UTS Metodologi Penelitian Kualitatif - P
UTS Metodologi Penelitian Kualitatif - P
NIM : 16701251017
SOAL
Bagian A
Bagian B
1
Bagian C
Bagian D
2
JAWABAN
3
pelaksanaannya menggunakan metode dalam fokus yang melibatkan interpretif,
pendekatan naturalistik untuk materi pokoknya.
Self-reflexivity atau dalam bahasa Indonesia berarti refleksi diri jika dipahami
maksudnya maka akan menimbulkan dua persepsi posisi peneliti dalam penelitian
kualitatif. Disatu sisi peneliti harus mampu menafsirkan berbagai gejala yang ada
dengan pemikirannya, namun disisi lain peneliti harus memperhatikan validitas data
yang diperolehnya. Data yang valid tentunya diperoleh dari peneliti yang mampu
menyingkirkan segala macam pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peneliti
ketika berada di lapangan. Self-reflexivity juga berkaitan dengan seseorang yang
mengungkapkan dirinya pada orang lain atau diri sendiri sebagai bentuk dari
refleksivitas, dalam hal ini peneliti harus memiliki rasa empati yang cukup baik untuk
memahami informan atau objek penelitian. Kemampuan interpersonal seorang peneliti
harus diasah agar data yang dihasilkan semakin tajam dan jelas. Penelitian kualitatif
sangat melibatkan peneliti dalam berbagai kegiatan di lapangan. Sehingga terdapat
nilai lebih dari seseorang yang melakukan penelitian kualitatif yaitu kemampuannya
dalam berbaur dan bersosialisasi di masyarakat.
Context atau yang berarti konteks memiliki maksud situasi yang ada hubungannya
dengan suatu kejadian. Penelitian kualitatif memiliki fokus pada suatu kejadian atau
bahkan hanya pada satu situasi. Adapun yang menjadikan penelitian kualitatif ini
bersifat kontekstual dapat dilihat dari tujuannya yang mengutamakan kepada
4
kebermaknaan, sehingga yang menjadi point of view dari penelitian ini adalah isi dan
proses penelitian itu sendiri. Konsep konteks ini berarti peneliti harus memandang
penelitian sebagai sebuah hal yang sangat dekat dengan lingkungan sekitarnya,
lingkungan dalam hal ini berarti masyarakat dan kehidupannya, oleh karena itu
penelitian kualitatif adalah bagian dari kehidupan, lika-liku prosesnya dituangkan
dalam kata-kata yang detail, jelas, dan penuh makna. Sukardi (2006) dalam bukunya
menyinggung sedikit tentang konstekstual dimana peneliti melakukan tindakan yang
paling tepat apabila ia memahami gejala sosial sehingga mampu memperoleh fakta
pendukung yang sumbernya berasal dari persepsi dan ungkapan dari para pelaku itu
sendiri.
Penelitian kualitatif pada pelaksanaannya tidak harus melibatkan jumlah subjek atau
objek penelitian yang besar, tetapi thick description atau deskripsi secara tebal dan
komprehensif dalam penelitian kualitatif adalah sebuah keharusan. Bagaimana tidak,
karena penelitian kualitatif ini identik dengan gambaran yang luas, kaya, hidup, dan
bermakna. Selain dari pada itu, peneliti harus bisa memahami kepribadian, maksud,
persepsi, dan kerangka berpikir seseorang. Interpretasi dan dugaan peneliti dalam
menanggapi informan harus ditempatkan untuk menangkap proses yang terjadi.
Peneliti juga harus memperhatikan kapan ia bisa melakukan probing jika informan
menyampaikan informasi yang kurang jelas. Probing yang dilakukan seperti semacam
teknik bertanya lanjut agar informan menyampaikan informasinya secara luas dan
jelas. Penjelasan yang tebal tentunya berasal dari data yang luas dan penuh makna.
Thick description ini mengantarkan kita pada pembahasan yang jelas dan mudah
dimengerti sehingga tidak diragukan atau dipertanyakan lagi. Kumpulan dari deskripsi
yang gamblang inilah yang mengantarkan kita pada suatu jawaban sehingga dapat
terbangun suatu kesimpulan.
Dari penjelasan diatas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa penelitian kualitatif
tidak akan terlepas dari apa yang menjadi ciri dan konsepnya. Konsep diatas
berhubungan satu sama lain yang membangun sebuah penelitian kualitatif.
5
Prinsip Penelitian Kualitatif
Prinsip secara harfiah diartikan sebagai hal yang fundamental (mendasar) yang
dianggap sebagai kebenaran umum maupun kebenaran individual sebagai sebuah
pedoman untuk berpikir atau bertindak bagi seseorang atau suatu kelompok tertentu.
Yvonna Lincoln and Egon Guba (dalam Denzin & Lincoln, 2009) menjelaskan prinsip-
prinsip dasar dari lima paradigma penelitian ilmu sosial: positivisme/post-positivisme,
teori kritis, konstruktivisme, dan partisipatoris. Pada penelitian kualitatif yang menjadi
prinsipnya adalah pandangan filsafat post-positivisme bisa juga disebut post-
modernisme atau naturalistik. Menurut Sukardi (2006) pada prinsipnya penelitian
kualitatif ini berasal dari pendekatan phenomenologis, dimana para ahli yang termasuk
pendukung dari pendekatan tersebut adalah Denzin (2003), Berger dan Lukman (1967),
dan Bogdan (1984). Sukardi (2006, hlm. 6) lebih lanjut menyebutkan terdapat beberapa
teori dasar yang mewarnai penelitian kualitatif diantaranya adalah phenomenologis,
undulasi, interaksi simbolis, budaya, dan antropologi. Kelima teori tersebut tentunya
menjadi prinsip yang dipegang oleh peneliti karena bagaimanapun teori tersebut
menjadi pijakan awal bagi seorang peneliti ketika melakukan penelitian kualitatif.
Berikut penjelasan mengenai teori yang melandasi penelitian kualitatif.
Phenomenologis, berarti melihat fenomena dari apa yang menjadi perilaku, apa yang
dikatakan, dan apa yang diperbuat. Peneliti harus mampu merekam gejala tersebut dari
sumbernya tanpa menambah atau mengurangi hal yang sebenarnya. Setingkat lebih
tinggi dari phenomenologis adalah undulasi. Undulasi menurut Sukardi (2006)
memandang bahwa kebenaran dari suatu objek atau subjek dapat diperoleh melalui
kemampuan peneliti dalam menangkap secara maksimal variasi gejala yang muncul.
Gejala-gejala yang muncul ini erat hubunganya dengan kehidupan dan manusia,
sehingga diperjelas dalam teori interaksi simbolis yang memiliki tiga pandangan yaitu
tindakan manusia, proses, dan manusia sebagai aktor. Teori lain yang erat hubunganya
dengan penelitian kualitatif adalah budaya dan antropologi yang muncul dari
fenomena kehidupan manusia.
6
Denzin dan Lincoln (2009, hlm. 3) menyebutkan pada dasarnya penelitian
kualitatif menempatkan peneliti sebagai seorang bricoleur yang mahir dalam
melaksanakan sejumlah besar pekerjaan, seperti wawancara, observasi, penafsiran
dokumen dan historis, refleksi dan intropeksi diri yang mendalam. Hasil kerja dari
bricoleur adalah berupa brikolase, sebuah ciptaan yang padat, refleksif, mewakili citra,
pemahaman, dan interpretasi peneliti mengenai fenomena yang sedang dianalisis.
Lebih jelasnya Tracy (2013, hlm.34) menyebutkan terdapat beberapa prinsip dasar
dalam penelitian kualitatif yaitu induktif dan emic. Pada pelaksanaannya penelitian
kualitatif berfokus pada kasus, tidak terlalu mempersoalkan keluasan daerah penelitian,
berusaha memecahkan permasalahan penelitian dengan dasar gejala yang terjadi di
lapangan, dan menggunakan persepektif emik. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan
data berupa cerita rinci dari para informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan
bahasa dan pandangan informan.
Merujuk dari beberapa penjelasan dari para ahli mengenai prinsip penelitian kualitatif
maka dapat diperoleh beberapa poin penting mengenai prinsip penelitian kualitatif
diantaranya adalah sebagai berikut.
7
Penelitian kualitatif menjadi penelitian yang humanis dengan setting
penelitian yang natural.
Penelitian kualitatif memungkinkan peneliti memperoleh informasi dari orang
pertama mengenai fenomena atau masalah yang terjadi.
dikutip dari Professor Lisa High, (Power Point) Qualitative Research Design. University of Windsor
Soft science : Ilmu yang menempatkan fokusnya pada gejala sosial dan
manusia sebagai subjek sekaligus objek.
Holistic : Memandang suatu fenomena sebagai suatu yang utuh dan tidak
terpisah-pisah sehingga menjadi suatu kebermaknaan.
8
Communication and observation : Pada penelitian kualitatif komunikasi antar
personal sangat diperlukan, namun peneliti tetap harus mengobservasi apa yang
sesungguhnya terjadi di lapangan.
Basic element of analysis is words : Data yang diperoleh dari berbagai sumber
dijelaskan dalam bentuk kata-kata atau deskriptif.
Uniqueness : Penelitian kualitatif ini bersifat unik, masalah yang diteliti dalam
penelitian kualitatif tidak bisa dipecahkan dalam penelitian kuantitatif.
Paradigma secara harfiah berarti kerangka berpikir. Menurut Guba, E.G., and Lincoln
(1988) Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir atau cara pandang seorang
peneliti terhadap realitas yang terjadi dalam kehidupan dan perlakuan peneliti terhadap
ilmu dan teori. Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam
dua kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Adapun
perbedaan antara paradigma penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif adalah
sebagai berikut.
9
Emik (Native
Viewpoint)
Tujuan Kontekstual Generalisasi
Interpretasi Prediksi
Memahami perspektif Menjelaskan
orang lain hubungan sebab
akibat
Pendekatan Diakhiri dengan Dimulai dengan
hipotesis dan grounded hipotesis dan teori
theory Ada manipulasi dan
Emergence dan kontrol
penggambaran Menggunakan
Peneliti sebagai instrumen yang
instrumen formal
Naturalistik Eksperimental
Induktif Deduktif
Mencari pola dan Ada komponen yang
kebermaknaan dianalisis secara
Berusaha plural dan statistik
kompleks Berusaha konsensus
Data dijelaskan secara Data berupa angka
deskriptif Data abstrak
Peran Peneliti Terlibat secara Detasemen dan
sepenuhnya atau memihak
parsial Objektif
Menggunakan empati
untuk memahami
dikutip dan diterjemahkan dari Marshall, C., & Rossman, G. (1980). Designing Qualitative Research. Newbury Park., CA : Sage
10
Dibawah ini adalah tabel perbedaan kualitatif dan kuantitatif menurut Nasution (1988).
Kualitatif Kuantitatif
Desain Desain
- umum - spesifik, jelas, terinci
- fleksibel - ditentukan secara mantap sejak
- berkembang, tampil dalam awal
proses penelitian - menjadi pegangan langkah demi
langkah
Tujuan Tujuan
- memperoleh pemahaman dan - menunjukan hubungan antar
kebermaknaan variabel
- mengembangkan teori - menguji teori
- menggambarkan realitas yang - mencari generalisasi yang
kompleks memiliki nilai prediktif
Teknik penelitian Teknik penelitian
- observasi, partisipan observasi, - eksperimen, survei, observasi
wawancara terbuka terstruktur, wawancara
terstruktur
Instrumen penelitian Instrumen penelitian
- peneliti sebagai instumen - tes, angket, wawamcara, skala
- buku catatan dan tape recorder - komputer, kalkulator, dsb
Data Data
- deskriptif - kuantitatif
- dokumen pribadi, catatan - hasil pengukuran berdasarkan
lapangan, ucapan responden, variabel yang dioperasionalkan
dokumen, dsb dengan menggunakan instrumen
Sampel Sampel
- kecil, tidak representatif, - besar, representatif, sedapat
purposif mungkin random
11
Analisis Analisis
- terus-menerus sejak awal sampai - pada taraf akhir setelah
dengan akhir penelitian pengumpulan data selesai
- induktif - deduktif
- mencari pola, model, atau tema - menggunakan statistik
Usulan desain Usulan desain
- singkat - luas dan terinci
- sedikit tanpa literatur - banyak literatur yang
- pendekatan secara umum berhubungan dengan masalah
- masalah yang diduga relevan - prosedur yang spesifik dan terinci
- tidak ada hipotesis langkah-langkahnya
- fokus penelitian sering ditulis - masalah diuraikan dan ditujukan
setelah ada data yang kepada fokus tertentu
dikumpulkan dari lapangan - hipotesis dirumuskan dengan
jelas ditulis terinci dan lengkap
sebelum terjun ke lapangan
dikutip dari Nasution (1988, p. 12-13) dalam Fx Sudarsono. (2016). Handbook Kumpulan Materi Kuliah Metodologi Penelitian
Kualitatif. Pascasarjana UNY
Dari kedua tabel diatas dapat dikembangkan menjadi beberapa poin kesimpulan
mengenai perbedaan paradigma penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif
diantaranya adalah sebagai berikut.
Penelitian kuantitatif lebih bersifat formal dari pada penelitian kualitatif karena
lebih terstruktur.
Penelitian kuantitatif tidak lebih bias dari penelitian kuantitatif karena terdapat
perbedaan dalam teknik mengambil serta mengolah data.
Asumsinya, penelitian kuantitatif bebas nilai sedangkan penelitian kualitatif
sarat dengan nilai.
Pada penelitian kuantitatif peneliti independen dari yang diteliti sedangkan
pada penelitian kualitatif peneliti berinteraksi dengan yang diteliti.
12
Penelitian kuantitatif bebas konteks sedangkan penelitian kualitatif terikat pada
konteks.
Akurasi dan reliabilitas pada penelitian kuantitatif melalui validitas dan
reliabilitas sedangkan pada penelitian kualitatif dibentuk melalui verifikasi.
Teori ilmiah apa yang dapat menjelaskan Bagaimana dilakukan informan saya
data? menjelaskan pengalaman mereka?
13
dikutip dan diterjemahkan dari Spradley, J.P. (1979). The etnographic interview. Fort Worth, TX: Harcout Brace
Jovanovich College Publishers
Dari tabel diatas maka dapat dikembangkan menjadi beberapa poin kesimpulan
mengenai perbedaan identifikasi dan rumusan masalah pada penelitian kualitatif dan
penelitian kuantitatif.
Masalah pada penelitian kuantitaif sudah jelas dan menjadi titik tolak
penelitian.
Masalah pada penelitian kualitatif belum jelas sehingga masih bisa
dikembangkan.
Rumusan pertanyaan pada penelitian kuantitatif lebih mengarah pada
hubungan, sebab-akibat, korelasi, pengaruh, dsb.
Rumusan pertanyaan pada penelitian kualitatif mengarah pada satu fokus utama
yang nantinya bisa dikembangkan menjadi sub-masalah.
Identifikasi masalah pada penelitian kuantitatif beranjak dari kesenjangan teori
dengan realita di lapangan.
Identifikasi masalah pada penelitian kualitatif beranjak dari fenomena atau
gejala yang timbul dari masyarakat namun belum bisa dijelaskan sehingga
menimbulkan suatu pertanyaan.
Jawaban dari rumusan masalah pada penelitian kuantitatif adalah data interval
dan rasio.
Jawaban dari rumusan masalah pada penelitian kualitatif adalah data nominal
dan ordinal yang kemudian dijelaskan dengan kata-kata sehingga muncul
kebermaknaan.
Pertanyaan pada penelitian kualitatif diawali dengan apa, mengapa, dan
bagaimana, sehingga memunculkan jawaban yang memerlukan penjelasan
panjang.
Pertanyaan pada penelitian kuantitaif diawali dengan apa sehingga
memunculkan jawaban singkat seperti ya atau tidak.
14
Karakteristik Masalah Penelitan Kualitatif dan Perumusannya
Adanya rumusan masalah utama dan sub-rumusan masalah yang lebih spesifik.
Rumusan masalah utama merupakan pertanyaan umum tentang konsep atau
fenomena yang diteliti. Peneliti mengajukan pertanyaan ini sebagai masalah
umum yang tidak dimaksudkan untuk membatasi penelitian.
Adanya keterkaitan pertanyaan utama dengan metode penelitian kualitatif
tertentu.
Rumusan masalah diawali dengan kata apa, bagaimana, mengapa.
Rumusan masalah fokus pada satu fenomena atau konsep utama.
Rumusan masalah mengandung kata kunci yang mengarah pada metode
penelitian kualitatif tertentu misalnya menemukan (grounded theory), berusaha
memahami (etnografi), mengeksplorasi suatu proses (studi kasus),
15
mendeskripsikan pengalaman-pengalaman (fenomenologi), dan menyajikan
cerita-cerita (penelitian naratif).
Rumusan masalah menggunakan kata-kata yang bersifat eksploratoris berupa kata-
kata tidak langsung (nondirectional words) ketimbang kata-kata langsung
(directional words), seperti "berdampak pada”, "memengaruhi," "merientukan,"
"menyebabkan," dan "menghubungkan."
Rumusan masalah akan terus berkembang dan berubah selama penelitian, namun
tetap konsisten dengan asumsi dasar pada rancangan penelitian.
Rumusan masalah open-ended (terbuka), tanpa perlu merujuk pada literatur atau
teori tertentu, kecuali jika ada strategi penelitian kualitatif yang menganjurkan hal
tersebut.
Terdapat lima desain penelitian kualitatif menurut Denzin & Lincoln (2009) yaitu studi
kasus, etnografi, fenomenologi, grounded theory, historis, penelitian tindakan
partisipatoris, riset klinis dan biografi. Jonhson dan Wichern (2005: 8) menambahkan
desain action research, dan design and development research. Berikut adalah
penjelasan mengenai desain penelitian kualitatif yang dapat digunakan dalam
penelitian pendidikan.
Studi kasus adalah stategi kualitatif di mana peneliti mengkaji se-buah program, kejadian,
aktivitas, proses, atau satu atau lebih indi-vidu dengan lebih mendalam. Kasus-kasus
tersebut dibatasi oleh waktu dan aktivitas, sehingga peneliti harus mengumpulkan infor-
masi yang detail dengan menggunakan beragam prosedur pengum-pulan data selama
periode waktu tertentu. Menurut Yin (2011) studi kasus adalah suatu inkuiri empiris
yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas
antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas atau jelas dan menggunakan
berbagai sumber atau multisumber bukti. Studi kasus memungkinkan peneliti untuk
mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa
16
kehidupan nyata seperti silklus kehidupan seseorang, proses-proses organisasional dan
manajerial, perubahan lingkungan sosial, hubungan-hubungan internasional, dan
kematangan industri-industri.
Penelitian studi kasus dalam dunia pendidikan dapat digunakan oleh guru bimbingan
konseling dalam memahami kasus yang terjadi di sekolah.
17
menambah pemahaman atas dampak budaya pada perilaku atau kesehatan manusia.
pula.
Penelitian etnografi dalam dunia pendidikan dapat digunakan untuk kajian kebudayaan
mengenai manusia.
Penelitian biografi dalam dunia pendidikan dapat digunakan untuk merunut tokoh-
tokoh pendidikan yang menghasilkan teori-teori dalam dunia pendidikan.
Penelitian historis dalam dunia pendidikan tentunya membantu para peneliti untuk
mengembangkan pembelajaran sejarah.
Penelitian tindakan (action research) adalah suatu proses yang dirancang untuk
memberdayakan semua partisipan dalam proses (siswa, guru, dan peserta didik
lainnya) dengan maksud untuk meningkatkan praktik yang diselenggarakan di dalam
pengalaman pendidikan. Penelitian tindakan bertujuan untuk memberikan konstribusi
kepada kepedulian praktis dari orang dalam situasi problematis secara langsung dan
untuk tujuan lebih lanjut dari ilmu sosial secara serempak. (Sugiyono, 2012: 235)
18
Penelitian tindakan dalam dunia pendidikan sudah seharusnya dilakukan secara
kontinu dan berkesinambungan. Penelitian tindakan bisa menyelesaikan berbagai
masalah kekinia yang sedang dialami oleh dunia pendidikan. Penelitian tindakan dalam
dunia pendidikan bisa dilakukan di kelas, sekolah, ataupun lingkungan keluarga yang
diteliti.
Studi Kasus
Studi kasus adalah stategi kualitatif di mana peneliti mengkaji se-buah program, kejadian,
aktivitas, proses, atau satu atau lebih indi-vidu dengan lebih mendalam. Kasus-kasus
tersebut dibatasi oleh waktu dan aktivitas, sehingga peneliti harus mengumpulkan infor-
masi yang detail dengan menggunakan beragam prosedur pengum-pulan data selama
periode waktu tertentu. Menurut Yin (2003) studi kasus adalah suatu inkuiri empiris
yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas
antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas atau jelas dan menggunakan
berbagai sumber atau multisumber bukti. Studi kasus memungkinkan peneliti untuk
mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa
kehidupan nyata seperti silklus kehidupan seseorang, proses-proses organisasional dan
manajerial, perubahan lingkungan sosial, hubungan-hubungan internasional, dan
kematangan industri-industri.
19
selebihnya dalam beberapa situasi seperti observasi partisipan, manipulasi informasi
juga dapat terjadi.
1. Pertanyaan penelitian
Pertanyaan penelitian berkenan dengan “W-H question” yaitu what, who, where, why
dan how yang akan member rambu-rambu terhadap strategi penelitian yang digunakan.
Dari bentuk pertanyaan diatas, studi kasus paling cocok menggunakan pertanyaan How
danwhy.
2. Proposisi
Proposisi mengarahkan perhatian peneliti kepada sesuatu yang harus diselidiki dalam
ruang lingkup studinya. Contoh: peneliti mungkin berpikir bahwa organisasi bekerja
sama untuk sebuah keuntungan timbal balik yang besar. Proposisi ini mencerminkan
isu teoritis penting dan juga menyatakan kepada peneliti dimana ia harus mencari bukti
yang relevan.
3. Unit-unit analisis
Unit analisis berkaitan dengan masalah penentuan apa yang dimaksud dengan “kasus”
dalam penelitian. Contoh studi kasus tentang pasien histeria atau pemimpin yang
otoriter. Pada situasi seperti ini, perorangan merupakan kasus yang akan dikaji, dan
individu tersebut merupakan unit analisis. Sehingga informasi mengenai setiap
individu yang relevan dikumpulkan.
Penjodohan pola merupakan cara mengaitkan data dengan proposisi, penjodohan pola
adalah pengelompokkan jenis-jenis data dalam satu kategori atau proses coding.
20
5. Kriteria untuk menginterpretasi temuan
Langkah-langkah penelitian studi kasus menurut Yin (2003) ada lima diantaranya
adalah sebagai berikut.
21
mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat
kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah
ada.
5. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca,
dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga
memudahkan pembaca untuk memahami seluruh informasi penting. Laporan
diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang
atau kelompok.
22
Dimana dan kapan siswa yang
bersangkutan mencuri barang-barang
berharga milik siswa lain?
Berapa kali dalam seminggu siswa yang
bersangkutan mencuri barang milik
siswa lain?
Pengumpulan data Melakukan wawancara terhadap siswa
yang diduga klepto dan siswa yang
menjadi korban (rekan sebaya), serta
observasi dengan melakukan home visit.
Kedudukan teori dalam penelitian kualitatif tidak begitu penting, peneliti bisa saja
melakukan penelitian terhadap suatu fenomena tanpa dasar teori karena sifat dari penelitian
kualitatif itu sendiri adalah induktif atau membangun teori. Hal-hal yang ditemukan
peneliti di lapangan dapat menuntun peneliti terhadap teori. Jika peneliti menemukan
adanya kesamaan antara teori dengan realitas di lapangan maka hal tersebut dapat dianggap
sesuai, namun jika peneliti menemukan perbedaan antara teori dengan apa yang terjadi di
lapangan maka penelitian kualitatif menonjolkan salah satu cirinya yaitu unik.
Pertama, dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai penjelasan atas
perilaku dan sikap-sikap tertentu. Teori ini bisa jadi sempurna dengan adanya variabel-
variabel, konstruk-konstruk, dan hipotesis-hipotesis penelitian. Kedudukan teori hanya
sebagai pendukung.
Kedua, para peneliti kualitatif sering kali mengunakan perspektif teoritis sebagai panduan
umum untuk meneliti gender, kelas, dan ras (atau isu-isu lain mengenai kelompok-
23
kelompok marginal). Kedudukan teori hanya sebagai panduan dan tidak dicampur-adukan
dengan data dari lapangan.
Ketiga dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai poin akhir penelitian.
Dengan menjadikan teori sebagai poin akhir penelitian, berarti peneliti menerapkan proses
penelitianya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke tema-tema umum,
kemudian menuju teori atau model tertentu. Kedudukan teori sebagai tujuan dari penelitian
kualitatif sehingga diletakan diakhir penelitian.
Keempat, beberapa penelitian kualitatif tidak mengunakan teori yang terlalu eksplisit.
Kasus ini bisa saja terjadi disebabkan dua hal: (1) karena tidak ada satupun penelitian
kualitatif dilakukan dengan observasi yang ―benar-benar murni dan (2) karena struktur
konseptual sebelumnya yang disusun dari teori dan metode tertentu telah memberikan
starting point bagi keseluruhan observasi (Schwandt dalam Creswell, 2012s). Bahkan,
tidak sedikit orang memandang penelitian kualitatif sebagai penelitian yang tidak memiliki
orientasi teori yang eksplisit, seperti dalam penelitian fenomenologi, yang didalamnya
peneliti berusaha untuk membangun esensi pengalaman dari para partisipasi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J.W. (2012). Qualitative inquiry and research design: Choosing among five
approaches. 2th edition. America: SAGE Publication
Guba, E.G., and Lincoln, Y.S. 1988. Do inquiry paradigms imply inquiry
methodologies? In: Fetterman, D.M., ed. Qualitative Approaches toEvaluation in
Education. The Silent Scientific Revolution. New York: Praeger 80-115pp
Lisa High, (Power Point) Qualitative Research Design. University of Win [Online]
RA., Johnson and Wichern DW. (2005). Applied Multivariate Statistical Analysis. New
Jersey: Prentice Hall, Englewood Chiffs
Spradley, J.P. (1979). The etnographic interview. Fort Worth, TX: Harcout Brace
Jovanovich College Publishers [Online]
Yin. K. Robert. (2003). Case Study Research: Design and Methods. 3th Editon.
America : SAGE Publication
25