Anda di halaman 1dari 86

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM


BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT
BIDANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM WILAYAH III CIAMIS
SEKSI KONSERVASI WILAYAH V GARUT

RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG


KPHK GUNTUR – PAPANDAYAN
PERIODE 2015 - 2025

No Nama Kawasan Luas (Ha)

1. TWA Gunung Guntur 250,00


2. TWA Gunung Papandayan 225,00
3. CA Gunung Papandayan 6,807,00
4. TWA Kawah Kamojang 500,00
5. CA Kawah Kamojang 7,536,00
Jumlah 15.318,00

GARUT
2016

i
LEMBAR PENGESAHAN

RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG


KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN KONSERVASI
GUNTUR – PAPANDAYAN
KABUPATEN GARUT DAN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT
PERIODE 2015 – 2025

BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT

Disusun di : Bandung
Pada tanggal : Desember 2015

Oleh :
Kepala Balai Besar,

Dr. Ir. SYLVANA RATINA, M.Si.


NIP. 19610813 198603 2 003

Disahkan di : Jakarta Dinilai di : Jakarta


Pada tanggal : Pada tanggal :
Oleh : Oleh :
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Direktur Pemolaan Dan informasi Konservasi
Alam Dan Ekosistem, Alam,

Dr. Ir. TACHRIR FATHONI, M.Sc. Ir. LISTYA KUSUMAWARDHANI, M.Sc.


NIP. 195609291982021001 NIP. 19590520 198501 2 001

ii
LEMBAR REKOMENDASI

iii
PETA SITUASI

iv
RINGKASAN EKSEKUTIF

v
KATA PENGANTAR

Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2011 tentang Perencanaan


Kehutanan, menjelaskan bahwa dalam rangka mewujudkan pengelolaanhutan
yang efisien dan lestari perlu dilakukan pembentukan wilayah pengelolaan hutan
dikenal dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi. Penyelenggaraan
wilayah pengelolaan hutan sebagaimana dimaksud diantaranya adalah
Perencanaan Pengelolaan meliputi seluruh aspek pengurusan kehutanan yang
secara garis besar harus mencakup lingkup perencanaan kehutanan; pengelolaan
hutan; penelitian dan pengembangan pendidikan dan latihan, penyuluhan
kehutanan; danpengawasan.

Berubahnya sistem pengelolaan hutan yang menyatukan Taman Wisata


Alam Gunung Guntur, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang,
Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Gunung Papandayan menjadi satu kesatuan
wilayah pengelolaan hutan sebagaimana ketetapan Menteri kehutanan di dalam
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.984/Menhut-II/2013tanggal 27
Desember 2013,serta menunaikan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun
2011 tentang Pengelolaan KSA dan KPA, dalam penyelenggaraan kawasan
konservasi harus dilakukan Perencanaan kawasan yang diantaranya adalah berupa
penataan blok. Karenanya 5 (lima) kawasan konservasi yang belum seluruhnya
dilakukan enataan perlu segera dilakukan Penataan Blok untuk kemudian disusun
dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHK.

Dengan tersusunnya dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHK


Guntur - Papandayan, diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengelolaan intensif
KPHK Guntur - Papandayansesuai masing-masing fungsi dan peruntukannya.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya Penataan
Blok KPHK Guntur – Papandayan.

Kepala Balai Besar KSDA Jawa Barat,

Dr. Ir. Sylvana Ratina, M.Si


NIP. 19610813 198603 2 003

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR REKOMENDASI iii

PETA SITUASI iv

RINGKASAN EKSEKUTIF v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

I. PENDAHULUAN 1

A. Infromasi Umum 1

1. Taman Wisata Gunung Guntur 1

2. Taman Wisata Alam Gunung Papandayan 3

3. Cagar Alam Gunung Papandayan 5

4. Taman Wisata Alam Kawah Kamojang 7

5. Cagar Alam Kawah Kamojang 8

B. Potensi Sosial, Ekonomi, Agama dan Budaya 10

1. Kabupaten Garut 10

2. Kabupaten Bandung 10

C. Kondisi Saat Ini 11

1. Nilai Penting Kawasan 11

2. Kondisi Pengelolaan 16

D. Kondisi Yang Dinginkan 23

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PENGELOLAAN 25

vii
A. VISI 25

B. MISI 28

C. TUJUAN PENGELOLAAN 28

III. TATA BLOK 29

IV. STRATEGI DAN RENCANA AKSI 31

A. Analisa Strategi 31

1. Analisa SWOT Pengelolaan 31

B. Strategi dan Rencana Aksi 38

1. Penatagunaan Kawasan 38

2. Penataan atau Pemantauan Batas Kawasan 38

3. Inventarisasi Potensi Kawasan 38

4. Penataan Kawasan 39

5. Penyusunan Rencana Pengelolaan 39

6. Identifikasi dan Inventarisasi Daerah Penyangga 40

7. Pengawetan 41

8. Pemanfaatan 42

9. Pengembangan Kerjasama/Kolaborasi Pengelolaan Kawasan 45

10. Evaluasi Kesesuaian Fungsi 45

11. Pembinaan dan Pengembangan Daerah Penyangga 47

12. Pemberdayaan dan Peran Serta Masyarakat 48

13. Peningkatan Koordinasi dan Integrasi 50

14. Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan Pengelolaan


51

15. Pengelolaan Database Potensi Kawasan 54

16. Perancangan dan Strategi Pendanaan 55

C. Rancangan Kegiatan 58

viii
ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Legal Status Kawasan KPHK Guntur – Papandayan 17

Tabel 2. Sarana dan Prasarana KPHK Guntur - Papandayan 22

Tabel 3. Pembagian Blok di kawasan lingkup KPHK Guntur Papandayan 30

Tabel 4. Matriks Strategi Hasil Analisis SWOT 36

Tabel 5. Matrik Kegiatan Tahunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka


Panjang KPHK Guntur Papandayan 58

x
DAFTAR GAMBAR

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. SK KPHK Guntur – Papandayan 61

Lampiran 2. Berita Acara Konsultasi Publik RPJP KPHK Guntur –


Papandayan 65

Lampiran 3. Surat Permohonan Rekomendasi Bappeda dan atau


Rekomendasi Bappeda 66

Lampiran 4. Peta Batas Kawasan dengan Topomini 67

Lampiran 5. Peta Nilai Penting Kawasan 68

Lampiran 6. Peta Zonasi/Blok Pengelolaan 69

Lampiran 7. Peta Tutupan Lahan 70

Lampiran 8. Peta Kerawanan Kawasan 71

Lampiran 9. Peta Daerah Penyangga 72

Lampiran 10. Peta Sarana Prasarana 73

Lampiran 11. Peta Daerah Aliran Sungai 74

xii
I. PENDAHULUAN

A. Infromasi Umum

1. Taman Wisata Gunung Guntur

Secara geografis TWA Gunung Guntur terletak antara 00o06’11’’ sampai


00o06’12’’ BT dan 07o006’57’’ sampai 07o00’12’’ LS. Sedangkan secara
administrasif pemerintahan TWA Gunung Guntur terletak pada wilayah
Desa Pasawahan, Desa Sukaraja, dan Desa Haruman, Kecamatan Tarogong
Kaler, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Luas kawasan TWA Gunung
Guntur berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 274/Kpts-
II/1999 tanggal 07 Mei 1999 seluas ± 250 Ha.

Adapun aksessibilitas menuju kawasan TWA Gunung Guntur dapat


ditempuh dengan beberapa cara dari Bandung menuju Garut ±50 Km atau
sekitar 1,5 jam dengan kondisi jalan beraspal dan terjangkau oleh kendaraan
umum. Sementara dari Garut atau dari Desa Pasawahan menuju TWA
Gunung Guntur ±10 Km dapat ditempuh dengan berjalan kaki.

Pada awalnya areal hutan Gunung Guntur ditetapkan sebagai kawasan


Hutan berdasarkan GB. Tanggal 7-7-1927 No. 27 dan No. 28
selanjutnyaditunjuk sebagai Hutan Suaka Alam cq. Cagar Alam berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 68/Kpts/UM/1/1979 tanggal 22
Januari 1979 tentang “Penunjukan sebagian komplek hutan Gunung Guntur
dan Gunung Papandayan seluas + 6.000 Ha yang terletak di Dati II Garut
dan Dati II Bandung, Dati I Jawa Barat sebagai Hutan Suaka Alam cq.
Cagar Alam dan menggabungkannya menjadi satu dengan Cagar
Alam/Taman Wisata Papandayan”. Kemudian pada tahun 1990 melalui
Surat Keputusan Menteri Kehutanan 110/Kpts-II/1990 tanggal 14 Maret
1990 menetapkankawasan hutan Kawah Kamojang (Termasuk Komplek
Gunung Guntur) di Kabupaten Daerah Tingkat II Garut, Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat, seluas 8.286 Ha ditetapkan sebagai Cagar Alam.

1
Mempertimbangkan fungsi kawasan sebagai areal perlindungan flora
endemik Pulau Jawa antara lain Jamuju, Puspa, Saninten, Pasang dan
Rasamala, serta dalam rangka penanggulanan bahaya banjir lahar dingin dan
pengembangan obyek wisata alam, dipandang perlu untuk merubah
sebagian fungsi kawasan Cagar Alam Kawah Kamojang (Gunung Guntur)
seluas 8.286 Ha, yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Garut,
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat menjadi Taman Wisata Alam seluas ±
250 Ha dan Hutan Lindung seluas ± 500 Ha kemudian Cagar Alam seluas
7.536 Ha yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan Nomor : 274/Kpts-II/1999 tanggal 7 Mei 1999.

Pada tahun 2013 kawasan TWA Gunung Guntur termasuk pada kawasan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi Guntur-Papandayan, berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.984/Menhut-II/2013 pada
tanggal 27 Desember 2013. Wilayah KPHK Guntur-Papandayan sendiri
ditetapkan berdasarkan surat Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor
S.1684/VII-WP3H/2013 tanggal 23 Desember 2013 tentang arahan kesatuan
pengelolaan hutan konservasi (KPHK) pada 29 (dua puluh sembilan)
Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Suaka Alam, diantaranya Taman
Wisata Alam Gunung Guntur seluas 250 Ha, Taman Wisata Alam Gunung
Papandayan seluas 225 Ha, Cagar Alam Gunung Papandayan seluas 6.807
Ha yang terletak di kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Taman
Wisata Alam Kawah Kamojang seluas 500 Ha, Cagar Alam Kawah
Kamojang seluas 7.536 Ha yang terletak di Kabupaten Garut Provinsi Jawa
Barat.

Beberapa jenis flora yang terdapat di TWA Gunung Guntur didominasi oleh
tingkat pohon hampir merata di setiap blok. Adapun beberapa jenis
tumbuhan seperti Alang-alang (Impoperata cylindrical), Lempuyang
(Zingiber zerumbet), Jampang (Artcarpus elasticus), Kirinyuh (Eupatorium
inulifolium), Pecut Kuda(Stachytarpheta mutabilis), Pinus (Pinus merkusii),
Kaliandra (C. calothyrus), Harendong (Melastoma candium), Bingbin
(Areca pumida. Palmae) dan Puspa (Schima wallinchi). Satwa liar yang
sudah teridentifikasi di TWA Gunung Guntur yaitu 10 jenis Aves, 5 jenis

2
Mamalia, dan 8 Jenis Insecta. Jenis aves seperti Elang (Nisaetus sp),
Tekukur (Streptopelia chinensis), Kutilang (Pycnonotus aurigaster),
Pentet/cendet (Lanius schach), Jenis mamalia seperti Tupai (Tupaia
javanica), Kucing Hutan (Prionailurus planiceps), Babi Hutan (Sus Vitasus)
dan Musang (Paradoxurus hermaprodithus), Jenis insect seperti Capung
(Neurothemis sp), Kupu-Kupu (Appias libythea), Semut Api (Oecophylla)
dan lain-lain.

Berdasarkan klasifikasi iklim Schimidt dan Ferguson termasuk ke dalam


tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata antara 2.000 mm-2.500 mm/thn.
Suhu rata-rata pada kawasan ini antara 19oC – 27oC dengan kelembaban
udara 30-70%. Bulan basah pada kawasan TWA Gunung Guntur yaitu pada
bulan September sampai Maret dengan curah hujan paling besar pada bulan
Desember.

Sedangkan topografi kawasan TWA Gunung Guntur sebagian besar


bergelombang dengan kemiringan cukup terjal dan memiliki karakter tiga
bukit pada setiap puncaknya pada ketinggian >1.000 mdpl dan memiliki
sungai – sungai yang mengalir seperti Sungai Citiis dan Sungai Cikaso yang
digunakan masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari.

2. Taman Wisata Alam Gunung Papandayan

Taman Wisata Alam Gunung Papandayan ditetapkan berdasarkan Surat


Keputusan Menteri Kehutanan No. 226/Kpts-II/1990 dan Berita Tata Batas
Hutan Cagar Alam Gunung Papandayan dan Taman Wisata Alam Gunung
Papandayan tanggal 7 Agustus 1982 tanggal 23 Maret 1990 dengan luas 225
Ha. Secara geografis TWA Gunung Papandayan terletak diantara
107o43’12’’ sampai 107o44’26,54’’ BT dan 7o19’6,63’’ sampai
7o18’10,10’’ LS. Sedangkan secara administrative kawasan TWA Gunung
Papandayan terletak di Desa Sirnajaya dan Desa Kramatwangi Kecamatan
Cisurupan Kabupaten Garut, selain itu sebagian kawasan terletak di
Kabupaten Bandung.

3
Aksesibilitas menuju TWA Gunung Papandayan dapat ditempuh
menggunakan 2 (dua) jalur alternative yaitu 1) Bandung - Garut - Cisurupan
(± 89 Km), dari Cisurupan ke kawah (+ 8 Km) melalui jalan menanjak
beraspal dengan kondisi jalan yang rusak dan berlubang. Lama perjalanan
kurang lebih 4,5 jam dan 2) Bandung - Pangalengan - Malabar - Saniosa -
Talun - Sedep - Negla -Cibantar - Cileuleuy (± 69 Km). Dari Cileuleuy ke
kawah yang merupakan persimpangan jalan untuk menuju Garut berjarak ±
7 Km, kondisi jalan dari Bandung ke Cileuleuy cukup baik, sedangkan dari
Cileuleuy sampai tepi kawah kondisinya rusak. Lama perjalanan berkisar 3
jam.

Kondisi flora TWA Gunung Papandayan diantaranya Cantigi (Vaccinium


varingiaufolium), Pohon Suagi (Vaccinium valium), Edelweis (Anaphalis
javanica), Puspa (Schimawalichii), Saninten (Castanea argentea), Pasang
(Quiercus platycorpa), Kihujan (Engelhardia spicata). Sementara kondisi
fauna TWA Gunung Papandayan diantaranya Babi Hutan (Sus vitatus),
Trenggiling (Manis javanicus), Kijang (Muntiacus muntjak) serta beberapa
jenis aves seperti Ayam (Galus sp), Walik (Trerng ricapilla) dan Kutilang
(Pycononotusaurigaste).

Jenis tanah di kawasan TWA Gunung Papandayan adalah jenis tanah


andosol yang berasal dari bahan batuan induk, basis dan intermedia dengan
fisiografi gunung berapi. Sedangkan dari sisi topografi, Gunung Papandayan
berada pada ketinggian 1.650 – 2.665 m dpl bergunung dan berbukit dengan
kemiringan 20 – 40 %. Gunung Papandayan juga tergolong gunung api
bertipe Stato A.

Kawasan TWA Gunung Papandayan klasifikasi iklim Schimidt dan


Ferguson termasuk ke dalam tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata
antara 3.000 mm/thn. Suhu rata-rata pada kawasan ini antara 17 oC – 25oC
dengan kelembaban udara 70-90%.

4
3. Cagar Alam Gunung Papandayan

Secara geografis CA Gunung Papandayan terletak diantara 7 011’ 52” – 70


21’ 28” Lintang Selatan dan 107 0
45’ 31” – 1070 40’ 24”Bujur
Timur.Sedangkan secara administrasi kawasan CA Gunung Papandayan
terletak di Kabupaten Garutdan Kabupaten Bandung. Di wilayah Kabupaten
Garut berada di Desa Karyamekar, Kecamatan Pasirwangi dan Desa
Panawa, Kecamatan Pamulihan.

Penetapan luasan CA dan TWA Gunung Papandayan dilakukan pada tahun


1990 yakni dengan SK Menteri Kehutanan No.226/Kpts-II/1990 tanggal 08
Mei 1990 ditetapkan bahwa luas CA Gunung Papandayan 6.807 Ha dan
TWA Gunung Papandayan 225 Ha.

Dalam upaya pemantapan pengelolaan kawasan konservasi, CA Gunung


Papandayan ditetapkan dalam bagian Kesatuan Pengelolaan Hutan
Konservasi (KPHK) Guntur Papandayan. Pentapan KPHK Guntur
Papandayan dimaksud sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia No. SK.984/Menhut-II/2013 Tentang Penetapan
Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi Guntur – Papandayan,
yang terletak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa
Barat seluas ± 15.318 Hektar terdiri dari TWA Gunung Papandayan seluas ±
225 Ha, CA Gunung Papandayan seluas ±6.807 Ha yang terletak di
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, TWA Kawah Kamojang seluas
±500 Ha dan CA Kawah Kamojang seluas ± 7.536 Ha yang terletak di
Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat.

Kondisi Flora pada kawasan CA Gunung Papandayan adalah jenis – jenis


Jamuju (Podocarpus imbricatus), Puspa (Schima walichii), Saninten
(Castanopsis tungurut), Pasang (Quercus sp.), Kihujan (Eugelhardia
rigida), Kantung Semardan Edelweis (Anaphalis javanica).

Kondisi Fauna pada kawasan CA Gunung Papandayan diantaranya Macan


Tutul (Panthera pardus), Elang Jawa (Spizaetus bartelsi). Babi Hutan
(Susvitatus), Kijang (Muntiacus muntjak), Musang (Paradoxurus
hermoproditus), Trenggiling (Manis javanicus), Lutung (Trachypithecus

5
auratus), Ayam Hutan (Gallus gallus), Burung Belibis (Anas sp.), Burung
Kuntul (Egretta sp.), Kukang (Nycticobus coucang), Burung Tulung
Tumpuk (Megalaima javanensis), Elang Ruyuk (Spilornis cheela), dan
Bajing (Callosciurus notatus).

Aksesibilitas menuju TWA Gunung Papandayan dapat ditempuh


menggunakan 2 (dua) jalur alternative yaitu 1) Bandung - Garut - Cisurupan
(± 89 Km), dari Cisurupan ke kawah (+ 8 Km) melalui jalan menanjak
beraspal dengan kondisi jalan yang rusak dan berlubang. Lama perjalanan
kurang lebih 4,5 jam dan 2) Bandung - Pangalengan - Malabar - Saniosa -
Talun - Sedep - Negla -Cibantar - Cileuleuy (± 69 Km). Dari Cileuleuy ke
kawah yang merupakan persimpangan jalan untuk menuju Garut berjarak ±
7 Km, kondisi jalan dari Bandung ke Cileuleuy cukup baik, sedangkan dari
Cileuleuy sampai tepi kawah kondisinya rusak. Lama perjalanan berkisar 3
jam.

Kawasan CA Gunung Papandayan termasuk ke dalam tipe iklim B menurut


klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson dengan curah hujan rata-rata 3.000
mm per tahun. Musim hujan berlangsung antara bulan September sampai
bulan Maret dan musim kemarau antara bulan April sampai bulan Agustus.
Temperatur 17-25 °C dengan kelembaban udara rata-rata tahunan berkisar
antara 70-90% (BMG, 2004 dalam BKSDA Jawa Barat II dan IPB, 2005).

Kawasan CA Papandayan merupakan salah satu kawasan yang memiliki


peran penting sebagai daerah tangkapan air (Catchmant Area), memiliki
banyak sumber air yang membentuk sejumlah anak sungai dan mengalir
ke dua daerah aliran sungai yakni DAS Cimanuk dan DAS Citarum. Di
kawasan CA/TWA Papandayan terdapat 18aliran sungai yang dapat
dimanfaatkan sebagai jasa lingkungan baik untuk wisata maupun untuk
masyarakat.

6
4. Taman Wisata Alam Kawah Kamojang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 110/Kpts-II/1990 tanggal


14 Maret 1990, Kawah Kamojang ditetapkan sebagai Cagar Alam/Wisata
Alam seluas 8.286 Ha, sehingga luas Taman Wisata Alam diperkirakan
seluas 535,01 Ha sedangkan sisanya seluas 7.750,99 Ha ditetapkan sebagai
Cagar Alam.

Secara Geografis, TWA KMJ terletak antara 107◦47′20″ sampai 107◦48′30″


Bujur Timur dan 7◦07′20″ sampai 07◦11′10″ Lintang Selatan. Secara
administratif TWA KMJ terletak pada 5 wilayah desa yang terletak pada 3
kecamatan dan 2 kabupaten, yaitu Desa Mekarwangi Kecamatan Paseh,
Desa Laksana dan Ibun Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung. Selain itu
juga terletak pada Desa Sukakarya dan Desa Cisarua dan Desa Parakan
Kecamatan Samarang Kabupaten Garut.

Keberadaan kawasan konservasi TWA Kawah Kamojang berawal dari


penunjukan sebagian komplek hutan Kawah Kamojang dan Gunung
Papandayan seluas ± 8.000 Ha yang terletak di Dati II Bandung dan Dati II
Garut Dati I Jawa Barat sebagai hutan suaka alam cq. Cagar Alam seluas ±
7.500 ha dan sebagai hutan wisata cq. Taman Wisata seluas ± 500 Ha
berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 170/Kpts-Um/3/1979
tanggal 13 Maret 1979.

Akses menuju Cagar Alam Kawah Kamojang dapat ditempuh menggunakan


jalur darat dengan 2 (dua) jalur kendaraan yaitu 1) Bandung – Cileunyi –
Garut - Tarogong – Samarang – Pangkalan – Kawah Kamojang (± 100 Km),
kondisi jalan Hotmix – Berbatu dan 2) Bandung – Majalaya – Paseh –
Kawah Kamojang (± 31 Km), kondisi jalan Hotmix.

Kondisi Flora di TWA Kawah Kamojang antara lain Pasang (Quercus


javanica), Saninten (Castanopsis argentea), Jamuju (Podocarpus
imbricatus), Kihujan (Engelhardtia spicata), Kitebe (Sloanea sigun) dan
Kitambaga (Eugenia cumini), Kiara (Ficus glabela), Kibeureum (Viburnum
sambucinum), Cangkuang (Pandanus sp.) dan Paku-pakuan (Dyplazzium
sp).

7
Kondisi Fauna di TWA Kawah Kamojang antara lain Macan tutul
(Panthera pardus), Tupai (Tupaia javanica), Musang (Paradoxurus
hermaprodithus), Trenggiling (Manis javanica), Perenjek Jawa (prinia
Familiaris), Cingcoang (Brachyteryx), Tekukur (Streptopelia Chinensis),
Burung kacamata (Zosterops pelpebrosus) Burung Elang diantaranya Elang
Jawa (Spizaetus bartelsi/Nisaetus bartelsi), Kutilang (Pycnonotus
aurigaster), Surili (Presbitis commata) dan Lutung (Trachypithecus
auratus).

Berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson (1952) TWA


Kawah Kamojang termasuk kedalam tipe iklim B dengan curah hujan rata-
rata antara 2.500 mm sampai 3.000 mm, dengan intensitas hujan antara 13,6
– 20,7 mm/hari hujan. Jenis tanah TWA Kawah Kamojang yaitu tanah
podsolik merah kuning dengan kandungan batuan gunung api plistosen.

Sebagian besar topografi TWA Kawah Kamojang bergelombang sampai


dengan berbukit dengan kemiringan 20% hingga 80 % dan berbukit dengan
memiliki ketinggian 1.442,18 m sampai dengan 1.682,1 m dpl. Sumber air
dari TWA Kawah Kamojang masih baik dan tidak pernah kering sepanjang
tahun. Terdapat sungai – sungai yang mengalir sepanjang tahun di TWA
Kawah Kamojang yaitu Sungai Cikaso, Cihanjir dan Sungai Citepus.

5. Cagar Alam Kawah Kamojang


Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 110/Kpts-
II/tentang Penetapan Kawasan Hutan Kawah Kamojang di Kabupaten Dati
II Bandung dan Kabupaten Dati II Garut Provinsi Dati I Jawa Barat seluas
8.286 hektar debagai CA/TWA Kawah Kamojang. Secara geografis Cagar
Alam Kawah Kamojang terletak diantara 0006’11’’ LS – 1005’02’’ BT dan
antara 07006’57’’ – 107000’12’’.
Adapun secara Administratif terletak di 2 (dua) kabupaten yaitu Kabupaten
Garut dan Kabupaten Bandung.
Pada awalnya areal hutan Kawah Kamojang ditetapkan sebagai kawasan
hutan berdasarkan GB.Tanggal. 7-7-1927 No. 27 dan No. 28 kompleks
hutan Gunung Guntur dan Gunung Papandayan, selanjutnya berdasarkan

8
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 68/Kpts/Um/1/1979 tanggal 22
Januari 1979 kawasan hutan Kawah Kamojang ditunjuk sebagai kompleks
hutan Gunung Guntur dan Gunung Papandayan seluas ± 6.000 Ha yang
sebagai Hutan Suaka Alam cq. Cagar Alam dan menggabungkannya
menjadi satu dengan Cagar Alam/Taman Wisata Papandayan.
Kemudian Cagar Alam Kawah Kamojang ditetapkan sebagai Cagar
Alamberdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 170/Kpts-
Um/3/1979, seluas 7.500 Ha dan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
seluas 500 Ha.
Berdasarkan hasil pengukuran dan penataan batas tahun 1982 yang tertuang
dalan Berita Acara Tata Batas tanggal 7 Agustus 1982 dan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor: 110/Kpts-II/1990 tanggal 14 Maret 1990, luas
Cagar Alam Kawah Kamojang adalah 7.805 Ha, dan berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor: 433/Kpts-II/1994 tanggal 5 Agustus 1994
menetapkan lahan konpensasi seluas 12,196 Ha yang menjadi bagian
kawasan Cagar Alam sehingga luas Cagar Alam Kawah Kamojang menjadi
7.817,196 Ha dan luas Kawasan Taman Wisata Alam 481 Ha sehingga luas
keseluruhan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
menjadi 8.298,196 Ha.
Kondisi Flora di Cagar Alam Kawah Kamojang didominasi oleh jenis –jenis
spesies antara lain seperti Jamuju (Podocarpus imbricatus), Puspa (Schima
wallichii), Saninten (Castanopsis sp), Pasang (Lithocarpus sundaicus),
Manglid (Magnolia blumeii), Kihujan (Eugelhardia rigida), Tebe (Slonea
sp). Sedangkan kondisi fauna di Cagar Alam Kawah Kamojang diantaranya
Macan tutul (Panthera pardus), Tupai (Tupaia javanica), Musang
(Paradoxurus hermaprodithus), Trenggiling (Manis javanica), Perenjek
Jawa (prinia Familiaris), Cingcoang (Brachyteryx), Tekukur (Streptopelia
Chinensis), Burung kacamata (Zosterops pelpebrosus) Burung Elang
diantaranya Elang Jawa (Spizaetus bartelsi/Nisaetus bartelsi), Kutilang
(Pycnonotus aurigaster), Surili (Presbitis commata) dan Lutung
(Trachypithecus auratus).

9
Akses menuju Cagar Alam Kawah Kamojang dapat ditempuh menggunakan
jalur darat dengan 2 (dua) jalur kendaraan yaitu 1) Bandung – Cileunyi –
Garut - Tarogong – Samarang – Pangkalan – Kawah Kamojang (± 100 Km),
kondisi jalan Hotmix – Berbatu dan 2) Bandung – Majalaya – Paseh –
Kawah Kamojang (± 31 Km), kondisi jalan Hotmix.
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, iklim di dalam kawasan
Cagar Alam Kawah Kamojang secara keseluruhan termasuk ke dalam Tipe
Iklim B (Nilai Q = 25 %). Jenis tanah di kawasan Cagar Alam Kawah
Kamojang termasuk ke dalam tipe Latosol coklat kekuning-kuningan,
latosol kemerahan, latosol merah.
Beberapa sungai yang mengalir dari kawasan Kamojang diantaranya
adalah Sungai Cibuliran, Citeupus Curug Citiis, Cikawaedukan dan
Cikamiri dan Sungai Cimanuk yang termasuk Kab Garut. Sungai – sungai
yang berada di Kab.Bandung mengalir dari dalam kawasan Cagar Alam dan
Taman Wisata Alam Kawah Kamojang adalah Sungai Cibuliran ( lokasi
KWK), Sungai Citepus, Curug Madi dan Sungai Cibitung, mengalir ke
Sungai Citarum.

B. Potensi Sosial, Ekonomi, Agama dan Budaya

1. Kabupaten Garut

Jumlah penduduk Kabupaten Garut berdasarkan hasil proyeksi penduduk


tahun 2016 tercatat sebanyak 1.206.659 jiwa meningkat dari tahun 2015.
Lulusan Sekolah Dasar (SD) merupakan lulusan yang paling dominan di
masyarakat sekitar Kabupaten Garut. Hal ini terjadi karena masih rendahnya
tingkat pendidikan masyarakat, selain itu untuk melanjutkan sekolah ke
jenjang yang lebih tinggi masyarakat di sekitar Kabupaten Garut harus ke
luar kecamatan.

2. Kabupaten Bandung

Jumlah penduduk Kabupaten Bandung berdasarkan hasil proyeksi penduduk


tahun 2015 tercatat sebanyak 3.470.393 jiwa meningkat sebanyak 1,8 % dari
tahun 2014. Sex ratio sebesar 102,9 / 2,9 % lebih banyak jumlah penduduk

10
laki-laki dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Sex ratio tahun ini
lebih kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 103,2 %.

Salah satu indikator pencapaian pendidikan dasar adalah angka melek huruf
pada penduduk usia 15 - 24 tahun dimana kelompok usia sekolah ini adalah
kelompok penduduk usia produktif. Hal ini memberikan gambaran bahwa
pendidikan di Kabupaten Bandung tahun 2014 terjadi peningkatan
meskipun belum tercapai pendidikan dasar 9 tahun.

Layanan jasa kesehatan menjadi hal utama dalam peningkatan mutu


kesehatan masyarakat di Kabupaten Bandung. Indikator dapat diamati dari
banyaknya masyarakat yang mengakses tempat layanan kesehatan di
wilayah Kabupaten Bandung. Jumlah tempat layanan kesehatan tidak
mengalami perubahan dari tahun 2013. Namun untuk tenaga kesehatan
terdapat penurunan seperti dokter, bidan dan lainnya yang mengalami
penurunan. Secara umum kesadaran masyarakat dalam rangka
menggunakan fasilitas kesehatan di wilayah Kabupaten Bandung
menunjukan arah yang positif, hal ini dapat diamati dari meningkatnya
jumlah pasien yang dirawat di tiga rumah sakit daerah.

C. Kondisi Saat Ini

1. Nilai Penting Kawasan

a. Nilai kawasan dalam Perspektif Tata Ruang dan Pembangunan Daerah


1) Perspektif Kebijakan Tata Ruang Kabupaten Garut
Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut tahun 2011 - 2031, mengatur
kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Garut dengan menitik
beratkan strategi penataan wilayah pada terwujudnya "Kabupaten
Konservasi yang didukung oleh Agribisnis, Pariwisata dan Kelautan”,
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung;
b) Pengembangan agribisnis yang berkelanjutan;
c) Pengembangan pariwisata berbasis potensi lokal;
d) Pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang terpadu dan berkelanjutan;

11
e) Peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah;
f) Pengembangan pusat kegiatan;
g) Pengendalian kegiatan pada kawasan rawan bencana; dan
h) Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.

Peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung sebagaimana dimaksud


difokuskan pada upaya-upaya, meliputi:

a) Mempertahankan kawasan lindung yang telah ditetapkan;


b) Meningkatkan rehabilitasi dan konservasi lahan;
c) Memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah mengalami
penurunan fungsi;
d) Meningkatkan produksi dan pengelolaan hasil hutan kayu dan non
kayu yang sesuai dengan kaidah konservasi;
e) Mengoptimalkan potensi sumber daya alam dan buatan di kawasan
lindung dengan pengembangan agrowisata dan ekowisata; dan
f) Meningkatkan jasa lingkungan.

Pengembangan pariwisata berbasis potensi lokal sebagaimana dimaksud,


dilaksanakan dengan menitik beratkan strategi pada hal-hal, sebagai berikut:

a) Mengembangkan satuan kawasan wisata dengan objek unggulan


wisata alam, budaya dan buatan.
b) Mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing dan ramah
lingkungan;
c) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang
kepariwisataan; dan
d) Meningkatkan kualitas perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan
warisan budaya; dan
e) Meningkatkan pengembangan agrowisata.

Peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah


sebagaimana dimaksud, dilaksanakan dengan menitik beratkan strategi pada
hal-hal, sebagai berikut :

12
a) Mengembangkan jalan penghubung perkotaan dan perdesaan, antar
perkotaan, antar perdesaan dan aksesibilitas antara pusat produksi
dengan pusat Pemasaran;
b) Reaktivasi dan mengoptimalkan sistem jaringan kereta api;
c) Mengoptimalkan pendayagunaan dan pengelolaan prasarana sumber
daya air;
d) Mengembangkan sumber daya energi listrik dan meningkatkan
infrastruktur pendukung;
e) Mengembangkan pembangkit listrik berskala kecil berbasis energi
setempat;
f) Meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi;
g) Mengembangkan sistem pengelolaan persampahan skala regional dan
lokal; dan
h) Mengembangkan alokasi prasarana dan sarana fisik, sosial, dan
ekonomi sesuai fungsi dan terintegrasi dengan struktur ruang wilayah.

Pengendalian kegiatan pada kawasan rawan bencana sebagaimana,


dilaksanakan dengan menitik beratkan strategi pada hal-hal, sebagai berikut:

a) Mengendalikan pembangunan fisik pada kawasan rawan bencana;


b) Memanfaatkan penggunaan teknologi mitigasi bencana;
c) Mengernbangkan kawasan budidaya yang dapat mempertahankan
kawasan dari dampak bencana gerakan tanah berupa tanah longsor dan
banjir;
d) Mengembangkan dan meningkatkan kualitas jalur evakuasi bencana;
e) Menetapkan kawasan evakuasi bencana; dan
f) Meningkatkan infrastruktur pada kawasan rawan bencana.

Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana


dimaksud, meliputi kegiatan-kegiatan:

a) Mendukung penetapan Kawasan Strategis Nasional dengan fungsi


khusus Pertahanan dan Keamanan;

13
b) Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di
sekitar Kawasan Strategis Nasional untuk menjaga fungsi Pertahanan
dan Kemanan;
c) Mengembangkan Kawasan Lindung dan/atau Kawasan Budidaya
tidak terbangun disekitar Kawasan Strategis Nasional dengan kawasan
budidaya terbangun; dan
d) Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan
keamanan.

Alokasi ruang dan bentuk-bentuk aktifitas pembangunan yang direncanakan


Pemerintah Kabupaten Garut di Kecamatan Cisurupan termasuk dalam PKK
dan PPL cukup variatif dari hulu ke hilir sesuai potensi wilayahnya.
Aktifitas-aktifitas pembangunan yang diizinkan Pemerintah Garut di
Cisurupan berupa kegiatan-kegiatan produksi pertanian dan hutan rakyat,
peternakan; industri pengolahan pakan ternak dan pengangonan ternak, serta
pertambangan mineral bukan logam dan panas bumi.

Ditetapkannya cisurupan sebagai bagian wilayah pemanfaatan panas bumi,


merupakan bagian rencana pengembangan Kawasan Strategis Provinsi
(KSP) dalam rangka pendayagunaan SDA dan/atau teknologi sebagai
bagian wilayah pengembangan jaringan listrik hasil panas Bumi Karnojang-
Darajat-Papandayan. Seiring kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
tersebut, Pemerintah Kabupaten Garut di dalam RTRWK-nya telah
merencanakan pembangunan jaringan pembangkit listrik terbarukan berupa
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Gunung Papandayan di
Kecamatan cisurupan sebagai hasil tidak langsung pemanfaatan sumber
energi panas bumi dari TWA Gunung Papandayan. Melengkapi rencana
pengembangan pemanfaatan panas bumi, pembangunan dicisurupan
didukung pula oleh rencana pengembangan jaringan jalan Kabupaten berupa
peningkatan fungsi ruas jalan menjadi kolektor primer 4 di Cisurupan dan
melengkapi wilayah ini dengan rencana pengembangan sistem jaringan
energi berupa akan dibangunnya stasiun pengisian dan pengangkutan Bulk
Elpiji (SPPBE).

14
Selain rencana pembangunan pada sektor-sektor real, pemerintah Kabupaten
Garut pun menempatkan perhatian penting terhadap kawasan konservasi
dalam rencana tata ruangnya, dengan menjadikan kawasan konservasi
sebagai bagian dari Kawasan Lindung. Kawasan Lindung sebagaimana
dimaksud dikelompokan dalam 8 kelompok meliputi: a). kawasan hutan
lindung; b). kawasan konservasi; c). kawasan cagar budaya; d). kawasan
yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; e). kawasan
perlindungan setempat; f). kawasan rawan bencana alam; g). kawasan
lindung geologi.

Adapun kawasan konservasi, dalam tata ruang wilayah Kabupaten Garut


meriputi kawasan cagar alam; kawasan cagar alam laut; kawasan taman
wisata alam; dan kawasan taman buru. Dengan kata lain, seluruh kawasan
lindung kelompok kawasan konservasi yang menjadi kewenangan
pengelolaan Balai Besar KSDA Jabar merupakan bagian wilayah penting
daram rencana pembangunan Kabupaten Garut, khususnya rencana
pembangunan jaringan pembangkit ristrik terbarukan berupa Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Gunung Papandayan di Kecarnatan
Cisurupan yang bersumber dari panas bumi Gunung Papandayan.

Secara keseluruhan, luas kawasan lindung Kabupaten Garut adalah seluas


75.928,37 (tujuh puluh lima ribu sembilan ratus dua puluh delapan koma
tiga tujuh) hektar. Khususnya Kecamatan Cisurupan sebagai wilayah
admnisitratif Gunung Papandayan, 4.967,75 (empat ribu sembilan ratus
enam puluh tujuh koma tujuh lima) hektar dari luas wilayahnya merupakan
Cagar Alam, sementara 203,19 (dua ratus tiga koma satu sembilan) hektar
dari luas wilayahnya merupakan Taman Wisata Alam. Karenanya, sebagai
bagian wilayah hulu dari sistem daerah aliran sungai, Kecamatan cisurupan
pun menjadi bagian penting dalam menjaga wilayah tangkap air dan aliran
air seluas kurang lebih 229 (dua ratus dua puluh sembiran) hektar seta
bertanggungjawab menyediakan pasokan kebutuhan air bagi wilayah
bawahannya. Mengingat Kecamatan cisurupan berbatasan langsung dengan
Gunung Papandayan, didalam tata ruang wilayah Kabupaten Garut,
Kecamatan cisurupan sebagai bagian dari 21.576 (dua puluh satu ribu lima

15
ratus tujuh puluh enam) ha atau 1 dari 19 Kecamatan yang dikategorikan
kawasan rawan bencana gunung api.
2) Perspektif Kebijakan Tata Ruang Kabupaten Bandung

Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2009 tentang Petunjuk


Operasional Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten bandung tahun 2007 -
2027, kawasan lindung dibagi menjadi dua menurut tujuan penetapannya,
yaitu :

a) Kawasan lindung berupa hutan; yang bertujuan a) Memelihara dan


mewujudkan kelestaruan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
timbulnya kerusakan lingkungan hidup, b) mencegah timbulnya
kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung
kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya,
perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam, cagar
budaya, dan kawasan lindung lainnya, serta menghindari berbagai
usaha dan/atau kegiatan di kawasan rawan bencana.
b) Kawasan lindung di luar hutan ; yang bertujuan meningkatkan fungsi
lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, dan satwa, serta nilai
budaya.

2. Kondisi Pengelolaan

a. Legalitas Status Kawasan

KPHK Guntur Papandayan memiliki 2 (dua) kawasan cagar alam dan 3


(tiga) kawasan taman wisata alam. Setiap kawasan yang terdapat di KPHK
Guntur Papandayan memiliki legalitas sebagai dasar penetapan kawasan
tersebut. Adapun legalitas status kawasan lingkup KPHK Guntur
Papandayan dapat dilihat pada tabel 1.

16
Tabel 1. Legal Status Kawasan KPHK Guntur – Papandayan
No Kawasan Legalitas
1. TWA Gunung Guntur SK. Menteri Kehutanan Nomor 274/Kpts-
II/1999 tanggal 07 Mei 1999 seluas ± 250 Ha.
2. TWA Gunung Papandayan
SK Menteri Kehutanan No.226/Kpts-II/1990
tanggal 08 Mei 1990 ditetapkan bahwa luas
TWA Gunung Papandayan 225 Ha.

3. Cagar Alam Gunung Papandayan SK Menteri Kehutanan No.226/Kpts-II/1990


tanggal 08 Mei 1990 ditetapkan bahwa luas
CA Gunung Papandayan 6.807 Ha
4. TWA Kawah Kamojang SK. Menteri Pertanian Nomor 170/Kpts-
Um/3/1979 tanggal 13 Maret 1979 ditetapkan
bahwa luas TWA Kawah Kamojang ± 500 Ha
5. Cagar Alam Kawah Kamojang SK. Menteri Pertanian Nomor 170/Kpts-
Um/3/1979 tanggal 13 Maret 1979 ditetapkan
bahwa luas CA Kawah Kamojang ± 7.500 Ha.
Sumber: BBKSDA Jawa Barat

b. Pengelolaan Kawasan Wisata oleh IPPA

Di dalam Pemberian izin terhadap perusahaan pengelola pariwisata alam,


terjadi suatu kesepakatan yang harus dilakukan oleh pemegang izin yaitu
harus menjaga keutuhan kawasan dan tidak mengganggu kelangsungan
ekosistem, hal tersebut jika dilihat dilapangan pada nyatanya telah
dilaksanakan secara optimal, kemudian perlu dilakukannya pengembangan
atraksi dari wisata tersebut sehingga akan berdampak pada peningkatan
kualitas wisata diikuti dengan semakin meningkatnya jumlah pengunjung
wisata di kawasan TWA. Peningkatan kualitas wisata tersebut juga akan
berdampak baik bagi pemasukan negara bukan pajak.

c. Proses Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengelolaan Kawasan

Sampai dengan dokumen ini disusun, masing-masing kawasan belum


memiliki dokumen perencanaan yang telah disahkan. Sesuai dengan
Peraturan Dirjen KSDAE Nomor P.3 Tahun 2016 maka dokumen rencana
pengelolaan KPHK Simpang Tilu memuat rencana pengelolaan dari semua
kedelapan unit kawasan konservasi.

17
d. Penerapan Sistem Organisasi KPHK

KPHK Guntur Papandayan ditetapkan melalui Keputusan Menteri


Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.985/Menhut-II/ 2013 Tentang
Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi Guntur-
Papandayan. Sebagai tindak lanjut surat surat keputusan tersebut
direncanakan pembentukan ± 8 (delapan) Resort Pengelolaan Hutan (RPH)
sebagai berikut :

1) Resort Kertasari (Resort I), meliputi Kecamatan Kertasari dengan 4


(empat) desa sekitar kawasan yaitu Desa Cihawuk, Desa Cikembang,
Desa Tarumajaya dan Desa Neglawangi
2) Resort Ibun (Resort II), meliputi Kecamatan Ibun dengan 4
(empat) desa sekitar kawasan yaitu Desa Mekarwango, Desa Neglasar,
Desa Ibun dan Desa Laksana
3) Resort Sukarame (Resort III), meliputi Kecamatan Pacet dengan 3
(tiga) desa sekitar kawasan yaitu Desa Sukarame, Desa Cikawao dan
Desa Nagrak
4) Resort Cikajang (Resort IV), meliputi Kecamatan Cikajang dengan 2
(dua) desa sekitar kawasan yaitu Desa Margamulya dan Desa
Cikandang. Selain itu Resort Cikajang termasuk Kecamatan
Pamulihan dengan 2 (dua) desa sekitar kawasan yaitu Desa
Margamulya dan Desa Pandawa
5) Resort Pasir Wangi (Resort V), meliputi Kecamatan Pasir Wangi
dengan 2 (dua) desa sekitar kawasan yaitu Desa Karyamekar dan Desa
Sarimukti. Selain itu Resort Pasir Wangi juga termasuk Kecamatan
Samarang dengan 2 (dua) desa sekitar kawasan yaitu Desa Sukakarya
dan Desa Tanjungkarya
6) Resort Cisurupan (Resort VI), meliputi Kecamatan Cisurupan dengan
7 (tujuh) desa sekitar kawasan yaitu Desa Karamatwangi, Desa
Cisero, Desa Cipaganti, Desa Sinarjaya, Desa Cidatar, Desa
Pamulihan dan Desa Cipaganti. Selain itu Resort Cisurupan termasuk
Kecamatan Sukaresmi dengan 2 (desa) sekitar kawasan yaitu Desa
Margamulya dan Desa Cikandang

18
7) Resort Guntur (Resort VII), meliputi Kecamatan Tarogong Kaler
dengan 2 (dua) desa sekitar kawasan yaitu Desa Rancabango, Desa
Sukawangi dan Desa Panjiwangi.
8) Resort Leles (Resort VIII), meliputi Kecamatan Banyuresmi dengan 2
(dua) desa sekitar kawasan yaitu Desa Sukaraja dan Desa Pananjung.
Selain itu Resort Leles termasuk Kecamatan Leles dengan 7 (tujuh)
desa sekitar kawasan yaitu Desa Haruman, Desa Lembar, Des.a Dano,
Desa Salamnunggal, Desa Cipancar, Desa Kandangmukti dan Desa
Ciburial.
e. Dokumen Tata Blok
Sampai dengan dokumen rencana pengelolaan ini disusun, hanya 2 (dua)
kawasan KPHK Guntur – Papandayan yang sudah memiliki dokumen tata
blok yang sudah disahkan yaitu TWA Gunung Papandayan dan TWA
Kawah Kamojang. Sementara untuk 3 (tiga) kawasan lain seperti TWA
Gunung Guntur, Cagar Alam Gunung Papandayan dan Cagar Alam Kawah
Kamojang baru dilakukan penataan blok pada tahun 2017 dan sudah
mencapai proses konsultasi publik tingkat pusat. Untuk pembagian dan
luasan blok masing-masing kawasan yang telah disusun dokumen tata
bloknya dijelaskan pada Bab III.
f. Permasalahan Kawasan

Kegiatan perambahan maupun pertambangan merupakan kegiatan yang


pasti mengalami pembukaan areal yang akan menggusur/ menghilangkan
vegetasi dan apabila tidak ditanggulangi maka mengakibatkan deforestasi.
Beberapa kawasan di KPHK Guntur – Papandayan merupakan habitat dari
jenis-jenis yang dilindungi sesuai dengan PP. No 7 Tahun tahun 1999
tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa antara lain: Owa Jawa
(Hylobates moloch), Surilli (Presbytis comata), Macan Tutul (Panthera
pardus) dan Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi). Habitat jenis yang dilindungi
perlu didukung dengan pengelolaan yang baik agar fungsi kawasan tetap
lestari.

19
Warga yang tinggal disekitar kawasan konservasi sangat tergantung pada
hasil hutan baik kayu maupun non kayu, akan tetapi mata pencaharian
masyarakat erat hubungannya dengan kebutuhan bahan alami yang hanya
diperoleh didalam hutan untuk memenuhi bahan baku usaha mereka. Akan
tetapi, dengan telah ditetapkannya kawasan sebagai Cagar Alam maka
kegiatan pemungutan hasil hutan sifatnya menjadi ilegal sehingga
kebutuhan akan bahan baku semakin berkurang.

Ganguan Dalam Hutan Berdasarkan PP No.7 tahun 1999 tentang


pengawetan tumbuhan dan satwa liar, bahwa Satwa yang membahayakan
kehidupan manusia yang karena suatu sebab keluar dari habitatnya, harus
digiring atau ditangkap dalam keadaan hidup untuk dikembalikan ke
habitatnya atau apabila tidak memungkinkan untuk dilepaskan, satwa
tersebut dapat dikirim ke lembaga konservasi untuk dipelihara.

g. Kerjasama Pengelolaan
Keterbatasan anggaran pemerintah yang masih minim untuk mengelolah
kawasan koservasi berdampak pada efektifitas pengelolaan kawasan
tersebut. pengelolaan di lapangan yang belum efektif karna keterbatasan
pendanaan,kualitas dan kapasitas SDM pengelolaan serta dukungan sarana
dan prasarana yang kurang memadai sehingga untuk kegiatan pengelolaan
kawasan tidak bisa berjalan dengan baik karna kerjasama pengelolaan
kawasan yang masih minim.

Dalam konteks pengelolaan TWA pemegang IPPA pada kawasan TWA


Gunung Papandayan sudah berkerjasama dengan PT. Asri Indah Lestari
sejak tahun 2016. Sementara pada kawasan lain seperti TWA Kawah
Kamojang dan Cagar Alam Kawah Kamojang berkerjasama dengan
Pertamin Geothermal Energy yang bergerak di bidang pemanfaatan panas
bumi.

h. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Daerah Penyangga


Sebagaimana diamanatkan Peraturan perundangan, di dalam pengelolaan
kawasan konservasi harus memperhatikan kepentingan peranserta dan
pemeberdayaan masyarakat.

20
Dengan menyertakan secara aktif masyarakat dalam kegiatan pengelolaan
kawasan konservasi diantaranya dalam upaya penyelenggaraan dan
pengembangan wisata alam, diharapkan dapat menstilumus tumbuhnya
tanggung jawab dan rasa memiliki masyarakat akan nilai penting kawasan
konservasi, KPHK Guntur Papandayan bagi masyarakat. Atas dasar
tersebut, dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun kedepan, diharapkan
terlaksana aktifitas-aktifitas peran serta masyarakat terorganisasi, dibina dan
difasilitasi dengan baik sesuai peraturan perundangan. Selain itu, terlaksana
pula kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka upaya meningkatkan
kemampuan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat setempat.
g. Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Objek wisata alam utama di KPHK Guntur Papandayan adalah kawah
Gunung Papandayan dan Kawah Kamojang serta wisata camping/tracking.
Namun demikian, dikarenakan jalur tracking masih melalui kawah utama,
karena menjadi penting kiranya untuk mencari jalur alternatif dan
menetapkan sebagai jalur utama dan menetapkan jalur yang saat ini dilalui
wisatawan sebagai jalur pendidikan yang jumlah kunjungannya diatur
berdasar kuota tertantu guna menghindari resiko dampak negatif
vulkanologi. Adapun dalam jangka waktu 10 tahun ke depan diharapkan
telah ditetapkan jalur wisata/tracking utama dan alternatif. Sementara jalur
wisata yang saat ini merupakan jalan satu-satunya wisatawan diatur
kunjungannya dengan kuota tertentu.
h. Rencana Proyek Pembangunan Skala Nasional
Percepatan pengambangan wisata alam di KPHK Guntur Papandayan sangat
membutuhkan koordinasi dan bantuan berbagai pihak, satu diantaranya
adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung.
Fungsi KPHK Guntur Papandayan sebagai Kesatuan Pengelolaan Hutan
Konservasi hingga saat ini belum disosialisasikan dengan baik sehingga hal
ini berdampak pada rentannya konflik pemahaman dalam konsep
pengembangan KPHK Guntur Papandayan. Atas dasar tersebut, penting
untuk dilakukan koordinasi intensif serta sosialisasi terkait pengembangan
KPHK Guntur Papandayan khususnya kepada Pemerintah Daerah,

21
karenanya dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun kedepan perlu dilakukan
kegiatan sosialisasi hal-hal menyangkut pengembangan Pariwisata Daerah
kepada pihak-pihak terkait khususnya kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten Garut dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung agar secara
sinergis dapat berjalan seiring mengembangkan dan melestarikan KPHK
Guntur Papandayan.
i. Pemantauan Tingkat Pengelolaan Kawasan Konservasi
Dalam rangka meningkatkan efektifitas pengelolaan kawasan, maka KPHK
Guntur - Papandayan dengan 5 (lima) kawasan konservasi didalamnya harus
berupaya untuk memastikan dan memantau bahwa kedelapan kawasan
tersebut dikelola sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, upaya tersebut dapat
dicapai dengan metode Management Effectiveness Tracking Tools (METT),
sehingga nilai efektifitas pengelolaan kawasan yang ditargetkan oleh KLHK
(skor minimum sebesar 70 % pada tahun 2019) dapat tercapai dengan nilai
yang maksimal, karena semakin tinggi nilai METT maka kualitas
pengelolaan kawasan meningkat.

j. Sarana Prasarana Operasionalisasi KPHK Guntur - Papandayan


Berbagai sarana dan prasarana diperlukan untuk menunjang kegiatan
pengelolaan agar dapat berjalan secara efektif dan efesien. Sarana dan
prasarana pengelolaan yang tersedia di kawasan KPHK Simpang Tilu perlu
diinventarisir sebagai berikut :

Tabel 2. Sarana dan Prasarana KPHK Guntur - Papandayan


No. Sarana Prasarana Jumlah Keterangan
1 Bangunan Kantor Resort 2
Akan dilakukan
Pondok Kerja
inventarisir BMN
Pos Jaga
terkait sarana
prasarana yang
2 Peralatan Meubelair
akan digunakan
Kantor Komputer
untuk
Laptop
operasionalisasi
Kamera
KPHK Guntur -
GPS
Papandayan
Perlengkapan Lapang

22
No. Sarana Prasarana Jumlah Keterangan
3 Kendaraan Mobil
Motor
Sumber: Data Primer Inventarisasi Potensi KPHK Guntur – Papandayan

D. Kondisi Yang Dinginkan

Berdasarkan hasil kajian analisis dan pembahasan terhadap perubahan isu-


isu yang terjadi di lingkup kawasan KPHK Guntur - Papandayan, maka
kondisi kawasan yang diharapkan dalam pengelolaan kawasan konservasi
agar jangka waktu kedepan menjadi KPHK yang baik dalam manajemen
pengelolaan hutan lestari antara lain :

1. Terjaganya habitat spesies endemik dan atau dilindungi seperti jenis


primata, matul, elang jawa, sehingga populasinya dapat bertambah;

2. Terjaganya kawasan sebagai daerah tangkapan air sehingga akan


meningkatkan produktifitas tanah dan penyimpanan carbon dalam
hutan berjalan optimal;

3. Terselesaikannya kegiatan penataan batas di seluruh kawasan lingkup


KPHK Guntur – Papandayan hingga temu gelang, yang diikuti dengan
dokumen legalitas kawasan yaitu Dokumen Tata Blok, Rencana
Pengelolaan Jangka Panjang, dan Desain Tapak (khusus untuk TWA)
serta SK Penetapan Kawasan Lingkup KPHK Guntur - Papandayan;

4. Berkurangnya Konflik kawasan akibat permasalahan saat ini seperti


perambahan, kebakaran hutan dan pertambangan ilegal. Sehingga
deforestasi dapat dicegah dan dampak lingkungan yang ditimbulkan
pada tingkat lokal, nasional dan global dapat diminimalisasi;

5. Masyarakat berpartisipasi dan berperan serta dalam pengelolaan hutan


untuk mengurangi tingkat ketergantungan terhadap hutan dan
menciptakan lapangan pekerjaan melalui pemberdayaan masyarakat
sekitar kawasan hutan maupun DAS;

23
6. Organisasi KPHK termanajemen dengan baik dan berjalan sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.
984/Menhut-II/2013 didukung Fasilitas / Sarana Prasarana
Operasionalisasi KPHK tersedia sesuai kebutuhan dasar pengelolaan
kawasan hutan agar pelaksanaan kegiatan optimal demi tercapainya
kemandirian KPHK Guntur Papandayan

7. Terciptanya kerjasama inovasi atau investasi dalam bidang ilmu


pengetahuan dan pengelolaan kawasan dengan pihak yang memiliki
tujuan yang sama demi meningkatkan kelestarian kawasan konservasi;

8. IPPA berkontribusi secara optimal dalam Pengelolaan kawasan wisata


baik dari segi pengembangan wisata terkait daya tarik wisata,
kemudian ekologi terkait kelestarian kawasan dan Ekonomi yang
berkeadilan Sosial.

24
II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PENGELOLAAN

A. VISI
Peran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam pembangunan
nasional telah dirumuskan dalam beberapa sasaran strategis yang menjadi
panduan dan pendorong arsitektur kinerja tahun 2015-2019. Sasaran
strategis dimaksud, yaitu: (1) Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk
meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan
masyarakat, dengan indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
berada pada kisaran 66,5-68,6, angka pada tahun 2013 sebesar 63,12.
Komponen utama pembangun dari besarnya indeks ini yang akan ditangani,
yaitu air, udara dan tutupan hutan; (2) Memanfaatkan potensi sumberdaya
hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan, dengan indikator kinerja
peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan PNBP. Komponen
pengungkit yang akan ditangani yaitu produksi hasil hutan, baik kayu
maupun non kayu (termasuk tumbuhan dan satwa liar) dan ekspor; serta (3)
Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta
keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan, dengan indikator kinerja derajat keberfungsian
ekosistem meningkat setiap tahun.
Kinerja ini merupakan agregasi berbagai penanda (penurunan jumlah
hotpsot kebakaran hutan dan lahan, peningkatan populasi spesies terancam
punah, peningkatan kawasan ekosistem esensial yang dikelola oleh para
pihak, penurunan konsumsi bahan perusak ozon, dan lain-lain).
Dari tiga sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Direktorat Jenderal KSDAE berperan dalam mewujudkan dua sasaran
strategis, yaitu: (1) Memanfaatkan potensi SDH dan LH secara lestari untuk
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan
(sasaran strategis kedua); serta (2) Melestarikan keseimbangan ekosistem
dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem
penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan

25
(sasaran strategis ketiga). Berdasarkan hal tersebut, maka visi pengelolaan
kawasan KPHK Guntur Papandayan adalah :

“Mewujudkan Kawasan Hutan di KPHK Guntur Papandayan sebagai


model pengelolaan KPHK di Indonesia yang mantap, lestari dan bernilai
ekonomi untuk kemakmuran masyarakat”.

Dalam visi tersebut terkandung tiga kunci pokok landasan pemikiran dalam
upaya pengelolaan hutan di KPHK Guntur Papandayan, yaitu :

1. Model
Tata kelola hutan lestari tidak dapat dilepaskan dari unsur pengelola. Tata
kelola harus dilihat dari proses keserasian antara pengukuhan dan penetapan
kawasan hutan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRWP) pemerintah
daerah setempat, sehingga pengelolaan hutan dilihat sebagai sebuah
“landscape” ekonomi, politik, sosial dan tata ruang yang utuh. Sistem
pengelolaan yang dirasa tidak efektif mendorong terjadinya tingkat
deforestasi yang tinggi mendorong lahirnya sistem pengelolaan unit terkecil
di tingkat tapak yang diamanatkan oleh UU nomor 41/1999 pasal 10, 12,
dan 17 ayat (1) yang sekarang disebut Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH). Konsep dasar dari KPH adalah menggeser peran birokrat kehutanan
dari peran administratur (Forest Administrator) menjadi peran manajerial
(Forest Manager) sehingga diharapkan meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas tatakelola hutan (Kartodihardjo dan Suwarno 2014). Konsep
KPH ini diharapkan menjadi dasar agar terlaksananya sistem pengelolaan
hutan yang lestari dan berkeadilan. Pembentukan KPH juga diharapkan
mampu dijadikan sebagai peluang bagi resolusi konflik yang selama ini
cenderung mengedepankan kepentingan pemodal besar dan mengabaikan
akses masyarakat (Srijono dan Djajono 2010; Syukur 2012). Dalam konteks
ini KPH diharapkan berperan dalam konteks perbaikan tata kelola hutan
yang menjamin kepastian usaha dan juga keadilan bagi masyarakat
adat/lokal. Berdasarkan hal tersebut, maka diharapkan pengelolaan KPHK
Guntur Papandayan dapat menjadi model konsep KPHK di Indonesia
dimana terdapat proses desentralisasi dan pendelegasian wewenang yang

26
ditandai dengan pembagian yang jelas antara fungsi kewenangan urusan
pemerintahan dan kegiatan operasional pengelolaan hutan dan juga sebagai
salah satu strategi untuk menyelamatkan hutan di kawasan hutan Guntur
Papandayan yang mempunyai potensi besar dalam peningkatan ekonomi
daerah sekitarnya.

2. Mantap
KPHK Guntur Papandayan yang ditunjuk sebagai kawasan KPHK pada
tanggal 27 Desember 2017, proses pengelolaannya belum maksimal, terutama
pengukuhan dan pemantapan status hukum kawasan yang merupakan pondasi
utama upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem yang
terkandung didalamnya. Status legal formal dan batas kawasan yang jelas
merupakan prasyarat utama untuk mengimplementasikan upaya pengelolaan
kawasan. Untuk itu, pengelolaan hutan di KPHK Guntur Papandayan harus
dituntaskan hingga terselesaikannya penetapan kawasan serta tersedianya
rancangan blok dan desain tapak dalam rangka pengelolaan kawasan. Untuk
tahap selanjutnya, pengelolaan akan diarahkan kepada pengembangan dan
pemantapan pengelolaan sesuai dengan pemintakatan yang telah disusun,
terutama pengembangan sarana dan prasarana pengelolaan, pengembangan
pengelolaan ekosistem dan keanekaragaman hayati, serta pengembangan
pemanfaatan dan perlindungan kawasan. Selain kesiapan internal lembaga
pengelola, sinergitas dengan lembaga masyarakat serta stakeholder lain juga
diperlukan guna mendukung pencapaian fungsi dan peran kawasan. Dengan
kesiapan kelembagaan yang mantap maka upaya konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistem pada KPHK Guntur Papandayan dapat dilakukan secara
efektif.

3. Lestari dan Bernilai Ekonomi


Pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistem yang ada di dalam
kawasan KPHK Guntur Papandayan ditujukan untuk menciptakan
keseimbangan dan keserasian antar berbagai fungsi dan nilai kawasan.
Keseimbangan dan keserasian nilai dan fungsi dimaksud diukur dari sisi
ekologi, hidrologi, estetika, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.

27
B. MISI

Dalam rangka mewujudkan visi pengelolaan KPHK Guntur Papandayan


2015 – 2025, misi yang dilaksanakan oleh KPHK Guntur Papandayan
adalah :
1. Memantapkan penataan kawasan dan kelembagaan KPHK Guntur
Papandayan,
2. Meningkatkan perlindungan dan pengamanan kawasan KPHK Guntur
Papandayan,
3. Meningkatkan kelestarian flora, fauna dan ekosistem KPHK Guntur
Papandayan,
4. Memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat,
5. Meningkatkan fungsi KPHK Guntur Papandayan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian dan pendidikan guna
memberikan nilai lebih untuk mengembangkan pengelolaan KPHK
Guntur Papandayan.

C. TUJUAN PENGELOLAAN

1. Memperoleh kemadirian finansial sebagai KPHK (melalui beberapa


kerjasama, pemanfaatan jasa lingkungan dan bentuk usaha kecil
menengah)
2. Sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan alam dan
pembelajaran kehati khususnya khas sunda
3. Mewujudkan masyarakat sekitar daerah penyangga yang sejahtera dan
tidak mengganggu ekosistem hutan
4. Memanajemen kondisi lingkungan sehingga mengurangi terjadinya
permasalahan erosi tanah dan melindungi daerah tangkapan air
5. Mampu mengatasi dan memberikan solusi untuk semua permasalahan
sosial yang ada di dalam maupun di sekitar kawasan

28
III. TATA BLOK

Penataan blok sebagai bagian perencanaan kawasan, sangat diperlukan dalam


menata ruang pengelolaan. Penataan blok tersebut akan menjadi dasar dalam
merencanakan pengelolaan kawasan konservasi. Adapun secara prinsip
berdasarkan peraturan dan perundangan, di dalam kawasan koservasi setidaknya
ditata/dibagi dalam dua blok pengelolaan yaitu blok perlindungan dan blok
pemanfaatan. Adapun jika dibutuhkan adanya blok selain kedua blok dimaksud,
dimungkinkan sepanjang blok sebagaimana dimaksud blok untuk mengakomodir
kepentingan tradisional, rehabilitasi, budaya dan sejarah, serta blok khusus.
KPHK Guntur Papandayan memiliki 5 (lima) kawasan yang dikelola yang
memiliki fungsi sebagai Cagar Alam dan Taman Wisata Alam dengan total luas
kawasan 15.318 Ha yang terdiri dari Taman Wisata Alam Gunung Guntur seluas
± 250 Ha, Taman Wisata Alam Gunung Papandayan seluas ± 225 Ha, Cagar Alam
Gunung Papandayan seluas ± 6.807 Ha, Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
seluas ± 500 Ha dan Cagar Alam Kawah Kamojang seluas ± 7.536 Ha.
Sesuai dengan Peraturan Menteri LHK Nomor P.76 tahun 2015, maka penataan
wilayah pada kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam tersebut sangat
diperlukan untuk menyediakan acuan dan pedoman dalam proses penyusunan
rencana pengelolaan, pengkoordinasian, penilaian, dan pengendalian serta
evaluasi terhadap rencana mengingat luasnya kawasan KPHK Guntur Papandayan
sehingga harus memperhatikan asas kelestarian yaitu pengawetan, perlindungan,
dan pemanfaatan agar berlangsung secara optimal dan berkelanjutan.
Di kawasan lingkup KPHK Guntur Papandayan 2 (dua) kawasan yaitu TWA
Kawah Kamojang dan TWA Gunung Papandayan sudah memiliki dokumen
penataan blok sedangkan 3 (tiga) kawasan lainnya yaitu CA Gunung Papandayan,
CA Kawah Kamojang dan TWA Gunung Guntur sudah dilaksanakan penataan
blok namun belum disahkan.
Pembagian Blok di kawasan lingkup KPHK Guntur Papandayan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

29
Tabel 3. Pembagian Blok di kawasan lingkup KPHK Guntur Papandayan
No Kawasan Luas Blok Blok Blok Blok Blok Total Luas
kawasan Perlindungan Rehabilitasi Pemanfaatan Khusus Lainnya blok (ha)
(ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha)
1 TWA Gunung 225 69,19 2,58 153,23 225
Papandayan
2 CA Gunung 6.807 6.032,05 737,95 37,00 6.807
Papandayan
3 CA Kawah 7.536 5.068,66 2.671,91 76,60 7817,17
Kamojang
4 TWA Kawah 500 225,21 60,74 249,06 535,01
Kamojang
5 TWA Gunung 250 150,17 16,20 83,62 250
Guntur

30
IV. STRATEGI DAN RENCANA AKSI

A. Analisa Strategi

1. Analisa SWOT Pengelolaan


a. Faktor Internal

Faktor-faktor internal strategis yang berhasil diidentifikasi antara lain


sebagai berikut :

1) Kekuatan (Strengths)
a) KPHK Guntur-Papandayan merupakan satu-satunya KPHK
yang berada di Jawa Barat dimana terdiri atas 6 (enam)
kelompok hutan yang telah memiliki kekuatan hukum yang
tetap dengan batas-batas yang jelas dan telah teregristasi sebagai
kawasan hutan tetap dengan fungsi konservasi.
b) Potensi Kawasan Hutan di KPHK Guntur Papandayan yang
paling utama adalah Potensi Jasa Lingkungan (wisata,
ekosistem, plasma nutfah, air) dan Energi Panas Bumi yang
dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kehidupan sosial,
ekonomi dan budaya serta pengembangan nilai ekonomi
kawasan.
2) Kelemahan (Weakness)
a) Masih lemah dan kurangnya perangkat pengelolaan kawasan
meliputi regulasi peraturan, anggaran pemerintah, pola
pengelolaan, data potensi serta informasi kelembagaan, sehingga
berpengaruh terhadap pelaksanaan program kegiatan dan dan
perizinan yang ada.
b) Terbatasnya kapasitas (kualitas dan kuantitas) SDM pengelola
KPHK menyebabkan lemahnya penyelenggaraan pengelolaan
kawasan konservasi pada tingkat tapak khususnya menyangku
pengawasan dan penegakan hukum.

31
b. Faktor Internal
Faktor eksternal merupakan faktor strategis dari luar yang mempengaruhi
kondisi pengelolaan. Faktor eksternal dibedakan menjadi dua, peluang dan
ancaman. Berdasar hasil survey lapangan yang telah dilakukan, diperoleh
hasil identifikasi peluang dan ancaman dalam pengelolaan KPHK Guntur
Papandayan, sebagai berikut :
1) Peluang (opportunities)
a) Komitmen dan dukungan pemerintah propinsi Jawa Barat
terhadap pengembangan kawasan Garut sebagai daerah tujuan
wisata serta pemerintah Bandung dan Garut telah menetapkan
TWA Gunung Papandayan, TWA Kawah Kamojang dan TWA
Gunung Guntur sebagai satu diantara sekian tujuan wisata di
Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung.
b) Kehadiran PT. Pertamina Geotermal Energy Tbk. dan PT.
Chevron Energy Tbk. sebagi pemanfaatan eneggi panas bumi
sekaligus mitra konservasi dan tingginya minat investor untuk
turut mengembangkan pemanfaatan jasa lingkungan wisata
maupun energi lainnya yang terdapat di KPHK Guntur
Papandayan. Hal ini dapat dilihat dari hadirnya beberapa
investor yang telah mengajukan permohonan pengelolaan jasa
lingkungan wisata alam di kawasan KPHK Guntur Papandayan.

2) Ancaman (threaths)

a) Potensi konflik antara pengelola dengan masyarakat sekitar


akibat aktivitas ilegal dan kurang mendukung pengelolaan
kawasan hutan yang dilakukan masyarakat terhadap kawasan
berupa penebangan liar, perambahan, penambangan pasir,
pembuangan sampah kulit, dan kepentingan masyarakat
terhadap kawasan.

b) Potensi aktivitas vulkanik Gunung Guntur dan Papandayan yang


merupakan gunung berapi aktif yang memiliki catatan aktifitas
vulkanologi tinggi sehingga berpotensi terjadi erupsi akibat

32
aktivitas vulkanik dari Gunung Papandayan dan Gunung
Guntur.

c. Strategi Pengembangan KPHK Guntur Papandayan


Berdasarkan analisis SWOT diatas dapat diketahui bahwa posisi
perkembangan pengelolaan KPHK Guntur Papandayan sangat
menguntungkan/prospektif untuk dikembangkan. Untuk memperoleh
alternatif strategi dalam rangka pengembangan pengelolaan KPHK
Guntur Papandayan, juga dilakukan analisis menggunakan Model
Matriks SWOT. Matriks ini disusun berdasarkan penggabungan data
faktor strategis internal dan eksternal. Berdasarkan hasil identifikasi faktor
kekuatan, kendala, peluang dan tantangan serta dengan menggunakan analisa
SWOT, diperoleh alternatif-alternatif strategi pengembangan melalui empat
pengelompokan, yaitu :
1) Strategi SO yang dibuat dengan memikirkan seluruh kekuatan yang
dimiliki oleh KPHK Guntur Papandayan untuk merebut dan
memanfaatkan seluruh peluang yang ada;
2) Strategi ST yang dibuat dengan menggunakan seluruh kekuatan
yang dimiliki oleh KPHK Guntur Papandayanuntuk mengatasi
ancaman;
3) Strategi WO dengan meminimalkan kelemahan yang dimiliki
KPHK Guntur Papandayanuntuk memanfaatkan peluang yang ada;
serta
4) Strategi WT dibuat dengan didasarkan pada pemikiran yang lebih
bersifat defensif dengan berusaha meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman.
Altematif strategi untuk pengembangan pengelolaan KPHK Guntur
Papandayan secara lengkap diuraikan sebagai berikut :

1) Strategi Menggunakan Kekuatan untuk Memanfaatkan Peluang


a) Mempertahankan kelestarian kawasan KPHK Guntur Papandayan.
b) Memperkuat kerjasama dan kemitraan dengan para pemanfaat jasa
lingkungan dengan cara berbagi peran dan tanggung jawab dalam
melestarikan ekosistem dan keanekaragaman hayati kawasan hutan

33
KPHK Gunung Guntur Papandayan dengan
c) Melakukan sinergitas program dan kegiatan dengan pemerintah
daerah dalam rangka pengembangan pengelolaan pariwisata alam di
dalam dan sekitar kawasan KPHK Guntur Papandayan.
d) Mengembangkan wisata geothermal (geotourism) bersama mitra
pemanfaat energi panas bumi sebagai wisata unggulan yang berbasis
konservasi dan pendidikan.

2) Strategi Menanggulangi Kelemahan dengan Memanfaatkan Peluang


a) Bekerjasama dan meminta dukungan pemerintah daerah dalam rangka
pemantapan kawasan hutan dan penguatan regulasi pengelolaan KPHK
baik di tingkat pusat maupun daerah .
b) Mengajak dan mendorong peran serta stakeholder terkait dalam
pengelolaan kawasan serta bekerjasama dengan pihak universitas/LSM
dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di
dalam kawasan KPHK Guntur Papandayan
c) Penguatan pengelola KPHK Guntur Papandayan melalui peningkatan
kualitas sumber daya manusia dibarengi dengan peningkatan
kuantitasnya dan penyusunan prosedur kerja yang aplikatif, efektif dan
efisien.
d) Peningkatan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi program
pembangunan antar berbagai sektor agar terjailin sinergisitas yang tinggi
dan mempermudah birokrasi dalam pengelolaan kepada pengelola
KPHK Guntur Papandayan.

3) Strategi Menggunakan Kekuatan untuk Menghadapi Tantangan


a) Melakukan koordinasi secara intensif dengan masyarakat dan pihak
terkait serta membuat program pencegahan terjadinya konflik dan
meningkatkan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan penegakan hukum kawasan konservasi kepada
masyarakat.
b) Membuat program adaptasi dan mitigasi bencana gunung berapi di
sekitar kawasan dengan pihak terkait
c) Melakukan pemberdayaan masyarakat yang masih tergantung

34
hutan dengan konsep alih profesi, komoditi dan lokasi.
d) Penyusunan desain tapak terutama blok pemanfaatan yang
memperhitungkan keamanan dari resiko dari aktivitas erupsi dan
pemasangan tanda arah evakuasi, himbauan dan larangan di dalam
kawasan.
4) Strategi Memperkecil Kelemahan/Kendala dan Mengatasi Tantangan
a) Bekerjasama dengan pihak terkait (universitas dan LSM) dalam
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam rangka
mengatasi gangguan terhadap kawasan baik bahaya geofisik maupun
sosial.
b) Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan dan pemanfaatan
sumber daya alam di kawasan yang legal dan bernilai ekonomi.
c) Melakukan sinergitas program dan kegiatan dengan pemerintah daerah
dan stakeholder lainnya dalam pengelolaan kawasan KPHK Guntur
Papandayan.
d) Bekerjasama dengan pihak lain dalam kegiatan adaptasi dan mitigasi
bencana gunung berapi.
Masing-masing strategi tersebut memiliki karakteristik tersendiri
sehingga dalam penerapannya dapat dilakukan bersama-sama dan saling
mendukung satu sama lain agar diperoleh hasil yang optimal dalam
pengembangan pengelolaan kawasan KPHK Guntur Papandayan pada
masa yang akan datang. Berikut matrik SWOT terlampir pada Tabel 3.

35
Tabel 4. Matriks Strategi Hasil Analisis SWOT

FAKTOR INTERNAL (IFAS) STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

1. KPHK Guntur-Papandayan merupakan satu-satunya 1. Masih lemah dan kurangnya perangkat pengelolaan
KPHK yang berada di Jawa Barat dimana terdiri atas kawasan meliputi regulasi peraturan, anggaran
6 (enam) kelompok hutan yang telah memiliki pemerintah, pola pengelolaan, data potensi serta
kekuatan hukum yang tetap dengan batas-batas yang informasi kelembagaan, sehingga berpengaruh terhadap
jelas dan telah teregristasi sebagai kawasan hutan pelaksanaan program kegiatan dan perizinan yang ada.
tetap dengan fungsi konservasi. 2. Terbatasnya kapasitas (kualitas dan kuantitas) SDM
2. Potensi Kawasan Hutan di KPHK Guntur Papandayan pengelola KPHK menyebabkan lemahnya
yang paling utama adalah jasa lingkungan (wisata, penyelenggaraan pengelolaan kawasan konservasi pada
ekosistem, plasma nutfah, air) dan energi panas bumi tingkat tapak khususnya menyangkut pengawasan dan
yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan penegakan hukum.
kehidupan sosial, ekonomi dan budaya serta
pengembangan nilai ekonomi kawasan.

FAKTOR EKSTERNAL (EFAS)


OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

1. Komitmen dan dukungan 1. Mempertahankan kelestarian kawasan KPHK Guntur 1. Bekerjasama dan meminta dukungan pemerintah daerah
pemerintah propinsi Jawa Barat dan Papandayan. dalam rangka pemantapan kawasan hutan dan penguatan
pemerintah Bandung dan Garut 2. Memperkuat kerjasama dan kemitraan dengan para regulasi pengelolaan KPHK baik di tingkat pusat
terhadap pengembangan kawasan pemanfaat jasa lingkungan dengan cara berbagi peran maupun daerah .
Garut sebagai daerah tujuan wisata dan tanggung jawab dalam melestarikan ekosistem dan 2. Mengajak dan mendorong peran serta stakeholder terkait
termasuk TWA Gunung keanekaragaman hayati kawasan hutan KPHK Gunung dalam pengelolaan kawasan serta bekerjasama dengan
Papandayan, TWA Kawah Guntur Papandayan dengan pihak universitas/LSM dalam pelaksanaan penelitian dan
Kamojang dan TWA Gunung 3. Melakukan sinergitas program dan kegiatan dengan pengembangan ilmu pengetahuan di dalam kawasan
Guntur sebagai satu diantara sekian pemerintah daerah dalam rangka pengembangan KPHK Guntur Papandayan
tujuan wisata di Kabupaten Garut pengelolaan pariwisata alam di dalam dan sekitar 3. Penguatan pengelola KPHK Guntur Papandayan melalui
dan Kabupaten Bandung. kawasan KPHK Guntur Papandayan. peningkatan kualitas sumber daya manusia dibarengi
2. Kehadiran PT. Pertamina 4. Mengembangkan wisata geothermal (geotourism) dengan peningkatan kuantitasnya dan penyusunan
Geotermal Energy Tbk. dan PT. bersama mitra pemanfaat energi panas bumi sebagai prosedur kerja yang aplikatif, efektif dan efisien.
Chevron Energy Tbk. sebagi wisata unggulan yang berbasis konservasi dan 4. Peningkatan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
pemanfaatan energi panas bumi pendidikan. program pembangunan antar berbagai sektor agar

36
sekaligus mitra konservasi dan terjailin sinergisitas yang tinggi dan mempermudah
tingginya minat investor untuk birokrasi dalam pengelolaan kepada pengelola KPHK
turut mengembangkan pemanfaatan Guntur Papandayan.
jasa lingkungan wisata maupun
energi lainnya yang terdapat di
KPHK Guntur Papandayan.
THREATH (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Potensi konflik antara pengelola 1. Melakukan koordinasi secara intensif dengan masyarakat 1. Bekerjasama dengan pihak terkait (universitas dan LSM)
dengan masyarakat sekitar akibat dan pihak terkait serta membuat program pencegahan dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan ilmu
aktivitas ilegal dan kurang terjadinya konflik dan meningkatkan sosialisasi peraturan pengetahuan dalam mengatasi gangguan terhadap
mendukung pengelolaan kawasan perundang-undangan yang berkaitan dengan penegakan kawasan baik bahaya geofisik maupun sosial.
hutan yang dilakukan masyarakat hukum kawasan konservasi kepada masyarakat. 2. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan dan
terhadap kawasan. 2. Membuat program adaptasi dan mitigasi bencana gunung pemanfaatan sumber daya alam di kawasan yang legal dan
2. Potensi aktivitas vulkanik Gunung berapi di sekitar kawasan dengan pihak terkait bernilai ekonomi.
Guntur dan Papandayan yang 3. Melakukan pemberdayaan masyarakat yang masih 3. Melakukan sinergitas program dan kegiatan dengan
merupakan gunung berapi aktif yang tergantung hutan dengan konsep alih profesi, komoditi dan pemerintah daerah dan stakeholder lainnya dalam pengelolaan
memiliki catatan aktifitas vulkanologi lokasi. kawasan KPHK Guntur Papandayan.
tinggi sehingga berpotensi terjadi 4. Penyusunan desain tapak terutama blok pemanfaatan yang 4. Bekerjasama dengan pihak lain dalam kegiatan adaptasi
erupsi akibat aktivitas vulkanik dari memperhitungkan keamanan dari resiko dari aktivitas dan mitigasi bencana gunung berapi.
Gunung Papandayan dan Gunung erupsi dan pemasangan tanda arah evakuasi, himbauan
Guntur. dan larangan di dalam kawasan.

37
B. Strategi dan Rencana Aksi

Pengelolaan Kawasan KPHK Guntur Papandayan, kepastian hukum


menyangkut status kawasan dan keutuhan luas kawasan merupakan hal yang
sangat penting dan harus diperhatikan untuk menjamin kawasan dapat
dikelola dengan baik sebagaimana diamanatkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Dua kegiatan utama yang
harus dilakukan dalam menjaga keutuhan kawasan, adalah :

1. Penatagunaan Kawasan

Penatagunaan kawasan merupakan kegiatan awal yang dilakukan pada saat


akan menentukan fungsi dan peruntukan kawasan konservasi. Merujuk pada
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.984/Menhut-II/2013 27
Desember 2013 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan
Konservasi Guntur-Papandayan yang terletak di Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat seluas 15.318 (Lima Belas Ribu Tiga
Ratus Delapan Belas) hektar. Dengan demikian, kegiatan penatagunaan
kawasan sebagaimana dimaksud akan tertuju pada kegiatan-kegiatan
mempertahankan fungsi kawasan sebagai kawasan konservasi.

2. Penataan atau Pemantauan Batas Kawasan

Penataan atau Pemantauan Batas Kawasan dilakukan dengan cara


melakukan kegiatan rutin atau berkala memantau dan memelihara keutuhan
batas kawasan dengan indikator lengkap dan adanya pal batas kawasan
KPHK Guntur Papandayan. Kerusakan kerusakan yang disebabkan oleh
hilang, bergeser atau bahkan rusak pal batas akan menjadi dasar dalam
mengusulkan rekontruksi batas/pal batas kawasan ulang.

3. Inventarisasi Potensi Kawasan

Inventarisasi potensi kawasan KPHK Guntur-Papandayan bertujuan untuk


memperoleh data dan informasi lengkap mengenai perkembangan potensi
kawan. Data hasil inventarisasi tersebut akan dipergunakan sebagai dasar
pengelolaan berkesinambungan kawasaan KPHK Guntur-Papandayan.

38
Data-data potensi kawasan mencakup data dan informasi hayati termasuk
aspek ekologi tumbuhan dan satwa liar, non hayati dan akivitas vulkanik,
ekonomi, sejarah dan sosial budaya.
Kegiatan inventarisasi dilakukan pada seluruh kawasan KPHK Guntur
Papandayan termasuk blok perlindungan. Dalam melaksanakan kegiatan ini
diperlukan survei lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi secara
spesifik dari komponen-komponen penyusun sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya yang mencakup penyukuran atas jenis, populasi, penyebaran,
sex-ratio, kerapatan atau kelimpahan populasi, status kelangkaan,
permasalahan dan potensi-potensi lainnya termasuk sosial ekonomi budaya
masyarakat di sekitar kawasan KPK Guntur Papandayan.
Kegiatan survei lapangan dilakukan secara bertahap maksimal dalam 4
(empat) tahun dengan selang waktu 5 (lima) tahun sekali. Inventarisasi
potensi dilakukan melalui tahapan kegiatan eksplorasi dan survei lapangan.
Praktek kegiatan eksplorasi, survei, inventarisasi, evaluasi penilaian dan
monitoring mencakup pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan
dengan penggunaan metode dan teknik dalam pelaksanannnya.

4. Penataan Kawasan
Penataan kawasan adalah kegiatan yang bertujuan untuk membagi kawasan
dalam ruang-ruang pengelolaan intensif sesuai dengan kepentingan dan
peruntukannya. Selain itu, penataan kawasan juga dapat berupa menata
wilayah keja dalam ruang-ruang manajemen pengelolaan yang lebih kecil
berupa resort-resort KPHK Guntur Papandayan dalam rangka efektifitas dan
efisiensi pengelolaan.

5. Penyusunan Rencana Pengelolaan


Penyusunan rencana pengelolaan merupakan kegiatan menyusun arahan-
arahan pengelolaan kawasan dalam bentuk dokumen-dokumen pengelolaan
yang ditunjukan dalam rangka optimalisasi pengelolaan kawasan KPHK
Guntur Papandayan. Penyusunan rencana pengelolaan merajuk pada
beberapa Peraturan Perundangan, yaitu :

39
a) Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2011 tentang Penyusunan
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang; Jangka pendek dan review per
lima tahun sekali Rencana Pengelolaan Jangka Panjang.
b) Peraturan Pemerintan Nomor 28 tentang Pengusahaan Pariwisata
Alam, yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P. 48 tahun 2012 tentang Pedoman Pnegusahaan Pariwisata Alam,
yang diharuskan menyusun Desai Tapak sebagai dasar
penyelenggaraan pariwisata alam dan pemberian Izin Usaha
Penyediaan Sarana Wisata Alam (IUPSWA)
c) Peraturan pemerintah Nomor 44 tahun 2009 tentang Perencanaan
Hutan, yang secara teknis tercantum pada Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.6 tahun 2009 tentang Pedoman KPHK serta
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.984/Menhut-II/2013
tentang penetapan KPHK Guntur Papandayan.

Merujuk pada Peraturan-peraturan tersebut, dalam pengelolaan kawasan


KPHK Guntur Papandayan harus dilakukan penyusunan 4 (empat) dokumen
perencanaan pengelolaan meliputi dokumen rencana pengelolaan jangka
panjang, Jangka Pendek dan review RPJP pada tahun ke-lima, dokumen
Desain tapak KPHK Guntur Papandayan.

6. Identifikasi dan Inventarisasi Daerah Penyangga

Identifikasi dan inventarisasi daerah penangga berperan dalam mendukung


keutuhan kawasan, serta merupakan daerah perbatasan kawasan langsung
yang berpotensi dan mendapat manfaat serta dampak langsung dari kawasan
konservasi.

Kegiatan perlindungan secara garis besar meliputi kegiatan-kegiatan


berikut: pencegahan, penanggulangan, dan pembatasan kerusakan yang
disebabkan oleh manusia, ternak, daya-daya alam, spesies invasif, hama dan
penyakit. Pencegahan, penanggulangan dan pembatasan kerusakan yang
disebabkan oleh manusia, ternak, alam, spesies invasif, hama dan penyakit
dilakukan dengan cara penjagaan kawasan secara efektif yang
diselenggarakan dalam rutinitas kegiatan resort-resort KPHK Guntur

40
Papandayan atau secara khusus difokuskan dalam kebutuhan pelaksanaan
kegiatan tertentu.
Kegiatan pengamanan kawasan merupakan salah satu upaya dalam
perlindungan hutan. Kegiatan-kegiatan pengamanan hutan secara garis besar
ditujukan untuk mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat,
dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta
perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

7. Pengawetan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: P.28 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam Pasal 25, Pengawetan merupakan upaya dalam pengelolaan jenis
tumbuhan dan satwa liar, penentuan dan pemeliharaan ruang hidup,
pemulihan ekosistem dan pemeliharaan kawasan. Dengan penjelasan
sebagai berikut :
a) Pengelolaan Jenis Tumbuhan dan Satwa Beserta Habitatnya
Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa beserta habitatnya berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: P.28 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
meliputi :
 Identifikasi jenis tumbuhan dan satwa
 Inventarisasi jenis tumbuhan dan satwa
 Pemantauan
 Pembinaan habitat dan populasi
 Penyelamatan jenis
 Penelitian dan pengembangan
b) Pemulihan Ekosistem
Pemulihan ekosistem dilakukan untuk memulihkan struktur, fungsi,
dinamika populasi, serta keanekaragaman hayati dan ekosistemnya.
Pemulihan ekosistem dapat dilakukan melalui kegiatan mekanisme
alam, rehabilitasi dan restorasi.

41
Mekanisme alam dilakukan untuk menjaga dan melindungi ekosistem
agar pemulihannya berlangsung secara alami. Rehabilitasi dilakukan
melalui penanaman atau pengkayaan jenis dengan jenis tanaman asli
atau pernah tumbuh secara alami di lokasi tersebut.
Restorasi dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan, perlindungan,
penanaman, pengkayaan jenis tumbuhan dan satwa liar, atau
pelepasliaran satwa liar hasil penangkaran atau relokasi satwa liar dari
lokasi lain.
c) Penutupan Kawasan
Penutupan kawasan dalam hal ini dikarenakan kondisi kerusakan yang
berpotensi mengancam kelestarian kawasan atau kondisi yang dapat
mengancam keselamatan pengunjung atau kehidupan tumbuhan dan
satwa. Unit pengelola dapat melakukan penghentian kegiatan tertentu
atau menutup kawasan untuk jangka waktu tertentu.

8. Pemanfaatan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: P.28 Tahun 2011 tentang


Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian 32, kegiatan
pemanfaatan dapat dilakukan dengan tidak merusak bentang alam dan
mengubah fungsi kawasan. Kegiatan pemanfaatan terdiri dari pemanfaatan
kondisi lingkungan dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.

Kawasan KPHK Guntur Papandayan meliputi kawasan Cagar Alam Gunung


Papandayan, TWA Gunung Papandayan, CA Kamojang, TWA Kawah
Kamojang dan TWA Gunung Guntur. Kegiatan pemanfaatan yang dapat
dilakukan di kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam sebagai berikut:

a) Cagar Alam
 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
 Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam
 Penyerapan dan atau penyimpanan karbon
 Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya

42
b) Taman Wisata Alam
 Penyimpanan atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta
energi air, panas dan angin serta wisata alam
 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
 Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam
 Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya
 Pembinaan populasi dalam rangka penetasan telur atau
pembesaran anakan yang diambil dari alam
 Pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat

Dalam rangka kegiatan pemanfaatan beberapa hal yang harus dipersiapkan


oleh KPHK Guntur Papandayan, sebagai berikut :

a) Penataan jalur trekking


b) Penataan jalur evakuasi yang dilakukan secara kordinasi dengan
Pemda Kabupaten Garut dan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Alam Daerah
c) Persiapan kawasan dalam rangka pengembangan pemanfaatan jasa
lingkungan oleh masyarakat, baik secara komersil dalam bentuk
investasi maupun non komersil untuk menunjang kebutuhan hidup
sehari-hari dan usaha masyarakat dalam skala kecil/tradisional
d) Persiapan kawasan dalam rangka pengembangan pemanfaatan jasa
lingkungan panas bumi untuk menunjang kebutuhan energi nasional
e) Persiapan kawasan dalam rangka pengembangan standing stock
carbon
f) Persiapan kawasan dalam rangka pengembangan pemanfaatan jenis
tumbuhan dan satwa liar (plasma nutfah) dalam menunjang kebutuhan
budidaya
g) Persiapan kawasan dalam rangka pengembangan pemanfaatan
kawasan bagi kepentingan investasi pengusahaan sarana dan jasa
pariwisata alam dan penyelenggaraan wisata alam berbasis masyarakat
h) Mempersiapkan peran serta/keterlibatan masyarakat dalam rangka
pengelolaan wisata alam (kawasan konservasi) dengan cara menyusun

43
prosedur pengajuan izin usaha pengembangan jasa wisata alam di
kawasan KPHK Guntur Papandayan
i) Persiapan kawasan dalam rangka pengembangan pemanfaatan bagi
kepeningan pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi
alam
j) Persiapan kawasan dalam rangka pengembangan kawsan didukung
intensitifitas penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
k) Persiapan kawasan dalam rangka pengembangan kawasan untuk
kepentingan pembinaan populasi
l) Persiapan kawasan dalam rangka pengaturan bagi kebutuhan
pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat
m) Persiapan kebutuhan promosi baik berupa bahan cetakan, narasi, audio
visual atau lainnya sesuai kebutuhan
n) Melakukan promosi baik secara mandiri maupun integrasi dengan
instansi pemerintah atau lainnya dalam rangka memperluas pasar
wisata alam dan peluang investasi peminat pengusahaan pariwisata
alam di kawasan konservasi
o) Melakukan promosi dalam pameran serta media cetak atau elektronik
untuk meningkat minat permintaan kunjungan wisatawan dan
memperluad pasar wisata alam
p) Mempersiapkan SOP dan perangkat administrasi yang mendukung
pengurusan izin pengusahaan pariwisata alam di KPHK Guntur
Papandayan
q) Mempersiapkan pelatihan-pelatihan pemandu wisata atau guide untuk
mendukung pelayanan kegiatan wisata alam
r) Persiapan kawasan pemanfaatan ekowisata dengan tetap
memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan
pemanfaatan dan pelestarian alam.

44
9. Pengembangan Kerjasama/Kolaborasi Pengelolaan Kawasan

Penyelenggaraan kerjasama atau kolaborasi pengelolaan kawasan dapat


dilakukan dengan beberapa pihak seperti badan usaha, lembaga
internasional atau pihak lainnya. Kerjasama tersebut dapat dilakukan untuk
penguatan fungsi dan kepentingan pembangunan strategis yang tidak dapat
dielakan. Pengembangan kerjasama atau kolaborasi pengelolaan kawasan
dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut :

a) Melakukan identifikasi keperluan penyelenggaraan kerjasama dalam


rangka penguatan fungsi sesuai Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : P.85/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara
Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam
b) Melakukan identifikasi dan penataan tingkat tapak bagi keperluan
penyelenggaraan kerjasama/kolaborasi dalam rangka penguatan fungsi
kawasan konservasi
c) Mempersiapkan perangkat-perangkat (instruments) kebutuhan
penyelenggaraan kerjasama dalam hal pedoman penyelenggaraan
hingga Monitoring dan Evaluasi kerjasama/kolabirasi.

10. Evaluasi Kesesuaian Fungsi

Evaluasi kesesuaian fungsi dilakukan secara periodik setiap 5 (lima) tahun


sekali atau sesuai kebutuhannya. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian fungsi KPHK Guntur Papandayan. Evaluasi ini dilakukan oleh
tim teknis yang dibentuk oleh Menteri

Hasil evaluasi kesuaian fungsi digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam


menentukan tindak lanjut penyelenggaraan KPHK Guntur Papandayan.
Tindak lanjut tersebut dapat berupa pemulihan ekosistem atau perubahan
fungsi . Kegiatan evaluasi kesesuaian fungsi di KPHK Guntur Papandayan
dilakukan berdasarkan pada data dan informasi terjadinya perubahan
terhadap beberapa kondisi dasar, mencakup hal-hal sebagai berikut :

45
a) Terjadinya perubahan terhadap daya tarik alam sebagai potensi dasar
KPHK Guntur Papandayan berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem
alam serta formasi geologinya
b) Tejadinya perubahan luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian
potensi dan daya tarik untuk pemanfaatan pariwisata alam dan rekreasi
alam
c) Terjasinya perubahan terhadap kondisi lingkungan disekitarnya yang
mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.

Data dan informasi menyangkut keutuhan/terjadinya perubahan kawasan


mencakup aspek fisik dan aspek bioekologi dan aspek sosial, ekonomi dan
budaya. Aspek bioekologi sebagaimana dimaksud meliputi data dan
informasi, sebagai berikut :
a) Terpeliharanya kesesuaian dengan kriteria fungsi kawasan
b) Terdapatnya luasan kawasan yang tetap sesuai penunjukan atau
penetapan
c) Terjadinya perubahan penutupan lahan
d) Terjaminnya keberadaan flora dan fauna
e) Terjaminnya kelimpahan keanekaragaman hayati
f) Terjadinya keberadaan keunikan fisik biogeografi
g) Terdapatnya keterwakilan ekosistem dan jenis
h) Terpeliharanya estetika kawasan
Sementara aspek sosial, ekonomi dan budaya meliputi kebutuhan data dan
informasi, mencakup hal-hal sebagai berikut :

a) Aksesibilitas
b) Tingkat ketergantungan masyarakat dengan kawasan
c) Jumlah dan jenis obyek jasa lingkungan
d) Terjalinnya hubungan sosial budaya masyarakat dengan kawasan
e) Terdapatnya jumlah desa di dalam dan diluar kawasan

46
11. Pembinaan dan Pengembangan Daerah Penyangga

Daerah penyangga merupakan wilayah yang berbatasan dengan kawasan


KPHK Guntur Papandayan berfungsi untuk menjaga keutuhan kawasan
tersebut. Daerah penyangga dapat berupa kawasan hutan lindung, hutan
produksi, serta hutan hak, tanah negara bebas atau tanah yang dibebani hak.
Daerah penyangga di dalam kawasan hutan lindung ditunjuk oleh menteri
atau pejabat yang ditunjuk. Penetapan batas daerah penyangga di luar
kawasan dilakukan secara terpadu dengan tetap menghormati hak-hak yang
dimiliki oleh pemegang hak.

Pengelolaan daerah penyangga dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan


sebagai berikut :

a) Penyusunan rencana pengelolaan daerah penyangga


b) Rehabilitasi, pemanfaatan, perlindungan dan pengamanan
c) Pembinaan fungsi daerah penyangga

Pembinaan fungsi daerah penyangga dapat dilakukan melalui beberapa


kegiatan sebagai berikut :

a) Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap konservasi sumber


daya hayati dan ekosistemnya
b) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk
meningkatkan kesejahterannya
c) Peningkatan produktivitas lahan

Pembinaan dan pengembangan daerah penyangga mencakup beberapa


kegiatan sebagai berikut :

a) Identifikasi daerah penyangga


b) Insiasi dan sosialiasasi daerah penyangga kepada masyarakat
c) Koordinasi internasional (stakeholder)
d) Penyusnan rencana pengelolaan daerah penyangga
e) Pemanfaatan wilayah produktif ramah lingkungan dan mendukung
kegaiatan konservasi
f) Melaksanakan rehabilitasi dan reboisasi

47
g) Perlindungan dan pengamanan fungsi daerah penyangga
h) Pembinaan fungsi daerah penyangga
i) Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap konservasi sumber
daya hayati dan ekosistemnya
j) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya
k) Upaya peningkatan produktivitas lahan

12. Pemberdayaan dan Peran Serta Masyarakat

Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota harus


memberdayakan masyarakat di sekitar kawasan KSA dan KPA atau
kawasan KPHK Guntur Papandayan dalam rangka meningkatkan
kesejahterannya. Pemberdayaan masyarakat meliputi pengembangan
kapasitas masyarakat dan pemberian akses pemanfaatan KPHK Guntur
Papandayan. Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan
sebagai berikut :

a) Pengembangan Desa Konservasi


b) Pemberian izin untuk memungut hasil hutan bukan kayu di blok
pemanfaatan, izin pemanfaatan tradisional serta izin pengusahaan jasa
wisata alam
c) Fasilitasi kemitraan pemegang izin pemanfaatan hutandengan
masyarakat.

Peran serta masyarakat berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia tentang Pengelolaan KSA dan KPA Pasal 50 masyarakat berhak
mengetahui rencana pengelolaan kawasan, memberi informasi, saran serta
pertimbangan dalam penyelenggaraan kawasan, melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraan kawasan dan menjaga serta memelihara kawasan
KPHK Guntur Papandayan.

Kegiatan pemberdayaan dalam konteks pengembangan wisata alam berbasis


masyarakat, diawali dengan mempetakan jenis-jenis kebutuhan
penyelenggaraan wisata alam yang dapat diselenggarakan dalam bentuk
berbasis masyarakat serta bentuk-bentuk pemberdayaan yang

48
memungkinkan diselenggarakan di daerah penyangga. Adapun bentuk-
bentuk kegiatan selanjutnya diperlukan dalam menyelenggarakan
pemberdayaan masyarakat, sebagai berikut :

a) Mempersiapkan SOP izin jasa wisata alam, menyiapkan bentuk


pembinaan dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam
menyelenggarakan wisata alam berbasis masyarakat, serta
bekerjasama dengan instansi terkait dalam rangka pengembangan
wisata alam berbasis masyarakat.
b) Peningkatan kapasitas kemampuan dan wawasan masyarakat, melalui
berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan.
c) Pembentukan kelembagaan antara lain dalam bentuk Kelompok Usaha
Produktif (KUP)
d) Pelestarian alam, budaya dan tradisi dengan cara mendorong
masyarakat untuk lebih mempertahankan dan memelihara kelestarian
budaya dan kearifan tradisonal serta menghargai konservasi hutan
yang sesuai budaya setempat.
e) Peningkatan kerjasama, dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
kerjasama dan memperluas jejaring usaha.
f) Pemberian bantuan melalui kegiatan Pengembangan Ekonomi
Masyarakat Sekitar Hutan sesuai dengan potensi dan jenis
kegiatan/usaha yang mampu dikembangkan masyarakat.
g) Peningkatan kapasitas/kemampuan masyarakat melalui pelatihan-
pelatihan yang diarahkan untuk terbentuknya Kelpmpok Usaha
Produktif (KUP). Kelompok Usaha Produktif ini dibentuk per
kampung, setiap kelompok nantinya akan diberikanpelatihan-pelatihan
budidaya yang pada akhirnya setiap kelompok akan
mengembangkan/mengimplementasikan hasil-hasil pelatihan tersebut,
mengelolanya sampai mendapatkan income. Kegiatan dalam
kelompok dapat bervariasi yang akan ditentukan sendiri oleh
kelompok itu sendiri.

Peran serta masyarakat, dalam arti luas turut serta mengelola kawasan
konservasi dilakuka dengan cara membangun kesepahaman antara KPHK

49
Guntur Papandayan dengan masyarakat dalam bentuk kemitraan. Sementara
itu, kawasan KPHK Guntur Papandayan rentan terjadinya kebakaran hutan,
peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam mencegah terjadinya
kebakaran hutan dan pemadaman kebakaran hutan di kawasan KPHK
Guntur Papandayan.

Pembentukan forum musyawarah dalam peran serta mengelola kawsan


konservasi pun sangat diperlukan dalam mengembangkan KPHK Guntur
Papandayan. Forum ini diperlukan sebagai wadah bagi semua pihak, tidak
hanya masyarakat mendiskusikan tentang rencana dan langkah-langkah
kedepan. Terkait pentingnya forum musyawarah, jenis-jenis kegiatan yang
diperlukan adlah koordinasi instansional serta dengan masyarakat,
membentuk forum musyawarah, menyusun AD/ART; rencana tahunan dan
menetapkan kepengurusan forum.

13. Peningkatan Koordinasi dan Integrasi

Koordinasi dan integrasi dengan pihak terkait dalam kegiatan pengelolaan


KPHK Guntur Papandayan merupakan kunci utama untuk mewujudkan
fungsi KPHK Guntur Papandayan. Koordinasi ini perlu dilaksanakan mulai
dari perencanaan kebijakan, pelaksanaan penyelenggaraan KPHK Guntur
Papandayan sampai pengawasan.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka kegiatan koordinasi dalam rangka


pengelolaan kawasan KPHK Guntur Papandayan perlu dilakukan dengan
lebih intensif bersama berbagai stakeholder yang meliputi:

a) Koordinasi Lingkup Kehutanan


1) Tingkat pusat koordinasi fungsional di lingkup Direktorat
Perlindungan Hutan Konservasi Alam, Sekertariat Jenderal
Departemen Kehutanan, Sekertariat Direktorat Perlindungan
Hutan Konservasi Alam, Direktorat Rehabilitasi Lahan
Perhutanan Sosial dan Badan Planologi dalam hal pemantapan
organisasi, pemantapan kawasan, pemanfaatan kawasan,
dukungan pedoman dan petunjuk teknis

50
2) Tingkat wilayah/daerah, Unit Pelaksana Teknis Lingkup
Departemen Kehutanan koordinasi fungsional dengan Unit
Pelaksasana Teknis (UPT) lingkup departemen Kehutanan
meliputi penyempurnaan rencana pembangunan pengelolaan
kawasan Taman Wisata Alam, musyawarah pembangunan
kehutanan dll.
b) Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dalam hal kegiatan
pengembangan dan pembinaan daerah penyangga dll. Kegiatan
koordinasi dengan pemerintah darah ini dimulai dari tingkat Desa,
Kecamatan, Kabupaten sampai Provinsi antara lain melalui kegiatan
Rapat Koordinasi Pengembangan Hutan (RAKORBANGHUT)
c) Koordinasi dengan Pemda Kabupaten Garut dan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Alam Daerah dalam hal Penataan jalur
evakuasi
d) Koordinasi dengan PERHUTANI dalam rangka pengelolaan daerah
penyangga
e) Koordinasi dengan aparat Desa serta masyarakat sekitar dalam rangka
dukungan penyelenggaraan KPHK Guntur Papandayan.

14. Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan Pengelolaan

Pembangunan Sarana dan Prasana Penunjang Kegiatan Pengelolaan di


KPHK Guntur Papandayan merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor: P.41/Menhut-II/2011 tentang Standar Fasilitasi Sarana
dan Prasarana Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi Model bahwa fasilitasi sarana dan prasarana
KPHK Guntur Papandayan diberikan oleh Pemerintah guna mendorong
beropresainya KPHK di lapangan. Fasilitasi sarana dan prasarana tersebut
dapat diberikan oleh Pemerintah Daerah. Fasilitasi sarana dan prasarana
KPHK Guntur Papandayan meliputi :

a) Bangunan Kantor
b) Kendaraan Operasional

51
c) Peralatan Kantor
d) Peralatan Operasional

Fasilitas bangunan kantor berupa bangunan kantor KPHK Guntur


Papandayan. Fasilitasi kendaraan operasional meliputi; kendaraan roda
empat, kendaraan roda dua atau kendaraan perairan. Fasilitasi peralatan
kantor meliputi; meja dan kursi kerja, lemari kantor dan peralatan elektronik
kantor. Fasilitasi peralatan operasional meliputi; alat komunikasi, perangkat
lunak komputer, perangkat keras komputer dan peralatan survey. Lokasi
bangunan kantor KPHK dapat berada di dalam kawasan hutan atau luar
kawasan hutan. Apabila lokasi bangunan kantor berada di dalam kawasan
hutan maka bangunan tersebut menjadi bagian dari pengelolaan hutan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila pembangunan
lokasi kantor di luar kawasan hutan maka pengandaan tanah menjadi
tanggung jawab Pemerintah Daerah. Luas bangunan kantor didasarkan pada
luas kawasan hutan yang dikelola yaitu maksimal 300 m2 (tiga ratus meter
persegi).

Standar kendaraan roda empat dengan spesifikasi kendaraan lapangan


berpenggerak roda 4x4 (four wheel drive) dan maksimal 4000 cc. Standar
kendaraan roda dua dengan spesifikasi kendaraan lapangan (trail atau semi
trail) dan maksimal 200 cc. Standar kendaraan perairan dengan spesifikasi
speedboat maksimal 160 PK. Pembiayaan fasilitas sarana dan prasarana
KPHK dianggarkan oleh Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan.
Pengadaan sarana dan prasarana dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sarana dan prasarana menjadi asset KPHK
setelah melalui rosedur hibah barang milik negara sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Kepala KPHK wajib melakukan
pengelolaan, perawatan dan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana
yang telah menjadi asset KPHK.

Untuk mendukung upaya pengelolaan yang optimal di KPHK Guntur


Papandayan diperlukan sarana dan prasarana yang lebih memadai baik

52
sarana prasarana pokok pengelolaan maupun sarana prasarana penunjang
pemanfaatan wisata alam. Pembangunan sarana dan prasarana kebutuhan
dasar fisik dapat dipenuhi dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
mendatang. Dalam rangka pengelolaan kawasan konservasi di KPHK
Guntur Papandayan dapat dibangun berbagai bentuk sarana dan prasarana
penunjang pengelolaan kawasan konservasi sepanjang untuk kepentingan
pencapaian tujuan penetapannya. Jenis sarana dan prasarana tersebut terdiri
atas sarana prasarana pengelolaan dan sarana prasarana penunjang. Secara
rinci kebutuhan sarana prasarana pengelolaan dimaksud, sebagai berikut :
a) Sarana dan Prasarana/fasilitas pengelolaan yang dibutuhkan terdiri
dari
 Pos Jaga
 Pondok kerja
 Jalan patroli
 Menara pengamatan satwa
 Peralatan radio komunikasi tetap dan bergerak
 Peralatan transportasi roda 2 dan roda 4
b) Sarana prasarana wisata alam
 Area penerima: lapagan parkir, gerbang, toilet, tiket box, kantor
pengusahaan pariwisata alam dll.
 Area reaksi: rest room, kios, cafetaria, musholla, ruang P3K,
pondok wisata/cottage, gedung serbaguna, shelter, gazeboo dll.
 Area hiking: track hiking dan shelter
 Area piknik: blok piknik dan toilet

Pembangunan sarama prasarana dilakukan dengan memperhatikan hal-hal


sebagai berikut:

a) Desain arsitektur, berbasis konsep arsitektur budaya Garut yang


dipadukan dengan konsep jungle friendly design yang simple dan
minimalis. Semua komponen bersifat ramah lingkungan dan pondasi
yang dibangun tidak mengganggu fungsi resapan air.
b) Material bangunan memiliki kualitas tinggi, meminimalisir
penggunaan tembok/beton.

53
c) Konsep landscape, yang dibangun adalah jungle mixed, dimana
pengaturan taman dan bangunan disesuaikan dengan keadaan kontur
dan vegetasi yang ada, karena hal ini ditunjang oleh keadaan lokasi
yang berada di kawasan TWA Gunung Papandayan.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan fasilitas tersebut, dapat
dikerjasamakan dengan mitra, pengusaha pemegang Ijin Pengusahaan
Pariwisata Alam dan pihak-pihak lainnya sesuai peraturan perundangan.

15. Pengelolaan Database Potensi Kawasan


Pengembangan dan pembangunan sistem data base pengelolaan KPHK
Guntur Papandayan meliputi data dan informasi mengenai kondisi fisik,
keragaman otensi, keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Pengelolaan
data base sangat tergantung pada updatting data yang didapatkan dari
eksplorasi dan kegiatan penelitian dan pendidikan yang harus dilakukan
secara rutin guna mendapatkan data-data terbaru mengenai potensi kawasan.
Kegiatan penelitian yang harus dilakukan secara rutin dalam pengelolaan
KPHK Guntur Papandayan, secara umum diantaranya sebagai berikut :

a) Penelitian habitat yang mencakup pemantauan habitat satwa liar,


interaksi habitat satwa liar dengan habitatnya, pengaruh aktivitas
pengunjung dan dampak yang ditimbulkan
b) Penelitian tentang teknologi konservasi sumber daya alam, penelitian
fungsi hidrologis dan ekologis KPHK Guntur Papandayan,
pengelolaan daya dukung KPHK Guntur Papandayan untuk
kepentingan pengelolaan pelestarian flora, fauna dan ekosistemnya
serta untuk kepentingan pengusahaan
c) Penelitian mengenai pola interaksi antara KPHK Guntur Papandayan
dan masyarakat sekitar, sehingga masyarakat dapat merasakan
manfaat keberadaan KPHK Guntur Papandayan dan mengalihkan
terjadinya gangguan terhadap kawasan.

Pengelolaan data yang lengkap sangat berguna untuk pengambilan


keputusan dalam pengelolaan KPHK Guntur Papandayan. Selain itu
pengelolaan data juga bermanfaat bagi pihak luar yang membutuhkan

54
infomasi tentang KPHK Guntur Papandayan seperti para peneliti dari
Universitas atau Lembaga Penelitian, LSM, Instansi Pemerintah dan
individu. Oleh karena itu dalam organisasi KPHK Guntur Papandayan,
sebaiknya dibuat unit khusus yang mengelola Pengelolaan Data base dalam
pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data ke dalam
informasi yang siap digunakan.

Data dan informasi dapat dikumpulkan dari unit-unit pengelola di lapangan


dan juga dari luar. Data yang dikumpulkan dapat berupa analog atau manual
(peta, dokumen, laporan, data penelitian dan lain-lain), juga dapat berupa
data digital (dokumen-dokumen, data GIS dan data digital lainnya).
Beberapa kegiatan pendukung dalam membangun program ini antara lain :

a) Pelatihan staf pengelolaan data potensi kawasan


b) Penyiapan perangkat pengelolaan data potensi kawasan
c) Penyusunan dan pengelolaan sistem pengelolaan data potensi kawasan
d) Membangun manajemen sistem pusat informasi

16. Perancangan dan Strategi Pendanaan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun


2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam Pendanaan pengelolaan KPHK Guntur Papandayan bersumber pada
APBN dan APBD dan sumber dana lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pendanaan pengelolaan KPHK Guntur Papandayan dipenuhi dari Anggaran


Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN). Pengelolaan KPHK Guntur Papandayan yang optimal
membutuhkan dana yang cukup besar mengingat wilayah kelola KPH yang
sangat luas. Dana tersebut tidak mungkin dicukupi hanya dari keuangan
negara. Oleh karena itu, keterlibatan pihak lain seperti Pemerinta Provinsi
Jawa Barat untuk menyediakan dana bagi KPHK Guntur Papandayan.
Untuk mendukung program ini, dipersiapkan kegiatanumum untuk jangka
panjang yang mencakup :

55
a) Membangun mekanisme penggalangan dana

Proses dan skema pendanaan lain dapat ditempuh dengan


penggalanganbersama melalui mekanisme yang baik dan
menguntungkan antar pihak. Secara sederhana mekanisme ini dapat
berupa aturan-aturan yang sangat memungkinkan dilaksanakan dan
tidak menyimpang dari regulasi yang sudah disepakati bersama.
Selain itu mekanisme ini juga dibangun di atas kebijakanyang berlaku.

b) Penyusunan proposal dukungan pendanaan

Proposal dukungan pendanaan terbangun berdasarkan kemampuan


KPHK Guntur Papandayan saat ini dan dibandingkan dengan
kekurangan (gap) yang ada. Gapyang terjadi ini diupayakan sebagai
langkah penyusunan proposal untukmemperoleh dukungan pendanaan
pihak lain. Di beberapa pemberi danabiasanya melihat dana
pendamping yang dikeluarkan oleh pihak lain dalamimplementasi
program.

Kekurangan yang ada baru disusun melalui proposalyang diinginkan.


Penyusunan proposal dan mencari dukungan pendanaan
dapatdilakukan dan bersama pihak-pihak lain seperti konsultan
ataupun NGO/LSM, BKSDA, BUMN, Swasta.

c) Membangun perencanaan program bersama


Perencanaan program bersama merupakan salah satu langkah strategis
dalam menyikapi penggalangan pendanaan bersama. Penyusunan
perencananini lebih melihat kerjasama dengan pihak lain di luar
KPHK Guntur Papandayan, pihaklain tersebut berupa program-
program di pemerintah daerah (Pemda) melalui musyawarah
perencanaan pembangunan (Musrenbang) baik di tingkat Kabupaten
maupun di Provinsi, ataupun penyusunan program bersama NGO
maupun pihak swasta yang tertarik dan berminat dengan sesuatu issue
ataupun obyek tertentu. Penyusunan program ini akan berjalan dengan
sharing pendanaan atausumber daya masing-masing pihak.

56
Pengelolaan kawasan konservasi membutuhkan kesinambungan
ketersediaan penandaan dengan mencukupi kebutuhan dana bagi
pembangunan KPHK Guntur Papandayan dengan proyeksi 10 (sepuluh)
tahun ke depan, ketersediaan anggaran DIPA sangat dibutuhkan. Karenanya,
upaya memaksimalkan manfaat KPHK Guntur Papandayan,
menyelenggarakan kerjasama penguatan fungsi KPHK Guntur Papandayan,
donasi tidak mengikat dan kerjasama pengelolaan kawasan konservasi yang
baik secara multipihak sangat diperlukan.
Proyeksi pengumpulan pendanaan yang dirancang untuk 10 (sepuluh) tahun
ke depan, direncanakan akan dipergunakan untuk penguatan pengelolaan
sesuai prinsip pengelolaan kawasan konservasi. Adapun sumber-sumber
pendanaan yang memungkinkan dapat dikumpulkan bagi kebutuhan
pengelolaan KPHK Guntur Papandayan, bersumber dari:

a. Pemanfaatan panas bumi yang dapat diselenggarakan di blok lainnya


KPHK Guntur Papandayan atau sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku
b. Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam (IUPSWA) yang dapat
diselenggarakan di blok pemanfaatan dalam jangka waktu 55 tahun.
c. Izin Pemanfaatan komersil jasa lingkungan air di blok pemanfaatan
KPHK Guntur Papandayan
d. Izin pengusahaan restorasi ekosistem dari menteri kehutanan
e. Izin Usaha stock carbon dari menteri.
f. Bantuan dari pemerintah Kabupaten Garut dapat membantu dalam
rangka penguatan daerah penyangga, pemberdayaan masyarakat dan
peningkatan sara prasarana pendukung serta promosi wisata.
g. Kontribusi perhutani dalam rangka penguatan daerah peyangga barupa
kawasan hutan produksi dan lindung serta pemberdayaan masyarakat.
h. Kerjasama tidak mengikat dalam rangka konservasi Elang jawa, dan
macan tutul yang dalam pelaksanaannya dapat berupa kontribusi
kegiatan atau alokasi sumbangan dana yang seluruhnya diperuntukkan
bagi keperluan konservasi elang jawa dan macan tutul.

57
Kerjasama-kerjasama lainnya yang ditujukan dalam rangka penguatan
fungsi KPHK Guntur Papandayan baik terkait keragaman hayati,
vulcanologi dan lainnya.

C. Rancangan Kegiatan
Rancangan kegiatan KPHK Guntur – Papandayan dibuat dalam kurun waktu
10 tahun yang disesuaikan dengan rencana aksi. Rancangan kegiatan
KPHK Guntur – Papandayan dapat dilihat Pada Tabel 5.
Tabel 5. Matrik Kegiatan Tahunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHK Guntur Papandayan
Tahun
No. Program dan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Penjagaan keutuhan kawasan
a. Penatagunaan kawasan V V V V V V V V V V
(mempertahankan tetap
berlagsungnya fungsi
KPHK Guntur Papandayan)
b. Penataan atau pemantauan V V V V V V V V V V
batas kawasan (memantau
dan memelihara keutuhan
batas kawasan)
2. Perencanaan
a. Inventarisasi potensi V V V V V
kawasan
b. Penataan kawasan V V V
c. Penyusunan rencana V V
pengelolaan
d. Identifikasi dan V
inventarisasi daerah
penyangga
3. Perlindungan
a. Identifikasi potensi V V V V V
kerusakan dan gangguan
hutan
b. Pengamanan kawasan V V V V V V V V V V
4. Pengawetan V V V V V V V V V V
Pemanfaatan V V V V V V V V
5. a. Penataan jalur trekking V
b. Penataan jalur evakuasi V
Pengembangan V V V
6. kerjasama/kolaborasi
pengelolaan kawasan
7. Evaluasi kesusaian fungsi V
Pembinaan dan pengembangan V V V V V V V V V V
8.
daerah penyangga
Pemberdayaan dan peran serta V V V V V V V V V V
9.
masyarakat
Peningkatan koordinasi dan V V V V V V V V V V
11.
integrasi
12. Pembangunan sarana dan V V V V

58
prasarana, penunjang kegiatan
pengelolaan
Pengelolaan database potensi V V V V V V V V V V
13. kawasan
Perancangan dan strategi V V V
14.
pendanaan

59
LAMPIRAN

60
Lampiran 1. SK KPHK Guntur – Papandayan

61
62
63
64
Lampiran 2. Berita Acara Konsultasi Publik RPJP KPHK Guntur –
Papandayan

65
Lampiran 3. Surat Permohonan Rekomendasi Bappeda dan atau
Rekomendasi Bappeda

66
Lampiran 4. Peta Batas Kawasan dengan Topomini

67
Lampiran 5. Peta Nilai Penting Kawasan

68
Lampiran 6. Peta Zonasi/Blok Pengelolaan

69
Lampiran 7. Peta Tutupan Lahan

70
Lampiran 8. Peta Kerawanan Kawasan

71
Lampiran 9. Peta Daerah Penyangga

72
Lampiran 10. Peta Sarana Prasarana

73
Lampiran 11. Peta Daerah Aliran Sungai

74

Anda mungkin juga menyukai