Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan

Volume I, Nomor 1, Tahun 2017, Hal 37-42


e-ISSN 2615-3378ISSN xxxx-xxxx

PENETAPAN KADAR KAFEIN PADA MINUMAN


BERENERGI SEDIAAN SACHET YANG BEREDAR
DI SEKITAR PASAR PETISAH MEDAN
Lenny Novita1, Barita Aritonang2
1,2
Universitas Sari Mutiara Indonesia
1
lenynovita8@gmail.com, 2baritaaritonang11@gmail.com

Abstrak : Minuman energi adalah minuman yang ditujukan untuk menambah energi dan
mencegah rasa kantuk bagi seseorang yang meminumnya. Komposisi minuman energi
terdiri dari taurin, kafein, inositol, vitamin B3, B6, B12 dan pemanis buatan. Kafein
merupakan perangsang sistem saraf pusat yang kuat. Orang yang minum kafein
merasakan tidak begitu mengantuk, tidak begitu lelah, dan daya pikirnya yang lebih
cepat dan lebih jernih. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah kadar kafein
pada minuman berenergi sediaan sachet sudah sesuai dengan yang tertera pada etiket
Metode penelitian dilakukan secara titrasi iodometri. Adapun sampel yang dianalisa
adalah minuman berenergi yaitu Kuku Bima. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan diperoleh data kadar kafein untuk kode sampel BA = 49,89 mg, kadar kafein
untuk kode BS = 47,97 mg, kadar kafein untuk kode sampel BJ = 46,32 mg. Untuk kadar
kafein pada minuman berenergi semunya masih memenuhi syarat.
Kata Kunci : Minuman Berenergi, Kafein, Titrasi Iodometri.

1. PENDAHULUAN Kafein merupakan stimulansia system


saraf pusat dan metabolik. Kefein
Pada proses pembuatan minuman menghambat phosphodiesterase dan
berenergi penambahan zat-zat stimulan mempunyai efek antagonis pada reseptor
mutlak diperlukan, salah satunya adalah adenosine sentral. Pengaruh pada sistem
kafein. Selain dapat menghilangkan rasa syaraf pusat terutama pada pusat-pusat
kantuk, kafein juga dapat memberikan yang lebih tinggi, yang menghasilkan
kebugaran dan kesegaran pada tubuh. peningkatan aktivitas mental dan tetap
Kafein juga berfungsi sebagai zat terjaga atau bangun.
penenang sehingga kafein dijadikan
sebagai pelengkap obat-obat penawar
rasa sakit.
Kafein dalam tubuh dapat dengan mudah
diserap oleh usus dan menyebar dalam
beberapa menit melalui darah ke semua
organ dan jaringan tubuh. Kafein dapat
mengelabui tubuh untuk dapat tetap
beraktivitas tinggi meningkatkan tekanan
darah,dan peningkatan pengeluaran urin.
Kafein merupakan jenis alkaloid yang Gambar 1. Struktur Kimia Kafein
secara alamiah terdapat dalam biji kopi, Kafein merupakan alkaloid putih dengan
daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat rumus senyawa kimia C8H10N4O2, dan
(Hermanto, 2007). rumus bangun 1,3,7-trimethylxanthine.

Universitas Sari Mutiara Indonesia Page | 37


Lenny Novita, Barita Aritonang

Kafein mempunyai kemiripan struktur diberikan pada takaran ini adalah dapat
kimia dengan 3 senyawa alkaloid yaitu meningkatkan aktivitas mental yang
xanthin, theophylline, dan theobromine. membuat orang selalu terjaga, sehingga
C8H10N4O (Buysse D.J Reynolds, 1989). dosis anjuran konsumsi dari produsen
minuman berenergi adalah 2-3 kali atau
Kafein ialah senyawa kimia yang setara dengan 100-150 mg kafein
dijumpai secara alami di dalam makanan seharinya. Hal ini sebenarnya beresiko
contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah terutama bila konsumsi dari minuman
kola (cola nitide) guarana, dan mate. berenergi masih disertai dengan minum
Teh adalah sumber kafein yang lain, dan kopi (Hermanto, 2007).
mengandung setengah dari kafein yang
dikandung kopi. Beberapa tipe teh yaitu Pemerintah telah menetapkan standar
teh hitam mengandung lebih banyak kafein pada minuman berenergi yaitu
kafein dibandingkan jenis teh yang lain. SNI No 01-6684-2002 tentang minuman
Kafein juga merupakan bahan yang berenergi. Tujuan dari SNI tersebut
dipakai untuk ramuan minuman non adalah untuk melindungi konsumen dari
alkohol seperti cola, yang semula dibuat efek negatif kafein yang berlebih. Namun
dari kacang kola. Soft drinks khususnya disisi lain, konsentrasi kafein yang telah
terdiri dari 10-50 mg kafein. Coklat ditentukan tersebut tidak memberikan
terbuat dari kokoa mengandung sedikit efek stamina yang instan bagi konsumen,
kafein seperti terlihat pada tabel 2.1. Efek sehingga dimungkinkan ada produsen
stimulan yang lemah dari coklat dapat yang meningkatkan kadar kafeinnya
merupakan kombinasi dari teobromin untuk menghasilkan efek yang cepat bagi
dan teofilin sebagai kafein. Indonesia pengkonsumsinya. Kadar maksimum
sendiri dikenal sebagai negara penghasil pada minuman berenergi berdasarkan
kopi terbesar ke empat di dunia dengan peraturan menurut SK Dirjen POM
tingkat produksi sebesar 350 000 ton No.PO.04.02.3.01510 dan SNI No 01-
dengan nilai USD 376 juta (Yahmadi, 6684-2002 yaitu 50 mg persaji (BPOM
2005). RI, 2004). Kafein adalah suatu senyawa
organik yang mempunyai nama lain yaitu
Tabel 1. Makanan dan Minuman Yang kafein, tein, atau 1,3,7-trimetilxantin.
Mengandung Kafein Kristal kafein dalam air berupa jarum-
Makanan/ Kafein jarum bercahaya. Bila tidak mengandung
No
Minuman (mg) air, kafein meleleh pada suhu 234oC –
1 Susu Coklat 5 239oC dan menyublim pada suhu yang
2 Coca Cola® 34,5 lebih rendah. Kafein mudah larut dalam
3 Kopi (Brewed) 107,5 air panas dan kloroform, tetapi sedikit
4 Kopi dekafein 5,6 larut dalam air dingin dan alkohol
(Brewed) (Abraham, 2010).
5 Kopi dekafein 2,5
(Instan) Kafein yang dikonsumsi dalam dosis
6 Kopi (Espresso)® 77 kecil mempunyai efek positif. Penelitian
7 Kopi (Instan) 57 secara radiologi oleh Innsbruck Medical
®
8 Lipton ice tea 50 University (2005) menemukan bahwa
9 Krating daeng 80 kafein pada dosis 100 mg dapat
Sumber : Yahmadi, 2005 menigkatkan kinerja otak depan dimana
jaringan memori berada ( Clarke, R. dan
Jika melihat dari komposisinya, maka R. Macrae, 1989). Berbagai penelitian
yang perlu diwaspadai dari minuman telah dilakukan untuk meneliti pengaruh
berenergi adalah kandungan kafeinnya. kafein terhadap berbagai aspek
Mengutip beberapa hasil penelitian, dosis psikologis, ada banyak metode yang
100-150 mg kafein merupakan batas dilakukan untuk menentukan kadar
amam konsumsi manusia, dan efek yang kafein yaitu dengan metode HPLC,

Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page | 38


Lenny Novita, Barita Aritonang

metode spektrofotometri UV/VIS, Prosedur


metode titrasi iodometri secara tidak
Standarisasi Larutan NaS2O3
langsung. Berdasarkan uraian diatas
Dipipet sebanyak 25 ml larutan Kalium
tersebut maka penulis tertarik untuk
dikromat dimasukkan ke dalam
menentukan kadar kafein dalam
erlenmeyer 250 ml, lalu ditambahkan 5
minuman berenergi kemasan sachet.
ml Asam klorida pekat dan 5 ml larutan
Dalam penelitian ini adapun metode yang
Kalium iodide 1N, dikocok hingga
dilakukan untuk menentukan kadar
homogen, setelah homogen ditambahkan
kafein dalam minuman berenergi
larutan amilum 1 ml, kemudian larutan
kemasan sachet adalah dengan metode
dititrasi dengan larutan Natrium tiosulfat
titrasi iodometri secara tidak langsung,
0,1 N hingga warna larutan berubah
alasan memilih metode ini karena praktis
menjadi biru.
dan sederhana (Hasnawati, 2005).
Untuk mengetahui apakah kadar kafein Penetapan kadar kafein dalam
pada minuman berenergi sediaan sachet minuman berenergi kemasan sachet
sudah sesuai dengan yang tertera pada Ditimbang sampel sebanyak 5 gr dengan
etiket. Penelitian ini bermanfaat untuk menggunakan gelas arloji lalu dimasukan
memberikan informasi bagi masyarakat kedalam erlenmeyer selanjutnya
terhadap bahaya efek samping dilarutkan dengan 100 ml akuades, lalu
mengkomsumsi kafein secara berlebihan diaduk, setelah itu dimasukkan ke dalam
dapat menyebabkan penyakit, sebagai corong pisah. Dilakukan Ekstraksi
refrensi bagi peneliti untuk menganalisa sebanyak 3 kali dengan menggunakan
kafein dengan metode yang lain, serta kloroform.
sebagai bahan referensi dan acuan bagi Untuk ekstrak pertama kedalam corong
akademik untuk meningkatkan kualitas pisah ditambah 20 ml kloroform lalu
pendidikan. dikocok selama 15 menit setelah itu di
diamkan, lapisan bawah diambil
dimasukan kedalam Erlenmeyer.
2. METODE PENELITIAN
Untuk ekstrak kedua lapisan atas tadi
Bahan dan Alat ditambahkan lagi 20 ml kloroform,
Bahan yang digunakan dalam penelitian dengan cara yang sama dilakukan esktrak
ini adalah Kalium iodat, Asam sulfat 2N, yang ketiga. Hasil ekstrak dikumpulkan
Kalium iodida 10%, Natrium tiosulfat, ke dalam Erlenmeyer lalu diuapkan
indikator amilum 1%, kloroform, larutan diatas penangas air sampai kering,
NaCl jenuh, dan akuades. Sementara itu setelah itu ditambahan 5 ml Asam sulfat
untuk sampel yang dianalisis adalah 4N dan 50 ml Iodium 0,1N serta 20 ml
minuman berenergi sediaan sachet larutan NaCl jenuh.
sebanyak 3 sampel yang diambil secara
acak (random) dari seluruh pedagang Selanjutnya cukupkan volumenya sampai
yang ada di jalan Kapten Muslim garis tanda. Diaduk dan dibiarkan selama
Kecamatan Medan Helvetia. 5 menit ditempat gelap dan ditutup
dengan plastik. Titrasi dengan larutan
Alat-alat yang dipergunakan dalam baku Natrium tio sulfat 0,1N hingga
penelitian ini adalah neraca analitik, pipet berwarna kuning muda, tambahkan 2 ml
volumetrik 10 mL, labu ukur 100 ml, indikator amilum lalu lanjutkan titrasi
erlenmeyer 250 ml, buret, statif dan sampai warna biru tepat hilang. Dititrasi
klem, beaker gelas 250 mL, pipet tetes, blangko. 1 ml Na2S2O3 0,1N setara
corong pisah, botol akuades, dan dengan 4,85 mg kafein.
penangas air.

Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page | 39


Lenny Novita, Barita Aritonang

Untuk menentukan persentase kadar 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


kafein, dapat menggunakan persamaan
berikut : Hasil Standarisasi Na2S2O3 0,1 N
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐾𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
yaitu pembuatan larutan standar Na2S2O3
𝑁(𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3) 0,1 N dengan larutan Primer KIO3 0,1 N
𝑉𝑏 − 𝑉𝑠 𝑥 𝑥 4,85
0,1 diperoleh data seperti pada Tabel 2 yaitu
= 𝑥 100%
𝐵𝑠 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔) mengenai data pembakuan Na2S2O3
dengan KIO3 0,1000 N. Sehingga
Keterangan : diperoleh konsentrasi dari larutan
Vb = Volume Blanko Na2S2O3 yang sebenarnya adalah sebesar
Vs = Volume Sampel 0,1074 N.
N Na2S2O3 = Normalitas Na2S2O3
Bs = Berat Sampel Hasil Penetapan Kadar Kafein
Untuk 1 ml Na2S2O3 0,1N setara dengan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
4,85 mg kafein. dilakukan yaitu untuk menetapkaan kadar
kafein pada minuman berenergi sediaan
sachet diperoleh data seperti pada Tabel
3.

Tabel 2. Data Pembakuan Na2S2O3 Dengan KIO3 0,1000 N


Normalitas
Volume Normalitas Volume titrasi Normalitas Na2S2O3
No
KIO3 KIO3 Na2S2O3 Na2S2O3 yang
sebenarnya
1 10,0 ml 0,1000 N 8,75 ml 0, 1143 N
2 10,0 ml 0,1000 N 9,80 ml 0,1020 N 0,1074 N
3 10,0 ml 0,1000 N 9,75 ml 0,1026 N

Tabel 3. Kadar Kafein Untuk Kode Sampel BA, BS, BJ


Kadar
Berat Volume Volume Kadar Berat
Kode Kafein
No Sampel Sampel Blanko Kafein Kafein
Sampel Rerata
(g) (mL) (mL) (%) (mg)
(%)
BA1 4,4996 28,00 38,0 104, 18
1 BA2 4,4996 28,15 38,0 102, 41 99,77 49,89
BA3 4,4991 29,10 38,0 92,73
BS1 4,4997 29,45 38,3 92,20
2 BS2 4,4997 29,45 38,3 92,20 95, 94 47,97
BS3 4,4995 28,40 38,3 103,14
BJ1 4,4995 28,85 37,7 92,20
3 BJ2 4,4995 28,85 37,7 94,08 92,65 46,32
BJ3 4,4994 28,90 37,7 91,68

Pembahasan Ekstraksi menyangkut distribusi suatu zat


Dalam penelitian ini sebelum melakukan terlarut (solut) diantara dua fasa cair yang
penetapan kadar kafein pada minuman tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi
berenergi terlebih dahahulu dilakukan sangat berguna untuk pemisahan secara
proses ekstraksi. Ekstraksi adalah adalah cepat dan bersih, baik untuk zat organik
proses penarikan suatu zat terlarut dari atau anorganik, untuk analisis makro
larutannya di dalam air oleh suatu pelarut maupun mikro. Alat yang digunakan
lain yang tidak bercampur dengan air. berupa corong pisah tujuan ekstraksi
Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page | 40
Lenny Novita, Barita Aritonang

ialah memisahkan suatu komponen dari DAFTAR PUSTAKA


campurannya dengan menggunakan
pelarut. Pelarut organik yang biasa Badan Pengawas Obat dan Makanan
dipakai untuk melarutkan senyawa Republik Indonesia (BPOM RI).
organik atau ekstraksi ialah kloroform. Tentang Hasil Sampling dan
Hal ini karena kloroform merupakan Pengujian Laboratorium Produk
pelarut yang memiliki sifat inert, mudah Minuman Suplemen yang
melarutkan senyawa-senyawa organik, Mengandung Kafein.
dan titik didihnya rendah sehingga Buysse D.J, Reynolds C.F, Monk T.H,
mudah untuk dipisahkan kembali. Berman S.R, Kupfer D.J. 1989. The
Setelah di ekstraksi dilakukan penetapan Pittsburgh Sleep Quality Index: A
kadar kafein pada minuman berenergi New Instrument For Psychiatric
dilakukan dengan metode titrasi Practice And Research. Psychiatry
iodometri. Hasil ekstrak dikumpulkan ke Research 28(2):193–213.
dalam Erlenmeyer lalu diuapkan diatas Clarke, R.J. & R. Macrae. 1989. Coffee
penangas air sampai kering, setelah itu Chmestry. Vol. I, II. Elsevier
ditambahan 5 ml Asam sulfat 4N dan 50 Applied Science. London and New
ml Iodium 0,1N serta 20 ml larutan York.
Natrium klorida jenuh.
Clifford, M.N. 1985. Chemical And
Selanjutnya cukupkan volumenya sampai Physical Aspects Of Green Coffee
garis tanda. Diaduk dan dibiarkan selama And Coffee Products. M.N. Clifford
5 menit ditempat gelap dan ditutup & K.C.Wilson (Eds).
dengan plastik. setelah itu dititrasi
dengan larutan Natrium tiosulfat 0,1 N, Daswin, N.B., Samosir, N.E. 2013.
pada waktu dititrasi larutan berubah Pengaruh Kafein Terhadap Kualitas
menjadi kuning muda, setelah kuning Tidur pada Mahasiswa Fakultas
muda lalu ditambahakan indikator Kedokteran Sumatera Utara. e-
amilum 1 ml larutan berubah menjadi Jurnal FK-USU.
biru kemudiaan di titrasi kembali dengan DepKes RI. 1995. Farmakope Indonesia.
Natrium tiosulfat 0,1 N, pada saat di Edisi IV. Departemen Kesehatan
titrasi larutan yang tadi berwarna biru Republik Indonesia. Jakarta.
berubah menjadi tidak berwarna atau
Depkes 2006. Melawan Dampak
warna biru menjadi hilang.
Negative Kafein. Dalam Intisari.
Departemen Kesehatan Republik
KESIMPULAN Indonesia.
Haryono, A. et al., 2009. Prevalensi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Gangguan Tidur pada Remaja Usia
dilakukan maka diperoleh kesimpulan 12-15 Tahun di Sekolah Lanjutan
sebagai berikut : Berat kafein untuk kode Tingkat Pertama. Sari Pediatri
sampel BA = 49,89 mg, berat kafein 11(3):149-154.
untuk kode BS = 47,97 mg, berat kafein
untuk kode sampel BJ = 46,32 mg, jadi Hasnawati, 2005. Analisis Kuantitatif
kadar kafein pada sampel BA, BJ dan BS Kafein Dalam Minuman Suplemen
masih sesuai menurut Farmakope Menggunakan Spektrofotometer UV-
Indonesia Edisi Ke IV Tahun 1995 yaitu Vis. UNHALU. Kendari.
rentang antara 90-110%, dan berdasarkan Hermanto, Sindhu. 2007. Kafein
Dirjen POM No.PO.04.02.3.01510 dan Senyawa Bermanfaat atau
SNI No 01-6684-2002 yaitu 50 mg Beracunkah. Chem-Is-Try.Org Situs
persaji, kadar kafein pada sampel BA, Kimia Indonesia.
BJ, BS masih memenuhi syarat yang
ditetapkan.
Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page | 41
Lenny Novita, Barita Aritonang

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Underwood, A.L., Day, RA. 1993.
dan Makanan Republik Indonesia Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi V.
No. HK.00.05.23.3644 tentang Erlangga. Surabaya.
Ketentuan Pokok Pengawasan Ware, Krista. 1995. Caffeine and
Suplemen Makanan. Pregnancy Outcome, University Of
Olson, K. R., 2007. Lange Poisoning and California Los Angeles. Diakses
Drug Overdose. 4th ed., McGraw- Tanggal 1 Mei 2008.
Hill. Wunas, Yeanny, Susanti S. 2001.
Sunaryo, Wilmana. 1995. Farmakologi .Analisis Kimia Farmasi Kwantitatif.
dan Terapi. Edisi 4. FK UI. Jakarta. Lembaga Penerbitan Universitas
Hasanuddin. Makasar.

Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Page | 42

Anda mungkin juga menyukai