Hutan Rahmawaty3 PDF
Hutan Rahmawaty3 PDF
PENDAHULUAN
A. Pengelolaan Budidaya
Pengelolaan budidaya ikan harus ditujukan untuk mendapatkan produksi ikan
optimal dengan tetap memperhatikan daya dukung dan kelestarian sumberdaya
perairan. Prinsip dari budidaya ikan adalah pemeliharaan ikan pada kondisi perairan
yang dapat dikendalikan lingkungannya. Waduk merupakan salah satu perairan
umum yang mempunyai wilayah yang memenuhi syarat untuk budidaya ikan. Saat
ini budidaya yang masih cocok untuk perairan waduk adalah pemeliharaan ikan
dalam keramba jaring apung. Keramba jaring apung merupakan salah satu jenis
usaha keramba yang dominan yang diusahakan oleh petani.
Jika ditinjau dari segi ketersediaan sumberdaya pertanian, profitabilitas usaha
dan pasar, terutama pasar ekspor, usaha keramba jaring apung mempunyai prospek
untuk dikembangkan dan merupakan lapangan pekerjaan yang penting bagi
masyarakat di sekitarnya. Ada indikasi bahwa usaha keramba jaring apung bersifat
terintegrasi mulai dari penyediaan benih, usaha pembesaran ikan hingga pemasaran
mempunyai profitabilitas yang lebih tinggi (Manurung, 1997).
Lebih lanjut Manurung (1997), mengemukakan bahwa usaha budidaya
keramba jaring apung relatif baru dikenal oleh petani Indonesia yakni sejak 1974.
Usaha ini pada awalnya dicoba di waduk Jatiluhur oleh Lembaga Penelitian Perikanan
Darat. Pemanfaatan waduk untuk usaha perikanan dengan keramba lebih
berkembang di Jawa dibanding dengan daerah lain di Indonesia.
Tujuan utama budidaya ikan adalah optimasi produksi ikan pada tingkat biaya
yang minimum, oleh kerenanya setiap budidayawan harus tahu dan menguasai
seluruh konsep sistem budidaya dan secara efektif dapat mengendalikan setiap
tahapan operasional budidaya yang dimulai dari tahap pembuatan unit budidaya dan
pemilihan lokasi untuk budidaya ikan meliputi faktor fisik, kimia, dan biologi
perairan, kemudahan jangkauan dan ketersediaan sarana dan prasarana, serta
faktor keamanan.
Menurut Krismono (1995) bila pada perairan waduk dan danau sudah
ditentukan kawasan bididayanya, maka pemanfaatan zona budidaya perairan hasil
penentuan tata ruang harus memperhatikan syarat-syarat atau catatan-catatan
khusus tentang lingkungan sumberdaya perairan tersebut, yang meliputi:
1. luas zona budidaya, kedalaman, arus air, kecerahan dan tingkat tropik (daya
dukung sumberdaya perairan)
2. Ketinggian, musim dan sifat khusus, misalnya umbalan.
B. Operasional Budidaya
Sebelum operasional budidaya dilakukan, perlu dibuatkan jadwal
pelaksanaanya yang memuat semua kegiatan yang akan dilaksanakan mulai dari
persiapan, pengadaan sarana, bahan dan peralatan, penebaran ikan, pemberian
pakan, perawatan dan pengawasan, pemantauan stok ikan dan kualitas perairan
sampai dengan panen dan distribusi.
Apabila lokasi budidaya telah dipilih, fasilitas budidaya sudah lengkap tersedia
dan wadah pemeliharaan sudah ditebari ikan, maka budidayawan ikan harus
mempunyai keyakinan bahwa ikan yang dipelihara tumbuh dengan laju pertumbuhan
yang diharapkan, kehilangan ikan baik yang disebabkan penyakiot, hama maupun
lolos keluar jaring minimum, dilakukan pemeliharaan jaring secara rutin, pemberian
pakan dilakukan secara efisien dan tepat, dan pengecekan stok ikan serta kualitas
air dilakukan secara rutin selama pemeliharaan.
V. KESIMPULAN
Ilyas, S., Budihardjo. 1995. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Posisi Kunci dalam
Pembangunan Perikanan. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I
Tanggal 25 – 27 Agustus 1993. Jakarta.
Krismono dan A. Krismono. 1998. Mengapa Ikan dalam Keramba Jaring Apung di
Danau dan di Waduk Mati. Warta Penelitian Perairan Indonesia. Vol. IV No.
I. Jakarta.
Krismono, 1995. Penataan Ruang Perairan Umum untuk Mendukung Agribisnis dan
Agroindustri. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I Tanggal 25-27
Agustus 1995. Jakarta.
Manurung, V.T. 1997. Status dan Prospek Budidaya Ikan dengan Keramba Jaring
Apung di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Vol. XVI. No. I.