OLEH :
KELOMPOK 5
POLITEKNIK KESEHATAN
DENPASAR
2018
Pemisahan Serum dan Plasma Pencucian dan Pembuatan Suspensi Sel Darah
Merah 5%, 10%, dan 40% dan Pemeriksaan Golongan Darah A, B, O dan Rhesus
Dengan Metode Bioplate dan Metode Tabung
I. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa dapat memahami cara pemisahan serum atau plasma sel
darah merah
b. Mahasiswa dapat memahami cara pencucian sel darah merah pekat
c. Mahasiswa dapat memahami cara pembuatan suspensi sel darah merah
d. Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan golongan darah ABO
dan rhesus dengan metode plate & metode tabung
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pemisahan serum atau plasma dari sel
darah merah
b. Mahasiswa dapat melakukan pencucian sel darah merah pekat
c. Untuk mendapatkan sel darah merah yang bebas dari protein atau
globulin
d. Mahasiswa dapat melakukan pembuatan suspensi sel darah merah 5%,
10%, dan 40%
e. Mahasiswa dapat melakukan cara pemeriksaan golongan darah ABO
dan rhesus dengan metode plate & metode tabung
f. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan golongan
darah ABO dan rhesus dengan metode plate & metode tabung
II. Prinsip
a. Pemisahan Serum atau Plasma
Memisahkan serum atau plasma dari sel-sel darah merah untuk
mendapatkan plasma atau serum yang bebas dari sel darah merah
b. Pencucian Sel Darah Merah Pekat
Mendapatkan sel darah merah pekat yang dicuci dan yang bebas dari
protein atau globulin
c. Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah
Membuat kepekatan sel darah merah menjadi enceran tertentu guna
mengoptimalkan reaksi antigen pada sel darah merah terhadap antibody
d. Pemeriksaan Golongan Darah A, B, O dan Rhesus
Antigen + Antibody Aglutinasi
Golongan darah diidentifikasikan dengan melihat aglutinasi yaitu
penggumpalan sel darah merah akibat reaksi antara Antibody dalam serum
atau plasma dengan Antigen pada sel darah merah
III. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum Pemisahan Serum dan
Plasma Pencucian dan Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah adalah metode
tube test dan Metode yang digunakan pada praktikum pemeriksaan golongan
darah ABO dan Rhesus adalah metode plate dan metode tabung
- memperbaiki kekebalan
GOLONGAN DARAH
Pemeriksaan golongan darah adalah suatu prosedur laboratorium
yang dilakukan untuk menentukan jenis golongan darah. Pada uji
pratransfusi, pemeriksaan golongan darah minimal yang harus dikerjakan
adalah golongan darah sistem ABO dan Rhesus (D typing). Pemeriksaan
golongan darah dilakukan baik pada donor maupun pada pasien Golongan
darah sangat berkaitan dengan adanya antigen dan antibodi dalam tubuh
manusia. Antigen adalah setiap zat yang dianggap sebagai benda asing
yang masuk ke dalam tubuh dan merangsang sistem kekebalan tubuh
untuk merespon masuknya antigen tersebut. Antibodi adalah produk dari
respon imun dan akan bereaksi dengan antigen dengan beberapa cara yang
dapat diamati. Nama lain dari antibodi adalah imunoglobulin (Ig) dan
merupakan bagian dari protein plasma. Ada 5 jenis immunoglobulin, yaitu
IgG, IgM, IgA, IgD, IgE, tetapi yang banyak berperanan dalam sistem
golongan darah adalah immunoglobulin G dan M.
Berdasarkan sistem ABO, ada 4 jenis golongan darah sesuai
dengan jenis antigen dan antibodi yang dimiliki masing-masing golongan.
Individu dengan golongan darah A memiliki antigen A pada sel darah
merahnya dan antibodi B dalam plasmanya. Individu dengan golongan
darah B memiliki antigen B dan antibodi A, sedangkan individu golongan
darah AB mempunyai antigen A maupun antigen B dan tidak memiliki
antibodi A maupun B dalam plasmanya. Individu dengan golongan darah
O tidak memiliki antigen A maupun B tetapi mempunyai antibodi A dan B
dalam plasmanya. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk
menguji golongan darah yang dapat dilakukan, adapun metode tersebut :
Berdasarkan jenis peralatan penunjang yang digunakan,
pemeriksaan golongan darah secara manual dapat dikerjakan dengan tiga
metode, yaitu :
2. Tube test
Prinsip pemeriksaan adalah apabila sel darah merah mengandung
antigen yang sesuai dengan jenis antibodi yang ditambahkan pada reagen
maka akan terjadi aglutinasi. Umumnya, menggunakan sampel darah beku
atau dengan antikoagulan. Sel darah merah dapat disuspensi secara
autologous dengan serum, plasma, salin atau membutuhkan pencucian
terlebih dahulu kemudian diresuspensi dalam salin. Jenis sampel
disesuaikan dengan rekomendasi insert kit reagen yang digunakan
(Cooling, 2014). Reagen yang digunakan mengandung anti-A, anti-B dan
anti-AB yang bersifat opsional. Karena pemeriksaan juga dilakukan pada
sampel serum, maka reagen tambahan pada tube test adalah suspensi sel
A1, A2, B dan O 2-5% . Suspensi sel dapat dibuat sendiri di laboratorium
atau menggunakan suspensi sel yang dijual secara komersial. Penggunaan
sel A2 bersifat opsional (Cooling, 2014). Pada prinsipnya masing – masing
reagen diteteskan pada tabung, yang selanjutnya diteteskan suspensi sel
darah merah 5%, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 100 Rpm
selama satu menit, dan dilihat aglutinasi pada dasar tabung. Selain dengan
suspensi darah dapat digunakan serum dengan prosedur yang hampir sama
(Cooling, 2014).
1) V-type well
2) Flat-bottom
3) U-type well
Jenis microplate yang banyak digunakan untuk pemeriksaan
serologi golongan darah adalah U-type well karena hasil lebih mudah
dibaca pada bagian bawah U-plate (NAB, 2013). Prinsip pemeriksaan
pada pemeriksaan golongan darah ABO pada microplate test sama dengan
pemeriksaan menggunakan tabung (tube test). Umumnya, menggunakan
sampel darah beku atau dengan antikoagulan. Sel darah merah dapat
disuspensi secara autologous dengan serum, plasma, salin atau
membutuhkan pencucian terlebih dahulu kemudian diresuspensi dalam
salin. Jenis sampel disesuaikan dengan rekomendasi insert kit reagen yang
digunakan (Cooling, 2014). Beberapa keuntungan dari pemeriksaan
golongan darah dengan metode microplate antara lain :
2. Temperatur
Antibodi yang berbeda mempunyai kemampuan bereaksi secara optimal
pada suhu yang berbeda juga. Sebagai contoh antibodi golongan darah
ABO bereaksi optimal pada suhu 4 oC sedangkan antibodi Rhesus
bereaksi optimal pada suhu 37 oC (WHO, 2009).
3. pH
Sebagian besar antibodi golongan darah dapat bereaksi secara optimal
pada pH 6,5 sampai 7,5. Reaksi akan dihambat apabila pH terlalu asam
atau terlalu alkalis (WHO, 2009).
6. Kekuatan ionik
Kecepatan terjadinya reaksi antigen-antibodi dapat ditingkatkan jika
kekuatan ionik pada medium untuk mensuspensikan sel darah merah
menurun. Penggunaan Low Ionic Strength Solution (LISS) dapat
mengurangi periode inkubasi pada anti-human globulin test selama 15
menit (WHO, 2009).
-A -B EA EB EO AC -D BA
Hasil 4+ Neg Neg 2+ Neg Neg 3+ Neg
- Probandus Kedua
Nama Probandus : Komang Trisna Utami
Usia : 20 Tahun
JK : Perempuan
Hasil :
-A -B EA EB EO AC -D BA
Hasil Neg 4+ 2+ Neg Neg Neg 4+ 3+
- Probandus Ketiga
Nama Probandus : Ageng Pertiwi Yudani Devy W
Usia : 20 Tahun
JK : Perempuan
Hasil :
-A -B EA EB EO AC -D BA
Hasil Neg Neg 3+ 3+ Neg Neg 3+ Neg
VIII. Pembahasan
Golongan darah adalah metode untuk mengetahui jenis darah tertentu
yang seseorang memiliki. Perbedaan dalam darah manusia disebabkan oleh
ada atau tidak adanya molekul protein tertentu yang disebut antigen dan
antibodi. Antigen berada di permukaan sel darah merah dan antibodi berada di
plasma darah. Individu memiliki tipe dan jenis yang berbeda sebagai akibat
kombinasi dari molekul-molekul tersebut. Menurut sistem pengelompokan
darah ABO dan Rh, dapat dibagi menjadi 8 kelompok berikut: A Rh +, A Rh-,
B Rh +, B Rh-, AB Rh +, AB Rh-, O Rh + dan O Rh- (Fathima, 2013).
Golongan darah adalah klasifikasi darah berdasarkan ada tidaknya zat
antigenik yang diturunkan di permukaan sel darah merah (eritrosit). Antigen
bisa berupa protein, karbohidrat, glikoprotein, atau glikolipid tergantung pada
sistem golongan darah. Golongan darah diidentifikasi oleh antigen dan
antibodi dalam darah. Antigen adalah zat apa saja yang merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antigen dapat berupa bakteri,
virus atau jamur yang menyebabkan infeksi dan penyakit. Antibodi, juga
disebut immunoglobulin adalah protein yang diproduksi oleh tubuh itu
membantu melawan zat asing yang disebut antigen. Ketika antigen memasuki
tubuh, merangsang sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi. Antibodi
menempel atau mengikat diri ke antigen dan menonaktifkannya. Peran
antibodi adalah untuk mengikat dengan antigen dan menonaktifkan antigen
sehingga proses tubuh lainnya bisa mengambil alih, menghancurkan dan
menghilangkan zat asing dari tubuh. Ada banyak jenis golongan darah. Tapi,
dua jenis utama golongan darah adalah, sistem darah ABO dan Sistem darah
Rhesus. Sistem darah ABO adalah golongan darah sistem yang paling penting
dalam transfusi darah manusia. Anti-A yang terkait, antibodi anti-B biasanya
imun globin M, disingkat sebagai IgM antibodi. Sistem darah ABO
menentukan apakah seseorang memiliki darah A atau B atau AB atau O. Ada
empat kelompok darah utama ditentukan oleh ada atau tidak adanya dua
antigen A dan B pada permukaan sel darah merah (Ravindran, Titus, Pravin, &
Pandiyan, 2017).
Golongan darah A memiliki antigen A pada permukaan eritrosit dan
antibody B pada plasma. Sedangkan, golongan darah B memiliki antigen B
pada permukaan sel darah merahnya dan antibody A pada plasma (Ravindran
et al., 2017). Golongan darah AB memiliki kedua antigen A dan B tetapi tidak
memiliki antibodi. Kelompok O tidak memiliki antigen, tetapi memiliki
antibodi terhadap A dan B. Oleh karena itu, orang dengan golongan darah O
adalah donor universal, yang berarti dapat menyumbangkan darah ke
golongan darah mana pun. Di sisi lain, orang dengan golongan darah AB
disebut penerima universal; karena dapat menerima darah dari golongan darah
lainnya tetapi hanya dapat disumbangkan ke kelompok AB. Sistem
pengelompokan lainnya adalah dengan menentukan apakah seseorang
memiliki antigen RhD pada sel darah merah. Seseorang yang tidak memiliki
antigen RhD dikenal sebagai RhD negatif, dan yang memilikinya adalah RhD
positif. RhD positif dapat menerima darah dari kedua kelompok. Dalam situasi
darurat, RhD darah positif dapat diberikan kepada golongan darah negatif
RhD tetapi dalam kasus itu pemberian anti-D harus dilakukan (Kangas &
Saarinen, 2016).
Untuk mencari golongan darah seseorang, sel darah merah dari
personal tersebut dicampur dengan larutan antibodi yang berbeda. Jika,
misalnya, solusinya mengandung antibodi anti-B dan orang tersebut memiliki
antigen B pada sel eritrosit akan mengaglutinasi. Jika darahnya tidak bereaksi
terhadap salah satu antibodi anti-A atau anti-B, berarti golongan darah O.
Serangkaian tes dengan berbagai jenis antibodi dapat digunakan untuk
mengidentifikasi golongan darah. Jika personal tersebut hendak menerima
transfusi, darah orang tersebut akan diuji melawan sampel sel donor yang
mengandung antigen ABO dan RhD. Jika tidak ada reaksi, darah donor
dengan ABO dan RhD yang sama jenis dapat digunakan. Dalam sistem ini,
menambahkan solusi seperti anti-A, anti-B, anti-D ke sampel darah dilakukan.
Setelah beberapa waktu, aglutinasi mungkin atau mungkin tidak terjadi.
Tergantung pada aglutinasi, golongan darah bisa ditentukan secara manual.
Kekurangan ini sistem kemungkinan lebih banyak kesalahan manusia. Hanya
ahli dapat memberi tahu golongan darah dengan melihat aglutinasi (Ravindran
et al., 2017).
Standar pemeriksaan golongan darah adalah meggunakan sel darah
merah atau eritrosit. Sehingga serum/plasma harus dipisahkan dan sel darah
kemudian dicuci dengan saline (NaCl 0,9%). Sel darah merah yang telah
dicuci selanjutnya dibuat suspense 5% (1 tetes darah : 19 tetes Saline), 10% (1
tetes darah : 9 tetes Saline) dan 40% (2 tetes darah : 3 tetes Saline). Prosedur
ini dilakukan karena rasio kehadiran serum/plasma pada sel darah merah dapat
mempengaruhi sensitifitas pada tes aglutinasi (BANBCT, 2013). Cell
grouping dan serum grouping serta auto-control sebaiknya dilakukan
bersamaan untuk konfirmasi hasil yang diperoleh (Thakral, Saluja, Bajpai,
Sharma, & Marwaha, 2005).
Pada praktikum pemisahan serum dan plasma, pencucian, pembuatan
suspense sel darah merah 5%, 10%, 40% dan pemeriksaan golongan darah
dengan metode slide test yang dilakukan pada hari Selasa, 18 September 2018
bertempat di Laboratorium Imunologi Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar
dengan melakukan pemeriksaan pada tiga orang probandus, diperoleh hasil
pada probandus pertama atas nama Mira Yanti (19 tahun) berjenis kelamin
perempuan, memiliki antigen A, antigen D, dan antibodi B. Pada probandus
kedua atas nama Komang Trisna Utami (20 tahun) berjenis kelamin
perempuan diperoleh hasil bahwa probandus memiliki antigen B, antigen D,
dan antibodi A. Dan probandus ketiga atas nama Ageng Pertiwi Yudani Devy
(20 tahun) berjenis kelamin perempuan diperoleh hasil bahwa probandus tidak
memiliki antigen A maupun antigen B, tetapi memiliki antigen D dan memiliki
antibodi A maupun B. Sehingga berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
dikatakan bahwa probandus pertama atas nama Mira (19 tahun) memiliki
golongan darah A rhesus +, probandus kedua atas nama Komang Trisna Utami
(20 tahun) memiliki golongan darah B rhesus +, dan probandus ketiga atas
nama Ageng Pertiwi Yudani Devy memiliki golongan darah O rhesus +.
Praktikum penentuan golongan darah dan rhesus dilakukan dengan
metode slide (Slide Test). Tes slide adalah metode yang relatif sensitif untuk
penentuan golongan darah dengan tempo untuk hasil yang cepat, sehingga
berharga dalam kasus-kasus darurat. Dalam metode ini, slide atau kaca dibagi
menjadi tiga bagian. Pada setiap bagian, setetes donor atau darah penerima
dicampur dengan anti-A, anti-B dan anti-D secara terpisah. Aglutinasi atau
pola penggumpalan darah diamati secara visual sehingga ABO dan rhesus D
(RhD) darah dapat ditentukan. Tes selesai dalam 5–10 menit dan tidak mahal,
yang hanya membutuhkan sedikit volume darah reagen. Namun, ini adalah
metode tidak sensitif dan hanya berguna dalam pencocokan dolongan darah
tahap awal untuk mendapatkan hasil awal. Tes tidak dapat dilakukan untuk
antigen yang lemah atau jarang reaktif dimana hasilnya sulit untuk ditafsirkan
dan titer rendah anti-A atau anti-B dapat menyebabkan salah hasil. Meskipun
tes slide berguna untuk pemeriksaan golongan darah di luar ruangan, itu tidak
cukup handal untuk transfusi yang benar-benar aman (Mujahid & Dickert,
2016).
IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pemisahan serum dan plasma, pencucian,
pembuatan suspense sel darah merah 5%, 10%, 40% dan pemeriksaan
golongan darah dengan metode slide test yang dilakukan pada hari Selasa, 18
September 2018 bertempat di Laboratorium Imunologi Analis Kesehatan
Poltekkes Denpasar dengan melakukan pemeriksaan pada tiga orang
probandus, diperoleh hasil pada probandus pertama atas nama Mira Yanti (19
tahun) berjenis kelamin perempuan, memiliki antigen A, antigen D, dan
antibodi B. Pada probandus kedua atas nama Komang Trisna Utami (20 tahun)
berjenis kelamin perempuan diperoleh hasil bahwa probandus memiliki
antigen B, antigen D, dan antibodi A. Dan probandus ketiga atas nama Ageng
Pertiwi Yudani Devy (20 tahun) berjenis kelamin perempuan diperoleh hasil
bahwa probandus tidak memiliki antigen A maupun antigen B, tetapi memiliki
antigen D dan memiliki antibodi A maupun B. Sehingga dapat disimpulkan
dari hasil pemeriksaan bahwa probandus pertama atas nama Mira Yanti (19
tahun) memiliki golongan darah A rhesus +, probandus kedua atas nama
Komang Trisna Utami (20 tahun) memiliki golongan darah B rhesus +, dan
probandus ketiga atas nama Ageng Pertiwi Yudani Devy memiliki golongan
darah O rhesus +.
DAFTAR PUSTAKA
Mujahid, A., & Dickert, F. L. (2016). Blood Group Typing : From Classical
Strategies to the Application of Synthetic Antibodies Generated by Molecular
Imprinting. Sensor, 16(51), 1–17. https://doi.org/10.3390/s16010051
NIB. 2013. Guidance Manual on “ABO and Rh Blood Grouping”. National
Institute of Biologicals. Ministry of Health & Family Welfare Government of
India. p. 9-31.
Oktari, A., & Silvia, N. D. (2016). Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO
Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A , B , O. Teknolab,
5(2), 49–54
Ravindran, G., Titus, T. J., Pravin, M., & Pandiyan, P. (2017). Determination and
Classification of Blood Types using Image Processing Determination and
Classification of Blood Types using Image Processing Techniques.
International Journal of Computer Applications (0975 – 8887) Volume 157 –
No 1, January 2017 Determination, 157(1), 1–6.
https://doi.org/10.5120/ijca2017912592
Stoe, M. 2011. Pretransfusion Testing. Immunohematology Principles and
Practice Third Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p. 107-
117.
Thakral, B., Saluja, K., Bajpai, M., Sharma, R. R., & Marwaha, N. (2005).
Importance of Weak ABO Subgroups. LabMedicine, 36(1), 16–18.
https://doi.org/10.1309/X59TAAYPEPCNBLUJ
WHO, 2009. Basic Blood Group Immunology. Safe Blood and Blood Product.
Genewa: WHO. p. 16-24.
WHO, 2009. The ABO Blood Group System. Safe Blood and Blood Product.
Genewa: WHO. p. 25-34.