Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Nama : Eka Yulianti

Mikrobiologi NIM : J3M113016


Kelas : LNK A P1
Kelompok : V (lima)
Hari,tanggal : Sabtu, 26 April 2014
Waktu : 14.00 – 18.00 WIB
PJP : M. Arif Mulya, S.Pi
Asisten : Ivone
Ramdhani

ISOLASI DAN MORFOLOGI JAMUR

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
Pendahuluan

Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan


karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora,
tetapi tidak mempunyai klorofil. Jamur tidak mempunyai akar, batang, daun dan
sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Umumnya jamur
berbentuk benang, bersel banyak, dan semua bagian jamur tersebut memiliki
potensi untuk tumbuh. Setiap lembar benang disebut hifa, dan kumpulan hifa
dinamakan miselium. Diameter hifa berkisar antara 0,5 –100 mikron atau lebih
(Rukmana 1997).
Kapang (Mold) adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan
pertumbuhannya pada substrat mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula berwarna putih, tetapi jika
spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang
(Ali 2005). Kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang
bercabang yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa membentuk suatu jalinan yang
disebut miselium. Setiap hifa memiliki lebar 5-10 µm (Pelczar 1986).
Menurut Fardiaz (1992), dan Waluyo (2004), kapang dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat atau
nonseptat dan hifa bersekat atau septat. Septat akan membagi hifa menjadi bagian-
bagian, dimana setiap bagian tersebut memiliki inti (nukleus) satu atau lebih.
Kapang yang tidak memiliki septat maka inti sel tersebar di sepanjang hifa.
Dinding penyekat pada kapang disebut dengan septum yang tidak tertutup rapat
sehingga sitoplasma masih dapat bebas bergerak dari satu ruang ke ruang lainnya.
Kapang yang bersekat antara lain kelas Ascomycetes, Basidiomycetes dan
Deuteromycetes. Sedangkan kapang yang tidak bersekat yaitu kelas
Phycomycetes (Zygomycetes dan Oomycetes).
Secara alamiah kapang berkembang biak dengan berbagai cara, baik
aseksual dengan pembelahan, penguncupan, atau pembentukan spora. Dapat pula
secara seksual dengan peleburan nukleus dari kedua induknya. Pada pembelahan,
suatu sel membelah diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa. Pada
penguncupan suatu sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya
(Waluyo 2004). Nutrisi sangat dibutuhkan kapang untuk kehidupan dan
pertumbuhannya, yakni sebagai sumber karbon, sumber nitrogen, sumber energi,
dan faktor pertumbuhan (mineral dan vitamin). Nutrien tersebut dibutuhkan untuk
membentuk energi dan menyusun komponen-komponen sel. Kapang dapat
menggunakan berbagai komponen sumber makanan, dari materi yang sederhana
hingga materi yang kompleks. Kapang mampu memproduksi enzim hidrolitik,
seperti amilase, pektinase, proteinase dan lipase. Maka dari itu kapang mampu
tumbuh pada bahan yang mengandung pati, pektin, protein atau lipid.
Tujuan Praktikum

Mempelajari teknik isolasi dan mengidentifikasi morfologi jamur pada


cendawan dengan teknik kultur mikroskopis.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah cawan petri, pipet mikro, bunsen, kertas
saring, cover glas, pinset, pisau bedah, korek dan kawat ose. Bahan-bahan yang
digunakan ialah isolat kapang yang akan dibuat slide culture, gliserol dan media
agar (PDA) .

Metode

Pertama siapkan cawan petri yang telah di autoclave setelah itu masukan
kertas saring kedalam cawan petri dan susun pipa V, letakan kaca preparat diatas
batangan V, kemudian tetesi media Potato Dextrose Agar (PDA). Jamur pada
tempe diambil sedikit dan setipis mungkin dengan menggunakan pisau bedah,
kemudian letakkan diatas media PDA yang telah mengeras dan ditutup dengan
cover glass, kemudian cawan petri di autoclave dan diinkubasi selama 2 hari,
setelah dua hari diamati struktur yang terbentuk dengan menggunakan mikroskop
dan ditetesi dengan metilen blue .
Sebelum membuat sampel yang dilakukan maka terlebih dahulu membuat
percobaan tanpa mengalami autoclave dan inkubasi selama 2-3 hari, dengan
mengamati secara langsung, dimana bagian jamur pada tempe dan roti diiris
setipis mungkin dengan menggunakan pisau bedah kemudian jamur roti dan
tempe tersebut dioleskan pada kaca prepared dan diamati dibawah mikroskop.
Perlakuan ini bertujuan untuk mengetahui terlebih dahulu bagaimana bagian-
bagian jamur pada sampel yang akan diujikan (hifa) .
Data dan Hasil

Tabel 1 hasil isolasi dan morfologi kapang

Jenis sampel : kapang

Nama sampel : tempe

1.
2.
3.
4.
5.

Pewarna yang digunakan :


Metilen Blue

Perbesaran : 100 x

Jenis sampel : kapang

Nama sampel : tempe

1. Keterangan gambar
2. Hifa rizoid
3. Sporangiofor
4. Spora
5. Hifa stolon

Pewarna yang digunakan :


Metilen Blue
Perbesaran 400 x

Hifa
Perbesaran : 100 x
Jenis sampel : kapang

Nama sampel : roti

Keterangan gambar
1. Rhizoid
2. Stolon
3. Sporangia
4. Spores
5.
6.

Pewarna yang digunakan :


Metilen Blue

Perbesaran 400 x
Jenis sampel : khamir

Nama sampel : Tape

Keterangan gambar
1
2
3
4
5
6

Pewarna yang digunakan :


Metilen Blue

Perbesaran 400 x

Pembahasan

Jamur parasit mempunyai hifa yang ektofitik dan endofitik. Hifa yang
ektofitik berada pada permukaan tanaman inang, biasanya berwarna keputih -
putihan, halus, menyerupai sarang laba -laba, atau berwarna hitam atau coklat,
membentuk jalinan tidak teratur. Miselium yang endofitik berada di dalam
jaringan tanaman inang dan dapat tumbuh secara interseluler (di antara sel) atau
intraseluler (masuk ke dalam sel) (Rukmana, 1997).

Tape adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi, di mana terjadi
suatu perombakan bahan-bahan yang tidak sederhana. Zat pati yang ada dalam
bahan makanan diubah menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula, dengan
bantuan suatu mikroorganisme yang disebut ragi atau khamir.
Ragi tape adalah bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan tape, baik
dari singkong dan beras ketan. Ragi tape merupakan populasi campuran yang
tediri dari spesies-spesies genus Aspergilius, Saccharomyces, Candida,
Hansenulla, dan bakteri Acetobacter. Genus tersebut hidup bersama-sama secara
sinergis. Aspergillus menyederhanakan tepung menjadi glukosa serta
memproduksi enzim glukoamilase yang akan memecah pati dengan mengeluarkan
unit-unit glukosa, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenulla dapat
menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lain
sementara itu Acetobacter dapat merombak alkohol menjadi asam. Beberapa jenis
jamur juga terdapat dalam ragi tape, antara lain Chlamydomucor oryzae, Mucor
sp, dan Rhizopus sp.
Pertumbuhan sel merupakan puncak aktivitas fisiologi yang saling
mempengaruhi secara berurutan. Proses pertumbuhan ini sangat kompleks
meliputi pemasukan nutrien dasar dari lingkungan ke dalam sel, konversi bahan-
bahan nutrien menjadi energi dan berbagai constituent vital cell serta
perkembangbiakan. Pertumbuhan mikrobial ditandai dengan peningkatan jumlah
dan massa sel serta kecepatan pertumbuhan tergantung pada lingkungan fisik dan
kimia. Adapun kurva pertumbuhan mikroba secara umum dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1 kurva pertumbuhan mikroba (Hasanah 2012)

Pada dasarnya pertumbuhan sel mikroba dapat berlangsung tanpa batas,


akan tetapi karena pertumbuhan sel mikroba berlangsung dengan mengkonsumsi
nutrien sekaligus mengeluarkankan produk-produk metabolisme yang terbentuk,
maka setelah waktu tertentu laju pertumbuhan akan menurun dan akhirnya
pertumbuhan berhenti sama sekali. Berhentinya pertumbuhan dapat disebabkan
karena berkurangnya beberapa nutrien esensial dalam medium atau karena
terjadinya akumulasi aututuksin dalam medim atau kombinasi dari keduanya.
Ragi untuk fermentasi tapai merupakan campuran beberapa
mikroorganisme, terutama fungi (kapang dan jamur), seperti Saccharomyces
cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp., Candida utilis,
Saccharomycopsis fibuligera, dan Pediococcus s, tetapi didominasi oleh
Saccharomyces cerevisiae.
Saccharomyces cerevisiae merupakan cendawan berupa khamir (yeast)
sejati tergolong eukariot mempunyai potensi kemampuan yang tinggi sebagai
imunostimulan, dan bagian yang bermanfaat tersebut adalah dinding selnya.
Saccharomyces cerevisiae secara morfologi hanya membentuk blastospora
berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh
strainnya. Berkembang biak dengan membelah diri melalui “budding cell”.
Reproduksinya dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta jumlah nutrien
yang tersedia bagi pertumbuhan sel.Saccharomyces cerevisiae yang mempunyai
kemampuan fermentasi telah lama dimanfaatkan untuk pembuatan berbagai
produk makanan dan sudah banyak digunakan sebagai probiotik, β-D-glucans
pada dinding sel S. cerevisiae dapat mengikat aflatoksin yang diproduksi oleh A.
Flavus. Selain itu Saccharomyces cerevisiae merupakan spesies yang bersifat
fermentatif kuat. Tetapi dengan adanya oksigen, Saccharomyces cerevisiae juga
dapat melakukan respirasi yaitu mengoksidasi gula menjadi karbondioksida dan
air. Kedua sistem tersebut menghasilkan energi, meskipun yang dihasilkan dari
respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan melalui fermentasi (Fardiaz 1992).
Saccharomyces cerevisiae akan mengubah 70 % glukosa di dalam substrat
menjadi karbondioksida dan alkohol, sedangkan sisanya tanpa ada nitrogen
diubah menjadi produk penyimpanan cadangan. Produk penyimpanan tersebut
akan digunakan lagi melalui proses fermentasi endogenous jika glukosa di dalam
medium sudah habis (Fardiaz 1992). Gambar dari saccharomyces c dapat dilhat
pada gambar dibawah ini :

Gambar 2 bentuk dari jamur Saccharomyces cerevisae (Hasanah dkk 2012)


Hifa tersusun oleh benang-benang filament. Masa hifa ini akan
membentuk miselium.Pembelahan inti berlangsung secara mitosis,diikuti segera
oleh pembelahan sel.Hifa ini umunya tidak mempunyai dinding pemisah
melintang (septa) ,sehingga membentuk sel multinuclear dan plasma sel
bersambungan.Hifa semacam ini disebut coenocytic (konositik) ,dank arena tidak
ada dinding melintang atau septa disebut pula nonsepta, sedang bila terdapat sekat
filament itu disebut septa.
Hifa tumbuh hanya di bagian ujung. Dinding sel ujung lemah dan dapat
membentang karena tekanan turgor, semakin jauh dari ujung dindingnya semakin
tebal dan lebih sulit merenggang. Percabangan dibentuk mulai dari tonjolan
dinding sel yang masih lunak. Cabang hifa bersifat sama dengan induknya dan
tumbuh anyam-menganyam, arah tumbuh hifa mengikuti khemotropi, yaitu
mengarah ke sumber zat hara organik, misalnya gula, asam amino, air dan
mineral.
Miselium vegetatif melakukan segala kegiatan metabolisme, seperti
penyerapan, pelarutan, respirasi dan sekskresi, tetapi tidak mampu mengadakan
fotosintesis karena fungi harus memperoleh bahan organik dari substrat, kalau
substrat itu dalam keadaan tidak larut maka harus dijadikan larut dengan enzim
yang disekresi oleh hifa itu. Ada jamur yang mempunyai hifa khusus sebagai
penyerap (haustoria) yang mampu masuk sel-sel hidup dan menyerap zat organik
dari sel itu. Karena fungsi utama miselium sebagai penyerap makanan, maka
umumnya di jumpai di dekat makanan, atau tumbuh di dalam tubuh hidup.
Miselium kebanyakan jamur tidak tahan kekeringan, sehingga jarang yang hidup
di atmosfer bebas kecuali bila kelembabannya tinggi.
Pada ujung batang hifa mengandung spora seksual yang disebut konidia.
Konidia tersebut berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat.
Konidia yang menempel pada ujung hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke
tanah dengan bantuan angin. Beberapa fungi yang makroskopis memiliki struktur
yang disebut tubuh buah dan mengandung spora. Spora tersebut juga dapat
menyebar dengan bantuan angin, hewan, dan air (Madigan et al 2012).
Sebagian besar hifa pada yeast berbentuk lembaran seperti pada
Sacharomyces cerrevicae. Hifa mengandung struktur akar seperti rhizoid yang
berguna sebagai sumber nutrisi. Hifa tersusun atas dinding sel luar dan lumen
dalam yang mengandung sitosol dan organel lain. Membran plasma di sekitar
sitoplasma mengelilingi sitoplasma. Filamen dari hifa menghasilkan daerah
permukaan yang relatif luas terhadap volume sitoplasma, yang memungkinkan
terjadinya adsobsi nutrien.

Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan


pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi
jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis
kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak = thalli) yang tersusun dari
filamen yang bercabang yang disebut hifa ( tunggal = hypha, jamak = hyphae).
Kumpulan dari hifa disebut miselium ( tunggal = mycelium, Jamak = mycelia)
(Pelczar 1986).

Tubuh atau talus kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian yaitu miselium dan
spora (sel resisten, istirahat atau dorman).Miselium merupakan kumpulan
beberapa filamen yang dinamakan hifa.Setiap hifa lebarnya 5-10 μm,
dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm. Disepanjang
setiap hifa terdapat sitoplasma bersama (Syamsuri 2004).

Menurut fungsinya ada dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan
hifa vegetatif.Hifa fertil dapat membentuk sel-sel reproduktif atau badan buah
(spora).Biasanya arah pertumbuhannya ke atas sebagai hifa udara.Hifa vegetatif
berfungsi mencari makanan ke dalam substrat. Sedangkan menurut morfologinya,
ada 3 macam hifa: (1) Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai
dinding sekat atau septum; (2) Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi
hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nucleus tunggal, pada setiap septum
terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus dan
sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain, setiap ruang suatu hifa yang
bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang
khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel; (3) Septat dengan sel-sel
multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus
dalam setiap ruang. (Syamsuri 2004).
Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora.Spora kapang
terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual.Spora aseksual
dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
sporaseksual.Spora aseksual memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-10 μm) dan
ringan, sehingga penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran
udara. Apabila spora tersebut terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu akan
mengakibatkan gangguan kesehatan. Kapang mempunyai kisaran pH
pertumbuhan yang luas, yaitu 1.5-11.

Rhizopus oryzae merupakan spesies yang termasuk dalam Kingdom


Fungi, Divisio Zygomycota, Class Zygomycetes, Ordo Mucorales, Family
Mucoraceae, dan Genus Rhizopus. Pada pengamatan Rhizopus oryzae diperoleh
hasil sporangium berwarna biru karena menyerap warna Metilen Blue. Hasil yang
diperoleh sesuai dengan referensi, yakni sporangiofora tumbuh dari stolon dan
mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora);
rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan
sporangiofora; sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa
(duri-duri pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak;
kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar; spora bulat,
oval atau berbentuk elips atau silinder. Berdasarkan asam laktat yang
dihasilkan Rhizopus oryzae termasuk mikroba heterofermentatif (Kuswanto dan
Slamet 1989). Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan
dalam pembuatan tempe. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Jamur Rhizopus
oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida
dan asam amino, selain itu jamurRhizopus oryzae mampu menghasilkan protease
(Soetrisno 1996).

Simpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan


bahwa pada tempe yang diamati mengandung jamur. Jamur pada tempe
merupakan fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya
pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti
kapas. Jamur pada tempe terdiri dari thallus yang terdiri dari miselium dan spora,
thallus tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut hifa, kumpulan dari
hifa tersebut disebut miselium.

Daftar pustaka
.
Ali, A. 2005. Mikrobiologi Dasar Jilid I. State University of Makassar Press.
Makassar.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hasanah dkk. 2012. Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar alkohol tape
singkong. Jurnal Alchemy Vol 2 No 1 oktober 2012
Kuswanto, Kapti Rahayu dan Slamet Sudarmaji. 1989. Mikrobiologi Pangan.
Yogyakarta : Universitas. Gajah Mada.
Madigan MT, JM Martinko, DA Stahl & DP Clark. 2012. Brock Biology Of
Microoganism. San fransisco : Pearson Education.
Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi I. Diterjemahkan
oleh Hadioetomo, dkk. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Rukmana, H.R. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta : Kanisius

Soetrisno. 1996. Taksonomi Spermatophyta untuk Farmasi edisis I. Fakultas


Farmasi Universitas Pancasila: Jakarta.

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta


Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang

Anda mungkin juga menyukai