Isolasi Dan Morfologi Jamur
Isolasi Dan Morfologi Jamur
Alat-alat yang digunakan adalah cawan petri, pipet mikro, bunsen, kertas
saring, cover glas, pinset, pisau bedah, korek dan kawat ose. Bahan-bahan yang
digunakan ialah isolat kapang yang akan dibuat slide culture, gliserol dan media
agar (PDA) .
Metode
Pertama siapkan cawan petri yang telah di autoclave setelah itu masukan
kertas saring kedalam cawan petri dan susun pipa V, letakan kaca preparat diatas
batangan V, kemudian tetesi media Potato Dextrose Agar (PDA). Jamur pada
tempe diambil sedikit dan setipis mungkin dengan menggunakan pisau bedah,
kemudian letakkan diatas media PDA yang telah mengeras dan ditutup dengan
cover glass, kemudian cawan petri di autoclave dan diinkubasi selama 2 hari,
setelah dua hari diamati struktur yang terbentuk dengan menggunakan mikroskop
dan ditetesi dengan metilen blue .
Sebelum membuat sampel yang dilakukan maka terlebih dahulu membuat
percobaan tanpa mengalami autoclave dan inkubasi selama 2-3 hari, dengan
mengamati secara langsung, dimana bagian jamur pada tempe dan roti diiris
setipis mungkin dengan menggunakan pisau bedah kemudian jamur roti dan
tempe tersebut dioleskan pada kaca prepared dan diamati dibawah mikroskop.
Perlakuan ini bertujuan untuk mengetahui terlebih dahulu bagaimana bagian-
bagian jamur pada sampel yang akan diujikan (hifa) .
Data dan Hasil
1.
2.
3.
4.
5.
Perbesaran : 100 x
1. Keterangan gambar
2. Hifa rizoid
3. Sporangiofor
4. Spora
5. Hifa stolon
Hifa
Perbesaran : 100 x
Jenis sampel : kapang
Keterangan gambar
1. Rhizoid
2. Stolon
3. Sporangia
4. Spores
5.
6.
Perbesaran 400 x
Jenis sampel : khamir
Keterangan gambar
1
2
3
4
5
6
Perbesaran 400 x
Pembahasan
Jamur parasit mempunyai hifa yang ektofitik dan endofitik. Hifa yang
ektofitik berada pada permukaan tanaman inang, biasanya berwarna keputih -
putihan, halus, menyerupai sarang laba -laba, atau berwarna hitam atau coklat,
membentuk jalinan tidak teratur. Miselium yang endofitik berada di dalam
jaringan tanaman inang dan dapat tumbuh secara interseluler (di antara sel) atau
intraseluler (masuk ke dalam sel) (Rukmana, 1997).
Tape adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi, di mana terjadi
suatu perombakan bahan-bahan yang tidak sederhana. Zat pati yang ada dalam
bahan makanan diubah menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula, dengan
bantuan suatu mikroorganisme yang disebut ragi atau khamir.
Ragi tape adalah bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan tape, baik
dari singkong dan beras ketan. Ragi tape merupakan populasi campuran yang
tediri dari spesies-spesies genus Aspergilius, Saccharomyces, Candida,
Hansenulla, dan bakteri Acetobacter. Genus tersebut hidup bersama-sama secara
sinergis. Aspergillus menyederhanakan tepung menjadi glukosa serta
memproduksi enzim glukoamilase yang akan memecah pati dengan mengeluarkan
unit-unit glukosa, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenulla dapat
menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lain
sementara itu Acetobacter dapat merombak alkohol menjadi asam. Beberapa jenis
jamur juga terdapat dalam ragi tape, antara lain Chlamydomucor oryzae, Mucor
sp, dan Rhizopus sp.
Pertumbuhan sel merupakan puncak aktivitas fisiologi yang saling
mempengaruhi secara berurutan. Proses pertumbuhan ini sangat kompleks
meliputi pemasukan nutrien dasar dari lingkungan ke dalam sel, konversi bahan-
bahan nutrien menjadi energi dan berbagai constituent vital cell serta
perkembangbiakan. Pertumbuhan mikrobial ditandai dengan peningkatan jumlah
dan massa sel serta kecepatan pertumbuhan tergantung pada lingkungan fisik dan
kimia. Adapun kurva pertumbuhan mikroba secara umum dapat dilihat pada
Gambar 1.
Tubuh atau talus kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian yaitu miselium dan
spora (sel resisten, istirahat atau dorman).Miselium merupakan kumpulan
beberapa filamen yang dinamakan hifa.Setiap hifa lebarnya 5-10 μm,
dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm. Disepanjang
setiap hifa terdapat sitoplasma bersama (Syamsuri 2004).
Menurut fungsinya ada dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan
hifa vegetatif.Hifa fertil dapat membentuk sel-sel reproduktif atau badan buah
(spora).Biasanya arah pertumbuhannya ke atas sebagai hifa udara.Hifa vegetatif
berfungsi mencari makanan ke dalam substrat. Sedangkan menurut morfologinya,
ada 3 macam hifa: (1) Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai
dinding sekat atau septum; (2) Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi
hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nucleus tunggal, pada setiap septum
terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus dan
sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain, setiap ruang suatu hifa yang
bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang
khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel; (3) Septat dengan sel-sel
multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus
dalam setiap ruang. (Syamsuri 2004).
Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora.Spora kapang
terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual.Spora aseksual
dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
sporaseksual.Spora aseksual memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-10 μm) dan
ringan, sehingga penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran
udara. Apabila spora tersebut terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu akan
mengakibatkan gangguan kesehatan. Kapang mempunyai kisaran pH
pertumbuhan yang luas, yaitu 1.5-11.
Simpulan
Daftar pustaka
.
Ali, A. 2005. Mikrobiologi Dasar Jilid I. State University of Makassar Press.
Makassar.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hasanah dkk. 2012. Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar alkohol tape
singkong. Jurnal Alchemy Vol 2 No 1 oktober 2012
Kuswanto, Kapti Rahayu dan Slamet Sudarmaji. 1989. Mikrobiologi Pangan.
Yogyakarta : Universitas. Gajah Mada.
Madigan MT, JM Martinko, DA Stahl & DP Clark. 2012. Brock Biology Of
Microoganism. San fransisco : Pearson Education.
Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi I. Diterjemahkan
oleh Hadioetomo, dkk. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Rukmana, H.R. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta : Kanisius