Anda di halaman 1dari 16

Prinsip Ergonomis dalam Praktik Kedokteran Gigi

Ergonomik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergo yang berarti


kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomik dapat diartikan sebagai studi
mengenai manusia untuk menciptakan sistem kerja yang lebih sehat, aman dan
nyaman. Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA),
ergonomik adalah hubungan manusia dengan lingkungan kerja yang tidak
mengakibatkan suatu gangguan. Istilah ergonomik meliputi pengaplikasian ilmu
dalam mendesain produk dan prosedur untuk memaksimalkan efisiensi kerja dan
meningkatkan kesehatan. Ergonomik dalam praktik kedokteran gigi meliputi
bagaimana posisi tempat duduk dokter gigi dan pasien, bagaimana dokter gigi
menggunakan instrumentasi, bagaimana desain area kerja, pencahayaan, penggunaan
sarung tangan (gloves) dan bagaimana semua ini berdampak pada kesehatan dokter
gigi untuk memastikan keseimbangan yang tepat antara persyaratan kerja dan
kemampuan dokter gigi.
Musculoskeletal Disorder (MSD) sering sekali terjadi pada praktisi kesehatan
khususnya dokter gigi, karena, area kerjanya sangat sempit namun mereka dituntut
untuk mampu bekerja fleksibel. Sebuah studi menyatakan bahwa nyeri leher,
punggung ataupun nyeri lengan terjadi pada 81% dokter gigi. Nyeri punggung
merupakan keluhan yang paling sering dialami oleh praktisi dental. Ada beberapa
gejala yang umum dirasakan pada penderita MSD, antara lain:
 Rasa lelah yang berlebihan pada bagian punggung dan leher
 Sensasi geli, terbakar, ataupun rasa nyeri lainnya pada lengan
 Cengkraman yang melemah, keram pada tangan
 Kekebasan pada jari dan tangan

Beberapa elemen dari pengaturan posisi tempat kerja yang tidak egonomis, antara lain
adalah:
 Kursi dokter gigi atau kursi pasien terlalu tinggi/rendah
 Kursi dokter gigi tidak mempunyai lumbar, thoracic, atau arm support
 Meja instrumen tidak dalam posisi yang baik dan tepat
 Pencahayaan yang tidak adekuat
 Meja area kerja yang tidak nyaman (tepi meja tajam)
 Lingkungan kerja lembab
Peningkatan ergonomis dalam praktik kedokteran gigi dapat dilakukan dengan
memodifikasi dan mengoptimalkan lingkungan kerja. Pengaplikasian ergonomis
dalam praktik kedokteran gigi adalah sebagai berikut:

A. Kursi Dokter Gigi


Kursi dokter gigi harus dapat diatur posisinya untuk meningkatkan akses
visual dan mengakomodasi pergerakkan pasien selama sesi perawatan.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa 80%-100% dokter gigi diindikasikan
mengalami peningkatan resiko perkembangan low back pain. Terlalu lama
duduk di kursi dengan rancangan yang kurang baik dan dengan dukungan
lumbal yang inadekuat dapat menjadi faktor muscular fatigue dan low back
pain. Penelitian juga menunjukkan bahwa kursi bergerak hampir setiap menit
selama melakukan perawatan, sehingga, dokter gigi terua menyesuaikan
posisinya untuk memudahkan akses dan mengakomodasi pergerakan pasien.
Kursi harus memiliki konstruksi cast frame yang rigid. Seat pan harus cukup
luas untuk pergerakan dan tinggi dari tempat duduk juga harus disesuaikan.
Ketika kaki sedang beristirahat di lantai, sudut antara tulang belakang dan
paha sebesar 90o-110o.
Kursi dokter gigi ada yang menggunakan arm support untuk kesehatan
dan kenyamanan dokter gigi, namun arm support tersebut tidak boleh
mengganggu akses dokter gigi kepada pasien selama bekerja. Ketika memilih
kursi dokter gigi, harus memiliki kriteria-kriteria yang sudah dijelaskan diatas
agar dokter gigi dapat bekerja dalam posisi tubuh netral.

Gambar 7. Jenis Kursi Dental: Brewer Operator Stool (kiri), Posiflex stool (tengah), dan
Kobo Chair (kanan) (6)
B. Equipment Layout
Dental equipment harus diletakkan di tempat yang sesuai, sehingga dokter
gigi dapat menjaga neutral working posture (jarak instrumen sebesar 22-
26 inci, tidak setinggi bahu atau dibawah tinggi pinggang). Penggunaan
instrumen seperti syringe, hand piece, saliva ejector dan high volume
evacuator sering diposisikan dalam normal horizontal, jarang diposisikan
dalam maksimal horizontal.(6)

Gambar 8. Wilayah Kerja (working area) pada tangan yang direkomendasikan(6)

C. Posisi Pasien dan Operator


Posisi duduk pasien yang optimal didapat ketika rongga mulut pasien
setinggi dada dokter gigi. Posisi rongga mulut di atas dada dokter gigi akan
meningkatkan kelelahan pundak. Sedangkan posisi rongga mulut di bawah
dada dokter gigi akan menyebabkan non-neutral posture, yaitu termasuk
posisi kepala yang terlalu turun, pembengkokan torsi ke depan atau ke
samping, dan ketidakmampuan dokter gigi untuk mengakses pergerakan yang
bebas. Posisi netral akan diperoleh jika:(6)
 Lengan atas dekat ke tubuh
 Sudut siku/lengan mendekati 90o
 Pergelangan tangan segaris dengan lengan, perpanjang tidak lebih dari
20o – 30o
 MEMPOSISISKAN PASIEN PADA ARAH SUPINE UNTUK
NEUTRAL POSTURE!!
 DOKTER GIGI HARUS PUNYA AKSES BERGERAK PADA
ARAH JAM 7 – 12:30 (Untuk Right Handed)
Penempatan posisi duduk pada dental unit, menciptakan posisi yang
netral dengan cara menyesuaikan posisi kursi dokter gigi. Penempatan posisi
ini dapat disesuaikan dengan empat dasar posisi dokter gigi dengan pengaturan
jam yaitu jam 8 (di depan pasien), 9 (di samping pasien), 10-11 (di dekat sudut
kursi pasien), dan 12 (di belakang pasien).(6)

Gambar 9. Ketentuan posisis duduk dokter gigi terhadap pasien berbaring (right handed
dan left handed)
D. Instrumentasi
Desain dari instrumentasi dapat berperan sebagai pencegahan efek
negatif terhadap kesehatan penggunanya. Tujuan dari pemilihan instrumen
yang baik dan benar adalah untuk mengurangi penggunaan tekanan, sehingga,
didapatkan neutral joint positioning. Terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur Pertimbangan dental instuments terkait aspek
ergonomis diantaranya adalah sebagai berikut:(6)
Bentuk dan ukuran handle  Diameter dental instrumen 5,6 –
11,5 mm. Diameter handle yang
lebih besar menurunkan hand
muscle load dan pinch force,
meskipun diameter lebih besar
dari 10 mm tidak menunjukkan
tambahan keuntungan (Dong,
2006)
 Handle no. 4 mengurangi pinch
gripping dan bisa didapat pada
kebanyakan instrumen
 Round handle  dapat
menurunkan tekanan dan
kompresi otot
Berat Instrumen yang ringan (15 g atau kurang)
membantu menurunkan muscle workload dan
pinch force (Dong, 2006)
Balance / Maneuverability  Instrumen harus seimbang dalam
tangan sehingga cenderung
menurunkan deviasi pergelangan
tangan
 Keseimbangan dalam instrumen
ditingkatkan menggunakan third
digit rest. The second digit rest
(index finger) dapat mendeteksi
pergerakan yang sangat halus dan
harus ditempatkan dekat pada
operating point. Tidak
menggunakan the fourth digit
sebagai stabilisasi, karena dapat
menurunkan jumlah jari dalam
rongga mulut, meningkatkan
kemampuan memposisikan
instrumen, dan meningkatkan
tingkat kontrol kemampuan taktil
Kemudahan pengoperasian Semakin mudah mengoperasikan instrumen
semakin baik
Ketajaman Penting menjaga ketajaman instrumen, karena alat
yang tumpul membutuhkan tekanan yang lebih
Tekstur Knurled handle seperti bentuk diamond atau pola
criss-cross dapat menurunkan tekanan pinch grip
karena meningkatkan sensasi taktil

E. Pencahayaan
Posisi cahaya merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada
postur selama bekerja. Tujuan dari pencahayaan yang benar diantaranya
adalah untuk menghasilkan shadow-free, dan mengkoreksi warna
pencahayaan yang berkonsentrasi pada bidang kerja. Secara sederhana, rasio
intensitas cahaya antara lampu dental operating dengan cahaya ruangan
tidak boleh lebih dari 3-1.6. Pencahayaan yang optimal didapat ketika light-
line sedekat mungkin pada sight-line. Menurut UBC (2008), semakin besar
deviasi light-line dari sight-line, maka, semakin besar kemungkinan adanya
bayangan. Selain itu, sumber cahaya harus diposisikan pada mid-sagital plane
dari posisi pasien (sedikit membelakangi kavitas rongga mulut, 5o didepan
kepala operator dengan posisi arah jam 12). Apabila posisi pasien dan
operator sudah benar, sumber sinar dapat langsung diposisikan menjauhi
kepala operator dan asistent (tidak ada penyesuaian arah lagi).

Gambar 10. Posisi Pencahayaan pada gigi rahang maxilla (kiri) dan gigi rahang
mandibula (kanan)
F. Sarung Tangan
Penggunaan sarung tangan merupakan universal precautions. Sarung
tangan harus berukuran tepat, ringan, dan lentur. Sarung tangan yang
tidak berukuran tepat dapat menimbulkan rasa sakit pada tangan, terutama
pada bagian ibu jari (potensi menimbulkan carpal tunnel syndrome).
Pemilihan sarung tangan yang baik juga dilihat dari segi materialnya, seperti,
sarung tangan latex memberikan ukuran pas yang alami, namun dapat
menyebabkan alergi bagi beberapa dokter gigi atau pasien. Bahan sarung
tangan lainnya adalah vinyl dan chloroprene.
Four-Handed Dentistry
Four-handed dentistry merupakan desain praktik kedokteran dimana dokter gigi dan
asisten bekerja sebagai tim untuk melakukan suatu perawatan yang telah
direncanakan pada pasien dengan tujuan untuk menguntungkan pasien. Sedangkan
menurut Betty Ladley Finkbeiner, Four-handed dentistry merupakan metodologi dari
kerja tim praktisi yang terdiri dari dokter gigi dan asisten, dengan lingkungan yang
ergonomis untuk meningkatkan produktivitas dari tim dental, dan meningkatkan
kualitas pelayanan kepada pasien dengan melindungi physical well-being dari tim.
Koordinasi tersebut tidak hanya sekedar memindahkan instrumen dari satu orang ke
orang lainnya secara “cepat”, namun prinsipnya four-handed dentistry adalah work
smarter, not harder.

Prinsip Four-Handed Dentistry


Terdapat 4 Prinsip umum dari konsep Four-Handed Dentistry, antara lain:(4)
 Melakukan pengerjaan dalam posisi duduk
 Pemanfaatan (utilization) yang tepat dari kemampuan tenaga
tambahan
 Pengorganisasian yang tepat dari bagian-bagian yang berbeda
dalam praktik
 Menyederhanakan (simplifying) pekerjaan yang direncanakan

Four-handed dentistry tidak akan berjalan jika asisten tidak menguasai kemampuan
untuk transfer instrument. Oleh karena itu terdapat beberapa Kriteria yang
menggambarkan suatu kondisi dimana efisiensi dapat dicapai. Kriteria tersebut
meliputi:(5)
a. Seluruh peralatan harus di desain secara ergonomi untuk meminimalisasi
pergerakan yang tidak perlu
b. Tim dokter/praktisi dan pasien duduk dengan nyaman pada kursi yang di
desain secara ergonomis
c. Dilakukan motion economy
d. Menggunakan penataan yang rapi pada tray
e. Dokter gigi memberikan tanggung jawab tugas secara resmi kepada asisten
yang qualified berdasarkan aturan yang telah ditetapkan
f. Perawatan pasien direncanakan dengan urutan yang logis

Motion Economy
Motion economy mengacu pada sikap dimana energi manusia dapat
dibatasi/dipelihara ketika melakukan suatu aktivitas. Tujuannya ialah
menghemat pergerakan terutama pergerakan yang membutuhkan banyak waktu
dan melelahkan serta mengurangi jumlah gerakan berlebih yang berbahaya.
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan sebagai berikut:
a. Berapa kali anda menggerakkan tubuh untuk mencapai instrumen?
b. Apakah asisten mengeliminasi stress operator dengan cara memindahkan
instrumen dan material kepada operator?
c. Apakah asisten sering tidak ada di tempat ketika dokter gigi menggapai
instrument atau mengganti bur?
d. Apakah jarak handpiece dan instrumen terhadap asisten sejauh 21 inci?
e. Apakah konsep ergonomis ini diaplikasikan pada klinik untuk mengurangi
pergerakan yang tidak perlu atau mengurangi tekanan/stress?

Klasifikasi Motion Economy(5)

Kelas I: Pergerakan jari hanya terjadi saat mengambil cotton roll.

Kelas II: Pergerakan jari dan pergelangan tangan dilakukan saat memindahkan
instrument / alat kepada operator
Kelas III: Pergerakan yang terjadi adalah jari, pergelangan tangan, dan siku .
Gerak ini dilakukan saat mengambil handpiece.

Kelas IV: Pergerakan melibatkan seluruh lengan dan bahu dan dilakukan saat
menyesuaikan posisi lampu, penempatan rubber dam, dan mengambil alat-alat
yang jauh.

Kelas V: Pada kelas ini seluruh badan bagian atas bergerak dan dilakukan ketika
akan mengambil alat/bahan dari lemari atau meja yang tidak bisa bergerak.
Berikut ini merupakan cara untuk mengurangi gerakan yang berlebihan dalam
praktik kedokteran gigi, antara lain:
a. Untuk meningkatkan motion economy pada saat di klinik, ada beberapa
cara yang dapat dilakukan:
b. Mengurangi jumlah instrumen yang digunakan dengan memaksimalkan
penggunaan dari tiap instrumen untuk fungsi yang berbeda
c. Posisikan instrumen pada tray sesuai dengan urutan penggunaan
d. Posisi instrumen, material dan alat dengan cepat
e. Memiliki persediaan cadangan dan armamentarium yang besar yang
diletakkan dekat dengan operator/asisten agar mudah dicapai (mengurangi
motion kelas V)
f. Tempatkan anamentarium atau cart yang bergerak sedekat mungkin
dengan pasien
g. Posisikan pasien pada posisi supine
h. Posisi duduk operator dan asisten sebisa mungkin dekat dengan pasien
i. Gunakan kursi yang menghasilkan postur yang baik dan menyokong
punggung dan abdominal operator yang dapat diatur secara vertikal
maupun horizontal
j. Ketika menggunakan mikroskop pertahankan postur yang baik dan beri
asisten akses ke area transfer
k. Kurangi durasi dan jumlah gerakan yang dibuat oleh operator dan asisten
untuk melakukan aktivitas yang rutin dan berulang
l. Gunakan gerakan yang smooth dan hindari pergerakan zigzag yang
mengacaukan.
Zona Aktivitas
Zona aktivitas (Zones of Activity) adalah area kerja dokter gigi dan asisten di
sekitar pasien. Area kerja sekitar pasien dibagi menjadi 4 zona aktivitas. Zona
aktivitas ini diidentifikasi menggunakan wajah pasien sebagai pusat jam. Terdapat
4 zona aktivitas, yaitu:(4),(5)
 Zona operator
 Zona asisten
 Zona transfer
 Zona static

Gambar 2. Zona Aktivitas pada Dokter Gigi dengan Tangan Kanan (kiri) dan Tangan Kiri
(kanan)
Pada dokter gigi dengan tangan kanan, zona operator berada antara jarum jam
7-12, sedangkan zona asisten dimulai dari arah jam 2-4. Selain itu, zona statik
berada pada arah jam 12-2. Zona statik merupakan zona dengan aktivitas yang
paling sedikit. Instrumen seperti alat pengukur tekanan darah, light curing
portable, atau cabinet asisten biasanya terletak pada area ini.Sedangkan untuk
operator yang menggunakan tangan kiri, zona operator berada antara jarum jam
12-5, zona asisten dari jam 8-10, dan zona statik jam 10-12.

Tanggung Jawab Tim dalam Transfer Kesehatan


Asisten operator harus sepenuhnya mengetahui prosedur yang akan dilakukan
untuk mengantisipasi urutan instrumen dan material apa yang akan digunakan.
Dengan pengetahuan ini, tim dental dapat mengembangkan kebiasaan yang
terstandarisasi untuk semua prosedur dental.(4)
 Operator Requirement
Dokter gigi dapat membuat finger rest pada tangan yang sedang bekerja di
kavitas oral dalam pergantian untuk membantu anggota tim melokasikan
titik dari transfer instrument. Komunikasi verbal dan nonverbal spesifik
sebaiknya direncanakan untuk memudahkan pengerjaan. Setelah sinyal
nonverbal diberikan, operator perlu meletakkan instrumen yang telah
dipakai pada posisi tangan yang dapat dengan mudah dijangkau oleh
asisten dan memungkinkan pasien untuk memberikan instrument yang
baru.
 Assistant Requirement
Agar teknik transfer instrument lebih efisien, asisten sebaiknya menyusun
instrument dalam tray sesuai dengan urutan pengerjaan. Asisten harus
dapat mengantisipasi kebutuhan instrument secara berurutan dan gesit
dalam setiap perubahan dalam prosedur.
 Team Requirement
Dokter gigi dan asisten harus senantiasa mengobservasi pergerakan
pasien, khususnya selama pertukaran syringe dan instrumen tajam. Tim
harus melakukan prosedur perawatan yang aman dan terstandarisasi.

Tipe dari Transfer Instrumen(4)


Terdapat beberapa tipe transfer instrument, yaitu:
1. Teknik Transfer Single-Handed (Pada operator tangan kanan)
Pada teknik ini asisten mentransfer instrument dengan
tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang evacuator tip atau
water syringe. Instrumen ditempatkan di dalam tray sesuai urutan
prosedur perawatan dan ditempatkan sedekat mungkin dengan pasien
pada posisi horizontal atau vertikal. Perlengkapan asisten seperti
rubber dam atau syringe ditempatkan dalam mobile cabinet pada jarak
yang jauh dari pasien.
Pada permulaan prosedur, kaca mulut sebaiknya diberikan
dengan tangan kanan dan eksplorer dengan tangan kiri. Instrumen yang
ditransfer diletakan antara jempol dan jari telunjuk dan disandarkan
pada jari tengah sehingga ujung kerja diposisikan pada lengkung yang
benar dan terposisi 10-12 inch dari tangan operator. Operator
sebaiknya memberi sinyal untuk setiap pertukaran alat dengan
menggerakan instrument yang digunakan. Hindari menusuk gloves
dengan menggunakan instrument.

Gambar 3. Teknik Transfer One-Handed(4)

2. Teknik Transfer Two-Handed


Bentuk transfer ini biasanya digunakan selama transfer instrument
yang besar misalnya rubber dam, clamp forceps atau tang bedah.
Asisten mengambil instrument dengan satu tangan sambil memegang
satu instrument di tangan lainnya. Suction atau water syringe terbatas
penggunaannya dalam teknik ini.

Gambar 4. Teknik Transfer Two-Handed(4)


3. Pemberian Kaca Mulut dan Eksplorer
Pada permulaan prosedur, kaca mulut dibawa menggunakan tangan
kanan dan eksplorer ditransfer dengan tangan kiri dimana asisten
memegang 1/3 bagian dari handle eksplorer.
4. Penggunaan Non-Locking Tissue Forcep
Yang harus diperhatikan pada transfer alat ini adalah cara
memegangnya untuk menghindari beak. Selama transfer alat, forcep
diletakan sejajar dengan instrument yang sedang digunakan oleh
dokter gigi atau yang ingin ditukar. Memegang forcep harus
menggunakan telapak tangan untuk menghindari forcep jatuh.

Gambar 5. Penggunssn Non-Locking Tissue Forceps(4)

5. Pemberian Benda Kecil


Benda kecil seperti cotton applicator dan instrument kecil sebaiknya
dibawa seperti instrument lainnya. Saat memberikan medikamen,
instrument insersi dan alas untuk medikamen sebaiknya diberikan
untuk memberikan akses yang baik bagi operator.
Gambar 6. Pemberian Benda Kecil
6. Pemberian Gunting
Saat memidahkan instrumen, gunting disejajarkan dengan instrument
yang akan ditukar. Operator sebaiknya memodifikasi posisi tangan
untuk menempatkan jempol, jari telunjuk, dan tengah ke dalam
lingkaram handle. Selama penggantian gunting, beaks mengarah ke
asisten.

Referensi:
1. Azrul A. Pengantar Administrasi Kesehatan. 3rd ed. Jakarta: Binarupa Aksara;
1996. 1-346 p.
2. Masters P. Types of Medical Practices [Internet]. American College of
Physicians. 2016 [cited 2016 Oct 11]. Available from:
https://www.acponline.org/about-acp/about-internal-medicine/career-
paths/residency-career-counseling/types-of-medical-practices
3. The New England Journal of Medicine. Differentiating Among Medical
Practice [Internet]. NEJM Career Center. 2000 [cited 2016 Oct 11]. Available
from: http://www.nejmcareercenter.org/article/differentiating-among-medical-
practice-settings/
4. Singh N, Jain A, Sinha N, Chauhan A, Rehman R. Application of four-handed
dentistry in clinical practice: a review. Int J Dent Med Res. 2014;1(1):8–13.
5. Finkbeiner BL. Continuing Education Four-Handed Dentistry, Part 1 : An
Overview Concept. United States: American Dental Association; 2010. p. 1–
13.
6. Chitre A. Manual of Local Anesthesia in Dentistry. 3rd ed. Nepal: Jaypee
Brothers Medical Publishers; 2016. 116-127 p.
7. Gupta A, Bhat M, Mohammed T, Bansal N, Gupta G. Ergonomics in dentistry.
Int J Clin Pediatr Dent [Internet]. 2014;7(1):30–4. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=4144062&tool=pm
centrez&rendertype=abstract
8. Finkbeiner BL. Increasing Productivity by Effective Utilization of
Four‑ Handed Dentistry – Part 2: Equipment Selection [Internet]. Dental Care.
2016 [cited 2016 Oct 13]. Available from: http://www.dentalcare.com/en-
US/dental-education/continuing-
education/ce429/ce429.aspx?ModuleName=coursecontent&PartID=3&Section
ID=-1
9. Wolfson E. Four-Handed Dentistry For Dentist and Assistants. United States:
Mosby Company; 1974. 27-45 p.

Anda mungkin juga menyukai