Anda di halaman 1dari 59

Adsorpsi

Kelompok 8 :
Bonifasius Andhika Prasetya/1606878745
Daffa Ramadhan A/1606833040
Eldwin Maidiono/1606878884
Faisal Riswandha/1506729065
Kevin Priyono Tansil/1606831930
Outline

• Prinsip Umum Adsorpsi


• Mekanisme Adsorpsi
• Aspek Desain Adsorpsi
• Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adsorpsi
• Aplikasi Adsorpsi
Prinsip Umum Adsorpsi
Isotermis
Pengertian

• Adsorpsi merupakan proses akumulasi adsorbat pada permukaan


adsorben yang disebabkan oleh gaya tarik antar molekul atau
suatu akibat dari medan gaya pada permukaan padatan (adsorben)
yang menarik molekul-molekul gas, uap atau cairan (Oscik, 1982)
• Fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas atau cair
dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari
molekul-molekul tadi mengembun pada permukaan tersebut
(Suryawan, Bambang 2004)
• Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas)
terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu lapisan
film pada permukaan padatan tersebut.
Proses Adsorpsi

Karakteristik yang terjadi dalam


proses adsorpsi :
• Padatan berpori yang
menghisap (adsorp) dan
melepaskan (desorp) suatu
fluida disebut absorben
• Molekul fluida yang dihisap
tapi tidak melekat disebut
adsorptive
• Molekul yang (Sumber : www.lontar.ui.ac.id)
terakumulasi/melekat disebut
absorpbat
Adsorben

• Karakteristik absorben yang dibutuhkan untuk adsorpsi yang baik :


1. Luas permukaan adsorben, semakin besar luas permukaan maka
semakin besar daya adsorpsinya
2. Tidak ada perubahan volume yang berarti selama proses adsorpsi
dan desorpsi
3. Kemurnian yang tinggi dari adsorben
4. Jenis/gugus fungsi atom yang ada pada permukaan absorben
Jenis Absorben

a) Adsorben yang mengadsorpsi secara fisik (karbon aktif, silika gel,


dan zeolit)
b) Adsorben yang mengadsorpsi secara kimia (calcium cholide,
metal hydride, dan complex salts)
c) Composite adsorbent, adsorben yang mengadsorpsi secara kimia
dan fisik
Jenis Adsorpsi

Adsorpsi secara Fisika Adsorbsi secara Kimia


• Pada adsorpsi jenis ini, adsorpsi terjadi • Adsorpsi terjadi karena adanya reaksi
tanpa adanya reaksi antara molekul- kimia antara molekul-molekul dengan
molekul adsorbat dengan permukaan permukaan adsorben
adsorben. Molekul adsorbat terikat
secara lemah karena adanya gaya van • Bersifat irreversibel
der Waals. • Umumnya terjadi pada temperatur
• Adsorpsi ini relatif berlangsung cepat diatas temperatur kritis adsorbat,
dan bersifat reversibel sehingga kalor adsorpsi yang
dibebaskan tinggi
• Ikatan yang terbentuk pada adsorpsi
fisika dapat diputuskan dengan mudah, • Sulit diregenerasi
yaitu dengan cara degassing atau
pemanasan pada temperatur 150-200
derajat Celcius selama 2-3 jam
Perbedaan Adsorpsi Fisik dan Kimia
Isoterm Adsorpsi Langmuir
Isoterm adsorpsi Langmuir didasarkan
atas beberapa asumsi,yaitu :
1. Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal • C merupakan konsentrasi adsorbat
dalam larutan
dalam fasa uap
• x/m adalah konsentrasi adsorbat
2. Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai yang terjerap per gram adsorben
lapisan monolayer
• k adalah konstanta yang
3. Permukaan adsorbat homogen, artinya berhubungan dengan afinitas
afinitas setiap kedudukan ikatan untuk adsorpsi
molekul gas sama • (x/m)mak adalah kapasitas adsorpsi
4. Tidak ada antaraksi lateral antar
maksimum dari adsorben
molekul adsorbat
5. Molekul gas yang teradsorpsi
terlokalisasi, artinya mereka tidak
bergerak pada permukaan
Isoterm Adsorpsi Freundlich

• Persamaan isoterm adsorpsi


Freundlich didasarkan atas
terbentuknya lapisan monolayer dari
molekul-molekul adsorbat pada
permukaan adsorben

• Namun pada adsorpsi Freundlich


situs-situs aktif pada permukaan
adsorben bersifat heterogen • Kemudian k dan n adalah konstanta
asdsorbsi yang nilainya bergantung
pada jenis adsorben dan suhu adsorbsi
• Bila dibuat kurva log Xm/m terhadap
log C akan diperoleh persamaan linear
dengan intersep log k dan kemiringan
1/n, sehingga nilai k dan n dapat
dihitung
Isoterm Adsorpsi BET (Brunauer, Emmet, dan
Teller
Keseluruhan proses adsorpsi dapat • Adsorban dan pada lapisan adsorbat
digambarkan sebagai : monolayer didefinisikan sebagai konstanta
c.Bila V menyatakan volume gas teradsorpsi,
• Penempelan molekul pada permukaan Vm menyatakan volume gas yang diperlukan
padatan (adsorban) membentuk lapisan untuk membentuk lapisan monolayer, dan x
monolayer adalah P/P*, maka isotherm adsorpsi BET
dapat dinyatakan sebagai :
• Penempelan molekul pada lapisan
monolayer membentuk lapisan multilayer
Mekanisme Adsorpsi pada Peralatan
Stirred Tank in Slurry Operation
Unit Operasi

Bahan

Aplikasi
Fixed Bed Adsorption

• Generasi
Bulk separastion adsorben
gas • Thermal Swing


• Proses perkolasi
Pemisahan • Pemisahan
Komponen Organik multikomponen
• ∆𝑃
Pemisahan Adsorbent metode thermal
Pemisahan activated.
Hidrokarbon Pada suhu tinggi allu dipisahkan
Fluidised Bed

• Sieve Tray digunakan, gas alam mengalami perforasi


dan memfluidisasi adsorben.
1

• Pada kolom stripping, uap dipakai sebagai indirect


heater
2

• Pada industri makanan, tray biasanya berotasi


3
• Pada desorpsi, moving bed digunakan karena aliran
uap pada strippping section tak cukup untuk
4 memfluidisasi partikel solid.
Ion Exchange (Higgins Model)

Menggunakan “moving packed bed process”

Kontraksi Higgins menggunakan gaya hidrolik interminen


untuk menggerakan bed dari ion-exchange section

Setelah kontraksi, aliran melaju pada regenerating


section, lalu rinse section

Aliran menuju ion-exchange section dan terus terulang


sehingga resin dipisahkan secara countercurrently
Ion Exchange (Himsley Model)

Memiliki tray dimana resin akan terfluidisasi oleh aliran keatas


liquid

Terjadi aliran berkebalikan seiring peningkatan resin ke stage


dibawah.

Konsentrat resin terbawah dialirkan ke wash column.

Dialirkan ke regeneration column dan ke bagian atas kolom ion-


exchange berulang
Batch Kromatografi

Solven atau gas dialirkan Campuran feed dialirkan


kontinu ke sorbent packed secara “pulse ke kolom
column dengan injector

Cairan residu dialirkan ke Purifikasi pada carrier


setiap separator spesifik liquid sebelum direcycled
melalui carrier liquid ke kolom

Separator 1 tak menghasilkan produk karena


menangani “pulse” aliran berisi carrier fluid dan
2 komponen lainnya yang akan direcovered ke
kolom.
Metode Adsorpsi
Thermal Swing Adsorption

Regenerasi adsorbent pada TSA disebabkan peningkatan temperatur.

Umunya digunakan pada feed dengan konsentrasi adsorbat rendah.

Pada tekanan parsial adsorbat pada fasa gas / konsentrasi fasa liquid,
peningkatan T akan menyebabkan berkurangnya kuantitas zat diadsorpsi.

Dengan tekanan parsial konstan dan perubahan T1 ke T2 akan mengurangi


adsorbat loading dari x1 ke x2

Peningkatan T yang cukup dapat dilakukan deadsorpsi dan T perlu diukur


agar tidak mendegradasi adsorben.
2 Bed-TSA System
Loading pada
Adsorpsi terjadi ketika adsorption bed
tekanan parsial pada meningkat dengan
adsorbat pada liquid mengkondisikan bed
waste (effluent) p2 pada T rendah dan
sangatlah rendah. mencegah kondensasi

Temperatur bed 1
secara simultan
ditingkatkan ke T2
Pada T ambient, dengan arah
terjadi perpindahan berlawanan dengan
kalor keluar bed laju adsorpsi. Regen
bersamaan dengan bed mengalami
effluent secara pendinginan ke T1
isotermal sehingga dapat
digunakan kembali
untuk adsorpsi.
Penggunaan Purge Liquid

Non-Condensable Gas Manfaat metode pemanasan


dan deadsorpsi :
Jika adsorban berharga tinggi dan mudah
terkondensasi • Meningkatkan adsorben, adsorbat,
dan vessel container ke temperatur
1 desorpsi
Steam

Jika adsorban tak mudah terkondensasi dan • Menyediakan kalor untuk deadsorpsi
tak larut dalam air 2
Udara • Meningkatkan temperatur
deadsorben dan vessel ke
Uap terkondensasi dapat menyebabkan 3 temperatur regeneration
adsorbat dapat dipisahkan melalui deadorpsi
Pressure Swing Adsorption

• Pemisahan fasa gas dari campuran gas berdasarkan afinitas


adsorben dan digunakan pada temperatur ambient.

• Material adsorben (Activated Carbon, zeolit, dll digunakan


sebagai trap

• Tekanan yang ditingkatkan akan meningkatkan gas sebagai


adsorbat.

• Tekanan yang dikurangi akan melepaskan gas (deadsorpsi)

• Pemilihan adsorben menentukan konsentrasi dominan gas


spesifik contohnya zeolit yang berikatan kuat dengan
nitrogen menyebabkan N2 tetap berada dalam bed oksigen
yang keluar bed sebagai clean gas
Aspek Desain
• BATCH ADSORPTION
• FIXED BED ADSORPTION
BATCH ADSORPTION

• Pada Batch adsorption partikel adsorben


dan feed dibiarkan melakukan kontak di
dalam sebuah mixing vessel sampai
pengikatan kesetimbangan tercapai.
• Larutan yang sudah tidak mengandung zat
pengotor kemudian dipisahkan dari
adsorben dengan menggunakan teknik
pemisahan padatan-cair, seperti filtrasi
atau sentrifugasi.
• Bahan padat yang diperoleh (yaitu
adsorben dengan larutan terlarut) sering
dicuci untuk menghilangkan kotoran.
BATCH ADSORPTION
• Solusi analitis dari permasalahan adsorpsi batch mungkin untuk dicari jika
pengikatan solute mengikuti linear adsorption isotherm
• Berdasarkan adsorpsi isotermis Freundlich and Langmuir, akan dihasilkan solusi
berupa grafik. Bentuk umum dari isothermal (equilibrium line) adalah:
CB = ϕCV
• Dan neraca massa solute adalah: CU0.S + CB0.A = CU.S + CB.A
• Dimana :
• Cuo : Konsentrasi zat terlarut awal dalam larutan feed (kg/𝑚3 )
• Cbo : Konsentrasi zat terlarut awal dalam larutan adsorbent (kg/𝑚3 )
• S : jumlah larutan feed (𝑚3 )
• A : jumlah larutan adsorbent (𝑚3 )
BATCH ADSORPTION

• Dengan mengatur ulang rumus


tersebut, dapat diperoleh
operating line

• Titik perpotongan antara


equilibrium line dan operating
line merupakan konsentrasi
kesetimbangan
FIXED BED ADSORPTION

• Dalam fixed-bed adsorption, fluida akan


mengalir melalui packed bed dengan flowrate
yang konstan.
• Resistensi dari transfer masa sangat penting
dalam fixed-bed proses dan proses terjadi
secara unsteady-state.
• Pada awal proses dapat diasumsikan
konsentrasi solute dalam solid pada bed sama
dengan nol.
• Kemudian saat fluida pertama kontak dengan
bed, saat inilah sebagian besar transfer
massa dan adsorbsi terjadi.
• Saat fluida mengalir melalui bed, konsentrasi
fluida akan berkurang drastis sebelum keluar
dari bed.
FIXED BED ADSORPTION
BREAKTHROUGH CURVE

• Breakthrough curve merupakan


kurva yang digunakan untuk
menunjukan profil konsentrasi
terhadap waktu atau volume fluida
yang keluar dari kolom.
• Sumbu X merepresentasikan volume
dari larutan yang masuk atau waktu
operasi.
• Sumbu Y merepresentasikan rasio
konsentrasi larutan keluar terhadap
konsentrasi larutan masuk atau
merepresntasikan konsentrasi
effluent (Adsorbat yang ikut keluar
dari kolom).
BREAKTHROUGH CURVE

• Terdapat beberapa titik pada breakthrough


curve, yaitu: 0,95
• Break point : Merupakan nilai batas konsentrasi
yang diizinkan. Jika konsentrasi sudah mencapai
breakpoint, aliran akan dihentikan atau diganti
dengan adsorben baru. Harga break point
biasanya berdasarkan konsentrasi relatif antara
0,05 atau 0,10. Jika adsorbsi dilanjutkan setelah
breakpoint, maka konsentrasi akan naik dengan
cepat sampai sekitar 0,5 dan kemudian menjadi
lambat sampai mendekati 1.
• Exhaustion point : Merupakan titik pada saat
konsentrasi effluent telah mencapai 90-95%. 0,1
Pada titik ini kapasitas adsorpsi kolom sudah
maksimal.
BREAKTHROUGH CURVE
BREAKTHROUGH CURVE

• Untuk satu unit area penampang bed,


kecepatan feed dari solute adalah
hasil kali kecepatan superficial dan
konsentrasi:
FA = u0c0
• Waktu total solute yang terserap :

• Waktu total solute yang terserap


sampai breakpoint :
BREAKTHROUGH CURVES

• Massa adsorbat yang terserap setiap massa • Pada keadaan jenuh, tt dapat
adsorben pada keadaan jenuh (Wsat) dan dihitung :
pada saat breakpoint (Wb) dihitung dengan
persamaan:

• Dan pada breakpoint, tb dapat


dihitung :
𝑊𝑏
• Panjang bed yang tidak terpakai = L 1 −
𝑊𝑠𝑎𝑡
LAJU PERPINDAHAN MASSA

• Persamaan laju perpindahan massa dalam • ε adalah fraksi kosong di luar bed,
fixed bed adsorption didapatkan dengan dan solute yang larut dalam pore
membuat neraca massa solute untuk fluid termasuk kedalam fraksi
bagian dL pada bed. Laju akumulasi partikel 1 – ε. Untuk adsorpsi dari
dalam fluida dan solid adalah selisih dari gas atau larutan encer, akumulasi
aliran yang masuk dan keluar. Perubahan pada fluida biasanya diabaikan
kecepatan superficial diabaikan. terhadap akumulasi pada solid.

atau
Faktor yang Mempengaruhi
Adsorpsi Isotermis
Isoterm Adsorpsi

• Adsorpsi dijelaskan melalui isoterm adsorpsi yang merupakan


kurva jumlah adsorbat pada adsorben sebagai fungsi tekanannya
(fasa gas) atau konsentrasi (fasa cair) pada suhu konstan.
• Isoterm adsorpsi adalah hubungan kesetimbangan antara
konsentrasi dalam fasa fluida dan konsentrasi dalam partikel
adsorben pada suhu konstan.
Isoterm
Adsorpsi

Terdapat breaktrough
time (hijau) dan
exhausting time (merah).
Laju Volumetrik
Unggun

• Semakin besar unggun, semakin lama breaktrough time.


• Semakin kecil porositas unggun, semakin lama breaktrough time.
→ Semakin banyak adsorbent yang menempati unggun
Kapasitas Adsorben

• Kapasitas monolayer (n0) adalah


total kapasitas serap materi
pada cakupan (molekul/area)
dengan tebal tepat satu lapisan.
• Luas permukaan =
Kapasitas monolayer
Densitas monolayer
Jari-jari
Adsorben

Jari-jari adsorbent kecil


-> luas permukaan besar
Fraksi
Adsorbtif
Semakin besar fraksi
absorbatif pada feed, maka
semakin cepat breaktrough
time.
Aplikasi Adsorpsi
Penggunaan Konsep Adsorbsi untuk Menyerap Pengotor Pada Gula
Latar Belakang
Latar Belakang (Cont)
Proses Purifikasi (Klarifikasi dan Adsorpsi)

• Air tebu yang telah diolah sebelumnya harus dibersihkan dari zat
pengotor selain gula seperti ion logam, partikel tanah,
protein/asam amino, dll.
• Proses penjernihan air tebu terbagi menjadi 3 tahap, yaitu
defekasi, sulfitasi, dan terutama karbonatasi.
• Sebagai hasil akhir akan diperoleh gula yang relative lebih putih
sebagai indicator zat pengotor yang telah dieliminasi.
• Proses pemurnian air tebu umumnya didukung lebih lanjut untuk
terutama menghilangkan zat pewarna menghasilkan air tebu yang
jernih tanpa warna.
Proses Purifikasi (Klarifikasi dan Adsorpsi)
(Cont)
Defekasi/Liming

• Menambahkan susu kapur/lime (𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 ) untuk mengklarifikasi


senyawa pengotor.
• Klarifikasi didukung dengan pemberian panas untuk mempercepat
proses.
• Selain mengendapkan sebagian besar zat pengotor, penambahan
𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 akan menetralkan sifat asam dari air tebu yang telah
diekstrak.
• Padatan yang terbentuk akan mengambang di permukaan air tebu
yang kemudian dapat dipisahkan dari campuran.
Karbonatasi

• Pengendapan kotoran selanjutnya diproses dengan mengalirkan


gas karbon dioksida ke dalan air tebu hasil defekasi.
• Penambahan gas karbon dioksida akan menyebabkan reaksi dengan
kalsium hidroksida dari defekasi.
𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 + 𝐶𝑂2 → 𝐶𝑎𝐶𝑂3 + 𝐻2 𝑂
• 𝐶𝑎𝐶𝑂3 akan bertindak sebagai adsorben padat yang akan
memerangkap partikel koloid sekitarnya. Memaksimalkan proses
klarifikasi.
Sulfitasi

• Pengendapan pengotor air tebu dimaksimalkan dengan


penambahan gas sulfur dioksida.
• Komposisi gas sulfur dioksida adalah 120-200 pon per juta pon
feed.
• Penambahan gas sulfit akan menyebabkan reaksi antara kalsium
dan sulfit dan gas sulfide.
Sulfitasi (Cont)

𝑆𝑂2 + 𝐻2 𝑂 −−−−> 𝐻2 𝑆𝑂3


𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 + 𝐻2 𝑆𝑂3 −−−−> 𝐶𝑎𝑆𝑂3 + 2𝐻2 𝑂
𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 + 𝑆𝑂2 −−−−−> 𝐶𝑎𝑆𝑂3 + 𝐻2 𝑂
• 𝐶𝑎𝑆𝑂3 juga bertindak sebagai adsorben padat yang dapat
menangkap partikel koloid sekitarnya. Menyebabkan proses
presipitasi menajdi lebih efektif.
• Selain itu penambahan gas sulfide berperan dalam memperlambat
reaksi Maillard, yaitu pencoklatan akibat reaksi gula dan asam
amino ketika terjadi pemanasan.
Pemurnian Zat Warna/Dekolorisasi

• Air tebu kemudian lebih lanjut akan ditambahkan adsorben untuk


meningkatkan kualitas kemurniannya.
• Adsorben yang sering digunakan adalah GAC (Granular Activated
Carbon) maupun arang tulang. Proses adsorpsi akan menyerap
sebagian garam yang tersisa dan terutama zat warna sehingga
dihasilkan air tebu yang jernih seperti air.
• Air tebu kemudian akan disaring/filtrasi dan diperoleh produk air
tebu jernih.
Daftar Pustaka

Alberty,Robert. 1992. Kimia Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga


AZIZAH, N., ASTUTI, E.D. dan HENY PUSPITA. Uji kemampuan karbon aktif dari
limbah kayu industri mebel kota semarang sebagai absorben
untuk penyisihan fenol, PKMP Universitas Negeri Semarang (2008)
Carbonation / Clarification of Raw Juice . 2018. Carbonation / Clarification of
Raw Juice . [ONLINE] Available at:
http://www.smbsc.com/OurSugar/SugarProcess/Carbonation.aspx.
[Accessed 18 October 2018].
Encyclopedia Britannica. 2018. Sugar - Cane sugar | Britannica.com. [ONLINE]
Available at: https://www.britannica.com/science/sugar-chemical-
compound/Cane-sugar#ref50454. [Accessed 18 October 2018].
Daftar Pustaka
Isotherm adsorbsi | Luy ingga - Academia.edu. 2018. Isotherm adsorbsi | Luy ingga -
Academia.edu. [ONLINE] Available at:
https://www.academia.edu/5561384/Isotherm_adsorbsi. [Accessed 18
October 2018].
MATTEL, C.L., “Adsorption”,2nd Edition, McGraw-Hill Company Inc., New York (1991)
Onses, Richard. 1987. Continuous dissolution process for sugar, in Alimentacion
Equipos y Tecnologio. Editorial Alcion. Barcelona.
Prosiding Seminar UJI PERSAMAAN LANGMUIR DAN FREUNDLICH PADA PENYERAPAN
LIMBAH CHROM (VI) OLEH ZEOLIT | Helvethia Hasan - Academia.edu. 2018.
Prosiding Seminar UJI PERSAMAAN LANGMUIR DAN FREUNDLICH PADA
PENYERAPAN LIMBAH CHROM (VI) OLEH ZEOLIT | Helvethia Hasan -
Academia.edu. [ONLINE] Available at:
https://www.academia.edu/6629276/Prosiding_Seminar_UJI_PERSAMAAN_LA
NGMUIR_DAN_FREUNDLICH_PADA_PENYERAPAN_LIMBAH_CHROM_VI_OLEH_ZEO
LIT. [Accessed 18 October 2018].
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai