Kerangka FASB
Kerangka FASB
1
E. Upaya dan Capaian/Hasil (Effort and Accomplishment)
Bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil berupa pendapatan. Dengan
kata lain, tidak ada hasil (pendapatan) tanpa upaya (biaya). Secara konseptual, pendapatan timbul
karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya.
G. Asumsi (Assumptions)
Bahwa asumsi di sini merupakan penjelasan bahwa keenam dasar sebelumnya merupakan
asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan segala keterbatasannya.
Asumsi – asumsi tersebut adalah :
a) Kesatuan Usaha: Terbatas penggunaannya jika diterapkan pada kegiatan departemen,
operasi unit pemerintahan, keiatan usaha perseorangan atau firma dan kegiatan usaha
perusahaan afiliasi (anak).
b) Kontinuitas Usaha: Asumsinya didasarkan atas pengalaman perusahaan pada
umumnya.
c) Periode Satu Tahun: Satu tahun adalah waktu yang tepat untuk pelapran , karena tidak
terlalu pendek, juga tidak terlalu panjang.
d) Harga Pokok Sebagai Bahan Olah Akuntansi: Harga pokok faktor produksi tersebut
adalah HP pada saat terjadinya.
e) Daya beli uang stabil.
f) Tujuannya adalah Mencari Laba : Perusahaan dipandang sebagai suatu organisasi yang
dibentuk untuk menghasilkan pendapatan.
2
GAMBARAN UMUM KONSEP DASAR OLEH FASB
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai:
“A coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial accounting
and reporting”.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri
dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi
keuangan dan laporan keuangan.
Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan
keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar laporan keuangan
perusahaan. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada
kerangka teori yang telah ada. Perkembangan kerangka konseptual (conceptual framework)
FASB melahirkan beberapa konsep dasar atau sering disebut dengan Statements of Financial
Accounting Concepts (SFAC) diantaranya:
a. SFAC No. 1, “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”, yang
menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
b. SFAC No. 2, ”Qualitative Characteristics of Accounting Information”, yang menjelaskan
karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
c. SFAC No. 3, ”Elements of Financial Statements of Business Enterprises”, yang
memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan, seperti asset,
liabilities, equity, revenue, dan expense.
d. SFAC No. 5, “Recognition and Measurements in Financial Statements of Business
Enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta
pedoman tentang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan ke dalam laooran
keuangan dan kapan waktu pelaporannya.
e. SFAC No. 6, “Elements of Financial Statements”, yang menggantikan SFAC No. 3 dan
memperluas ruang lingkup SFAC No. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi
nirlaba.
3
f. SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurements”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan
yang diharapkan dan nilai sekarang sebagai dasar pengukuran.
4
terdapat batasan dimana kebermanfaatan dari informasi laporan keuangan harus lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan dalam penyajian laporan keuangan (information economics).
Selain itu dalam penyajian laporan keuangan, setidaknya laporan keuangan harus mencakup
dua kualitas spesifik keputusan primer, yaitu relevance dan reliability. Relevance memiliki tiga
aspek, yaitu:
(1) Predictive value (nilai prediktif): kebergunaan laporan dalam memprediksi kejadian
ekonomis di masa depan
(2) Feedback value (nilai umpan balik): laporan keuangan dapat mengkonfirmasi atau
mengoreksi ekspektasi manajemen sebelumnya
(3) Timeliness (ketepatan waktu): informasi laporan keuangan sesuai dengan pertimbangan
pengguna saat ini
Sementara itu, Reliability terdiri dari tiga aspek berikut:
(1) Verifiability: menurut (Holthausen and Watts 2001), variability memiliki kontribusi
dalam menjamin kualitas suatu informasi akuntansi karena melalui serangkaian verifikasi
untuk merepresentasikan hal yang dijelaskan sebenarnya.
(2) Representational faithfulness: representational faithfulness berkaitan dengan
measurement theory. Representational faithfulness mengacu pada gagasan bahwa
pengukuran itu sendiri harus berkorespondensi dengan fenomena yang diukur.
(3) Neutrality: proses penyusunan standar seharusnya memperhatikan relevance dan
reliability di atas efek standar tersebut terhadap kelompok pengguna laporan keuangan
atau perusahaan itu sendiri
Selain konsep-konsep di atas, ada bebrapa konsep lain yang dibahas dalam Statement No. 2,
yaitu:
(1) Conservatism: pertimbangan mengenai pengakuan yang dapat memengaruhi seluruh pos.
konservatisme menekankan pada mendahulukan pengakuan beban daripada pendapatan.
(2) Comparability dan Consistency: laporan keuangan memiliki kemampuan untuk
dibandingkan dengan laporan keuangan lainnya dalam kurun waktu tertentu maupun jenis
perusahaan tertentu, dan mengadopsi kebijakan atau standar yang konsisten dari waktu ke
waktu.
(3) Materiality: pertimbangan dalam menilai suatu ukuran yang dapat ditoleransi ataupun
tidak dan mempengaruhi besar kecilnya salah saji dalam pelaporan keuangan.
5
C. SFAC No. 3 (1980), Elements Of Financial Statements Business Enterprises
Statement No. 3 mendefinisikan 10 elemen laporan keuangan, di antaranya adalah sebagai
berikut:
(1) Aktiva, manfaat ekonomi yang memiliki kemungkinan terjadi di masa depan, yang
diperoleh atau dikuasai oleh perushaan sebagai hasil dari transaksi bisnis atau kejadian-
kejadian di masa lalu.
(2) Kewajiban, sebuah pengorbanan ekonomi yang memiliki kemungkinan terjadi di masa
depan, yang muncul akibat kewajiban berjalan perusahaan atau kewajiban yang
ditimbulkan dari transaksi bisnis atau kejadian di masa lalu untuk mengalokasikan aktiva
atau menyediakan jasa kepada entitas-entitas lain di masa mendatang.
(3) Ekuitas, berupa kepentingan dalam aktiva sebuah perusahaan, yang telah dikurangi
dengan utang-utangnya.
(4) Investasi oleh pemilik, kenaikan aktiva bersih sebuah entitas yang dihasilkan akibat
alokasi suatu hal yang bernilai dari perusahaan lain terhadap perusahaan tersebut untuk
memperoleh kepentingan kepemilikan di dalam organisasi.
(5) Deviden, penurunan aktiva bersih sebuah perusahaan akibat transfer aktiva, penyediaan
jasa, atau timbulnya kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik.
(6) Laba komprehensif, perubahan modal sebuah perusahaan selama suatu periode tertentu
akibat transaksi dan kejadian lainnya yang tidak berasal dari pemilik.
(7) Pendapatan, inflow atau peningkatan atas aktiva sebuah perusahaan atau pembayaran
utang-utang perusahaan selama siklus akuntansi, atau dimulai dari kegiatan produksi
barang atau penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang merupakan kegiatan
operasional utama perusahaan.
(8) Beban, outflow atau penggunaan atas aktiva sebuah perusahaan atau meningkatnya
jumlah kewajiban selama suatu siklus akuntansi dari kegiatan produksi barang
penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang merupakan kegiatan operasional
utama perusahaan.
(9) Keuntungan, sebuah kenaikan ekuitas sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transaksi
peripheral atau insidentil dari transaksi-transaksi ataupun kejadian lainnya dan situasi
6
yang mempengaruhi keuangan perusahaan selama suatu periode tertentu, selain yang
bersasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
(10) Kerugian, sebuah penurunan ekuitas sebuah perusahaan yang ditimbulkan dari transaksi
peripheral atau insidental maupun dari transaksi dan kejadian lainnya yang
mempengaruhi perusahaan selama suatu periode akuntansi, selain yang bersasal dari
pendapatan atau investasi pemilik.
7
harus memenuhi beberapa atribut diantaranya, historical cost, current/replacement cost,
exit/current market value, net realizable value (selling cost – any cost to complete or dispose),
dan present (discounted) value atau aliran kas masa depan.
G. SFAC No. 7 (2000), Using Cash Flow Informasi Dan Present Value In Accounting
Measurements
SFAC No. 7 menjelaskan mengenai permasalahan dalam pengukuran khusus dan bukannya
masalah konseptual yang lebih luas. SFAC No. 7 mencakup kondisi dimana present-market
determined amounts tidak tersedia saat harus diakui. Namun, metode present value tidak
digunakan secara konsisten dalam standar.
Hal yang paling penting mengenai pengukuran aset adalah pengukuran-pengukuran present
value merupakan metode untuk mensimulasi nilai yang fair. Oleh karena itu, jika perusahaan
tidak mengetahui nilai pasar aset tertentu, maka perusahaan akan bekerja keras terhadap tingkat
diskon tersebut. Tingkat diskon (potongan tunai) seharusnya meliputi resiko dan ketidakpastian,
yang dapat mencerminkan penilaian oleh nilai pasar.
Sementara itu hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran pasiva adalah tingkat diskon
harus dipengaruhi oleh posisi kredit suatu perusahaan. Pembawaan nilai pasiva yang sebenarnya
dipengaruhi oleh kedudukan kredit perusahaan sehingga jika kedudukan kredit perusahaan
memburuk, maka penilaian pasiva akan menurun (karena jika posisi kredit yang rendah berarti
tingkat potongan tunai akan naik). Pengukuran aset dan pasiva pada SFAC No 7 bersifat tetap.
Suatu aset dilihat dan dinilai secara terpisah dari perusahaan yang memilikinya, tetapi pasiva
tidak dapat dipisahkan karena pasiva pada akhirnya akan dilunasi.
8
H. SFAC No. 8, Conceptual Frameworks for Financial Reporting
SFAC No.8 merupakan salah satu dari serangkaian publikasi di FASB untuk akuntansi dan
pelaporan keuangan yang mencakup dua bab kerangka konseptual baru yang menggantikan
SFAC No.1, tujuan pelaporan keuangan oleh Business Enterprises, dan SFAC No.2, karakteristik
kualitatif informasi akuntansi. SFAC No.8 dimaksudkan untuk menetapkan tujuan-tujuan dan
konsep-konsep fundamental yang akan menjadi dasar untuk pengembangan akuntansi keuangan
dan pedoman pelaporan. Secara umum isi dan tujuan SFAC No.8 adalah:
1) Bagian pertama hasil projek bersama dengan IASB dalam merumuskan konsep dasar
akuntansi keuangan.
2) Menggantikan SFAC No.1 dan 2
3) Terdiri atas tiga bab :
(1) Bab 1, tujuan pelaporan keuangan tujuan umum.
(2) Bab 2, entitas pelaporan
(3) Bab 3, karakteristik kualitatif informasi keuangan bermanfaat.
9
Dalam menyetujui untuk melanjutkan proyek-proyek serupa mereka bersama-sama,
setuju untuk melihat di penyajian informasi dalam laporan keuangan. Proyek bersama memiliki
perkembangan di luar lingkup presentasi dan menampilkan item pendapatan dan biaya,
melainkan menunjukkan presentasi dan menampilkan di muka laporan keuangan yang
merupakan satu set lengkap laporan keuangan. Pada bulan April 2004, dewan IASB dan FASB
memutuskan untuk pendekatan proyek dalam tiga tahap:
1. Tahap A akan menunjukkan laporan yang merupakan satu set lengkap laporan keuangan dan
periode yang mereka harus diberikan.
2. Tahap B akan mengatasi isu-isu yang lebih mendasar yang berkaitan dengan presentasi dan
menampilkan informasi dalam laporan keuangan, termasuk menggabungkan dan
disaggregating informasi dalam setiap laporan keuangan utama, mendefinisikan total dan
subtotal, dan mempertimbangkan kembali penggunaan langsung atau metode tidak langsung
untuk menyajikan operasi kas arus.
3. Tahap C akan menunjukkan presentasi dan menampilkan informasi keuangan interim di AS
prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). IASB juga dapat mempertimbangkan kembali
persyaratan dalam IAS 34, tentang pelaporan keuangan interim.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://kartikaharahap.wordpress.com/2011/11/11/konsep-dasar-akuntansi/,diakses 25 September
2016
Triyuwono,Iwan. 2003. Konsekuensi Penggunaan Enthity Teori Sebagai Konsep Dasar Standar
Akuntansi Perbankan Syariah, JAAI, Volume 7 , No. 1, Juni 2003
Wolk, H. I., et al. (2013). Accounting Theory Conceptual Issues in a Political and Economic
Environment. sagepub.com, SAGE Publications, Inc.
11