Anda di halaman 1dari 10

1.

Dalam berbagai literatur maupun pengakuan praktisi menyatakan bahwa maju mundurnya

sekolah terletak kepada kepemimpinan Kepala sekolahnya. Mengapa? Langkah-langkah apa

yang dilakukan Kepala sekolah dalam memotivasi warga sekolah untuk mencapai tujuan
sekolah?

Jawaban:

Sekolah merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan memiliki karyawan yang

kinerjanya dipengaruhi oleh motivasi. Ada tiga faktor karakteristik yang mempengaruhi timbulnya

motivasi karyawan dalam mencapai tujuan yaitu : Karakteristik individu, karakteristik pekerjaan dan

karakteristik situasi kerja (Stoner dan Freemand,1989:431). Karakteristik individu terdiri dari: minat,

sikap dan kebutuhan yang dibawa seseorang dalam situasi kerja. Karakteristik pekerjaan mencakup

sifat tugas karyawan yang meliputi: Jenis tugas, jumlah tanggung jawab dan tingkat kepuasan yang
diperoleh. Karakteristik situasi kerja merupakan kondisi dimana karyawan tersebut bekerja.

Tugas Kepala Sekolah Sebagai Motivator meliputi tiga hal yaitu kemampuan mengatur lingkungan

kerja, kemampuan mengatur sarana kerja, dan kemampuan menetapkan prinsip penghargaan dan
hukuman (reward and punishment).

a) Kemampuan Mengatur Lingkungan Kerja

Tugas Kepala Sekolah di dalam mengatur lingkungan kerja meliputi mengatur ruang Kepala Sekolah

dan Wakil Kepala Sekolah, dan TU untuk bekerja; mengatur ruang kelas, Lab, OSIS, BK, perpus,
halaman sekolah, dan UKS yang sejuk, nyaman, dan teratur.

Pengawasan: Baik pengawas dari Pengurus YBHK, maupun pengawas dari Depdiknas akan menilai
kinereja Kepala Sekolah di dalam mengatur lingkungan kerja di sekolah melalui hal-hal berikut:

 Mampu mengatur ruang kantor dengan kondusif

 Dapat dilaksanakan dengan konsisten


 Melibatkan guru dan karyawan

 Mampu mengatur ruang kelas dengan kondusif untuk belajar / BK

 Dapat dilaksanakan dengan konsisten

 Melibatkan guru dan karyawan

 Mampu mengatur ruang laboratorium yang kondusif untuk praktikum

 Dapat dilaksanakan dengan konsisten

 Melibatkan guru dan karyawan


 Mampu mengatur halaman sekolah dengan indah dan sejuk
 Dapat dilaksanakan dengan konsisten
 Melibatkan guru dan aryawan
b) Kemampuan Mengatur Suasana Kerja

Tugas Kepala Sekolah di dalam mengatur suasana kerja meliputi menciptakan hubungan kerja sesama

guru yang harmonis, menciptakan hubungan kerja sesama karyawan yang harmonis, menciptakan

hubungan kerja antara guru dan karyawan yang harmonis, dan mampu menciptakan rasa aman di
sekolah.

pengawasannya : Baik pengawas dari Pengurus YBHK, maupun pengawas dari Depdiknas akan menilai
kinereja Kepala Sekolah di dalam mengatur suasana kerja di sekolah melalui hal-hal berikut:

 Mampu menciptakan hubungan sesama guru yang harmonis

 Ada catatan mengatur suasana tersebut di atas

 Mampu menciptakan hubungan sesama karyawan yang harmonis

 Ada catatan mengatur suasana tersebut di atas

 Mampu menciptakan hubungan guru dan karyawan yang harmonis

 Ada catatan mengatur suasana tersebut di atas

 Mampu menciptakan hubungan yang harmonis antara sekolah dengan lingkungan


 Ada catatan mengatur suasana tersebut di atas.

c) Kemampuan Menetapkan Prinsip Penghargaan dan Hukuman (Reward and Punishment)

Tugas Kepala Sekolah di dalam menetapkan prinsip reward and punishment meliputi kemampuan

menerapkan penghargaan (reward), kemampuan menerapkan hukuman (punishment),


dan kemampuan mengembangkan motivasi eksternal dan internal bagi warga sekolah.

Pengawasan : Baik pengawas dari Pengurus YBHK, maupun pengawas dari Depdiknas akan menilai

kinereja Kepala Sekolah di dalam menetapkan prinsip reward and punishment di sekolah melalui hal-
hal berikut:

 Ada bukti fisik berupa catatan yang membuktikan bahwa penghargaan pernah diberikan kepada
guru / karyawan (siapa, kapan, dan bentunya apa?)

 Ada bukti fisik berupa catatan yang membuktikan bahwa hukuman pernah diberikan kepada

guru / karyawan (siapa, kapan, dan bentunya apa?)

 Motivasi internal dapat dilihat dari tumbuhnya kesadaran dan semangat guru dalam

menjalankan tugas sehari-hari

 Motivasi internal juga dapat dilihat dari kesadaran siswa dalam mematuhi tata tertib sekolah

dan usaha mencapai prestasi


 Motivasi eksternal dapat dilihat melalui adanya reward terhadap siswa yang berprestasi, dan
terhadap guru dan karyawan yang berprestasi.
2. Kepala sekolah disebut-sebut memiliki multi peran sebagai Educator, Manajer, Administrator,

Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator (Emaslim). Peran ini sesungguhnya dalam literatur

kepemimpinan cukup disebut sebagai pemimpin dan manajer. Identifikasi peran-peran mana
saja yang termasuk sebagai manajer dan mana sebagai leader beserta alasannya.

Jawaban:

1. a. Kepala sekolah sebagai leader

Seorang manajer adalah seorang yang mengelola sesuatu, entah manusia, waktu, mesin, dana atau

informasi serta network. Jadi ukuran keberhasilan seorang manajer adalah seberapa baiknya ia

mengelola apa yang dipercayakan kepadanya. Semakin rapih, teratur, dan indah apa yang ditanganinya

semakin dianggap baik dirinya. Bagi seorang manajer, ia harus melakukan apa yang ditanganinya
dengan benar.

Seorang leader adalah seorang yang melakukan sesuatu demi organisasi, kelompok, atau

komunitasnya. Ia diukur berdasarkan gerak apa yang dihasilkannya bersama mereka yang

mengikutinya atau yang terkait dengannya. Ia juga diukur dengan transformasi yang dilakukannya,

serta adanya kelanjutan dari pekerjaannya. Seorang pemimpin tidak harus selalu rapih, teratur, atau

indah dalam proses memimpin organisasinya. Namun yang terpenting adalah bahwa ia melakukan
hal-hal yang benar untuk kepentingan bersama.

Sebagai pemimpin, kepala sekolah berfungsi menggerakkan semua potensi sekolah, khususnya tenaga

kependidikan bagi pencapaian tujuan sekolah. Dalam upaya menggerakkan potensi tersebut, kepala

sekolah hendaknya memiliki pengetahuan yang luas dan keterampilan kepemimpinan agar mampu

mengendalikan, mempengaruhi dan mendorong bawahannya dalam menjalankan tugas dengan jujur,

tanggung jawab, efektif dan efisien. Kepala sekolah juga harus memiliki sifat keteladanan, mampu
menumbuhkan kreativitas, memotivasi dan mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap sekolah.

Wahjosumidjo (1999:110) juga mengemukakan bahwa kepala sekolah yang dikehendaki adalah

pemimpin yang harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar,

pengalaman dan pengetahuan profesional, diklat dan keterampilan profesional, serta pengetahuan
administrasi dan pengawasan.

Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari aspek kepribadian, pengetahuan

terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan
kemampuan berkomunikasi. Sedangkan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin
dalam sifatnya yang: jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil risiko dan keputusan,
berjiwa besar, emosi yang stabil, dan teladan.

Dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari tiga gaya

kepemimpinan, yakni demokratis, otoriter dan bebas. Ketiga gaya tersebut sering dimiliki secara

bersamaan oleh seorang pemimpin sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya gaya-gaya

tersebut muncul secara situasional. Maka kepala sekolah sebagai pemimpin mungkin bergaya dengan

ketiganya. Meskipun kepala sekolah ingin selalu bersifat demokratis, namun seringkali situasi dan

kondisi menuntut untuk bersikap lain, misalnya harus otoriter. Dalam hal tertentu gaya kepemimpinan
otoriter lebih cepat dan tepat digunakan dalam pengambilan suatu keputusan

Peran kepala sekolah sebagai leader harus dapat menggerakkan kepada:

1) Guru karena sebagai bawahan yang langsung menangani produk (murid), untuk menyusun

program, menyajikan program dengan baik, melaksanakan evaluasi, melakukan analisis hasil belajar
dan melaksanakan perbaikan dan pengayaan secara tertib dan bertanggung jawab.

2) Karyawan (sebagai pendukung pendidikan), untuk mengerjakan tugas administrasi dengan baik,

melaksanakan kebersihan lingkungan secara rutin, melaksanakan tugas pemeliharaan gedung dan
perawatan barang-barang inventaris dengan baik dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

3) Siswa (produk pendidikan), untuk rajin belajar secara tertib, terarah dan teratur dengan penuh
kesadaran yang berorientasi masa depan; dan

4) Orang tua dan masyarakat (lingkungan sekitar pendidikan), agar mampu untuk menumbuhkan dan

mengembangkan kemitraan yang lebih baik agar partisipasi mereka terhadap usaha pengembangan

sekolah makin meningkat dan dirasakan sebagai suatu kewajiban, bukan sesuatu yang membebani.

kepemimpinan Kepala Sekolah harus dapat memberikan kesejahteraan lahir batin, mengembangkan

kekeluargaan yang lebih baik, meningkatkan rasa kebersamaan dalam mencapai tujuan dan
menumbuhkan budaya positif yang kuat di lingkungan sekolah.

5) Komponen sekolah terdiri dari administrasi sekolah, kelembagaan, ketenagaan, kurikulum, siswa,

sarana, prasarana, dan situasi umum sekolah. Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang
terpenting dalam keberhasilan sekolah mencapai tujuannya.

Kegiatan Kepala Sekolah tidak hanya berkaitan dengan pimpinan pengajaran saja, melainkan meliputi

seluruh kegiatan sekolah, seperti pengaturan, pengelolaan sekolah, dan supervisi terhadap staf guru

dan staf administrasi. Kepala Sekolah pada dasarnya melakukan kegiatan yang beraneka macam dari
kegiatan yang bersifat akademik, administratif, kegiatan kemanusiaan dan kegiatan sosial.
Dengan demikian maka Kepala Sekolah adalah seorang pemimpin pendidikan yang merencanakan,

mengorganisasikan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan menyelesaikan seluruh kegiatan pendidikan

di sekolah dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran. Mulyasa (2004:98) menyimpulkan

bahwa Kepala Sekolah memiliki tujuh peran yaitu Kepala Sekolah selaku Edukator, Manajer, Advisor,
Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator (EMASLIM).

1. b. Peran kepala sekolah sebagai manajer

Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai peran yang menentukan dalam pengelolaan manajemen

sekolah, berhasil tidaknya tujuan sekolah dapat dipengaruhi bagaimana kepala sekolah menjalankan

fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut

adalah planning (perencanaan), organizing(pengorganisasian), actuating (penggerakan),


dan controlling (pengawasan) (Munir, 2008:16).

Sesuai Keputusan Mendiknas mengenai kompetensi manajerial, di antaranya kepala sekolah harus

mampu dan terlihat kinerjanya dalam bidang-bidang garapan manajerial sebagai berikut: menyusun

perencanaan sekolah mengenai berbagai tingkatan perencanaan; mengembangkan organisasi sekolah

sesuai dengan kebutuhan; memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah

secara optimal; mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajar yang

efektif; menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta

didik; mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal;

mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal; mengelola

hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan

pembianaan sekolah; mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan

penempatan serta pengembangan kapasitas peserta didik; mengelola pengembangan kurikulum dan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional; mengelola keuangan

sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan dan efisien; mengelola

ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah; mengelola unit layanan khusus

sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah; mengelola

sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan;

memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah;

melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan
prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjut.

Menurut Stoner sebagaimana dikutip oleh Wahjosumidjo (1991:97-99) menyatakan ada delapan

macam fungsi manajer dalam suatu organisasi, yaitu kepala sekolah: bekerja dengan dan melalui

orang lain; bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan; mampu menghadapi berbagai

persoalan dalam kondisi yang terbatas; berpikir secara analistik dan konsepsional; sebagai juru
penengah; sebagai politisi; sebagai diplomat; dan berfungsi sebagai pengambil keputusan.
Beberapa peran manajerial kepala sekolah yang yang bertumpang tindih dengan kepemimpinan:

 Perencanaan meliputi mencari semua informasi yang tersedia/dibutuhkan, merumuskan tugas,

maksud dan tujuan kelompok, menyusun rencana yang dapat dikerjakan.

 Mengatur meliputi memberi penjelasan mengapa rencana itu perlu, menetapkan standar

kelompok, memformulasikan metode yang efektif untuk menyelesaikan tugas,

mengorganisasikan orang, material, waktu dan sumber sehingga sasaran dapat dicapai.

 Mencari orang-orang yang cocok untuk tugas tertentu termasuk mengalokasikan tugas dan

sumber kepada mereka sedemikian rupa, sehingga setiap orang tahu apa yang diharapkan

darinya dan memahami makna dari kontribusi yang ia lakukan.

 Memberi pengarahan meliputi menjelaskan tugas dan rencana dari awal supaya memastikan

tercapainya sasaran.

 Menuangkan dalam jadwal dan membuat pembagian tugas untuk memastikan tindakan tang

diambil sesuai dengan sasaran.

 Mengawasi meliputi pengawasan terhadap kerja bawahan untuk menjaga agar segalanya

berjalan sesuai dengan rencana, termasuk kemungkinan mengantisipasi masalah atau

mengatasi masalah dengan cepat.

 Mengevaluasi yaitu melakukan penilaian terhadap pelaksanaan kerja kelompok, membantu

kelompok mengevaluasi pelaksanaan kerjanya sendiri, dan menyatakan pendapat tentang apa
yang sudah dikerjakan.

3. Jelaskan ciri-ciri utama yang membedakan antara Kasek sebagai pemimpin dan Kasek sebagai
manajer.

Jawaban:

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai usaha Kepala Sekolah dalam memimpin, mempengaruhi dan

memberikan bimbingan kepada para personil pendidikan sebagai bawahan agar tujuan pendidikan

dan pengajaran dapat tercapai melalui serangkaian kegiatan yang telah direncanakan (M.I. Anwar,
2003:70).

Perbedaan manajer dan leader kepla sekolah menurut mantja dan Stephen p. Robbin adalah:

Manajer Leader

 Ø Selalu berada dalam lingkaran


organisasi sekolah
 Ø Tidak selalu berada dalam
lingkungan sekolah
 Ø Tujuan berbentuk misi (objektif)

 Ø Berfikir dan bertindak dalam jengka

pendek sebagai tugas dan tanggung

jawab (perencanaan strategis) dan  Ø Demokrasi(Mempunyai pengaruh

bertugas sebagai manajer hanya oleh kemampuan pribadi)

beberapa waktu.  Ø Inovasi pendidikan

 Ø Selalu berada dalam organisasi dan  Ø Membolehkan bawahan berperan

terstruktur (dalam lingkungan sekolah) serta

 Ø Otoriter (atas otoritas formal)  Ø Pengembangan

 Ø Penantang

 Ø Kekuasaan lebih luas

 Ø Kemampuan politik dalam konflik


 Ø Mengadministrasian  Ø Pengarahan
 Ø Perintah terhadap bawahan

 Ø Pemeliharaan

 Ø Kompromi

 Ø Hanya mempunyai wewenang

 Ø Pendekatan formal dan legal

 Ø Pengawasan

 Ø Tidak selalu berada dalam lingkaran

organisasi, bisa dmasyarakat dan dinas

pendidikan

o Ø Visi sekolah (Vision)

o Ø Berfikir luas dan bertindak

dalam jangka panjang


(perencanaan jangka panjang)

Kepala Sekolah adalah seorang pemimpin pendidikan yang mempunyai tugas untuk melaksanakan

fungsi-fungsi manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan, mengawasi

dan menyelesaikan seluruh kegiatan pendidikan di sekolah, dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan dan pengajaran secara bersama-sama.
Seorang manajer adalah orang yang melakukan hal yang dipercayakannya dengan benar, sedangkan

seorang pemimpin melakukan hal yang benar. (Managers do things right while leaders do the right
thing).

MANAJER PEMIMPIN
Hubungan berdasarkan otoritas Hubungan berdasar pengaruh

Menghasilkan sesuatu Memberikan arah dalam tindakan, sikap

Menyelesaikan, Melibatkan visi dan penilaian

People who do things right melibatkan hal-hal yang lebih rutin

People who do the right thing

Jadi manajer lebih bersifat mekanistis (orientasi semata-mata pada memenuhi suatu ukuran

keberhasilan yang ditetapkan baginya) dan menekankan pada pengendalian kerja bawahan.

Dibandingkan dengan manajer, pemimpin memiliki kepekaan terhadap arah, kerja sama kelompok,
inspirasi, teladan dan penerimaan diri oleh orang lain.

4. Secara konseptual MPMBS sangat baik karena di satu sisi memberikan otonomi luas kepada

Kepala sekolah di sisi lain Komite Sekolah menjalankan fungsinya untuk memastikan

tranparansi dan akuntabilitas kinerja Kasek dapat dipertanggungjawabkan. Dalam prakteknya


hal ini tidak berjalan mulus, Mengapa ?

Jawaban:

Tujuan dan Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang ditandai dengan adanya otonomi sekolah

dan partisipasi masyarakat yang tinggi tanpa mengabaikan kebijakan nasional tersebut ditujukan

untuk mewujudkan beberapa tujuan pokok. Tujuan tersebut menurut Tim Teknis BAPPENAS (1999:11)

adalah untuk :”Meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan”. Tujuan MBSmenurut

Mulyasa (2004:25), MBS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan

masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu, tehnologi yangdinyatakan dalam GBHN. MBS yang
ditandai dengan otonomi sekolah danpelibatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan efisiensi,
peningkatan mutu, dan pemerataan pendidikan.

Komite sekolah merupakan lembaga mandiri yang dibentuk atas dasar kepedulian masyarakat

terhadap pendidikan, sehingga dengan adanya wadah tersebut masyarakat dapat ikutberperan dalam

peningkatan mutu pendidikan. Pada era otonomi daerah saat ini komite sekolah sangat berperan

dalam proses implementasi manajemen berbasis sekolah, karena masyarakat dapat ikut berperan aktif
dalam pengelolaan pendidikan dan ikut terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan.

Dalam praktek dilapangan kepala sekolah belum sepenuhnya mengajak masyarakat dapat ikut

berperan aktif dalam pengelolaan pendidikan dan ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekolah untuk

menunjang pencapaian tujuan manajemen berbasis sekolah karena masyarakat yang mungkin kurang

mengetahui akan pentingnya sekolah dalam upaya mendidik generasi bangsa serta adanya tuntutan

kepada sekolah yeng tinggi namun komite sekolah tidak berperan serta dalam pencapaian tujuan
sekolah.

Masyarakat juga belum mengetahui manfaat arti pentingnya peran masing-masing, kerjasama yang

erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di masyarakatakan menjadikan mereka merasa

bangga dan ikut bertanggungjawab atas suksesnya pendidikan disekolah. Partisipasi masyarakat

mengacu pada adanya keikutsertaan masyarakat secara nyata dalam suatu kegiatan. Partisipasi ini

dapat berupa gagasan, kritikmembangun, dukungan dan pelaksanaan pendidikan. Dalam sistem

pemerintahanyang berkebijakannya barsifat top-down, partisipasi masyarakat dalam kebijakan-

kebijakan yang dibuat dan diimplementasikan tidak begitu dipermasalahkan,namun pada sistem

pemerintahan yang bottom-up, karena seharusnya tingginya partisipasi masyarakat dapat dijadikan
tolak ukur keberhasilan kebijakan tersebut.

Kepala sekolah juga belum menjalankan fungsi komite sekolah dengan baik antara lain fungsi komite

sekolah untuk mengidentifikasi berbagai aspirasi masyarakat mengenai pendidikan di daerahnya,

mengidentifikasi sumber daya pendidikan di sekolah serta memberikan masukandan pertimbangan

dan menetapkan RAPBS, mengidentifikasi berbagai potensi sumber daya pendidikan yang ada dalam

masyarakat. Hal ini dikarenakan kepalasekolah masih belum berani untuk menerapkan manajemen

yang akuntabel, transparan dan kredibel, serta mengutamakan kualitas, kepuasan pelanggan dan di
era otonom saat ini.

5. Menurut anda dari berbagai macam gaya kepemimpinan, adakah gaya kepemim pinan yang

paling efektif di sekolah? Kapankah kepala sekolah mengambil keputusan tanpa harus
berkonsultasi dengan timnya (kasek maupun guru-guru)?
Jawaban:

Kepala sekolah tidak bisa menerapkan hanya salah satu gaya kepemimpinan karena gaya

kepemimpinan kepala sekolah menyesuaikan situasi dan kondisi sekolah, sehingga seorang kepala
sekolah dapat menerapkan beberapa gaya kepemimpinan yang dibutuhkan.

Gaya kepemimpinan seorang pemimpin (Kepala Sekolah) dalam menggalang hubungan baik dengan
orang-orang yang dipimpin yaitu: (S. Atmodiwiro dan Totosiwanto, 1991:73).

1. Memberi contoh;

2. Berkepentingan pada kualitas;

3. Bekerja dengan landasan hubungan kemansuiaan yang baik;

4. Memahami masyarakat sekitarnya;

5. Memiliki sikap mental yang baik;

6. Berkepentingan dengan staf dan sekolah;

7. Melakukan kompromi untuk mencapai kesepakatan;

8. Mempertahankan stabilitas;

9. Mampu mengatasi stres;

10. Menciptakan struktur agar sesuatu bisa terjadi;

11. Mentolerir adanya kesalahan

12. Tidak menciptakan konflik pribadi.

13. Memimpin melalui pendekatan yang positif;

14. Tidak mendahului orang-orang yang dipimipinnya;


15. Mudah dihubungi oleh orang; dan

Anda mungkin juga menyukai