Anda di halaman 1dari 7

Idea Nursing Journal Syarifah Rauzatul Jannah

ISSN : 2087 - 2879


TINJAUAN PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN PADA
PASIEN DENGAN BUNUH DIRI

Review of Emergency Treatment for Suicidal Patients

Syarifah Rauzatul Jannah


1
Bagian Keilmuan Keperawatan Jiwa dan Komunitas, Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
1
Mental Health and Community Health Nursing Department, School of Nursing, Faculty of Medicine,
Syiah Kuala University, Banda Aceh.
Email: Syarifah_Ruzatul_Jannah@yahoo.com

ABSTRAK

Bunuh diri yakni suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan individu
secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku-perilaku bunuh diri dapat
berupa isyarat -isyarat, percobaan atau ancaman verbal yang mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti
diri sendiri. Bunuh diri merupakan salah satu masalah yang perlu mendapatkan penanganan yang intensif
oleh karena efek yang ditimbulkan dari perilaku bunuh diri dapat menyebabkan kerusakan integritas diri
bahkan kematian. Bunuh diri juga satu dari penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun selain faktor
kecelakaan. Tujuan penulisan ini adalah ingin menggambarkan tentang penatalaksanaan keperawatan
kegawatdaruratan pada pasien dengan bunuh diri. Tujuan utama dari intervensi keperawatan adalah untuk
melindungi, meingkatkan harga diri dan penguatan coping mechanism. Intervensi yang dibuat dan
dilaksanakan terus mengacu pada etiologi, diagnosa keperawatan serta sesuai dengan tujuan yang akan
tercapai sehingga diharapkan perawat dapat senantiasa memahami penatalakasanaan keperawatan
kedaruratan pada pasien dengan bunh diri.

Kata kunci: bunuh diri, penatalaksanaan, kegawatdaruratan.

ABSTRACT
Suicide is an intentional effort that aims to end individual life with desire and try to apply the desire to
die. Suicide behaviors can be signals, trials, or verbal threats that cause death, wound, or self-hurting.
Suicide is one of the problems that need intensive treatment due to its effects that can cause self-integrity
damage and even death. It is also one leading cause of death of age 15-34 year besides accident factors. The
objective of this paper is to describe the emergency nursing treatment for the suicidal patients. The main
objective of this treatment is to protect, improve self-esteem, and strengthen coping mechanism. The created
intervention is done considered by its etiology, nursing diagnosis, and is suitable with the purpose that will
be achieved. It is expected that nurses can understand the emergency nursing treatment for the suicidal
patients.

Keywords: suicide, treatment, emergency.

PENDAHULUAN menggunakan zat psikoaktif overdosis atau


racun. Selain itu wanita lebih sering
Bunuh diri merupakan suatu memilih cara menyelamatkan dirinya
kegawatdaruratan psikiatri yang merupakan sendiri atau diselamatkan orang lain.
tindakan destruktif yang dapat merusak Berdasarkan data dari WHO (2003),
intergritas diri. Pada laki-laki prevalensi didapatkan bahwa satu juta orang bunuh diri
bunuh diri tiga kali lebih sering dalam setiap tahunnya atau setiap detik 40.
dibandingkan dengan wanita, karena laki- Bunuh diri juga satu dari penyebab utama
laki lebih sering menggunakan alat yang kematian pada usia 15-34 tahun selain
lebih efektif untuk bunuh diri seperti pistol, faktor kecelakaan.
menggantung diri, atau lompat dari gedung Menurut Leahey dan Wright (1987),
yang tinggi. Sedangkan wanita lebih sering pada usia remaja bunuh diri merupakan

32
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

penyebab kematian kedua dimana motivasi usaha bunuh diri yang sering menyertai
remaja melakukan percobaan bunuh diri depresi dan sering terjadi pada remaja.
yaitu 51% maslah dengan orang tua, 30% Terdapat beberapa istilah dalam
maslah sekolah dan 16% masalah dengan bunuh diri seperti: (1) suicide idea yaitu
saudara. Keluarga sering menjadi sorotan pikiran/ide untuk menghabisi nyawanya
utama bila remaja bermasalah. Kenyataan sendiri. (2) tentamen suicidium yaitu upaya
ini tidak bisa dipungkiri karena remaja itu untuk menghabisi nyawa sendiri tetapi tidak
sendiri merupakan bagian dari keluarga. mengakibatkan kematian, (3) Suicidal
Stuart dan Sundeen (1997) behavioral yaitu perilaku yang
mengemukakan bahwa jenis kepribadian membahayakan diri sendiri, contoh mutilasi
yang paling sering melakukan bunuh diri diri, (4) Masced suice yaitu bunuh diri tidak
adalah tipe agresif, bermusuhan, putus asa, langsung/terselubung.
harga diri rendah dan kepribadian anti
sosial. Anak akan lebih besar melakukan Etiologi
upaya bunuh diri bila berasal dari keluarga Secara universal penyebab utama dari
yang menerapkan pola asuh otoriter atau bunuh diri adalah ketidakmampuan individu
keluarga yang pernah melakukan bunuh untuk menyelesaikan masalah. Etiologi dari
diri. Selain itu juga faktor gangguan emosi bunuh diri meliputi: (1) Faktor genetik:
dan keluarga dengan alkoholisme, riwayat Faktor genetik mempengaruhi terjadinya
psikososial seperti orang tua yang bercerai, resiko bunuh diri pada keturunannya. Lebih
putus hubungan, kehilangan pekerjaan atau sering terjadi pada kembar monozygot dari
stress multiple seperti pindah rumah, pada kembar dizygot. Disamping itu ada
kehilangan dan penyakit kronik merupakan penurunan serotonin yang dapat
factor predisposisi yang dapat membentuk menyebabkan depresi yang berkontribusi
koping yang maladaptif serta dapat terjadinya resiko bunuh diri. Prevalensi
mencetuskan bunuh diri.Tujuan penulisan bunuh diri berkisar antara 1,5-3 kali lebih
ini adalah ingin menggambarkan tentang besar terjadi pada individu yang menjadi
penatalaksanaan kegawatdaruratan pada kerabat tingkat pertama dari orang yang
pasien dengan bunuh diri. mengalami gangguan mood atau depresi
yang pernah melakukan upaya bunuh diri,
Pengertian (2) Faktor biologis: Biasanya berhubungan
Bunuh diri yakni suatu upaya yang dengan keadaan-keadaan tertentu seperti
disadari dan bertujuan untuk mengakhiri penyakit kronis/kondisi medis tertentu,
kehidupan individu secara sadar berhasrat misalnya stroke, gangguan kerusakan
dan berupaya melaksanakan hasratnya kognitif (dimensia), diabetes, penyakit arteri
untuk mati. Perilaku-perilaku bunuh diri koronaria, kanker, HIV/AIDS, dan lain-
dapat berupa isyarat-isyarat, percobaan atau lain, (3) Faktor psikososial dan lingkungan:
ancaman verbal yang mengakibatkan (a) Teori psikoanalitik/psikodinamika: Dalam
kematian, luka atau menyakiti diri sendiri. teori Freud, Sigmund Freud dan Karl
Bunuh diri (dalam bahasa Inggris: suicide; Menninger meyakini bahwa bunuh diri
dalam budaya Jepang dikenal istilah hara- merupakan hasil dari marah yang diarahkan
kiri). Alasan atau motif bunuh diri pada diri sendiri, yaitu bahwa kehilangan
bermacam-macam namun biasanya didasari objek berkaitan dengan agresi dan
oleh rasa bersalah yang sangat besar karena kemarahan, perasaan negative terhadap diri
merasa gagal untuk mencapai suatu sendiri dan terakhir depresi, (b) Teori
harapan. perilaku kognitif: Beck menyatakan bahwa
Stuart (2007) mengemukakan bunuh adanya pola kognitif negative yang
diri adalah setiap aktifitas yang jika tidak berkembang, memandang rendah diri
dicegah dapat mengarah pada kematian. sendiri. (4) Stressor lingkungan: Kehilangan
Isaacs (2004), menyatakan bahwa bunuh anggota keluarga, penipuan, kuranganya
diri adalah pikiran untuk menghilangkan system dukungan sosial: Teori sosiologi:
nyawa sendiri. Sedang menurut Kaplan Emile Durkheim membagi suicide dalam
(1997), bunuh diri adalah ide, isyarat dan tiga kategori yaitu: egoistic (orang yang
Idea Nursing Journal Vol. 1 No. 1

tidak terintegrasi pada kelompok sosial), jiwa. Individu yang berisiko untuk bunuh
altruistic (melakukan suicide untuk diri adalah gangguan afektif,
kebaikan orang lain) dan anomic (suicide penyalahgunaan zat dan schizophrenia.
karena kesulitan dalam berhubungan dengan Faktor predisposisi meliputi sifat
orang lain dan beradaptasi dengan stressor). kepribadian (impulsive, bermusuhan dan
Sedangkan menurut Hafen dan depresi), lingkungan psikososial, riwayat
Frandsen (1985), dikutip dalam Keliat keluarga dan factor biokomia. (2) Faktor
(1991) menyatakan bahwa penyebab bunuh presipitasi: Beberapa factor presipitasi yang
diri pada remaja adalah: (1) Hubungan berkaitan dengan buuh diri adalah perasaan
interpersonal yang tidak bermakna, (2) Sulit terisolasi karena kehilangan hubungan
mempertahankan hubungan interpersonal, interpersonal/gagal melakukan hubungan
(3) Pelarian dari penganiayaan fisik atau yang berarti, kegagalan beradaptasi, perasaan
pemerkosaan, (4) Perasaan tidak dimengerti marah/bermusuhan, dan cara mengakhiri
orang lain, (5) Kehilangan orang yang keputusasaan.
dicintai, (6) Keadaan fisik, (7) Masalah
dengan orang tua, (8) Masalah seksual, (9) Rentang respon protektif bunuh diri
Depresi. Pada umumnya tindakan bunuh diri
Berdasarkan Stuart dan Sundeen merupakan cara ekspresi orang yang penuh
(1997), etiologi bunuh diri dapat stres. Dalam hal ini, rentang respon
digolongkan dalam faktor predisposisi dan perlindungan dirinya telah bergeser ke arah
presipitasi: (1) Faktor predisposisi: yang berlawanan. Rentang respon
Diagnostik lebih dari 90% orang dewasa perlindungan diri (self-protective) adalah
yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh seperti bagan berikut ini:
diri mempunyai hubungan dengan gangguan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencederaan Bunuh Diri


Diri Peningkatan destruktif-diri diri
Berisiko tak langsung

Perilaku bunuh diri berkembang gesture, pada tahap ini klien menunjukkan
dalam rentang diantaranya: (1) Suicidal perilaku destruktif yang diarahkan pada diri
ideation, pada tahap ini merupakan proses sendiri yang bertujuan tidak hanya
contemplasi dari suicide, atau sebuah mengancam kehidupannya tetapi sudah pada
metoda yang digunakan tanpa melakukan percobaan untuk melakukan bunuh diri. (4)
aksi/tindakan, bahkan klien pada tahap ini Suicidal attempt, pada tahap ini perilaku
tidak akan mengungkapkan idenya apabila destruktif klien yang mempunyai indikasi
tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat individu ingin mati dan tidak mau
perlu menyadari bahwa pasien pada tahap diselamatkan misalnya minum obat yang
ini9 memiliki pikiran tentang keinginan mematikan. (5) Suicide, tindakan yang
untuk mati. (2) Suicidal intent, pada tahap bermaksud membunuh diri sendiri, hal ini
ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan telah didahului oleh beberapa percobaan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri sebelumnya.
bunuh diri. (3) Suicidal threat, pada tahap
ini klien mengekspresikan adanya keinginan Manifestasi Klinis
dan hasrat yang dalam, bahkan ancaman Mood/efek depresi yang persisten,
untuk mengakhiri hidupnya. (3) Suicidal merasa hopelessness, helplessness, isolation,
Idea Nursing Journal Vol. 1 No. 1

sedih, merasa menjauh dari orang lain, efek


datar, sering mendengar atau melihat bunyi
yang sedih dan unhappy, membenci diri
sendiri, merasa dihina, mengharapkan untuk bunuh diri, depresi/cemas dan kelelahan,
dihukum. tersedia alat bunuh diri, ketidakpedulian
Perilaku/behavior. Perubahan pada anggota keluarga, adanya gagasan bunuh
penampilan fisik, kehilangan fungsi, tak diri, membuat surat wasiat, kasus depresi,
berdaya seperti tidak intrest, kurang krisis hidup, riwayat bunuh diri dalam
mendengarkan, gangguan tidur, sensitive, keluarga, Pesimisme/keputusan yang
mengeluh sakit perut, kepala sakit, perilaku pervasif.
anti sosial: menolak untuk minum,
menggunakan obat-obatan, berkelahi, lari Psikopatologi
dari rumah. Orang yang siap membunuh diri
Sekolah, lingkungan kerja dan adalah orang yang merencanakan kematian
hubungan interpersonal. Menolak untuk ke dengan tindak kekerasan, mempunyai
sekolah, bolos dari sekolah, withdraw sosial rencana spesifik dan mempunyai niat untuk
teman-temannya, kegiatan-kegiatan sekolah. melakukannya.
Begitu pula pada orang dewasa dalam Perilaku bunuh diri biasanya dibagi
lingkungan kerjanya. Hanya interest pada menjadi 3 kategori: (1) Ancaman bunuh diri:
hal-hal yang menyenangkan, kekurangan Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang
sistem pendukung sosial yang efektif. tersebut mempertimbangkan untuk bunuh
Keterampilan koping. Kehilangan diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi
batas realita, menarik dan mengisolasikan seseorang tentang kematian,kurangnya
diri, tidak menggunakan support sistem, respon positif dapat ditafsirkan seseorang
melihat diri sebagai orang yang secara total sebagai dukungan untuk melakukan
tidak berdaya. tindakan bunuh diri, (2) Upaya bunuh diri:
Selain itu, tanda dan gejala lainnya Semua tindakan yang diarahkan pada diri
yaitu: kehilangan harapan, amarah dan yang dilakukan oleh individu yang dapat
dendam yang tidak terkontrol, mengucilkan mengarah pada kematian jika tidak dicegah,
diri dari keluarga, teman dan sosial, panik (3) Bunuh diri: Mungkin terjadi setelah
berlebihan, sifat berubah-ubah dengan tanda peningkatan terlewatkan atau
drastis, penggunaan alkohol dan narkoba terabaikan. Orang yang melakukan
yang kronis, melakukan hal atau aktivitas percobaan bunuh diri dan yang tidak
yang beresiko tinggi dan tidak masuk akal langsung ingin mati, mungkin mati jika
secara spontan, merasa terjebak dan pasrah, tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat
tidak memiliki tujuan hidup, upaya/khayal pada waktunya.

Perbedaan antara percobaan bunuh diri dan bunuh diri

Percobaan Bunuh Diri Bunuh Diri


Umumnya terjadi pada semua kelompok usia Terjadi pada usia dewasa dan usia lanjut
Lebih umum terjadi pada wanita muda yang Lebih umum terjadi pada pria (lebih banyak
tidak menikah pada bujangan, bercerai atau duda)
Bersifat ambivalen (mendua) Bersifat tegas
Menggunakan metode yang lebih
Menggunakan metode yang tidak mematikan
mematikan
Berkaitan dengan perilaku untuk menarik Berkaitan dengan keinginan yang kuat
perhatian untuk mati
Cara yang sering dipakai adalah
Cara yang sering dipakai adalah dengan
menggantung diri, minum racun, atau
meminum racun
membakar diri
Stressor sering kali berupa konflik Stressor bervariasi meliputi sakit stadium
interpersonal atau konflik dalam keluarga terminal dan faktor ekonomi
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

Pengkajian Tempatkan klien ditempat yang aman,


Tinjau kembali riwayat klien untuk bukan diisolasi dan perlu dilakukan
adanya stressor pencetus dan data yang pangawasan, (2) Meningkatkan harga diri ,
signifikan tentang: (1) Kerentanan genetik- (3) Klien yang ingin bunuh diri mempunyai
biologik/riwayat keluarga, (2) Peristiwa harga diri yang rendah. Bantu klien
hidup yang menimbulkan stress dan mengeskpresikan perasaan positif/ negatif.
kehilangan yang baru dialami, (3) Hasil dan (4) Berikan pujian pada hal yang positif, (5)
alat pengkajian yang terstandarisasi untuk Menguatkan koping yang konstruktif/sehat,
depresi, (4) Riwayat pengobatan, (5) (6) Perawat perlu mengkaji koping yang
Riwayat pendidikan dan pekerjaan, (6) Catat sering dipakai klien. Berikan pujian
ciri-ciri respon psikologik, kognitif, penguatan untuk koping yang
emosional dan perilaku dari individu dengan konstruktif. Untuk koping yang destruktif
gangguan mood, (7) Kaji adanya faktor perlu dimodifikasi/dipelajari koping baru,
resiko bunuh diri dan letalitas perillaku (7) Menggali perasaan (Express Feeling), (8)
bunuh diri. Perawat membantu klien untuk mengenal
Tujuan utama asuhan keperawatan perasaannya. Bersama mencari faktor-faktor
adalah melindungi ia sampai ia dapat predisposisi dan presipitasi yang
melindungi diri sendiri. Intervensi yang mempengaruhi perilaku klien. Perlu ada
dibuat dan dilaksanakan terus mengacu pada dukungan dari lingkungan seperti sharing
etiologi diagnose keperawatan serta sesuai atau curhat sehingga membantu
dengan tujuan yang akan tercapai. Menurut meringankan beban yang menerpa, selain
Stuart dan Sundeen (1997) dalam Kaliat mengontrol emosi, lebih mendekatkan diri
(1991 : 13) mengidentifikasi intervensi kepada yang maha kuasa, (9) Menggerakkan
utama pada klien untuk perilaku bunuh diri dukungan social. Untuk itu perawat
yaitu: (1) Melindungi, Merupakan intervensi mempunyai peran menggerakkan sistem
yang paling penting untuk mencegah klien sosial klien, yaitu keluarga, teman terdekat,
melukai dirinya.
Instrument yang biasa dipakai untuk menentukan resiko klien melakukan bunuh diri diantaranya
dengan SAD PERSONS:

No SAD PERSONS Keterangan


1 Sex (jenis kelamin) Laki-laki lebih komit melakukan suicide 3 kali lebih tinggi dibanding
wanita, meskipun wanita lebih sering 3 kali dibanding laki-laki
melakukan percobaan bunuh diri.
2 Age (umur) Kelompok resiko tinggi : 19 tahun atau lebih muda, 45 tahun atau lebih
tua dan khususnya umur 65 tahun lebih.
3 Depression 35–79 % orang yang melakukan bunuh diri mengalami sindrome
depresi.
4 Previous attempts 65–70 % orang yang melakukan bunuh diri sudah pernah melukukan
(percobaan bunuh diri) percobaan sebelumnya.
5 ETOH (alcohol) 65 % orang yang suicide adalah orang yang menyalahgunakan alkohol.
6 Rational Thinking Loss Orang Skizofrenia dan dementia lebih sering melakukan bunuh diri
(Kehilangan berfikir dibanding general populasi.
rasional)
7 Sosial Support Lacking Orang yang melakukan bunuh diri biasanya kurangnya dukungan dari
(Kurang dukungan sosial) teman dan saudara, pekerjaan yang bermakna serta dukungan spiritual
keagamaan.
8 Organized Plan Adanya perencanaan yang specifik terhadap bunuh diri merupakan
(Perencanaan yang resiko tinggi.
terorganisasi)
9 No Spouse (Tidak Orang duda, janda, single adalah lebih rentan dibandingkan menikah.
memiliki pasangan)
10 Sickness Orang yang berpenyakit kronikbdan terminal berisiko tinggi
melakukan bunuh diri.
Idea Nursing Journal Vol. 1 No. 1

atau lembaga pelayanan di masyarakat agar pokok keluarga dan PES. Diperoleh
dapat mengontrol perilaku klien. pada tanggal 12 April 2010, dari:
http://khaidirmuhaj.
PENUTUP blogspot.com/2009/06/askep-bunuh-
Bunuh diri merupakan suatu aktifitas diri-html.
yang jika tidak di cegah dapat menyebabkan
kematian. Bunuh diri dapat disebabkan oleh Mental Health Club FIK UNPAD. (2008).
adanya faktor pencetus dan faktor Asuhan keperawatan upaya bunuh
predisposisi. Faktor pencetus dapat berupa diri, (sumber: Yosep, Iyus (2007),
perasaan terisolasi karena kehilangan Keperawatan Jiwa, PT Refika
hubungan interpersonal/gagal melakukan aditama : Bandung ).Diperoleh pada
hubungan yang berarti, kegagalan tanggal 12 April 2010, dari:
beradaptasi, perasaan marah/bermusuhan, http://nersjiwa.blogspot.com/2008/0
dan cara mengakhiri keputusasaan. 4/bunuh-diri_708.html.
Sedangkan faktor predisposisi meliputi
gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan Pri’e. (2008). Asuhan keperawatan klien
schizophrenia. Faktor predisposisi meliputi dengan risiko bunuh diri. Diperoleh
sifat kepribadian (impulsive, bermusuhan pada tanggal 12 April 2010, dari:
dan depresi), lingkungan psikososial, http://perawatpskiatri.blogspot.com/
riwayat keluarga dan faktor biokomia. 2008/11/asuhan-keperawatan-klien-
Karakteristik pasien dengan perilaku dengan-risiko.html.
bunuh diri dapat berupa adanya gangguan
alam perasaan, perubahan penampilan fisik, Rainia. (2009). Laporan pendahuluan asuhan
menarik diri, ketidakberdayaan dan keperawatan pada klien dengan
keputusasaan, adanya ide bunuh diri dan perilaku percobaan bunuh diri.
gangguan interaksi sosial. Perawat memiliki Diakses pada tanggal 11 April 2010,
peran yang sangat penting dalam dari: http://rastirainia.
menerapkan asuhan keperawatan yang wordpress.com/2009/11/25/laporan-
terkait dengan bunuh diri. Diperlukan suatu pendahuluan-asuhan-keperawatan-
penatalaksanaan kegawatdaruratan yang klien-dengan-perilaku-percobaan-
bertujuan untuk melindungi, meningkatkan bunuh-diri.
harga diri, penguatan koping dan dukungan
keluarga. Sehingga pasien akan dapat Wikipedia. (2010). Bunuh diri. Diperoleh
dicegah dari perilaku bunuh diri dan dapat pada tanggal 12 April 2010, dari:
menjalani kehidupannya dengan baik. http://id.wikipedia.org/wiki/Bunuh_
diri.
KEPUSTAKAAN
Dez’s (2009), Asuhan keperawatan pada
klien dengan tindakan bunuh
diri/merusak diri. Diperoleh pada
tanggal 12 April 2010, dari:
http://dezlicious.blogspot.com/2009/
05/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan_09.html.

Keliat, A. B., & Akemat (2006). Model


praktik keperawatan profesional
jiwa. Jakarta: EGC.

Khaidir, M. (2009). Asuhan keluarga remaja


dengan percobaan bunuh diri
menggunakan pendekatan lima tugas
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

Anda mungkin juga menyukai