GARUT
2016
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun di : Bandung
Pada tanggal : Desember 2015
Oleh :
Kepala Balai Besar,
ii
LEMBAR REKOMENDASI
iii
PETA SITUASI
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ii
PETA SITUASI iv
RINGKASAN EKSEKUTIF v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
I. PENDAHULUAN 1
A. Infromasi Umum 1
1. Kabupaten Garut 10
2. Kabupaten Bandung 10
2. Kondisi Pengelolaan 16
vii
A. VISI 25
B. MISI 28
C. TUJUAN PENGELOLAAN 28
A. Analisa Strategi 31
1. Penatagunaan Kawasan 38
4. Penataan Kawasan 39
7. Pengawetan 41
8. Pemanfaatan 42
C. Rancangan Kegiatan 58
viii
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
I. PENDAHULUAN
A. Infromasi Umum
1
Mempertimbangkan fungsi kawasan sebagai areal perlindungan flora
endemik Pulau Jawa antara lain Jamuju, Puspa, Saninten, Pasang dan
Rasamala, serta dalam rangka penanggulanan bahaya banjir lahar dingin dan
pengembangan obyek wisata alam, dipandang perlu untuk merubah
sebagian fungsi kawasan Cagar Alam Kawah Kamojang (Gunung Guntur)
seluas 8.286 Ha, yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Garut,
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat menjadi Taman Wisata Alam seluas ±
250 Ha dan Hutan Lindung seluas ± 500 Ha kemudian Cagar Alam seluas
7.536 Ha yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan Nomor : 274/Kpts-II/1999 tanggal 7 Mei 1999.
Pada tahun 2013 kawasan TWA Gunung Guntur termasuk pada kawasan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi Guntur-Papandayan, berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.984/Menhut-II/2013 pada
tanggal 27 Desember 2013. Wilayah KPHK Guntur-Papandayan sendiri
ditetapkan berdasarkan surat Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor
S.1684/VII-WP3H/2013 tanggal 23 Desember 2013 tentang arahan kesatuan
pengelolaan hutan konservasi (KPHK) pada 29 (dua puluh sembilan)
Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Suaka Alam, diantaranya Taman
Wisata Alam Gunung Guntur seluas 250 Ha, Taman Wisata Alam Gunung
Papandayan seluas 225 Ha, Cagar Alam Gunung Papandayan seluas 6.807
Ha yang terletak di kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Taman
Wisata Alam Kawah Kamojang seluas 500 Ha, Cagar Alam Kawah
Kamojang seluas 7.536 Ha yang terletak di Kabupaten Garut Provinsi Jawa
Barat.
Beberapa jenis flora yang terdapat di TWA Gunung Guntur didominasi oleh
tingkat pohon hampir merata di setiap blok. Adapun beberapa jenis
tumbuhan seperti Alang-alang (Impoperata cylindrical), Lempuyang
(Zingiber zerumbet), Jampang (Artcarpus elasticus), Kirinyuh (Eupatorium
inulifolium), Pecut Kuda(Stachytarpheta mutabilis), Pinus (Pinus merkusii),
Kaliandra (C. calothyrus), Harendong (Melastoma candium), Bingbin
(Areca pumida. Palmae) dan Puspa (Schima wallinchi). Satwa liar yang
sudah teridentifikasi di TWA Gunung Guntur yaitu 10 jenis Aves, 5 jenis
2
Mamalia, dan 8 Jenis Insecta. Jenis aves seperti Elang (Nisaetus sp),
Tekukur (Streptopelia chinensis), Kutilang (Pycnonotus aurigaster),
Pentet/cendet (Lanius schach), Jenis mamalia seperti Tupai (Tupaia
javanica), Kucing Hutan (Prionailurus planiceps), Babi Hutan (Sus Vitasus)
dan Musang (Paradoxurus hermaprodithus), Jenis insect seperti Capung
(Neurothemis sp), Kupu-Kupu (Appias libythea), Semut Api (Oecophylla)
dan lain-lain.
3
Aksesibilitas menuju TWA Gunung Papandayan dapat ditempuh
menggunakan 2 (dua) jalur alternative yaitu 1) Bandung - Garut - Cisurupan
(± 89 Km), dari Cisurupan ke kawah (+ 8 Km) melalui jalan menanjak
beraspal dengan kondisi jalan yang rusak dan berlubang. Lama perjalanan
kurang lebih 4,5 jam dan 2) Bandung - Pangalengan - Malabar - Saniosa -
Talun - Sedep - Negla -Cibantar - Cileuleuy (± 69 Km). Dari Cileuleuy ke
kawah yang merupakan persimpangan jalan untuk menuju Garut berjarak ±
7 Km, kondisi jalan dari Bandung ke Cileuleuy cukup baik, sedangkan dari
Cileuleuy sampai tepi kawah kondisinya rusak. Lama perjalanan berkisar 3
jam.
4
3. Cagar Alam Gunung Papandayan
5
auratus), Ayam Hutan (Gallus gallus), Burung Belibis (Anas sp.), Burung
Kuntul (Egretta sp.), Kukang (Nycticobus coucang), Burung Tulung
Tumpuk (Megalaima javanensis), Elang Ruyuk (Spilornis cheela), dan
Bajing (Callosciurus notatus).
6
4. Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
7
Kondisi Fauna di TWA Kawah Kamojang antara lain Macan tutul
(Panthera pardus), Tupai (Tupaia javanica), Musang (Paradoxurus
hermaprodithus), Trenggiling (Manis javanica), Perenjek Jawa (prinia
Familiaris), Cingcoang (Brachyteryx), Tekukur (Streptopelia Chinensis),
Burung kacamata (Zosterops pelpebrosus) Burung Elang diantaranya Elang
Jawa (Spizaetus bartelsi/Nisaetus bartelsi), Kutilang (Pycnonotus
aurigaster), Surili (Presbitis commata) dan Lutung (Trachypithecus
auratus).
8
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 68/Kpts/Um/1/1979 tanggal 22
Januari 1979 kawasan hutan Kawah Kamojang ditunjuk sebagai kompleks
hutan Gunung Guntur dan Gunung Papandayan seluas ± 6.000 Ha yang
sebagai Hutan Suaka Alam cq. Cagar Alam dan menggabungkannya
menjadi satu dengan Cagar Alam/Taman Wisata Papandayan.
Kemudian Cagar Alam Kawah Kamojang ditetapkan sebagai Cagar
Alamberdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 170/Kpts-
Um/3/1979, seluas 7.500 Ha dan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
seluas 500 Ha.
Berdasarkan hasil pengukuran dan penataan batas tahun 1982 yang tertuang
dalan Berita Acara Tata Batas tanggal 7 Agustus 1982 dan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor: 110/Kpts-II/1990 tanggal 14 Maret 1990, luas
Cagar Alam Kawah Kamojang adalah 7.805 Ha, dan berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor: 433/Kpts-II/1994 tanggal 5 Agustus 1994
menetapkan lahan konpensasi seluas 12,196 Ha yang menjadi bagian
kawasan Cagar Alam sehingga luas Cagar Alam Kawah Kamojang menjadi
7.817,196 Ha dan luas Kawasan Taman Wisata Alam 481 Ha sehingga luas
keseluruhan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
menjadi 8.298,196 Ha.
Kondisi Flora di Cagar Alam Kawah Kamojang didominasi oleh jenis –jenis
spesies antara lain seperti Jamuju (Podocarpus imbricatus), Puspa (Schima
wallichii), Saninten (Castanopsis sp), Pasang (Lithocarpus sundaicus),
Manglid (Magnolia blumeii), Kihujan (Eugelhardia rigida), Tebe (Slonea
sp). Sedangkan kondisi fauna di Cagar Alam Kawah Kamojang diantaranya
Macan tutul (Panthera pardus), Tupai (Tupaia javanica), Musang
(Paradoxurus hermaprodithus), Trenggiling (Manis javanica), Perenjek
Jawa (prinia Familiaris), Cingcoang (Brachyteryx), Tekukur (Streptopelia
Chinensis), Burung kacamata (Zosterops pelpebrosus) Burung Elang
diantaranya Elang Jawa (Spizaetus bartelsi/Nisaetus bartelsi), Kutilang
(Pycnonotus aurigaster), Surili (Presbitis commata) dan Lutung
(Trachypithecus auratus).
9
Akses menuju Cagar Alam Kawah Kamojang dapat ditempuh menggunakan
jalur darat dengan 2 (dua) jalur kendaraan yaitu 1) Bandung – Cileunyi –
Garut - Tarogong – Samarang – Pangkalan – Kawah Kamojang (± 100 Km),
kondisi jalan Hotmix – Berbatu dan 2) Bandung – Majalaya – Paseh –
Kawah Kamojang (± 31 Km), kondisi jalan Hotmix.
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, iklim di dalam kawasan
Cagar Alam Kawah Kamojang secara keseluruhan termasuk ke dalam Tipe
Iklim B (Nilai Q = 25 %). Jenis tanah di kawasan Cagar Alam Kawah
Kamojang termasuk ke dalam tipe Latosol coklat kekuning-kuningan,
latosol kemerahan, latosol merah.
Beberapa sungai yang mengalir dari kawasan Kamojang diantaranya
adalah Sungai Cibuliran, Citeupus Curug Citiis, Cikawaedukan dan
Cikamiri dan Sungai Cimanuk yang termasuk Kab Garut. Sungai – sungai
yang berada di Kab.Bandung mengalir dari dalam kawasan Cagar Alam dan
Taman Wisata Alam Kawah Kamojang adalah Sungai Cibuliran ( lokasi
KWK), Sungai Citepus, Curug Madi dan Sungai Cibitung, mengalir ke
Sungai Citarum.
1. Kabupaten Garut
2. Kabupaten Bandung
10
laki-laki dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Sex ratio tahun ini
lebih kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 103,2 %.
Salah satu indikator pencapaian pendidikan dasar adalah angka melek huruf
pada penduduk usia 15 - 24 tahun dimana kelompok usia sekolah ini adalah
kelompok penduduk usia produktif. Hal ini memberikan gambaran bahwa
pendidikan di Kabupaten Bandung tahun 2014 terjadi peningkatan
meskipun belum tercapai pendidikan dasar 9 tahun.
11
e) Peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah;
f) Pengembangan pusat kegiatan;
g) Pengendalian kegiatan pada kawasan rawan bencana; dan
h) Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.
12
a) Mengembangkan jalan penghubung perkotaan dan perdesaan, antar
perkotaan, antar perdesaan dan aksesibilitas antara pusat produksi
dengan pusat Pemasaran;
b) Reaktivasi dan mengoptimalkan sistem jaringan kereta api;
c) Mengoptimalkan pendayagunaan dan pengelolaan prasarana sumber
daya air;
d) Mengembangkan sumber daya energi listrik dan meningkatkan
infrastruktur pendukung;
e) Mengembangkan pembangkit listrik berskala kecil berbasis energi
setempat;
f) Meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi;
g) Mengembangkan sistem pengelolaan persampahan skala regional dan
lokal; dan
h) Mengembangkan alokasi prasarana dan sarana fisik, sosial, dan
ekonomi sesuai fungsi dan terintegrasi dengan struktur ruang wilayah.
13
b) Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di
sekitar Kawasan Strategis Nasional untuk menjaga fungsi Pertahanan
dan Kemanan;
c) Mengembangkan Kawasan Lindung dan/atau Kawasan Budidaya
tidak terbangun disekitar Kawasan Strategis Nasional dengan kawasan
budidaya terbangun; dan
d) Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan
keamanan.
14
Selain rencana pembangunan pada sektor-sektor real, pemerintah Kabupaten
Garut pun menempatkan perhatian penting terhadap kawasan konservasi
dalam rencana tata ruangnya, dengan menjadikan kawasan konservasi
sebagai bagian dari Kawasan Lindung. Kawasan Lindung sebagaimana
dimaksud dikelompokan dalam 8 kelompok meliputi: a). kawasan hutan
lindung; b). kawasan konservasi; c). kawasan cagar budaya; d). kawasan
yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; e). kawasan
perlindungan setempat; f). kawasan rawan bencana alam; g). kawasan
lindung geologi.
15
ratus tujuh puluh enam) ha atau 1 dari 19 Kecamatan yang dikategorikan
kawasan rawan bencana gunung api.
2) Perspektif Kebijakan Tata Ruang Kabupaten Bandung
2. Kondisi Pengelolaan
16
Tabel 1. Legal Status Kawasan KPHK Guntur – Papandayan
No Kawasan Legalitas
1. TWA Gunung Guntur SK. Menteri Kehutanan Nomor 274/Kpts-
II/1999 tanggal 07 Mei 1999 seluas ± 250 Ha.
2. TWA Gunung Papandayan
SK Menteri Kehutanan No.226/Kpts-II/1990
tanggal 08 Mei 1990 ditetapkan bahwa luas
TWA Gunung Papandayan 225 Ha.
17
d. Penerapan Sistem Organisasi KPHK
18
7) Resort Guntur (Resort VII), meliputi Kecamatan Tarogong Kaler
dengan 2 (dua) desa sekitar kawasan yaitu Desa Rancabango, Desa
Sukawangi dan Desa Panjiwangi.
8) Resort Leles (Resort VIII), meliputi Kecamatan Banyuresmi dengan 2
(dua) desa sekitar kawasan yaitu Desa Sukaraja dan Desa Pananjung.
Selain itu Resort Leles termasuk Kecamatan Leles dengan 7 (tujuh)
desa sekitar kawasan yaitu Desa Haruman, Desa Lembar, Des.a Dano,
Desa Salamnunggal, Desa Cipancar, Desa Kandangmukti dan Desa
Ciburial.
e. Dokumen Tata Blok
Sampai dengan dokumen rencana pengelolaan ini disusun, hanya 2 (dua)
kawasan KPHK Guntur – Papandayan yang sudah memiliki dokumen tata
blok yang sudah disahkan yaitu TWA Gunung Papandayan dan TWA
Kawah Kamojang. Sementara untuk 3 (tiga) kawasan lain seperti TWA
Gunung Guntur, Cagar Alam Gunung Papandayan dan Cagar Alam Kawah
Kamojang baru dilakukan penataan blok pada tahun 2017 dan sudah
mencapai proses konsultasi publik tingkat pusat. Untuk pembagian dan
luasan blok masing-masing kawasan yang telah disusun dokumen tata
bloknya dijelaskan pada Bab III.
f. Permasalahan Kawasan
19
Warga yang tinggal disekitar kawasan konservasi sangat tergantung pada
hasil hutan baik kayu maupun non kayu, akan tetapi mata pencaharian
masyarakat erat hubungannya dengan kebutuhan bahan alami yang hanya
diperoleh didalam hutan untuk memenuhi bahan baku usaha mereka. Akan
tetapi, dengan telah ditetapkannya kawasan sebagai Cagar Alam maka
kegiatan pemungutan hasil hutan sifatnya menjadi ilegal sehingga
kebutuhan akan bahan baku semakin berkurang.
g. Kerjasama Pengelolaan
Keterbatasan anggaran pemerintah yang masih minim untuk mengelolah
kawasan koservasi berdampak pada efektifitas pengelolaan kawasan
tersebut. pengelolaan di lapangan yang belum efektif karna keterbatasan
pendanaan,kualitas dan kapasitas SDM pengelolaan serta dukungan sarana
dan prasarana yang kurang memadai sehingga untuk kegiatan pengelolaan
kawasan tidak bisa berjalan dengan baik karna kerjasama pengelolaan
kawasan yang masih minim.
20
Dengan menyertakan secara aktif masyarakat dalam kegiatan pengelolaan
kawasan konservasi diantaranya dalam upaya penyelenggaraan dan
pengembangan wisata alam, diharapkan dapat menstilumus tumbuhnya
tanggung jawab dan rasa memiliki masyarakat akan nilai penting kawasan
konservasi, KPHK Guntur Papandayan bagi masyarakat. Atas dasar
tersebut, dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun kedepan, diharapkan
terlaksana aktifitas-aktifitas peran serta masyarakat terorganisasi, dibina dan
difasilitasi dengan baik sesuai peraturan perundangan. Selain itu, terlaksana
pula kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka upaya meningkatkan
kemampuan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat setempat.
g. Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Objek wisata alam utama di KPHK Guntur Papandayan adalah kawah
Gunung Papandayan dan Kawah Kamojang serta wisata camping/tracking.
Namun demikian, dikarenakan jalur tracking masih melalui kawah utama,
karena menjadi penting kiranya untuk mencari jalur alternatif dan
menetapkan sebagai jalur utama dan menetapkan jalur yang saat ini dilalui
wisatawan sebagai jalur pendidikan yang jumlah kunjungannya diatur
berdasar kuota tertantu guna menghindari resiko dampak negatif
vulkanologi. Adapun dalam jangka waktu 10 tahun ke depan diharapkan
telah ditetapkan jalur wisata/tracking utama dan alternatif. Sementara jalur
wisata yang saat ini merupakan jalan satu-satunya wisatawan diatur
kunjungannya dengan kuota tertentu.
h. Rencana Proyek Pembangunan Skala Nasional
Percepatan pengambangan wisata alam di KPHK Guntur Papandayan sangat
membutuhkan koordinasi dan bantuan berbagai pihak, satu diantaranya
adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung.
Fungsi KPHK Guntur Papandayan sebagai Kesatuan Pengelolaan Hutan
Konservasi hingga saat ini belum disosialisasikan dengan baik sehingga hal
ini berdampak pada rentannya konflik pemahaman dalam konsep
pengembangan KPHK Guntur Papandayan. Atas dasar tersebut, penting
untuk dilakukan koordinasi intensif serta sosialisasi terkait pengembangan
KPHK Guntur Papandayan khususnya kepada Pemerintah Daerah,
21
karenanya dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun kedepan perlu dilakukan
kegiatan sosialisasi hal-hal menyangkut pengembangan Pariwisata Daerah
kepada pihak-pihak terkait khususnya kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten Garut dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung agar secara
sinergis dapat berjalan seiring mengembangkan dan melestarikan KPHK
Guntur Papandayan.
i. Pemantauan Tingkat Pengelolaan Kawasan Konservasi
Dalam rangka meningkatkan efektifitas pengelolaan kawasan, maka KPHK
Guntur - Papandayan dengan 5 (lima) kawasan konservasi didalamnya harus
berupaya untuk memastikan dan memantau bahwa kedelapan kawasan
tersebut dikelola sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, upaya tersebut dapat
dicapai dengan metode Management Effectiveness Tracking Tools (METT),
sehingga nilai efektifitas pengelolaan kawasan yang ditargetkan oleh KLHK
(skor minimum sebesar 70 % pada tahun 2019) dapat tercapai dengan nilai
yang maksimal, karena semakin tinggi nilai METT maka kualitas
pengelolaan kawasan meningkat.
22
No. Sarana Prasarana Jumlah Keterangan
3 Kendaraan Mobil
Motor
Sumber: Data Primer Inventarisasi Potensi KPHK Guntur – Papandayan
23
6. Organisasi KPHK termanajemen dengan baik dan berjalan sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.
984/Menhut-II/2013 didukung Fasilitas / Sarana Prasarana
Operasionalisasi KPHK tersedia sesuai kebutuhan dasar pengelolaan
kawasan hutan agar pelaksanaan kegiatan optimal demi tercapainya
kemandirian KPHK Guntur Papandayan
24
II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PENGELOLAAN
A. VISI
Peran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam pembangunan
nasional telah dirumuskan dalam beberapa sasaran strategis yang menjadi
panduan dan pendorong arsitektur kinerja tahun 2015-2019. Sasaran
strategis dimaksud, yaitu: (1) Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk
meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan
masyarakat, dengan indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
berada pada kisaran 66,5-68,6, angka pada tahun 2013 sebesar 63,12.
Komponen utama pembangun dari besarnya indeks ini yang akan ditangani,
yaitu air, udara dan tutupan hutan; (2) Memanfaatkan potensi sumberdaya
hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan, dengan indikator kinerja
peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan PNBP. Komponen
pengungkit yang akan ditangani yaitu produksi hasil hutan, baik kayu
maupun non kayu (termasuk tumbuhan dan satwa liar) dan ekspor; serta (3)
Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta
keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan, dengan indikator kinerja derajat keberfungsian
ekosistem meningkat setiap tahun.
Kinerja ini merupakan agregasi berbagai penanda (penurunan jumlah
hotpsot kebakaran hutan dan lahan, peningkatan populasi spesies terancam
punah, peningkatan kawasan ekosistem esensial yang dikelola oleh para
pihak, penurunan konsumsi bahan perusak ozon, dan lain-lain).
Dari tiga sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Direktorat Jenderal KSDAE berperan dalam mewujudkan dua sasaran
strategis, yaitu: (1) Memanfaatkan potensi SDH dan LH secara lestari untuk
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan
(sasaran strategis kedua); serta (2) Melestarikan keseimbangan ekosistem
dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem
penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan
25
(sasaran strategis ketiga). Berdasarkan hal tersebut, maka visi pengelolaan
kawasan KPHK Guntur Papandayan adalah :
Dalam visi tersebut terkandung tiga kunci pokok landasan pemikiran dalam
upaya pengelolaan hutan di KPHK Guntur Papandayan, yaitu :
1. Model
Tata kelola hutan lestari tidak dapat dilepaskan dari unsur pengelola. Tata
kelola harus dilihat dari proses keserasian antara pengukuhan dan penetapan
kawasan hutan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRWP) pemerintah
daerah setempat, sehingga pengelolaan hutan dilihat sebagai sebuah
“landscape” ekonomi, politik, sosial dan tata ruang yang utuh. Sistem
pengelolaan yang dirasa tidak efektif mendorong terjadinya tingkat
deforestasi yang tinggi mendorong lahirnya sistem pengelolaan unit terkecil
di tingkat tapak yang diamanatkan oleh UU nomor 41/1999 pasal 10, 12,
dan 17 ayat (1) yang sekarang disebut Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH). Konsep dasar dari KPH adalah menggeser peran birokrat kehutanan
dari peran administratur (Forest Administrator) menjadi peran manajerial
(Forest Manager) sehingga diharapkan meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas tatakelola hutan (Kartodihardjo dan Suwarno 2014). Konsep
KPH ini diharapkan menjadi dasar agar terlaksananya sistem pengelolaan
hutan yang lestari dan berkeadilan. Pembentukan KPH juga diharapkan
mampu dijadikan sebagai peluang bagi resolusi konflik yang selama ini
cenderung mengedepankan kepentingan pemodal besar dan mengabaikan
akses masyarakat (Srijono dan Djajono 2010; Syukur 2012). Dalam konteks
ini KPH diharapkan berperan dalam konteks perbaikan tata kelola hutan
yang menjamin kepastian usaha dan juga keadilan bagi masyarakat
adat/lokal. Berdasarkan hal tersebut, maka diharapkan pengelolaan KPHK
Guntur Papandayan dapat menjadi model konsep KPHK di Indonesia
dimana terdapat proses desentralisasi dan pendelegasian wewenang yang
26
ditandai dengan pembagian yang jelas antara fungsi kewenangan urusan
pemerintahan dan kegiatan operasional pengelolaan hutan dan juga sebagai
salah satu strategi untuk menyelamatkan hutan di kawasan hutan Guntur
Papandayan yang mempunyai potensi besar dalam peningkatan ekonomi
daerah sekitarnya.
2. Mantap
KPHK Guntur Papandayan yang ditunjuk sebagai kawasan KPHK pada
tanggal 27 Desember 2017, proses pengelolaannya belum maksimal, terutama
pengukuhan dan pemantapan status hukum kawasan yang merupakan pondasi
utama upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem yang
terkandung didalamnya. Status legal formal dan batas kawasan yang jelas
merupakan prasyarat utama untuk mengimplementasikan upaya pengelolaan
kawasan. Untuk itu, pengelolaan hutan di KPHK Guntur Papandayan harus
dituntaskan hingga terselesaikannya penetapan kawasan serta tersedianya
rancangan blok dan desain tapak dalam rangka pengelolaan kawasan. Untuk
tahap selanjutnya, pengelolaan akan diarahkan kepada pengembangan dan
pemantapan pengelolaan sesuai dengan pemintakatan yang telah disusun,
terutama pengembangan sarana dan prasarana pengelolaan, pengembangan
pengelolaan ekosistem dan keanekaragaman hayati, serta pengembangan
pemanfaatan dan perlindungan kawasan. Selain kesiapan internal lembaga
pengelola, sinergitas dengan lembaga masyarakat serta stakeholder lain juga
diperlukan guna mendukung pencapaian fungsi dan peran kawasan. Dengan
kesiapan kelembagaan yang mantap maka upaya konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistem pada KPHK Guntur Papandayan dapat dilakukan secara
efektif.
27
B. MISI
C. TUJUAN PENGELOLAAN
28
III. TATA BLOK
29
Tabel 3. Pembagian Blok di kawasan lingkup KPHK Guntur Papandayan
No Kawasan Luas Blok Blok Blok Blok Blok Total Luas
kawasan Perlindungan Rehabilitasi Pemanfaatan Khusus Lainnya blok (ha)
(ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha)
1 TWA Gunung 225 69,19 2,58 153,23 225
Papandayan
2 CA Gunung 6.807 6.032,05 737,95 37,00 6.807
Papandayan
3 CA Kawah 7.536 5.068,66 2.671,91 76,60 7817,17
Kamojang
4 TWA Kawah 500 225,21 60,74 249,06 535,01
Kamojang
5 TWA Gunung 250 150,17 16,20 83,62 250
Guntur
30
IV. STRATEGI DAN RENCANA AKSI
A. Analisa Strategi
1) Kekuatan (Strengths)
a) KPHK Guntur-Papandayan merupakan satu-satunya KPHK
yang berada di Jawa Barat dimana terdiri atas 6 (enam)
kelompok hutan yang telah memiliki kekuatan hukum yang
tetap dengan batas-batas yang jelas dan telah teregristasi sebagai
kawasan hutan tetap dengan fungsi konservasi.
b) Potensi Kawasan Hutan di KPHK Guntur Papandayan yang
paling utama adalah Potensi Jasa Lingkungan (wisata,
ekosistem, plasma nutfah, air) dan Energi Panas Bumi yang
dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kehidupan sosial,
ekonomi dan budaya serta pengembangan nilai ekonomi
kawasan.
2) Kelemahan (Weakness)
a) Masih lemah dan kurangnya perangkat pengelolaan kawasan
meliputi regulasi peraturan, anggaran pemerintah, pola
pengelolaan, data potensi serta informasi kelembagaan, sehingga
berpengaruh terhadap pelaksanaan program kegiatan dan dan
perizinan yang ada.
b) Terbatasnya kapasitas (kualitas dan kuantitas) SDM pengelola
KPHK menyebabkan lemahnya penyelenggaraan pengelolaan
kawasan konservasi pada tingkat tapak khususnya menyangku
pengawasan dan penegakan hukum.
31
b. Faktor Internal
Faktor eksternal merupakan faktor strategis dari luar yang mempengaruhi
kondisi pengelolaan. Faktor eksternal dibedakan menjadi dua, peluang dan
ancaman. Berdasar hasil survey lapangan yang telah dilakukan, diperoleh
hasil identifikasi peluang dan ancaman dalam pengelolaan KPHK Guntur
Papandayan, sebagai berikut :
1) Peluang (opportunities)
a) Komitmen dan dukungan pemerintah propinsi Jawa Barat
terhadap pengembangan kawasan Garut sebagai daerah tujuan
wisata serta pemerintah Bandung dan Garut telah menetapkan
TWA Gunung Papandayan, TWA Kawah Kamojang dan TWA
Gunung Guntur sebagai satu diantara sekian tujuan wisata di
Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung.
b) Kehadiran PT. Pertamina Geotermal Energy Tbk. dan PT.
Chevron Energy Tbk. sebagi pemanfaatan eneggi panas bumi
sekaligus mitra konservasi dan tingginya minat investor untuk
turut mengembangkan pemanfaatan jasa lingkungan wisata
maupun energi lainnya yang terdapat di KPHK Guntur
Papandayan. Hal ini dapat dilihat dari hadirnya beberapa
investor yang telah mengajukan permohonan pengelolaan jasa
lingkungan wisata alam di kawasan KPHK Guntur Papandayan.
2) Ancaman (threaths)
32
aktivitas vulkanik dari Gunung Papandayan dan Gunung
Guntur.
33
KPHK Gunung Guntur Papandayan dengan
c) Melakukan sinergitas program dan kegiatan dengan pemerintah
daerah dalam rangka pengembangan pengelolaan pariwisata alam di
dalam dan sekitar kawasan KPHK Guntur Papandayan.
d) Mengembangkan wisata geothermal (geotourism) bersama mitra
pemanfaat energi panas bumi sebagai wisata unggulan yang berbasis
konservasi dan pendidikan.
34
hutan dengan konsep alih profesi, komoditi dan lokasi.
d) Penyusunan desain tapak terutama blok pemanfaatan yang
memperhitungkan keamanan dari resiko dari aktivitas erupsi dan
pemasangan tanda arah evakuasi, himbauan dan larangan di dalam
kawasan.
4) Strategi Memperkecil Kelemahan/Kendala dan Mengatasi Tantangan
a) Bekerjasama dengan pihak terkait (universitas dan LSM) dalam
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam rangka
mengatasi gangguan terhadap kawasan baik bahaya geofisik maupun
sosial.
b) Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan dan pemanfaatan
sumber daya alam di kawasan yang legal dan bernilai ekonomi.
c) Melakukan sinergitas program dan kegiatan dengan pemerintah daerah
dan stakeholder lainnya dalam pengelolaan kawasan KPHK Guntur
Papandayan.
d) Bekerjasama dengan pihak lain dalam kegiatan adaptasi dan mitigasi
bencana gunung berapi.
Masing-masing strategi tersebut memiliki karakteristik tersendiri
sehingga dalam penerapannya dapat dilakukan bersama-sama dan saling
mendukung satu sama lain agar diperoleh hasil yang optimal dalam
pengembangan pengelolaan kawasan KPHK Guntur Papandayan pada
masa yang akan datang. Berikut matrik SWOT terlampir pada Tabel 3.
35
Tabel 4. Matriks Strategi Hasil Analisis SWOT
1. KPHK Guntur-Papandayan merupakan satu-satunya 1. Masih lemah dan kurangnya perangkat pengelolaan
KPHK yang berada di Jawa Barat dimana terdiri atas kawasan meliputi regulasi peraturan, anggaran
6 (enam) kelompok hutan yang telah memiliki pemerintah, pola pengelolaan, data potensi serta
kekuatan hukum yang tetap dengan batas-batas yang informasi kelembagaan, sehingga berpengaruh terhadap
jelas dan telah teregristasi sebagai kawasan hutan pelaksanaan program kegiatan dan perizinan yang ada.
tetap dengan fungsi konservasi. 2. Terbatasnya kapasitas (kualitas dan kuantitas) SDM
2. Potensi Kawasan Hutan di KPHK Guntur Papandayan pengelola KPHK menyebabkan lemahnya
yang paling utama adalah jasa lingkungan (wisata, penyelenggaraan pengelolaan kawasan konservasi pada
ekosistem, plasma nutfah, air) dan energi panas bumi tingkat tapak khususnya menyangkut pengawasan dan
yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan penegakan hukum.
kehidupan sosial, ekonomi dan budaya serta
pengembangan nilai ekonomi kawasan.
1. Komitmen dan dukungan 1. Mempertahankan kelestarian kawasan KPHK Guntur 1. Bekerjasama dan meminta dukungan pemerintah daerah
pemerintah propinsi Jawa Barat dan Papandayan. dalam rangka pemantapan kawasan hutan dan penguatan
pemerintah Bandung dan Garut 2. Memperkuat kerjasama dan kemitraan dengan para regulasi pengelolaan KPHK baik di tingkat pusat
terhadap pengembangan kawasan pemanfaat jasa lingkungan dengan cara berbagi peran maupun daerah .
Garut sebagai daerah tujuan wisata dan tanggung jawab dalam melestarikan ekosistem dan 2. Mengajak dan mendorong peran serta stakeholder terkait
termasuk TWA Gunung keanekaragaman hayati kawasan hutan KPHK Gunung dalam pengelolaan kawasan serta bekerjasama dengan
Papandayan, TWA Kawah Guntur Papandayan dengan pihak universitas/LSM dalam pelaksanaan penelitian dan
Kamojang dan TWA Gunung 3. Melakukan sinergitas program dan kegiatan dengan pengembangan ilmu pengetahuan di dalam kawasan
Guntur sebagai satu diantara sekian pemerintah daerah dalam rangka pengembangan KPHK Guntur Papandayan
tujuan wisata di Kabupaten Garut pengelolaan pariwisata alam di dalam dan sekitar 3. Penguatan pengelola KPHK Guntur Papandayan melalui
dan Kabupaten Bandung. kawasan KPHK Guntur Papandayan. peningkatan kualitas sumber daya manusia dibarengi
2. Kehadiran PT. Pertamina 4. Mengembangkan wisata geothermal (geotourism) dengan peningkatan kuantitasnya dan penyusunan
Geotermal Energy Tbk. dan PT. bersama mitra pemanfaat energi panas bumi sebagai prosedur kerja yang aplikatif, efektif dan efisien.
Chevron Energy Tbk. sebagi wisata unggulan yang berbasis konservasi dan 4. Peningkatan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
pemanfaatan energi panas bumi pendidikan. program pembangunan antar berbagai sektor agar
36
sekaligus mitra konservasi dan terjailin sinergisitas yang tinggi dan mempermudah
tingginya minat investor untuk birokrasi dalam pengelolaan kepada pengelola KPHK
turut mengembangkan pemanfaatan Guntur Papandayan.
jasa lingkungan wisata maupun
energi lainnya yang terdapat di
KPHK Guntur Papandayan.
THREATH (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Potensi konflik antara pengelola 1. Melakukan koordinasi secara intensif dengan masyarakat 1. Bekerjasama dengan pihak terkait (universitas dan LSM)
dengan masyarakat sekitar akibat dan pihak terkait serta membuat program pencegahan dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan ilmu
aktivitas ilegal dan kurang terjadinya konflik dan meningkatkan sosialisasi peraturan pengetahuan dalam mengatasi gangguan terhadap
mendukung pengelolaan kawasan perundang-undangan yang berkaitan dengan penegakan kawasan baik bahaya geofisik maupun sosial.
hutan yang dilakukan masyarakat hukum kawasan konservasi kepada masyarakat. 2. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan dan
terhadap kawasan. 2. Membuat program adaptasi dan mitigasi bencana gunung pemanfaatan sumber daya alam di kawasan yang legal dan
2. Potensi aktivitas vulkanik Gunung berapi di sekitar kawasan dengan pihak terkait bernilai ekonomi.
Guntur dan Papandayan yang 3. Melakukan pemberdayaan masyarakat yang masih 3. Melakukan sinergitas program dan kegiatan dengan
merupakan gunung berapi aktif yang tergantung hutan dengan konsep alih profesi, komoditi dan pemerintah daerah dan stakeholder lainnya dalam pengelolaan
memiliki catatan aktifitas vulkanologi lokasi. kawasan KPHK Guntur Papandayan.
tinggi sehingga berpotensi terjadi 4. Penyusunan desain tapak terutama blok pemanfaatan yang 4. Bekerjasama dengan pihak lain dalam kegiatan adaptasi
erupsi akibat aktivitas vulkanik dari memperhitungkan keamanan dari resiko dari aktivitas dan mitigasi bencana gunung berapi.
Gunung Papandayan dan Gunung erupsi dan pemasangan tanda arah evakuasi, himbauan
Guntur. dan larangan di dalam kawasan.
37
B. Strategi dan Rencana Aksi
1. Penatagunaan Kawasan
38
Data-data potensi kawasan mencakup data dan informasi hayati termasuk
aspek ekologi tumbuhan dan satwa liar, non hayati dan akivitas vulkanik,
ekonomi, sejarah dan sosial budaya.
Kegiatan inventarisasi dilakukan pada seluruh kawasan KPHK Guntur
Papandayan termasuk blok perlindungan. Dalam melaksanakan kegiatan ini
diperlukan survei lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi secara
spesifik dari komponen-komponen penyusun sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya yang mencakup penyukuran atas jenis, populasi, penyebaran,
sex-ratio, kerapatan atau kelimpahan populasi, status kelangkaan,
permasalahan dan potensi-potensi lainnya termasuk sosial ekonomi budaya
masyarakat di sekitar kawasan KPK Guntur Papandayan.
Kegiatan survei lapangan dilakukan secara bertahap maksimal dalam 4
(empat) tahun dengan selang waktu 5 (lima) tahun sekali. Inventarisasi
potensi dilakukan melalui tahapan kegiatan eksplorasi dan survei lapangan.
Praktek kegiatan eksplorasi, survei, inventarisasi, evaluasi penilaian dan
monitoring mencakup pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan
dengan penggunaan metode dan teknik dalam pelaksanannnya.
4. Penataan Kawasan
Penataan kawasan adalah kegiatan yang bertujuan untuk membagi kawasan
dalam ruang-ruang pengelolaan intensif sesuai dengan kepentingan dan
peruntukannya. Selain itu, penataan kawasan juga dapat berupa menata
wilayah keja dalam ruang-ruang manajemen pengelolaan yang lebih kecil
berupa resort-resort KPHK Guntur Papandayan dalam rangka efektifitas dan
efisiensi pengelolaan.
39
a) Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2011 tentang Penyusunan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang; Jangka pendek dan review per
lima tahun sekali Rencana Pengelolaan Jangka Panjang.
b) Peraturan Pemerintan Nomor 28 tentang Pengusahaan Pariwisata
Alam, yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P. 48 tahun 2012 tentang Pedoman Pnegusahaan Pariwisata Alam,
yang diharuskan menyusun Desai Tapak sebagai dasar
penyelenggaraan pariwisata alam dan pemberian Izin Usaha
Penyediaan Sarana Wisata Alam (IUPSWA)
c) Peraturan pemerintah Nomor 44 tahun 2009 tentang Perencanaan
Hutan, yang secara teknis tercantum pada Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.6 tahun 2009 tentang Pedoman KPHK serta
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.984/Menhut-II/2013
tentang penetapan KPHK Guntur Papandayan.
40
Papandayan atau secara khusus difokuskan dalam kebutuhan pelaksanaan
kegiatan tertentu.
Kegiatan pengamanan kawasan merupakan salah satu upaya dalam
perlindungan hutan. Kegiatan-kegiatan pengamanan hutan secara garis besar
ditujukan untuk mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat,
dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta
perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
7. Pengawetan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: P.28 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam Pasal 25, Pengawetan merupakan upaya dalam pengelolaan jenis
tumbuhan dan satwa liar, penentuan dan pemeliharaan ruang hidup,
pemulihan ekosistem dan pemeliharaan kawasan. Dengan penjelasan
sebagai berikut :
a) Pengelolaan Jenis Tumbuhan dan Satwa Beserta Habitatnya
Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa beserta habitatnya berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: P.28 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
meliputi :
Identifikasi jenis tumbuhan dan satwa
Inventarisasi jenis tumbuhan dan satwa
Pemantauan
Pembinaan habitat dan populasi
Penyelamatan jenis
Penelitian dan pengembangan
b) Pemulihan Ekosistem
Pemulihan ekosistem dilakukan untuk memulihkan struktur, fungsi,
dinamika populasi, serta keanekaragaman hayati dan ekosistemnya.
Pemulihan ekosistem dapat dilakukan melalui kegiatan mekanisme
alam, rehabilitasi dan restorasi.
41
Mekanisme alam dilakukan untuk menjaga dan melindungi ekosistem
agar pemulihannya berlangsung secara alami. Rehabilitasi dilakukan
melalui penanaman atau pengkayaan jenis dengan jenis tanaman asli
atau pernah tumbuh secara alami di lokasi tersebut.
Restorasi dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan, perlindungan,
penanaman, pengkayaan jenis tumbuhan dan satwa liar, atau
pelepasliaran satwa liar hasil penangkaran atau relokasi satwa liar dari
lokasi lain.
c) Penutupan Kawasan
Penutupan kawasan dalam hal ini dikarenakan kondisi kerusakan yang
berpotensi mengancam kelestarian kawasan atau kondisi yang dapat
mengancam keselamatan pengunjung atau kehidupan tumbuhan dan
satwa. Unit pengelola dapat melakukan penghentian kegiatan tertentu
atau menutup kawasan untuk jangka waktu tertentu.
8. Pemanfaatan
a) Cagar Alam
Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam
Penyerapan dan atau penyimpanan karbon
Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya
42
b) Taman Wisata Alam
Penyimpanan atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta
energi air, panas dan angin serta wisata alam
Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam
Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya
Pembinaan populasi dalam rangka penetasan telur atau
pembesaran anakan yang diambil dari alam
Pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat
43
prosedur pengajuan izin usaha pengembangan jasa wisata alam di
kawasan KPHK Guntur Papandayan
i) Persiapan kawasan dalam rangka pengembangan pemanfaatan bagi
kepeningan pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi
alam
j) Persiapan kawasan dalam rangka pengembangan kawsan didukung
intensitifitas penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
k) Persiapan kawasan dalam rangka pengembangan kawasan untuk
kepentingan pembinaan populasi
l) Persiapan kawasan dalam rangka pengaturan bagi kebutuhan
pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat
m) Persiapan kebutuhan promosi baik berupa bahan cetakan, narasi, audio
visual atau lainnya sesuai kebutuhan
n) Melakukan promosi baik secara mandiri maupun integrasi dengan
instansi pemerintah atau lainnya dalam rangka memperluas pasar
wisata alam dan peluang investasi peminat pengusahaan pariwisata
alam di kawasan konservasi
o) Melakukan promosi dalam pameran serta media cetak atau elektronik
untuk meningkat minat permintaan kunjungan wisatawan dan
memperluad pasar wisata alam
p) Mempersiapkan SOP dan perangkat administrasi yang mendukung
pengurusan izin pengusahaan pariwisata alam di KPHK Guntur
Papandayan
q) Mempersiapkan pelatihan-pelatihan pemandu wisata atau guide untuk
mendukung pelayanan kegiatan wisata alam
r) Persiapan kawasan pemanfaatan ekowisata dengan tetap
memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan
pemanfaatan dan pelestarian alam.
44
9. Pengembangan Kerjasama/Kolaborasi Pengelolaan Kawasan
45
a) Terjadinya perubahan terhadap daya tarik alam sebagai potensi dasar
KPHK Guntur Papandayan berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem
alam serta formasi geologinya
b) Tejadinya perubahan luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian
potensi dan daya tarik untuk pemanfaatan pariwisata alam dan rekreasi
alam
c) Terjasinya perubahan terhadap kondisi lingkungan disekitarnya yang
mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.
a) Aksesibilitas
b) Tingkat ketergantungan masyarakat dengan kawasan
c) Jumlah dan jenis obyek jasa lingkungan
d) Terjalinnya hubungan sosial budaya masyarakat dengan kawasan
e) Terdapatnya jumlah desa di dalam dan diluar kawasan
46
11. Pembinaan dan Pengembangan Daerah Penyangga
47
g) Perlindungan dan pengamanan fungsi daerah penyangga
h) Pembinaan fungsi daerah penyangga
i) Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap konservasi sumber
daya hayati dan ekosistemnya
j) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya
k) Upaya peningkatan produktivitas lahan
48
memungkinkan diselenggarakan di daerah penyangga. Adapun bentuk-
bentuk kegiatan selanjutnya diperlukan dalam menyelenggarakan
pemberdayaan masyarakat, sebagai berikut :
Peran serta masyarakat, dalam arti luas turut serta mengelola kawasan
konservasi dilakuka dengan cara membangun kesepahaman antara KPHK
49
Guntur Papandayan dengan masyarakat dalam bentuk kemitraan. Sementara
itu, kawasan KPHK Guntur Papandayan rentan terjadinya kebakaran hutan,
peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam mencegah terjadinya
kebakaran hutan dan pemadaman kebakaran hutan di kawasan KPHK
Guntur Papandayan.
50
2) Tingkat wilayah/daerah, Unit Pelaksana Teknis Lingkup
Departemen Kehutanan koordinasi fungsional dengan Unit
Pelaksasana Teknis (UPT) lingkup departemen Kehutanan
meliputi penyempurnaan rencana pembangunan pengelolaan
kawasan Taman Wisata Alam, musyawarah pembangunan
kehutanan dll.
b) Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dalam hal kegiatan
pengembangan dan pembinaan daerah penyangga dll. Kegiatan
koordinasi dengan pemerintah darah ini dimulai dari tingkat Desa,
Kecamatan, Kabupaten sampai Provinsi antara lain melalui kegiatan
Rapat Koordinasi Pengembangan Hutan (RAKORBANGHUT)
c) Koordinasi dengan Pemda Kabupaten Garut dan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Alam Daerah dalam hal Penataan jalur
evakuasi
d) Koordinasi dengan PERHUTANI dalam rangka pengelolaan daerah
penyangga
e) Koordinasi dengan aparat Desa serta masyarakat sekitar dalam rangka
dukungan penyelenggaraan KPHK Guntur Papandayan.
a) Bangunan Kantor
b) Kendaraan Operasional
51
c) Peralatan Kantor
d) Peralatan Operasional
52
sarana prasarana pokok pengelolaan maupun sarana prasarana penunjang
pemanfaatan wisata alam. Pembangunan sarana dan prasarana kebutuhan
dasar fisik dapat dipenuhi dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
mendatang. Dalam rangka pengelolaan kawasan konservasi di KPHK
Guntur Papandayan dapat dibangun berbagai bentuk sarana dan prasarana
penunjang pengelolaan kawasan konservasi sepanjang untuk kepentingan
pencapaian tujuan penetapannya. Jenis sarana dan prasarana tersebut terdiri
atas sarana prasarana pengelolaan dan sarana prasarana penunjang. Secara
rinci kebutuhan sarana prasarana pengelolaan dimaksud, sebagai berikut :
a) Sarana dan Prasarana/fasilitas pengelolaan yang dibutuhkan terdiri
dari
Pos Jaga
Pondok kerja
Jalan patroli
Menara pengamatan satwa
Peralatan radio komunikasi tetap dan bergerak
Peralatan transportasi roda 2 dan roda 4
b) Sarana prasarana wisata alam
Area penerima: lapagan parkir, gerbang, toilet, tiket box, kantor
pengusahaan pariwisata alam dll.
Area reaksi: rest room, kios, cafetaria, musholla, ruang P3K,
pondok wisata/cottage, gedung serbaguna, shelter, gazeboo dll.
Area hiking: track hiking dan shelter
Area piknik: blok piknik dan toilet
53
c) Konsep landscape, yang dibangun adalah jungle mixed, dimana
pengaturan taman dan bangunan disesuaikan dengan keadaan kontur
dan vegetasi yang ada, karena hal ini ditunjang oleh keadaan lokasi
yang berada di kawasan TWA Gunung Papandayan.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan fasilitas tersebut, dapat
dikerjasamakan dengan mitra, pengusaha pemegang Ijin Pengusahaan
Pariwisata Alam dan pihak-pihak lainnya sesuai peraturan perundangan.
54
infomasi tentang KPHK Guntur Papandayan seperti para peneliti dari
Universitas atau Lembaga Penelitian, LSM, Instansi Pemerintah dan
individu. Oleh karena itu dalam organisasi KPHK Guntur Papandayan,
sebaiknya dibuat unit khusus yang mengelola Pengelolaan Data base dalam
pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data ke dalam
informasi yang siap digunakan.
55
a) Membangun mekanisme penggalangan dana
56
Pengelolaan kawasan konservasi membutuhkan kesinambungan
ketersediaan penandaan dengan mencukupi kebutuhan dana bagi
pembangunan KPHK Guntur Papandayan dengan proyeksi 10 (sepuluh)
tahun ke depan, ketersediaan anggaran DIPA sangat dibutuhkan. Karenanya,
upaya memaksimalkan manfaat KPHK Guntur Papandayan,
menyelenggarakan kerjasama penguatan fungsi KPHK Guntur Papandayan,
donasi tidak mengikat dan kerjasama pengelolaan kawasan konservasi yang
baik secara multipihak sangat diperlukan.
Proyeksi pengumpulan pendanaan yang dirancang untuk 10 (sepuluh) tahun
ke depan, direncanakan akan dipergunakan untuk penguatan pengelolaan
sesuai prinsip pengelolaan kawasan konservasi. Adapun sumber-sumber
pendanaan yang memungkinkan dapat dikumpulkan bagi kebutuhan
pengelolaan KPHK Guntur Papandayan, bersumber dari:
57
Kerjasama-kerjasama lainnya yang ditujukan dalam rangka penguatan
fungsi KPHK Guntur Papandayan baik terkait keragaman hayati,
vulcanologi dan lainnya.
C. Rancangan Kegiatan
Rancangan kegiatan KPHK Guntur – Papandayan dibuat dalam kurun waktu
10 tahun yang disesuaikan dengan rencana aksi. Rancangan kegiatan
KPHK Guntur – Papandayan dapat dilihat Pada Tabel 5.
Tabel 5. Matrik Kegiatan Tahunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHK Guntur Papandayan
Tahun
No. Program dan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Penjagaan keutuhan kawasan
a. Penatagunaan kawasan V V V V V V V V V V
(mempertahankan tetap
berlagsungnya fungsi
KPHK Guntur Papandayan)
b. Penataan atau pemantauan V V V V V V V V V V
batas kawasan (memantau
dan memelihara keutuhan
batas kawasan)
2. Perencanaan
a. Inventarisasi potensi V V V V V
kawasan
b. Penataan kawasan V V V
c. Penyusunan rencana V V
pengelolaan
d. Identifikasi dan V
inventarisasi daerah
penyangga
3. Perlindungan
a. Identifikasi potensi V V V V V
kerusakan dan gangguan
hutan
b. Pengamanan kawasan V V V V V V V V V V
4. Pengawetan V V V V V V V V V V
Pemanfaatan V V V V V V V V
5. a. Penataan jalur trekking V
b. Penataan jalur evakuasi V
Pengembangan V V V
6. kerjasama/kolaborasi
pengelolaan kawasan
7. Evaluasi kesusaian fungsi V
Pembinaan dan pengembangan V V V V V V V V V V
8.
daerah penyangga
Pemberdayaan dan peran serta V V V V V V V V V V
9.
masyarakat
Peningkatan koordinasi dan V V V V V V V V V V
11.
integrasi
12. Pembangunan sarana dan V V V V
58
prasarana, penunjang kegiatan
pengelolaan
Pengelolaan database potensi V V V V V V V V V V
13. kawasan
Perancangan dan strategi V V V
14.
pendanaan
59
LAMPIRAN
60
Lampiran 1. SK KPHK Guntur – Papandayan
61
62
63
64
Lampiran 2. Berita Acara Konsultasi Publik RPJP KPHK Guntur –
Papandayan
65
Lampiran 3. Surat Permohonan Rekomendasi Bappeda dan atau
Rekomendasi Bappeda
66
Lampiran 4. Peta Batas Kawasan dengan Topomini
67
Lampiran 5. Peta Nilai Penting Kawasan
68
Lampiran 6. Peta Zonasi/Blok Pengelolaan
69
Lampiran 7. Peta Tutupan Lahan
70
Lampiran 8. Peta Kerawanan Kawasan
71
Lampiran 9. Peta Daerah Penyangga
72
Lampiran 10. Peta Sarana Prasarana
73
Lampiran 11. Peta Daerah Aliran Sungai
74