian etika bisnis dan etika pemasaran?
2. Bagaimana penerapan etika bisnis menurut syariah?
3. Bagaiamana penerapan etika pemasaran menurut syariah?

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Bisnis dan Etika Pemasaran


Menurut Sonny Keraf etika berasal dari bahasa Yunani “ ethos”, yang dalam bentuk
jamaknya ( ta etha) berarti “ adat istiadat” atau “kebiasaan”.1 Sonny Keraf juga
berpendapat bahwa etika memiliki persamaan arti dengan moralitas yang berasal dari
bahasa Latin mos dan dalam bentuk jamaknya mores yang berarti kebiasaan atau adat
istiadat. Jadi pengertian etika dan moralitas yang memiliki kesamaan dalam bahasa
adalah kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan telah menjadi kebiasaan dalam
kehidupan sebuah masyarakat. Selain itu, etika juga dijelaskan oleh Sonny Keraf memilki
pengertian yang berbeda dengan moralitas yaitu etika adalah ilmu yang membahas dan
mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia ( Poerwadarminta) etika adalah ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak ( moral).
Menurut Drs. O.P Simorangkir etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Menurut Magnis Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran yang
memberi kita norma tentang bagaiman kita harus hidup adalah moralitas.2
Menurut ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa
kepada konsumen untuk mendapatkan laba atau keuntungan. Menurut sejarahnya bisnis
berasal dari bahasa Inggris bussines yang berasal dari kata dasar busy yang berarti sibuk
dalam konteks individu, komunitas, organisasi ataupun masyarakat. Sibuk dalam hal ini
dapat diartikan sebagai kegiatan atau melakukan aktivitas kerja untuk mendapatkan
keuntungan.
Pengertian bisnis menurut Pandji Anoraga adalah pertukaran barang, jasa, atau uang
yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Sedangkan menurut arti dasarnya,
bisnis memilki makna sebagai “ the buying and selling of goods and service”.3
Bisnis juga difahami sebagai suatu kegiatan usaha individu ( privat) yang
terorganisasi atau melembaga, untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna
mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.4
Pengertian etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar
dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. ( Velasquez, 2005)
Jadi menurut pengertian di atas etika bisnis dapat diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh suatu organisasi atau individu dalam melakukan
aktivitas penjualan barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dengan
menggunakan prinsip keadilan dan kejujuran.

Pemasaran menurut Khotler dan AB Susanto adalah suatu proses sosial dan
1
Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1998
2
Franz Magnis Suseno, Etika Dasar : Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta : Kanisius, 1987,
hlm 14
3
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis,( Jakarta :Rineka Cipta dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Bank BPD Jateng, 1997), hlm 2. Muhammad, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, 2004, hlm37
4
Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis: Membangun Wacana Integrasi Perundangan Nasional dengan
Syariah, Yogyakarta : PT LKIS Printing Cemerlang, 2009. Hlm 25. Muhammad Djakfar, Etika Bisnis
Islami: Tataran Teoritis dan Praktis, Malang : UIN Malang Press, 2008.

2
manajerial di manaindividu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka
dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.5
Khotler memberikan definisi bahwa manajemen pemasaran adalah sebagai suatu seni
dan ilmu memilih pasar sasaran dan mandapatkan, menjaga, dan menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan
yang unggul.6
Definisi pemasaran menurut Nur Rianto Al Arif adalah suatu proses sosial yang
merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan dan keinginan dari
pelanggan dalam rangka memberikan kepuasan yang optimal kepada pelanggan.7
Pengertian pemasaran menurut Khasmir adalah suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan para nasabahnya terhadap produk dan jasa.8
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan pemasaran adalah sebuah kegiatan
yng dilakukan dalam rangka merencanakan, mengorganisasikan, mempromosikan, dan
untuk mewujudkan tujuan perusahaan.
Menurut pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian etika pemasaran
adalah sebuah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dalam merencanakan,
mengorganisasikan, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang
dilakukan sebuah perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dengan menggunakan
prinsip keadilan dan kejujuran.
Untuk memahami lebih jauh bagaimana penerapan etika bisnis dan etika pemasaran
dalam syariah kita harus memahami beberapa hal terlebih dahulu.kita perlu mengetahui
bahwa etika bisnis merupakan bagian dari etika profesi.
Pengertian profesi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup
dengan mengandalkn keahlian dan ketrampilan yang tinggi dan dengan melibatkan
komitmen pribadi yang mendalam.9
Seseorang yang memilki profesi disebut profesional. Dalam dunia bisnis seorang
yang dikatakan profesional biasanya memilki ciri- ciri sebagai berikut :
1. Dalam menjalankan sebuah profesi seseorang harus mempunyai keahlian dan
ketrampilan khusus dalam menjalankan sebuah pekerjaan. Keahlian dan ketrampilan ini
dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan, atau pengalaman yang diperoleh dalam bidang
usaha tertentu.
2. Selain memiliki keahlian dalam menjalankan sebuah profesi seseorang dituntut untuk
memilki komitmen moral yang tinggi. Komitmen ini harus dimilki oleh seorang yang
profesional dalam menjalankan profesinya, biasanya komitmen ini berupa sebuah aturan
yang dijadikan pedoman dan disebut dengan kode etik. Kode etik ini menentukan
perilaku seorang profesional dalam menjalankan profesinya, selain itu dengan adanya
kode etik dalam sebuah profesi diharapkan dapat melindungi masyarakat dari kerugian
yang disebabkan oleh kaum profesional dan juga dapat melindungi keluhuran sebuah
profesional dari orang- orang yang tidak kompeten.
3. Seseorang dikatakan profesional adalah orang yang hidup dari profesinya. Ciri yang
ketiga ini dapat memilki arti bahwa orang yang profesional memperoleh gaji dari profesi
yang dia jalani dan dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dari profesi tersebut. Selain iti
5
Philip Khotler dan AB Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia, Jakarta : Salemba Empat.2000 hal 7
6
Philip Khotler, Marketing Manajemen, New Jersey: Prentice Hall, 2000, hlm 8
7
Nur Rianto Al Arif, Dasar- Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung : Alfabeta, 2010, hlm 6
8
Khasmir, Pemasaran Bank, Jakarta: Kencana, 2010, hlm 53
9
Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta: Kanisius, 1998, hlm 35

3
dapt diartikan juga bahwa profesi tersebut telah membentuk identitas orang tersebut,
dimana seseorang yang dikatakan profesional tidak dapat dipisahkan dari profesinya.
4. Pengabdian terhadap masyarakat, seseorang yang menjalankan profesi tertentu,
misalnya profes seorang dokter, guru, dosen, hakim, dan lain- lain telah memilki
komitmen atau kode etik untuk mengabdikan hidupnya untuk kepentingan masyarakat
atau orang banyak.
5. Dalam menjalankan sebuah profesi tertentu, seorang profesional memilki izin khusus
yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari profesionalisme kerja dari seorang
profesional.
6. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi profesi. Misalnya
profesi dokter disebut dengan IDI ( Ikatan Dokter Indonesia), IAI ( Ikatan Akuntan
Indonesia), dan sebagainya.tujuan dari organisasi profesi ini adalah untuk melindungi dan
menjaga standar keahlian dan ketrampilan agar tidak terjadi pelanggaran, untuk
mengantisipasi pelanggaran kode etik dan melindungi masyarakat dari pelanggaran
pelaksanaan sebuah profesi tertentu.
Dalam menjalankan sebuah etika bisnis ada beberapa prinsip yang harus dimilki
seorang profesional, di antaranya :
1. Prinsip tangung jawab. Prinsip tanggung jawab dalam hal ini meliputi
tanggungjawab seorang profesional terhadap profesi yang dijalaninya dan tanggungjawab
terhadap masyarakat yang merasakan dampak dari profesi yang dilakukannya.
2. Prinsip keadilan. Prinsip ini menuntut seorang profesional untuk bersikap adil dalam
menjalankan profesinya agar masyarakat dapat merasakan manfaat dari profesi yang
dijalankan dan tidak merasa dirugikan serta dapat memperoleh hak- haknya.
3. Prinsip otonomi merupakan hak yang dimiliki kaum profesional untuk menjalankan
profesinya secara bebas. Otonomi di sini membatasi kaum profesional untuk selalu
menjalankan profesinya dengan tanggungjawab dan bersikap profesional.
4. Prinsip integritas moral, seorang profesional hendaknya memilki integritas moral
yang tinggi dalam menjalankan profesinya. Prinsip integritas moral ini menuntut seorang
profesional untuk menjaga nama baiknya, menjaga keluhuran profesinya dan menjaga
kepentingan masyarakat.

B. Perbedaan Bisnis Islam dan Non Islam


Sebelum kita membahas etika bisnis secara syariah ada baiknya kita mengetahui dan
memahami terlebih dahulu perbedaan bisnis islam dan non islam berikut ini 10:

No. Karakteristik Bisnis Bisnis Islam Bisnis non Islam


1. Asas Akidah Islam ( nilai- nilai Sekulerisme ( niali- niali
transendental) materialisme)
2. Motivasi Dunia akhirat Dunia
3. Orientasi Profit, zakat, dan benefit Profit, pertumbuhan, dan
(non materi),pertumbuhan, keberlangsungan
keberlangsungan, dan
keberkahan
4. Etos Kerja Tinggi, bisnis adalah Tinggi ,bisnis adalah

10
Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2013, hlm 13-15

4
bagian dari ibadah kebutuhan duniawi
5. Sikap Mental Maju dan produktif, Maju dan produktif
konsekuensi keimanan dan sekaligus konsumtif,
manifestasi kemusliman konsekuensinya aktualisasi
diri
6. Keahlian Cakap dan ahli di Cakap dan ahli di
bidangnya, konsekuensi bidangnya, konsekuensi dari
dari kewajiban seorang motivasi punishment dan
muslim reward
7. Amanah Terpercaya dan Tergantung kemauan
bertanggungjawab, tujuan individu ( pemilik capital),
tidak menghalalkan segala tujuan menghalalkan segala
cara cara
8. Modal Halal Halal dan haram
9. Sumber Daya Manusia Sesuai dengan akad Sesuai dengan akad
kerjanya kerjanya atau sesuai dengan
keinginan pemilik modal
10. Sumber Daya Halal
11. Manajemen Strategic Visi dan misi organisasi Visi dan misi organisasi
terkait erat dengan misi ditetapkan berdasarkan pada
penciptaan manusia di kepentingan material belaka
dunia
12. Manajemen Jaminan halal dari setiap Tidak ada jaminan halal
Operasional masukan, proses dan bagi setaip masukan ,
keluaran, mengedepankan proses, dan keluaran ,
produktivitas dalam mengedepankan
koridor syariah produktivitas dalam koridor
manfaat
13. Manajemen Keuangan Jaminan halal bagi setiap Tudak ada jaminan halal
masukan, proses, dan bagi setiap masukan, proses
keluaran keuangan, dan keluaran keuangan,
mekanisme keuangan mekanisme keuangan
dengan bagi hasil dengan bunga
14. Manajemen Pemasaran Pemasaran dalam koridor Pemasaran menghalalkan
jaminan halal segala cara
15. Manajemen SDM SDM profesional dan SDM profesional, SDM
berkribadian islam, SDM adalah aktor produksi, SDM
adalah pengelola bisnis, bertanggung jawab pada diri
SDM bertanggungjawab dan pimpinan
pada diri, pemimpin, dan
Allah

C. Etika Bisnis Secara Syariah

5
Dalam menjalankan etika bisnis kita harus mengetahui prinsip yang mendasarinya.
Menurut islam, harus kita fahami bahwa pada dasarnya Allah telah menyuruh manusia
untuk bekerja. Manusia dianjurkan untuk melakukan kegiatan bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, salah satu pekerjaan adalah melakukan kegiatan bisnis. Bisnis
dalam islam dijelaskan dijelaskan melalui kata tijarah yang memilki dua makna, yaitu
pertama perniagaan secara umum yang mencakup perniagaan manusia dengan Allah.
Misalnya saja perasaan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, berjuang di jalan Allah dengan
harta dan jiwanya, melaksanakn perintah Allah, menafkahkan hartanya di jalan Allah.
Makna tijarah yang kedua adalah perniagaan secara khusus yaitu perdagangan sesama
manusia.11
Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya Allah telah menjelaskannya melalui
firmaNya dalam al Qur’an surat Al Baqarah ayat 62, yang artinya:
“Sesungguhnya orang - orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang –orang Nasrani
dan orang- orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar- benar beriman
kepada Allah, hari kemuadian dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari
Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak ( pula) mereka
bersedih hati.”( QS Al Baqarah: 62)
Selain surat di atas ada beberapa dalil Al Qur’an yang menjelaskan hal serupa, yaitu:

QS At Taubah: 105, yang artinya:


“Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasulnya serta orang- orang
mu’minakan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan.”

QS Al Baqarah :198, yang artinya:


“ Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia ( rezeki hasil perniagaan) dari
Tuhan- Mu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah
Masy’arilharam. Dan berzikirlah ( dengan menyebut) Allah sebagaimanayang
ditunjukanNya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar- benar termasuk
orang-orang yang sesat.”

QS An Nissa:29, yang artinya:


“Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaanyang berlaku dengan suka
sama suka antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya adalah
Allah Maha Penyayang kepadamu.”

QS Faathir: 29, yang artinya:


“Sesungguhnya orang- orang yang selalu membaca kitab Allahdan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka
dengan diam- diam dan terang- terangan,mereka itu mengharapkan perniagaan yang
tidak merugi.”

QS Al Jumu’ah: 10-11, yang artinya:


11
Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2013, hlm 7-8

6
“ Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak- banyaknya supaya kamu beruntung.
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar dan menuju
kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri ( berkhotbah): “ Katakanlah apa
yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan,” dan Allah
adalah sebaik-baik pemberi rezeki.”

QS An Najm: 132, yang artinya:


“ Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan ( kepadanya).
Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.”

QS Al An’am :132, yang artinya:


“ Dan tiap- tiap orang memperoleh deajat- derajat (seimbang)dengan apa yang
dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”

QS As Shaf: 10-11, yang artinya:


“ Hai orang- orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? ( yaitu) kamu beriamn kepada
Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
Dari beberapa contoh penegasan ayat Al Qur’an di atas kita dapat mengetahui bahwa
bisnis khusunya dalam hal perniagaan dianjurkan oleh Allah dengan menggunakan
prinsip sesuai dengan Al Qur’an. Selain itu dalam menjalankan bisnis seseorang harus
mengetahui tujuan bisnis yang dilakukan yaitu bahwa bisnis dalam Al Qur’an memilki
tujuan utama yaitu untuk mendapatkan dua keuntungan, keuntungan duniawi dan
ukhrawi.12
Kedua keuntungan tersebut telah dijelaskan dalam Al Qur’an. Sebagai contoh untuk
mendapatkan keuntungan duniawi seseorang yang melakukan transaksi jual beli secara
tunai hendaknya melakukan kesepakatan atau akad dengan ketentuan tidak adanya
paksaan dari salah satu fihak dan atas dasar suka sama suka, selain itu jika kedua belah
fihak melakukan transaksi jual beli secara tidak tunai hendaknya transaksi tersebut
dituliskan dalam akad dengan kesepakatan kedua belah pihak, sehingga tidak terjadi
kesalahfahaman yang menyebabkan kerugian yang akan dialami oleh salh satu fihak.
Dari kedua keuntungan yang menjadi tujuan utama dalam sebuah bisnis, sangat jelas
bahwa dalam melakukan bisnis sangat diperlukan sebuah etika agar tercipta sebuah
kemaslahatan bersama.

D. Kategori Bisnis Dalam Islam


Menurut Al Qur’an sebuah bisnis dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok 13,
yaitu:
1. Bisnis Yang Menguntungkan
Dalam pandangan al Qur’an bisnis yang menguntungkan mengandung tiga elemen dasar,
yaitu:
12
Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2013, hlm 12
13
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2001, hlm 38

7
a. Mengetahui investasi modal yang paling baik
Menurut Al Qur’an tujuan dari semua aktifitas kegiatan manusia hendaknya adalah
mencari keridhaan Allah. Sehingga pada dasanya semua kegiatan bisnis, dalam hal ini
melakukan investasi terbaik dilakukan atas dasar mencari keridhoan Allah. Investasi
terbaik adalah sebuah kegiatan mempergunakan harta yang kita miliki yang dilakukan
atas dasar keikhlasan dengan mengetahui situasi dan kondisi bisnis serta menggunakan
harta yang dianugerahkan oleh Allah di jalan yang baik. Mempergunakan harta kita
dalam hal ini misalnya, menggeluarkan zakat sebagai salah satu investasi untuk
menolong sesama yang membutuhkan, selain itu kesabaran dalam menghadapi cobaan,
selalu bertawakal dan berserah diri kepada Allah dalam Al Qur’an dianggap sebagai
investasi yang menguntungkan.
Jika hal tersebut mampu dilakukan maka Allah akan melipatgandakan kekayaan
seseorang dan menjaminnya sebagai investasi yang tidak akan pernah gagal. Investasi
terbaik adalah investasi yang dilakukan tidak hanya untuk mencapai keuntungan duniawi
tetapi juga bertujuan untuk mencari keuntungan ukrawi sebagai bekal kehidupan kita di
akhirat nanti.
b. Membuat keputusan yang logis, sehat, dan masuk akal
Dalam melaksanakan sebuah bisnis seorang profesional dituntut untuk mampu
membuat keputusan yang bijaksana, hati- hati, logis, masuk akal serta tepat dan sehat.
Keputusaan yang diambil dapat mempengaruhi keuntungan yang didapat oleh sebuah
perusahaan. Al Qur’an telah menjelaskan bahwa manusia akan memperoleh kebaikan jika
dia menanam kebaikan dan sebaliknya dia akan memperoleh keburukan jika dia
menanam keburukan, oleh karena itu kita dianjurkan mengambil keputusan yang baik
dalam bisnis dan menggunakan pedoman bisnis yang sesuai Al Qur’an agar kita
mendapatkan keuntungan yang baik pula.
c. Mengikuti perilaku yang baik
Bisnis yang baik hendaknya dilakukan dengan perilaku yang baik, Rasulullah telah
mengajarkan bahwa dalam berbisnis kita harus menerapkan prinsip kejujuran, keadilan,
tepat dalam menimbang, bebas riba, dan perilaku baik lainnya yang telah dijelaskan
dalam Al Qur’an. Untuk lebih jelasnya perilaku yang baik dalam bisnis ini akan
dijelaskan pada pembahasan selanjutnya mengenai etika bisnis ala Rasulullah. Pada
dasarnya, jika kita berperilaku baik dalam menjalankan bisnis kita maka kita akan
mendapatkan keuntungan yang baik dan berkelanjutan atau terus menerus. Selain
keuntungan dunia kita juga akan memperoleh keuntungan di akhirat dengan berperilaku
bisnis sesuai tuntunan Al Qur’an.

2. Bisnis Yang Merugi


Kegiatan bisnis dikatakatan merugi jika memiliki beberapa kriteria di bawah ini :
a. Investasi modal yang jelek
b. Keputusan yang tidak sehat
c. Perilaku jahat
Ketiga kriteria di atas merupakan kegiatan bisnis yang berorientasi pada keuntungan
dunia semata. Pada awal melakukan kegiatan bisnis, seorang pebisnis yang merugi akan
mendapatkan keuntungan yang banyak dan berlipat akan tetapi keuntungan tersebut tidak
akan berarti apa- apa karena hanya berorientasi pada kepentingan dunia semata. Jika
perbuatan tersebut dilakukan secara berkelanjutan tidak menutup kemungkinan kegiatan

8
bisnisnya hanyalah suatu kegiatan yang sia- sia karena tindakan yang dilakukan pada
awalnya telah salah. Bisnis yang merugi di sini tidak semata- mata kita fahami sebagai
kerugian dalam hal materi tetapi juga kerugian di akhirat karena hanya mementingkan
keuntungan dunia saja. Pada praktek bisnis ini, selain hanya mendapatkan keuntungan di
dunia saja, perilaku jahat dalam bisnis dapat merugikan atau menyakiti pihak lain.

3. Pemeliharaan Prestasi, Hadiah, dan Hukuman


Pemeliharaan prestasi dalam bisnis mengacu pada bagaimana kita menjalankan bisnis
dengan baik atau buruk di dunia. Jika kita menjalankan bisnis dengan etika bisnis yang
baik, Allah akan memberikan balasan yang baik dan sebaliknya jika melakuakan sesuatu
bisnis yang tidak baik maka Allah akan membalasnya sesuai dengan apa yang dikerjakan
seperti yang telah dijelaskan dalam Al Qur’an berikut ini :
a. QS An Fushilat: 46, yang artinya:
“ Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka ( pahalanya)untuk
dirinya sendiri dan barangsiapa yang bernuat jahat maka ( dosanya) atas dirinya
sendiri, dan sekali-kali Tuhanmu tidaklah menganiaya hamba-hambaNya”

b. QS Az Zalzalah :7-8, yang artinya:


“ Barangsiapa yang mengerjakan kebaiakan seberat zarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasannya). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat
zarrah pun maka dia juga akan melihat ( balasannya).”

c. QS An Nissa :29, yang artinya:


“ Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaanyang
berlaku dengan suka sama suka antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu, sesungguhnya adalah Allah Maha Penyayang kepadamu.”

d. QS Al Kahfi: 30, yang artinya:


“ Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shaleh, tentulah Kami tidak
akan menyia- nyiakan pahala orang- orang yang mengerjakan amalan (nya)
dengan baik.”

e. QS An Nissa:124, yang artinya:


“ Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki- laki maupun
perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam
surga dan tidak dianiaya walau sedikitpun.”
Penjelasan ayat Al Qur’an di atas telah menegaskan bahwa semua perbuatan yang kita
lakukan akan mendapatkan balasannya, baik itu perbuatan baik ataupun buruk. Perbuatan
baik dalam bisnis akan mendapatkan balasan atau hadiah dari Allah yaitu berupa balasan
surga dan kenikmatan di dalamya, sedangkan perbuatan burukpun akan mendapatkan
hadiah berupa hukuman sesuai dengan tingkat keburukan yang dikerjakan.

E. Etika Bisnis Ala Rasulullah SAW


Rasulullah SAW adalah pedagang yang sangat sukses pada masanya, dalam
menjalankan bisnis perdagangannya Rasulullah melakukan dan mengajarkan beberapa

9
etika dalam berbisnis, di antanya 14:
1. Kejujuran dalam menjelaskan produk
Ketika melakukan sebuah transaksi jual beli atau transaksi bisnis seorang pedagang
dianjurkan untuk bersikap jujur. Kejujuran menjadi modal utama dalam menjalankan
sebuah bisnis. Jika kejujuran digunakan sebagai dasar etika menjalankan bisnis akan
memberikan dampak yang positif bagi usaha bisnis yang dijalankan dan memberikan
keuntungan bagi bisnis tersebut. Salah satu sifat kejujuran adalah kejujuran dalam
menjelaskan sebuah produk yang ditawarkan. Seorang pebisnis harus jujur mengenai
barang dagangannya baik dalam bentuk kualitas atau kuantitas sebuah barang. Dalam
menjalankan bisnisnya Rasulllah SAW melarang kita meletakkan barang yang busuk di
bawah barang yang masih baru. Rasulullah juga bersabda, yang artinya :
“Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali
ia menjelaskan aibnya.” ( HR Al Quzwani)
Dari hadis tersebut kita dapat memahami betapa pentingnya sebuah kejujuran dimiliki
oleh seseorang dalam hal apapun, karena seseorang yang selalu bersikap jujur akan selalu
mendapatkan kepercayaan dari orang lain, dan tidak menutup kemungkinan dengan
bersikap jujur mengenai produk yang kita tawarkan maka pelanggan akan terus
berdatangan dan menjalin kerjasama dengan kita. Hal tersebut tentu akan memberikan
pengaruh terhadap bisnis yang kita kelola, dan membuatnya terus berkembang dan maju.
2. Suka sama suka
Etika bisnis yang juga diajarkan oleh Rasulullah adalah adanya prinsip suka sama
suka antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi bisnis. Prinsip tidak adanya
paksaan dalam melakukan sebuah transaksi dapat memberikan keuntungan dalam
mengelola sebuah bisnis. Seorang pebisnis selayaknya memahami pentingnya etika bisnis
dan mengetahui bahwa prinsip suka sama suka memilki peran yang besar sebagai kunci
sebuah kesuksesan bisnis.
3. Tidak menipu takaran, ukuran dan timbangan
Dalam melakukan kegiatan bisnis khususnya dalam bisnis perdagangan, seseorang
dianjurkan untuk tidak menipu takaran, ukuran dan timbangan. Kegiatan bisnis yang baik
adalah kegiatan yang dilakukan dengan landasan kejujuran dalam mengukur kadar
timbangan dalam berdagang.
4. Tidak menjelek- jelekkan bisnis orang lain
Salah satu hal yang dilakukan seorang pebisnis dalam memperkenalkan produknya,
salah satunya adalah dengan mengiklankan produk dagangannya. Etika yang harus
dilakukan ketika mengiklankan produk adalah tidak menjelek- jelekkan produk orang
lain. Untuk mendapatkan keuntungan dalam kegiatan bisnis hendaknya etika bersikap
sportif dan lebih menonjolkan keunggulan produk yang dimilki akan lebih mendatangkan
keuntungan dan keberkahan bagi sebuah bisnis daripada menjelek- jelekkan produk orang
lain.
5. Bersih dari unsur riba
Keuntungan yang diperoleh dari sebuah bisnis hendaknya tidak mengandung unsur
riba. Untuk meminimalisir unsur riba dalam usaha bisnis, hendaknya dalam berbisnis
seseorang menggunakan cara- cara yang islami yaitu tetap berpegang teguh dengan ajaran
Al Qur’an dan Sunnah. Telah dijelakan dalam Al Qura’an bahwa riba sangat dilarang
dalam islam, berikut beberapa ayat yang menegaskan pelarangan riba :
14
Malahayati, Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah, Yogyakarta: Jogja Great! Publisher, 2010, hlm 74

10
QS Ar Ruum ayat 39, yang artinya :
“ Dan sesuatu riba ( tambahan) yang kamu berikan agar dia menambahpada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan pahala.”

QS Al Imran ayat 130 , yang artinya:


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan.”

QS Al Baqarah ayat 278, yang artinya :


“ Hai orang-orang yang beriaman,bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang- orang beriaman.”
Dari beberapa ayat tersebut telah jelas bahwa riba sangat dilarang dalam bisnis karna
hanya akan mendatangkan kerugian bagi orang yang memakan riba tersebut. Oleh karena
itu etika isnis yang baik sangat dianjurkan untuk mendatangkan keuntungan yang bersifat
duniawi dan ukhrawi.
6. Tidak menimbun barang ( Ihtikar)
Penimbunan barang dalam bisnis juga dilarang dalam islam. Hal tersebut
dikhawatirkan dapat memberikan kerugian bagi pihak lain karena akan menimbulkan
kelangkaan suatu barang tertentu yang mengakibatkan naiknya harga barang sehingga
menyebabkan orang lain mendapatkan kesulitan dalam memperoleh barang. Praktek
ikhtikar biasanya dilakukan oleh pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang
berlipatganda dan mereka yang melakukan penimbunan barang hanya berorientasi pada
keuntungan semata tanpa memperdulikan kemaslahatan orang lain. Oleh karena itu etika
bisnis yang baik salah satunya adalah tidak melakukan penimbunan barang dan selalu
memberikan manfaat atau kemudahaan bagi orang lain sehingga tercipta kemaslahatan.
7. Tidak melakukan monopoli
Etika bisnis secara islam juga menganjurkan kepada kita untuk tidak melakukan
monopoli barang. Monopoli dalam hal ini terjadi apabila dalam suatu perusahaan yang
menjadi penjual tunggal suatu produk tanpa adanya barang subtitusi yang mirip.15
Jika monopoli terjadi dalam suatu tempat akan menyebabkan barang menjadi sedikit
karena disediakan oleh satu perusahaan saja sehingga menyebabkan harga barang
menjadi mahal, hal tersebut tentu saja akan menyebabkan orang lain kesulitan karena
tidak semua orang mampu membayar atau membeli barang dengan harga yang mahal.
8. Mengutamakan kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan menjadi kunci yang tidak kalah penting untuk dilakukan dalam
sebuah bisnis. Kepuasan yang dirasakan oleh seorang pelanggan akan membuat
pelanggan untuk menggunakan dan membeli lagi produk atau jasa yang kita tawarkan.
Selain itu jika seorang pelanggan merasa puas degan pelayanan atau produk yang kita
tawarkan maka pelanggan tersebut akan mengajak orang lain untuk menggunakan produk
atau jasa dari perusahaan kita sehingga jika hal tersebut terus dilakukan akan dapat
memberikan dampak yang positif dalam perusahaan.
9. Membayar upah sebelum kering keringat karyawan
Upah atau gaji adalah balas jasa yang diterima atas apa yang telah dilakukan atas
15
Pengantar Ekonomi Mikro, Gregory Mankiw, Jakarta: salemba Empat, 2012, hlm 312

11
suatu pekerjaan tertentu. Etika bisnis dalam islam mengajarkan untuk membayar gaji
karyawan sebelum keringatnya kering merupakan suatu perumpamaan bahwa seorang
pimpinan berkewajiban menyegerakan pembayaran upah seorang karyawan segera
setelah pekerjaannya selesai dilakukan. Perusahaan juga dikategorikan perusahaan yang
sehat jika mampu membyar kewajibannya kepada karyawannya.
10. Teguh menjaga amanah
Etika profesi yang terakir adalah seorang pebisnis harus teguh dalam menjaga
amanahnya. Menjaga amanah dalam hal ini dapat berarti banyak hal misalnya saja dalam
menjalin hubungan kerjasama bisnis dengan rekan kerja hendaknya memilki sikap
amanah atau dapat dipercaya. Ketika menjalin perjanjian bisnis hendaknya dituliskan
dengan sebuah akad yang jelas sehinggga dapat dipertanggungjawabkan di kemudian
hari. Sikap amanah dapat mempengaruhi kepercayaan seseorang atau mitra bisnis untuk
menjalin kerjasama bisnis dengan perusahaan kita. Jika sudah memilki kepercayaan
terhadap kita maka mitra tersebut akan terus menjalin kerjasama dengan kita yang pada
akhirnya akan memberikan dampak yang baik untuk perusahaan kita. Allah SWT telah
menjelaskan dalam Al Qur’an QS an Nissa ayat 58, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh manusia menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan menyuruh manusia apabila menetapkan hukum di antara
manusia agar menetapkannya dengan adil”.
Dalam ayat tersebut Allah menyuruh kita untuk menyampaikan amanah kepada yang
berhak menerimanya. Jadi amanah adalah sikap yang penting untuk kita milki dalam
menjalankan bisnis kita.

F. Perbandingan Pemasaran Syariah dan Pemasaran Konvensional


No Pembanding Pemasaran Syariah Pemasaran
Konvensional
1. Konsep dan filosofi dasar Mendasarkan semua Bebas nilai dan tidak
aktivitas pemasaran mendasarkan
dengan niali- nilai keTuhanan dalam
keTuhanan aktivitas pemasaran
2. Etika pemasar Menggunakan prinsip Bebas nilai,
kejujuran, amanah, dapat menghalalkan segala
dipercaya cara untuk memperoleh
keuntungan
3. Pendekatan terhadap Konsumen dan Konsumen dijadikan
konsumen perusahaan perbankan obyek untuk
memilki hubungan mitra memperoleh
kerja keuntungan
4. Cara pandang terhadap Pesaing dianggap mitra Pesaing dianggap
pesaing dan menggunakan lawan yang harus
prinsip bersaing secara dikalahkan
sehat
5. Budaya kerja Menggunakan prinsip Bebas nilai
kejujuran, kecerdasan,
bertanggung jawab, dan
mampu menyebarluaskan

12
G. Etika Pemasaran Secara Syariah
Pemasaran syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategi yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran, dan perubahan value ( nilai) dari inisiator kepada stake
holdersnya yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai prinsip-prinsip muamalah dalam
islam.16
Dalam hal ini akan dijelaskan karakteristik yang ada dalam pemasaran syariah,
yaitu :
1. Ketuhanan ( Rabbaniyah)
Seorang pemasar syariah memilki karakteristik ketuhanan yang digunakan dalam
melakukan pemasaran. Hal tersebut berarti ketika melakukan kegiatan pemasaran
hendaknya menanamkan nilai- nilai kemaslahatan dan tidak hanya mengejar keuntungan
semata. Seorang pemasar syariah juga diharapkan memilki pemahaman bahwa setiap
kegiatan pemasaran yang dilakukan selalu diketahui oleh Allah, sehingga dalam
melakukan pemasaran tidak akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat
merugikan orang lain.
2. Etis ( akhlaqiyyah)
Seorang pemasar syariah harus memilki etika dalam menjalankan bisnisnya. Etika
hendaknya menjadi prioritas utama dalam menjalankan bisnis perusahaan. Seorang
pemasar syariah harus memilki kejujuran dan etika dalam memasarkan produk dan jasa
agar mendapatkan keuntungan sehingga dapat mengembangkan perusahaan. Etika yang
baik dalam menjalankan sebuah bisnis dapat menimbulkan kepercayaan sesama mitra
kerja sehingga terjadi hubungan kemitraan yang baik dan sholid.
3. Realistis ( al waqi’yyah)
Pemasar syariah harus memiliki karakter pemasar yang realistis. Realistis dalam hal
ini dimaksudkan mampu bersikap fleksible dalam mengikuti perkembangan zaman dan
tehnologi. Pemasar syariah harus mampu menguasai tehnologi untuk mampu bersaing
dengan pemasar yang lain. Selain penguasaan tehnologi terbaru juga mampu untuk tetap
memasarkan produk dengan memegang teguh prinsip pemasar syariah yaitu misalnya
berpenampilan sopan, rapi, bersih dengan model yang mengikuti perkembangan zaman.
4. Humanitis (insaniyyah)
Humanitis adalah bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat,
sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara sesuai dengan syariah. Marketing syariah
diciptakan bersifat universal yaitu mencakup semua kalangan dan tidak mengenal warna
kulit, ras, suku, agama, status, dan kebangsaan seseorang. Karakteristik humanistik ini
bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada nasabah tanpa memandang status, derajat,
agama, ras,suku, bangsa sehingga dapat mencakup semua kalangan yang membutuhkan
jasa dan produk dari sebuah perusahaan.

H. Nilai- Nilai Pemasaran Syariah


Rasulullah SAW telah mengajarkan bahwa dalam pemasaran syariah, kita harus
memahami niali-nilai yang harus kita lakukan ketika melakukan pemasaran. Berikut
beberapa ilai yang mencerminkan etika dalam melakukan pemasaran yang berbasis
syariah :
1. Shidiq, yang artinya dalam menjalankan pemasaran syariah kita harus memilki sifat
16
Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Nur Rianto Al Arif, Bandung : Alfabeta, 2010, hlm 22

13
kejujuran. Kejujuran sangat penting dimiliki oleh seorang pemasar, Rasulullah SAW
adalah suri tauladan bgagi kita dalam menerapkan sikap dalam kehidupan kita, seperti
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh HR Bukhari dan Muslim, yang artinya17 :
“ Wajib bagi kalian berlaku jujur, sebab jujur membawa pada kebaikan, dan kebaikan
menunjukkan jalan ke surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan memperhatikan
kejujuran, ia akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya. Sebaliknya , janganlah
berdusta, sebab dusta mengarah pada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka.
Seseorang yang berdusta dan memperhatikan kedustaannya, ia tercatat di sisi Allah
sebagai pendusta.” ( HR Bukhari Muslimdari Ibnu Mas’ud)

2. Fathanah, artinya mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam segala


sesuatu yang terjadi dalam tugas dan kewajiban dalam melakukan pemasaran syariah.
Sifat fathanah berkaitan erat dengan kecerdasan dalam melakukan pemasaran baik
kecerdasan rasio maupun ilahiyyah. Sumber daya manusia dalm perbankan harus
memilki kecerdasan mengenai seluruh aspek yang berhubungan dengan perbankan
syariah sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan dapat mencapai tujuan
perusahaan.

3. Amanah, dalam hal ini bermakna tanggung jawab yang harus dilakukan dalam
melaksanakan setiap tugas dan kewajiban dalam sebuah perusahaan. Amanah sangat
penting dimiliki oleh seorang pemasar syariah karena dapat mempengaruhi kepercayaan
nasabah. Amanah yang diterima hendaknya dilaksanakan dengan sebaik- baiknya, seperti
dijelaskan dalam QS An Nisa ayat 58, yang artinya:
“ Seseungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan ( menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik- baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”

4. Tabligh, bermakna menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan hikmah,


kesabaran, sehingga dapat menumbuhkan hubungan sesama manusia yang sholid dan
kuat serta dapat menciptakan kemaslahatan. Seorang pemasar syariah dalam hal ini
dituntut tidak hanya bersikap menyampaikan misi sebuah perusahaan tetapi juga menjadi
juru dakwah dan menyampaikan pengembangan ekonomi syariah kepada masyarakat.
Masyarakat menjadi target utama dalam penyampaikan misi perkembangan ekonomi
syariah karena pada faktanya belum banyak masyarakat yang mengetahui dan faham
tentang ekonomi syariah.

5. Istiqamah, berarti konsisten. Seorang pemasar syariah hendaknya memilki sikap


konsisten dalam menerapkan aturan syariah, dapat dipercaya, dan teguh pendirian. Sikap
konsisten seorang pemasar syariah merupakan cerminan keseluruhan sikap dari sebuah
perusahaan.

17
Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Nur Rianto Al Arif, Bandung : Alfabeta, 2010, hlm 25

14
KESIMPULAN

1. Pengertian etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar
dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan

15
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Pengertian etika pemasaran adalah
sebuah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dalam merencanakan,
mengorganisasikan, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang
dilakukan sebuah perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dengan
menggunakan prinsip keadilan dan kejujuran.

2. Penerapan etika bisnis menurut syariah adalah dalam menjalankan bisnis syariah
hendaknya menjalankan etika sesuai ajaran Rasulullah SAW, di antaranya etika
kejujuran dalam menjelaskan produk, prinsip suka sama suka dalam melakukan
transaksi bisnis, tidak menipu takaran dan timbangan, tidak menjelek-jelekkan
bisnis orang lain, bersih dari unsur riba, tidak menimbun barang. Tidak
melakukan monopoli, mengutamakan kepuasan pelanggan, membayar upah
sebelum kering keringat, dan teguh menjaga amanah
Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya Allah telah menjelaskannya melalui
firmaNya dalam al Qur’an surat Al Baqarah ayat 62, yang artinya:
“Sesungguhnya orang - orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang –orang
Nasrani dan orang- orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-
benar beriman kepada Allah, hari kemuadian dan beramal shaleh, mereka akan
menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka,
dan tidak ( pula) mereka bersedih hati.”( QS Al Baqarah: 62)

3. Penerapan etika pemasaran menurut syariah harus memenuhi beberapa kriteria


yaitu ketuhanan, etis, realistis, dan humanitis. Selain itu dalam melakukan
pemasaran harus memenuhi kriteria nilai – nilai etika dalam pemasaran syariah
yaitu shidiq, fatanah, amanah, tabliq, istiqamah. Pemasaran syariah adalah sebuah
disiplin bisnis strategi yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan
perubahan value ( nilai) dari inisiator kepada stake holdersnya yang dalam
keseluruhan prosesnya sesuai prinsip-prinsip muamalah dalam islam

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mustaq. Etika Bisnis dalam Islam. 2001.Jakarta: Pustaka Al Kautsar.

16
Al Arif, Nur Rianto. Dasar- Dasar Pemasaran Bank Syariah.2010. Bandung : Alfabeta.

Anoraga, Pandji. Manajemen Bisnis. 1997. Jakarta :Rineka Cipta dan Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi (STIE) Bank BPD Jateng

Djakfar, Muhammad. Hukum Bisnis: Membangun Wacana Integrasi Perundangan


Nasional dengan Syariah. 2009. Yogyakarta : PT LKIS Printing Cemerlang

Djakfar, Muhammad.. Etika Bisnis Islami: Tataran Teoritis dan Praktis. 2008. Malang :
UIN Malang Press

Fauzia, Ika Yunia. Etika Bisnis dalam Islam. 2013. Jakarta: Kencana

Keraf, Sonny. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya.1998. Yogyakarta : Penerbit


Kanisius

Khasmir. Pemasaran Bank. 2010. Jakarta: Kencana

Khotler, Philip. Marketing Manajemen. 2000. New Jersey: Prentice Hall

Khotler, Philip dan AB Susanto. Manajemen Pemasaran di Indonesia. 2000. Jakarta :


Salemba Empat

Malahayati. Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah. 2010. Yogyakarta: Jogja Great! Publisher.

Mankiw, Gregory. Pengantar Ekonomi Mikro. 2012. Jakarta: Salemba Empat

Muhammad. Etika Bisnis Islami. 2004. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan


YKPN

Sula, Muhammad Syakir dan Hermawan Kertajaya. Syariah Marketing. 2005. Jakarta
:Mizan

Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar : Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. 1987.
Yogyakarta : Kanisius

17

Anda mungkin juga menyukai