Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah merupakan suatu sindroma nyeri yang terjadi pada
region punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab. Banyak
penyebab nyeri muskuloskeletal telah diidentifikasi. Faktor-faktor psikologis dan
sosial berperan besar dalam eksaserbasi nyeri dengan mempengaruhi persepsi nyeri
dan perkembangan disabilitas kronik.1
Prevalensi muskuloskeletal termasuk nyeri punggung / low back pain, telah
dideskripsikan sebagai sebuah epidemik. Keluhan bila menjadi kronik, akan
berdampak serius.Hal ini menyebabkan turunnya produktivitas orang yang
mengalami nyeri punggung.2 Diperkirakan 70-85 % dari seluruh populasi pernah
mengalami hal ini dalam hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45 %,
dengan angka prevalensi rata-rata 30 %. Di Amerika, nyeri ini merupakan penyebab
paling sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia < 45 tahun,
urutan kedua untuk penyebab paling sering berkunjung ke dokter, urutan kelima
penyebab perawatan di rumah sakit, dan penyebab paling sering untuk tindakan
operasi.3
Low Back Pain (LBP) di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang nyata
dan merupakan penyakit nomor dua pada manusia setelah influenza (Dr.Rahajeng
Tunjung, 2005). Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan
nyeri punggung bawah. Pada setiap saat lebih dari 10 % penduduk menderita nyeri
pinggang. Insidensi nyeri pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-
20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun
kronik, termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002
menunjukkan jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien
nyeri. Studi populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2%
pada pria dan 13,6% pada wanita.4

1
Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya sekitar 5,4 –
5,8%, frekuensi terbanyak pada usia 45-65 tahun. Usia merupakan faktor yang
mendukung terjadinya LBP, sehingga biasanya di derita oleh orang berusia lanjut
karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi
elastis seperti diwaktu muda (Klooch,2006).Selain itu aktivitas terlalu banyak duduk
atau berdiri juga merupakan faktor yang mendukung LBP. Ini dinamakan posisi
tubuh kerja statis, pekerjaan yang membuat tubuh terpapar dengan getaran seperti
yang dilakukan para masinis, pengemudi truk, mengoperasikan alat bergetar sering
mengangkat dan menarik benda berat banyak membungkuk dan berputar (Dr.
Suherman, Sp.S, 2009). 4

Mengingat bahwa LBP ini sebenarnya hanyalah suatu simptom / gejala, maka
yang terpenting adalah mencari faktor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan
yang tepat. Kasus ini melaporkan penderita dengan LBP serta tindakan
rehabilitasnya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi Low Back Pain (LBP)

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke
daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha5

Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang termasuk
dalam Low Back Pain terdiri dari : 5,6,7

1. Lumbar Spinal Pain nyeri di daerah yang di batasi superior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra thorakal terakhir,
inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari
vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas
lateral spina lumbalis.
2. Sacral Spinal Pain , nyeri di daerah yang di batasi superior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis pertama, inferior
oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan
lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan inferior.
3. Lumbosacral Pain , nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3
atas daerah sacral spinal pain

Selain itu, IASP juga membagi low back pain ke dalam : 5,6

1. Low Back Pain Subakut, telah dirasakan minimal 5-7 minggu, tetapi tidak lebih
dari 12 minggu
2. Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang dari 3 bulan.
3. Low Back Pain Kronik, telah dirasakan lebih dari 3 bulan.

3
Struktur Punggung dan Organ Lain Yang Berdekatan
Garis besar struktur punggung bawah adalah :8
a.) Columna vertebralis dengan jaringan ikatnya, termasuk discus intervertebralis
dan nucleus pulposus,
b.) Jaringan saraf yang meliputi konus medularis, filum terminalis, duramater dan
arakhnoid, radiks dengan saraf spinalnya,
c.) Pembuluh darah.
d.) Muskulus atau jaringan otot.
Pinggang merupakan pengemban tubuh dari toraks sampai perut. Tiap ruas
tulang belakang berikut diskus intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis
merupakan satuan anatomik dan fisiologik. Bagian depan berupa korpus vertebralis
dan diskus intervertebralis yang berfungsi sebagai pengemban yang kuat dan tahan
terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya. Berfungsi sebagai penahan tekanan
adalah nukleus pulposus. Dalam keseluruhan tulang belakang terdapat kanalis
vertebralis yang didalamnya terdapat medula spinalis yang membujur ke bawah
sampai L 2. Melalui foramen intervertebralis setiap segmen medula spinalis
menjulurkan radiks dorsalis dan ventralisnya ke perifer.
Di tingkat servikal dan torakal, berkas serabut tepi itu menuju ke foramen
tersebut secara horizontal. Namun di daerah lumbal dan sakrum berjalan secara
curam ke bawah dahulu sebelum tiba di tingkat foramen intervertebralis yang
bersangkutan. Hal tersebut dikarenakan medulla spinalis membujur hanya sampai L2
saja.8
Otot-otot yang terdapat di sekeliling tulang belakang mempunyai origo dan
insersio pada prosesus transversus atau prosesus spinosus. Stabilitas kolumna
vertebrale dijamin oleh ligamenta secara pasif dan secara aktif oleh otot-otot tersebut.
Ujung-ujung serabut penghantar impuls nyeri terdapat di ligamenta, otot-otot,
periostium, lapisan luar anulus fibrosus dan sinovia artikulus posterior.8

Fisiologi Nyeri

4
Rangsangan nyeri yang dapat berupa rangsangan mekanik, suhu, kimiawi dan
campuran, diterima oleh reseptor yang terdiri dari akhiran saraf bebas yang
mempunyai spesifikasi. Disini terjadi aksi potensial dan impuls kemudian diteruskan
ke pusat nyeri. Serabut saraf yang dari reseptor ke gangglion masuk ke kornu
posterior dan berganti neuron. Di sini ada dua kelompok neuron, yaitu :8
1. Yang berganti neuron di lamina I dan kemudian menyilang linea mediana
membentuk jaras anterolateral yang langsung ke talamus. Sistem ini disebut sistem
neospinotalamik yang mengantarkan rangsangan nyeri secara cepat.
2. Bersinaps di lamina V kemudian menyilang linea mediana membentuk jaras
anterolateral dan bersinapsis di substansia retikularis batang otak dan di talamus.
Sistem ini disebut system paleospinotalamik yang mengantarkan perasaan nyeri yang
kronik dan yang kurang terlokalisasi.

EPIDEMIOLOGI

Nyeri pinggang di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang nyata dan


merupakan penyakit nomor dua pada manusia setelah influenza (Dr.Rahajeng
Tunjung, 2005). Kira-kira 80% penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan
nyeri punggung bawah. Pada setiap saat lebih dari 10 % penduduk menderita nyeri
pinggang. Insidensi nyeri pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-
20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun
kronik, termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002
menunjukkan jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien
nyeri. Studi populasi dl daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2%
pada pria dan 13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang
insidensinya sekitar 5,4 – 5,8%, frekwensi terbanyak pada usia 45-65 tahun. Usia
merupakan faktor yang mendukung terjadinya LBP, sehingga biasanya di derita oleh
orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya
sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda Klooch (2006). Selain itu faktor

5
risiko terhadap pekerjaan dipengaruhi aktivitas terlalu banyak duduk atau berdiri juga
merupakan factor yang mrndukung LBP. Ini dinamakan posisi tubuh kerja statis,
pekerjaan yang membuat tubuh terpapar dengan getaran seperti yang dilakukan para
masinis, pengemudi truk, mengoperasikan alat bergetar sering mengangkat dan
menarik benda berat banyak membungkuk dan berputar (Dr. Suherman, Sp.S, 2009).4

ETIOLOGI

Berdasarkan etiologinya, Low Back Pain dibagi dalam 4 kelompok.8,9

1. Low Back Pain oleh faktor mekanik


a. Low Back Pain oleh mekanik akut; biasanya timbul bila tubuh
melakukan gerakan secara mendadak melampaui batas kemampuan
sendi dan otot (range of motion) atau melakukan sesuatu untuk jangka
waktu terlampau lama.
b. Low Back Pain oleh mekanik kronik; paling sering disebabkan oleh
sikap tubuh yang jelek, sehingga timbul hiperlordosis lumbal.
2. Low Back Pain oleh faktor organik
a. Low Back Pain osteogenik; seperti radang, trauma, keganasan, dan
kongenital
b. Low Back Pain diskogenik; disebabkan oleh Spondilosis, Hernia
Nukleus Pulposus, dan Spondilitis Ankilosa
c. Low Back Pain neurogenik; akibat neoplasma, arakhnoiditis, dan
stenosis kanal akibat proses degenerasi.
3. Nyeri Rujukan
4. Nyeri Psikogenik

Etiologi nyeri punggung bawah dapat dihubungkan dengan hal-hal sebagai berikut
1. Proses degeneratif

6
Meliputi spondilosis, hernia nukleus pulposus (HNP), stenosis spinalis,
osteoartritis. Perubahan degeneratif pada vertebrata lumbosakralis dapat terjadi pada
korpus vertebra berikut arkus dan prosesus artikularis serta ligament yang
menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu
proses ini dikenal sebagai osteoartrosis deforman, tapi kini dinamakan spondilosis.
Perubahan degeneratif ini juga dapat menyerang anulus fibrosis diskus
intervertebralis yang bila tersobek dapat disusul dengan protusio diskus
intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP). Unsur
tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ini adalah kartilago
artikularis yang dikenal sebagai osteoartritis.8

2. Penyakit Inflamasi
Low Back Pain akibat inflamasi terbagi dua yaitu artritis rematoid yang sering
timbul sebagai penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena
secara serentak atau selisih beberapa hari/minggu, dan yang kedua adalah pada
spondilitis angkilopoetika, dengan keluhan sakit punggung dan sakit pinggang yang
sifatnya pegal-kaku dan pada waktu dingin dan sembab linu dan ngilu dirasakan.10
3. Osteoporotik
Sakit pinggang pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali
disebabkan oleh osteoporosis. Sakit bersifat pegal, tajam atau radikular.10
4. Kelainan Kongenital
Anomali kongenital yang diperlihatkan oleh foto rontgen polos dari vertebra
lumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP meskipun tidak selamanya
benar. Contohnya adalah lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebrae
lumbalis merupakan variasi anatomik yang tidak mengandung arti patologik.
Demikian pula pada sakralisasi, yaitu adanya bukan 5 korpus vertebrae lumbalis.10
5. Gangguan Sirkulatorik
Aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan LBP yang hebat dan
dapat menyerupai sprung back atau HNP. Gangguan sirkulatorik yang lain adalah
trombosis aorta terminalis yang perlu mendapat perhatian karena mudah didiagnosa

7
sebagai HNP. Gejalanya disebut sindrom Lerichie. Nyeri dapat menjalar sampai
bokong, belakang paha dan tungkai kedua sisi.10

6. Tumor
Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget,
osteoblastoma, hemangioma, neurinoma,meningioma. Atau tumor ganas yang primer
seperti mieloma multipel maupun sekunder seperti macam-macam metastasis.10
7. Toksik
Keracunan logam berat, misalnya radium.10
8. Infeksi
Akut disebabkan oleh kuman piogenik (stafilokokus, streptokokus) dan kronik
contohnya pada spondilitis tuberkulosis (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.10
9. Problem Psikoneurotik
Histeria atau depresi, malingering, LBP kompensatorik. LBP yang tidak
mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-
batas anatomis.9

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya masing-
masing
seperti beberapa contoh dibawah ini :9
1. Low Back Pain akibat sikap yang salah
a. Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan tidak
enak namun lokasi tidak jelas.
b. Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah lumbal,
namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna, walaupun
hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak enak
c. Lordosis ( bokong tampak lebih menonjol)
d. Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon
e. Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan.

8
2. Pada Herniasi Diskus Lumbal
a. Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa tidak
enak, sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak dan berat.
b. Diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk atau
bersin.
c. Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit
difleksikan.
d. Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata yang menyebabkan nyeri
sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh.
e. Setelah periode tertentu timbul skiatika atau iskialgia.
3. Low Back Pain pada Spondilosis
a. Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi diskus,
walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis
b. Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena
c. Dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks
d. Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang
menekan medula spinalis.
e. Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat stenosis
kanal lumbal.
4. Low Back Pain pada Spondilitis Tuberkulosis
a. Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan, keringat malam,
demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol.
b. Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/lokal dan menghilang bila
istirahat.
c. Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada 20% kasus
(akibat abses dingin)
d. Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan kifosis)
e. Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti paraparesis yang
makin memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia dan refleks Babinsky bilateral.
Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketuk tulang vertebra.

9
f. Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul terutama
gangguan motorik.
5. Low Back Pain pada Spondilitis Ankilopoetika
a. Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun.
b. Tidak hilang dengan istirahat dan tidak diperberat oleh gerakan.
c. Pemeriksaan fisik menunjukkan pembatasan gerakan di sendi sakrolumbal dan
seluruh tulang belakang lumbal.
d. Laju endap darah meninggi.
e. Terjadi osifikasi ligamenta interspinosa.

FAKTOR RESIKO

Setiap orang berpotensi mengalami LBP. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor.
Beberapa faktor penting yang memiliki pengaruh antara lain:
a. Faktor Umur,
b. Faktor Jenis kelamin,
c. Faktor Obesitas,
d. Faktor Kebiasaan Sehari-hari,
e. Faktor Riwayat Trauma Tulang Belakang, serta
f. Faktor Pekerjaan
Dari enam faktor yang penting ini, faktor ke empat, lima dan enam merupakan
faktor mekanik. Seperti yang dijelaskan pada bagian pendahuluan, bahwa faktor
mekanik yang berpengaruh paling besar (80-85%) untuk terjadiLBP. Meski begitu,
faktor-faktor lain seperti umur, jenis kelamin, bahkan faktor obesitas dan faktor-
faktor lain yang tidak disebutkan di atas ikut bersinergi menyebabkan LBP.9
Umur. Semakin bertambah umur seseorang maka angka kejadian terjadinya
LBP terus meningkat. Insidensi LBP dimulai dari dekade kedua hingga dekade
kelima. Penelitian Adelia (2007) menyimpulkan terjadi peningkatan LBP terhadap
peningkatan umur hingga 55 tahun. Pada dekade kelima, LBP semakin sering karena
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor fungsional tubuh yang semakin menurun akibat
proses menua.10

10
Jenis kelamin. Pada perbandingan angka kejadian LBP pada laki-laki dan
perempuan, terdapat perbedaan hasil penelitian dari peneliti-peneliti sebelumnya. Ada
yang menyimpulkan ada hubungan namun tidak sedikit juga yang menyatakan tidak
ada hubungan LBP dengan jenis kelamin. Tetapi, alur pemikiran mereka sejalan bila
dinyatakan bahwa ada hubungan angka kejadian LBP dengan jenis kelamin
perempuan yang sudah melewati masa menopause.
Obesitas. Purnamasari H,dkk10 menyimpulkan bahwa ada hubungan
overweight dengan angka kejadian LBP. Overweight meningkatkan risiko terkena
LBP lima kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan
ideal. Kelebihan berat badan akan disalurkan pada daerah perut yang berarti
menambah kerja segmen vertebra lumbal. Ketika berat badan bertambah, tulang
belakang akan tertekan untuk menerima beban sehingga memudahkan terjadi
kerusakan dan bahaya bagi struktur tulang belakang.
Aktivitas Keseharian (AKS). Kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,
olahraga, serta aktivitas rumah tangga sehari-hari seperti berkebun, membersihkan
rumah, mencuci, menjaga anak tanpa memperhatikan sikap ergonomik tubuh
terhadap beban yang ditimbulkan dengan sendirinya akan berdampak pada
munculnya LBP. Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat
menyebabkan LBP dengan menimbulkan vasokonstriksi pada jaringan lunak sekitar
tulang vertebra.11
Riwayat trauma tulang belakang. Purnamasari H,dkk10 juga menyimpulkan
bahwa ada hubungan riwayat trauma tulang belakang dengan angka kejadian LBP.14
fraktur vertebra pada segmen vertebra lumbal dan sakralis yang pernah terjadi
semakin memperbesar angka kejadian LBP dikemudian hari.
Pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan posisi
yang statis lebih mudah terkena LBP dibandingkan bekerja tidak dengan posisi yang
statis. Setiap pekerjaan yang dilakukan baik dalam posisi duduk maupun berdiri
selalu memiliki kecenderungan untuk mendapat nyeri punggung. Hal ini dominan
disebabkan faktor kelelahan otot-otot penopang (erektor) punggung. Interaksi
pekerjaan dengan berat berlebih juga berisiko terkena LBP.Pada dasarnya kaitan

11
dengan ilmu ergonomik dan biomekanika tidak dapat dipisahkan pada pekerjaan.
Interaksi dengan lingkungan tempat kerja baik faktor internal dan faktor eksternal
seperti yang akan dijelaskan oleh pe nulis dalam bab yang sama juga merupakan
faktor pendukung terjadinya LBP.9

DIAGNOSA

1. ANAMNESA

Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam menganamnesa pasien dengan


kemungkinan diagnosa Low Back Pain. 11

1. Apakah terasa nyeri ?

2. Dimana terasa nyeri ?

3. Sudah berapa lama merasakan nyeri ?

4. Bagaimana kuantitas nyerinya? (berat atau ringan)

5. Apa yang membuat nyeri terasa lebih berat atau terasa lebih ringan?

6. Adakah keluhan lain?

7. Apakah dulu anda ada menderita penyakit tertentu?

8. Bagaimana keadaan kehidupan pribadi anda?

9. Bagaimana keadaan kehidupan sosial anda?

2. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang


meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeletal. Pemeriksaan neurologi

12
meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks. Pemeriksaan
fisik meliputi : 11

1. Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa, juga
cara duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi
untuk pemeriksaan neurologis).
2. Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thorako-lumbal dan lumbosakral) berikut
deformitasnya serta gerakan tulang belakang.
3. Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot
disamping tulang belakang.

1. Motorik.11

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

a. Berjalan dengan menggunakan tumit.

b. Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.

c. Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )

2. Sensorik.11

a. Nyeri dalam otot.

b. Rasa gerak.

3. Refleks.

13
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella,
respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi
pada saraf spinal.11

4. Pemeriksaan neurologis pada tungkai : 12

a. Sensibilitas (dermatom), motorik (kekuatan), kekuatan otot (miotom), tonus otot,


refleks-refleks

b. Tes Provokasi :

Test Laseque

Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0° ) didorong ke arah
depan kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.

Test Patrick

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi
sakroiliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi.

Test Kontra Patrick

Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan


ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kebalikan Patrick positif
menunjukkan kepada sumber nyeri di sakroiliaka.

Tes Valsava

Pasien diminta menarik napas, kemudian tahan sambil mengejan. Tes positif
apabila ada nyeri radikuler sesuai dermatomnya.

Tes Braggard

14
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes Laseque. Caranya sama seperti tes
Laseque namun kaki diturunkan sedikit kemudian dilakukan dorsofleksi kaki.

Test Sicard

Sama seperti tes Laseque, namun kaki diturunkan sedikit dan dilakukan
dorsofleksi ibu jari kaki.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG13

3.A Rontgen Polos

X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka


degeneratif pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab
sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga
efek radiasi dapat dikurangi. X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat
membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray
merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung, dan
biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT scan.
Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblik
kanan dan kiri.

3.B Mielografi

Mielografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal.
Mielografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium
disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada
layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Mielogram digunakan untuk diagnosa pada

15
penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk
abses spinal.

3.C Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk
pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar CT-
scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.

MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada
CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi. MRI
dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang
dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves, dan jaringan
lainnya pada punggung.

3.D. Electro Miography ( EMG ) / Nerve Conduction Study ( NCS )

EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk
pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.

EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :

a. Adanya kerusakan pada saraf

b. Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )

c. Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis atau distal )

d. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf

e. Memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf

16
Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi fisik pasien
dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu pambedahan.

PENATALASKSANAAN

1. Medikamentosa

Obat-obat analgesik. Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan


besar : 13

a. Analgetik narkotik

b. Analgetik antipiretik

2. Rehabilitasi Medik

Beberapa modalitas yang dapat diberikan.12,13

1. Fisioterapi

a. Terapi Panas

Menurut penetrasinya, dibedakan 2 jenis terapi panas :

- Terapi panas superfisial. Pada jenis terapi ini, panas hanya mengenai
kutis atau subkutis saja seperti Infra Red, hot pack, kompres air
hangat, paraffin bath.
- Terapi panas dalam. Pada jenis terapi ini, panas dapat menembus
sampai ke jaringan yang lebih dalam (otot, tulang, sendi). Ada 3 jenis

17
diatermi yaitu Micro Wave Diathermy, Short Wave Diathermy, dan
Ultra Sound Diathermy.

b. Terapi Dingin

Paling sering digunakan pada cedera muskuloskeletal akut. Teknik


terapi dingin yaitu dengan cara masase es, kompres es selama 20 menit,
menggunakan vapocoolant spray, dan cryokinetics

c. Traksi

Traksi adalah suatu teknik penerapan kekuatan tarikan pada salah satu
bagian tubuh untuk meregangkan jaringan lunak dan melebarkan ruang
sendi. Kekuatan tarikan dapat ditimbulkan secara manual, dengan beban
dan sistem katrol, maupun secara elektromekanis.

d. Stimulasi Listrik

Yang banyak digunakan adalah TENS (Transcutaneous Electrical


Nerve Stimulation) untuk menghilangkan nyeri dan spasme otot.

e. Terapi Exercise / Latihan

Beberapa latihan yang dapat diberikan pada penderita Low Back Pain
yaitu sebagai berikut :

o Lying supine hamstring stretch

o Knee to chest exercise

18
o Pelvic tilt

o Sitting leg stretch

o Hip and quadriceps stretch

2. Okupasi Terapi

Proper back mechanism

19
. a. Berdiri terlalu lama tanpa diselingi gerakan seperti jongkok.

b. Membawa beban yang berat.

c. Duduk terlalu lama.

d. Memakai sepatu hak tinggi.

e. Menulis sambil membungkuk terlalu lama.

f. Tidur tanpa menggunakan alas di permukaan yang keras atau menggunakan kasur
yang terlalu empuk.

Anjuran

a. Posisikan kepala dititik tertinggi, bahu ditaruh sedikit kebelakang.

b. Duduk tegak 90 derajat.

c. Gunakanlah sepatu yang nyaman.

d. Jika ingin duduk dengan jangka waktu yang lama, istirahatkan kaki di lantai atau
apa saja yang menurut anda nyaman.

e. Jika mempunyai masalah dengan tidur, taruhlah bantal di bawah lutut atau jika
tidur menyamping, letakkanlah bantal diantara kedua lutut.

f. Hindari berat badan yang berlebihan.11

3. Ortotik Prostetik

Lumbal Korset (LSO Korset) dipakai penderita untuk mengurangi nyeri punggung
bawah

4. Operatif

20
Dilakukan tindakan laminektomi.11

Laminektomi adalah operasi tulang belakang utama di mana satu atau lebih lamina
vertebra dihilangkan untuk mengekspos sumsum tulang belakang dan struktur di
dekatnya. paling sering. itu dilakukan untuk memudahkan penghapusan sebagian atau
seluruh diskus (nucleus pulposus) yang telah terjadi hernia dan menekan pada akar
saraf tulang belakang. hampir semua hernia terjadi pada tulang belakang lumbal.

Resiko Pembedahan

- Infeksi pada luka atau tulang belakang


- Kerusakan saraf tulang belakang, menyebabkan kelemahan, rasa sakit, atau
kehilangan perasaan
- Bantuan parsial atau tidak ada rasa sakit setelah operasi
- Kembalinya nyeri punggung di masa depan

21
Bab III

Laporan kasus

Identitas pasien

Nama : Tn. JR

Umur : 77 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pesiunan pegawai PT Hasrat Abadi

Alamat : Kombos Barat Lingkungan I, Manado

Agama : Kristen Protestan

Suku : Minahasa

Kebangsaan : Indonesia

Tanggal periksa: 16 September 2014

Anamnesis

Keluhan utama : nyeri pada punggung bawah

Riwayat penyakit sekarang :

Nyeri pada punggung bawah dirasakan penderita sejak ± 4 tahun yang lalu.
Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri semakin dirasakan ± 1 bulan yang lalu. Nyeri
muncul secara tiba-tiba saat penderita akan berdiri setelah selesai mencuci baju
dengan posisi jongkok. Nyeri terlokalisir di punggung bawah, bersifat tajam seperti
ditusuk. Nyeri bertambah saat penderita beraktivitas terutama saat berjalan jauh,
dalam posisi jongkok, dan juga berdiri lama. Nyeri terasa berkurang saat pasien

22
istirahat misalnya saat duduk dan tidur-tiduran. Nyeri juga berkurang saat penderita
mengkonsumsi obat anti nyeri. Tidak ada riwayat trauma dari penderita. Penderita
datang ke poliklinik rehabilitasi medik oleh surat rujukan dari poliklinik saraf pada
tanggal 8 Agustus 2014.

Riwayat penyakit dalam keluarga : hanya penderita yang sakit seperti ini

Riwayat penyakit dahulu :

- hipertensi sejak 4 tahun lalu (penderita mengkonsumsi obat amlodipin) terdapat


penyakit jantung, asam urat, kolesterol penderita mengkonsumsi obat secara
teratur.
- Tidak terdapat riwayat penyakit DM, Asam Urat, Ginjal, Hati, Paru

Riwayat kebiasaan : Isteri penderita sudah lama meninggal sehingga penderita


terbiasa mengurus diri sendiri termasuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
penderita sering duduk di bangku kecil dalam posisi jongkok saat mencuci pakaian,
penderita sering mengubah-ubah posisi dan membersihkan furniture seperti meja,
kursi. Penderita menyapu serta mengepel lantai di rumah menggunakan sapu dan alat
pel dengan gagang yang pendek. Di rumah penderita terbiasa menonton sambil duduk
di sofa dan tidur di kasur busa.

Riwayat psikologi : penderita cemas akan penyakitnya, namun penderita kooperatif,


penderita tidak pemarah.

Riwayat sosial ekonomi : penderita sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak.
Isteri penderita sudah meninggal sejak tahun 2002. Anak penderita keduanya sudah
menikah dan mempunyai anak. Pekerjaan penderita adalah pensiunan pegawai PT
Hasrat Abadi. Biaya untuk pengobatan menggunakan BPJS askes. Rumah berlantai
satu, beratap seng, berdinding beton, lantai keramik. Tidak ada anak tangga. Kloset
jongkok, sumber penerangan listrik PLN (Perusahaan Listrik Negara), sumber air
PAM (Perusahaan Air Minum), penanganan sampah dengan dibuang.

23
Pemeriksaan fisik umum

Keadaan umum: sedang Kesadaran: compos mentis

TD: 130/90 mmHg; N: 80 x/menit (regular, kuat angkat), R: 20 x/menit; Sb:36,6


celcius

TB: 170 cm; BB: 66 kg; IMT: 22,8 per meter kuadrat (Overweight)

Kepala

Mata: konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), reflex cahaya langsung (+), reflex
cahaya tidak langsung (+), pupil bulat isokor ukuran 3
milimeter/3milimeter

Mulut: Bibir tidak sianosis, deviasi lidah tidak ada

Telinga: Sekret tidak ada

Hidung: Septum deviasi tidak ada, secret tidak ada

Leher: tidak ada pembesaran KGB

Toraks:

Inspeksi dada: simetris, tidak terdapat retraksi, tidak terdapat jejas

Palpasi : stem fremitus sama kiri dengan kanan,

Perkusi : bunyi sonor kiri sama dengan kanan

Auskultasi : Jantung: bunyi jantung I-II normal, tidak ada murmur

24
Paru-paru: suara paru vesikuler, tidak ada rhonki, tidak ada
wheezing

Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal, hati & limpa tidak teraba

Ekstremitas: akral hangat, pengisian kapiler kurang dari 2 detik

VAS

0 10

5 16 September 2014

Pasien dalam keadaan diam

Status neurologis

PERRL +/+ diameter 3 milimeter/3 milimeter

Status Motorik

Dextra Sinistra
Gerakan Normal Normal
Kekuatan Otot 5/5/5/5 5/5/5/5
Tonus Otot Normal Normal
Refleks Fisiologis + +
Refleks Patologis - -

Status Sensorik: Normal

Status lokalis regio Lumbosacral

25
Inspeksi : deformitas tidak ada, oedem tidak ada

Palpasi : tidak hangat, spasme (+) di muskulus paravertebra Lumbal 2-5

Pemeriksaaan ROM

LGS Hip DEXTRA SINISTRA


Ekstensi 300 300
Fleksi 1100 1100
Abduksi 400 400
Adduksi 350 350
Eksternal 400 400
Internal 400 400

Status motorik (miotom)

SETINGGI VERTEBRA DEKSTRA SINISTRA


L2 5 5
L3 5 5
L4 5 5
L5 5 5
S1 5 5

Status sensorik (dermatom)

SETINGGI VERTEBRA DEKSTRA SINISTRA


L2 2 2

26
L3 2 2
L4 2 2
L5 2 2
S1 2 2

Tes Provokasi

Valsava : -/-

Lasegue : -/-

SLR : 70/60

Braggard : -/-

Siccard : -/-

Patrick : -/-

Contra Patrick : -/-

FNST : -/-

Resume

Laki-laki 77 tahun, datang dengan keluhan nyeri punggung bawah dirasakan


penderita sejak ± 4 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri muncul
secara tiba-tiba saat penderita akan berdiri setelah selesai mencuci baju dengan posisi
jongkok. Nyeri terlokalisir di punggung bawah, bersifat tajam seperti ditusuk,
menjalar ke kedua tungkai. Nyeri bertambah saat penderita beraktivitas terutama saat
berjalan jauh, dalam posisi jongkok, dan berdiri lama. Nyeri terasa berkurang saat
pasien istirahat. Nyeri juga berkurang saat penderita mengkonsumsi obat anti nyeri.
penderita sering duduk di bangku kecil dalam posisi jongkok saat mencuci pakaian,
penderita sering mengubah-ubah posisi dan membersihkan furniture seperti meja,
kursi. Penderita menyapu serta mengepel lantai di rumah menggunakan sapu dan alat
pel dengan gagang yang pendek. Di rumah penderita terbiasa menonton sambil duduk

27
di sofa dan tidur di kasur busa. Status lokalis regio Lumbosacral didapatkan dari
Inspeksi deformitas tidak ada, oedem tidak ada, Palpasi tidak hangat, spasme (+) di
muskulus paravertebra Lumbal 2-5. Pada pemeriksaan fisik umum kepala, thorax,
abdomen, dan ekstermitas dalam batas normal. VAS bernilai 5. Status neurologis,
sensorik, motorik dalam batas normal.Tes provokasi negative.

TD: 130/90 mmHg; N: 80 x/menit (regular, kuat angkat), R: 20 x/menit; Sb:36,6


celcius

TB: 170 cm; BB: 66 kg; IMT: 22,8 per meter kuadrat (Overweight)

Diagnosis

Klinis : low back pain

Etiologi : mekanik kronik

Topis : muskulus paravertebra lumbal 2-5

Fungsional :

Impairment: nyeri punggung bawah

Disabilitas : gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti bejalan lama,


posisi jongkok, berdiri lama

Fungsional : tidak ada

Masalah yang didapat:

Nyeri punggung bawah (VAS 5)

Spasme di muskulus paravertebra Lumbal 2-5

Gangguan AKS seperti bejalan lama, posisi jongkok, berdiri lama

Rencana program :

1. Fisioterapi

28
Evaluasi : nyeri punggung bawah dan spasme muskulus paravertebra Lumbal
2-5

Program:
- MWD regio punggung bawah
- Gentle massage region Lumbal 2-5
- Proper back mechanism
- Back exercise

2. Okupasi terapi

Evaluasi : nyeri punggung bawah dan gangguan AKS seperti bejalan lama,
posisi jongkok, berdiri lama

Program : proper back mechanism

3. Ortotik prostetik

Evaluasi : nyeri punggung bawah

Program : belum diperlukan saat ini

4. Psikologik

Evaluasi : kontak, pengertian dan pemahaman pasien baik

Program : berikan dukungan dan motivasi

5. Sosial medik

Evaluasi : kontak dan pengertian yang baik, biaya pengobatan oleh BPJS
Askes, penderita adalah pensiunan pegawai PT Hasrat Abadi,
memiliki 1 isteri (meninggal tahun 2002) dan 2 anak

Program : edukasi untuk tetap datang teratur

6. Home program

Menghindari mengangkat beban yang berat, mengurangi aktivitas


membungkuk, proper back mechanism

29
Prognosa :

Qua ad vitam : dubia ad bonam

Qua ad sanationam : dubia ad bonam

Qua ad functionam : dubia ad bonam

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Cara Mendiagnosa Penyakit Akibat Kerja. Bagian proyek pengawasan norma


ketenagakerjaan tahun anggaran 2003.
2. Main CJ, Williams AC. ABC of Psychological Medicine : Muskuloskeletal
Pain. BMJ 2002, 325:534-7.
3. Sidharta, Priguna., 2004. Sakit Pinggang dalam Neurologi Klinis Dalam
Praktik Umum, edisi III, cetakan kelima. PT Dian Rakyat : Jakarta.
4. Harsono (Ed). Kapita selekta neurologi edisi kedua. Gadjah Mada University
Press, 2007.
5. Bogduk N. Evidence-Based Clinical Guidelines for the Management of Acute
Low Back Pain. The National Muskuloskeletal Medicine Initiative. 1999.
6. Tulder MW, Koes BW. Low back pain and sciatica. Clin Evid 2001;6:864-83.
7. ACSM. The recommended quantity and quality of exercise for developing
and maintaining cardiorespiratory and muscular fitness in healthy adults.
Medicine Science and Sports in Exercis 1990; 22: 265-74
8. Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2003. Nyeri Punggung Bawah
dalam : Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta. Hal 265-285.
9. Angliadi LS, Sengkey L., Mogi TI., Gessal J. Low Back Pain. Dalam : Bahan
Kuliah Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Bagian Ilmu Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi FK UNSRAT. Manado. 2006. Hal: 79-90.
10. Adelia, Rizma., 2007. Nyeri Pinggang / Low Back Pain. Diakses dari:
http://www.fkunsri.wordpress.com/2007/09/01/nyeri-pinggang-low-backpain.
11. Nuarta, Bagus., 1989. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri
Pinggang Bawah Diakses dari : http://www.kalbe.co.id
12. Mansjoer, Arif, Et All. Ilmu Penyakit Saraf. Dalam: Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III. Jakarta. Media Aesculapius. 2007. Hal: 5-59.
13. Adelia, Rizma., 2007. Nyeri Pinggang/Low Back Pain. Available from:
http://www.fkunsri.wordpress.com /2007/09/01/nyeri- pinggang-low-back-

31
pain/ Agustus 2008.
14. Kurniasih E. Penambahan Terapi Latihan Mc.Kenzie pada Intervensi SWD,
TENS, dan MASSAGE dapat lebih Menurunkan Nyeri Pinggang pada Kasus
Low Back Pain. RSU Sanglah Denpasar : 2009

32
Laporan Kasus

REHABILITASI MEDIK PADA PENDERITA LOW BACK PAIN ET CAUSA


MEKANIK KRONIK

Oleh :
Cristina E. Heatubun
13014101171

Pembimbing :
dr. Anne Suryani

Penguji

dr. Elfrida I. Marpaung, SpKFR

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI MEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSUP PROF.DR.R.D.KANDOU
MANADO

2014

33
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul :

REHABILITASI MEDIK PADA PENDERITA LOW BACK PAIN ET CAUSA


MEKANIK KRONIK

telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada tanggal 19 September 2014.

Pembimbing,

dr. Anne Suryani

Penguji,

dr. Elfrida I. Marpaung, SpKFR

34

Anda mungkin juga menyukai