Anda di halaman 1dari 24

IMMUNOHEMATOLOGI

Pemisahan Serum dan Plasma Pencucian dan Pembuatan Suspensi Sel


Darah Merah 5%, 10%, dan 40% dan Pemeriksaan Golongan Darah A, B, O
dan Rhesus Dengan Metode Bioplate dan Metode Tabung

OLEH :

KELOMPOK 5

I Gusti Ngurah Teja Pratama (P07134016001)

Dewa Ayu Dian Permata (P07134016007)

Komang Trisna Utami Dewi (P07134016017)

Ni Putu Ayu Indah Paramita (P07134016029)

Kadek Putri Dwi Cahyanti (P07134016038)

Ageng Pertiwi Yudani Devi (P07134016052)

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN

DENPASAR

2018
Pemisahan Serum dan Plasma Pencucian dan Pembuatan Suspensi Sel Darah
Merah 5%, 10%, dan 40% dan Pemeriksaan Golongan Darah A, B, O dan Rhesus
Dengan Metode Bioplate dan Metode Tabung

I. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa dapat memahami cara pemisahan serum atau plasma sel
darah merah
b. Mahasiswa dapat memahami cara pencucian sel darah merah pekat
c. Mahasiswa dapat memahami cara pembuatan suspensi sel darah merah
d. Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan golongan darah ABO
dan rhesus dengan metode plate & metode tabung
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pemisahan serum atau plasma dari sel
darah merah
b. Mahasiswa dapat melakukan pencucian sel darah merah pekat
c. Untuk mendapatkan sel darah merah yang bebas dari protein atau
globulin
d. Mahasiswa dapat melakukan pembuatan suspensi sel darah merah 5%,
10%, dan 40%
e. Mahasiswa dapat melakukan cara pemeriksaan golongan darah ABO
dan rhesus dengan metode plate & metode tabung
f. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan golongan
darah ABO dan rhesus dengan metode plate & metode tabung

II. Prinsip
a. Pemisahan Serum atau Plasma
Memisahkan serum atau plasma dari sel-sel darah merah untuk
mendapatkan plasma atau serum yang bebas dari sel darah merah
b. Pencucian Sel Darah Merah Pekat
Mendapatkan sel darah merah pekat yang dicuci dan yang bebas dari
protein atau globulin
c. Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah
Membuat kepekatan sel darah merah menjadi enceran tertentu guna
mengoptimalkan reaksi antigen pada sel darah merah terhadap antibody
d. Pemeriksaan Golongan Darah A, B, O dan Rhesus
Antigen + Antibody Aglutinasi
Golongan darah diidentifikasikan dengan melihat aglutinasi yaitu
penggumpalan sel darah merah akibat reaksi antara Antibody dalam serum
atau plasma dengan Antigen pada sel darah merah
III. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum Pemisahan Serum dan
Plasma Pencucian dan Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah adalah metode
tube test dan Metode yang digunakan pada praktikum pemeriksaan golongan
darah ABO dan Rhesus adalah metode plate dan metode tabung

IV. Dasar Teori


Darah adalah komponen esensial mahluk hidup yang berfungsi sebagai
pembawa oksigen dari Paru-Paru kejaringan dan Karbon dioksida dari
jaringan ke Paru-Paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien dari saluran
cerna ke jaringan kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui organ
sekresi seperti Ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan
darah (Oktari & Silvia, 2016).
Struktur Darah terdiri atas :
1. Plasma : ialah cairan darah ( 55 % ) sebagian besar terdiri dari air ( 95%),
7% protein, 1% nutrien . Didalam plasma terdapat sel-sel darah dan
lempingan darah, Albumin dan Gamma globulin yang berguna untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin juga
mengandung antibodi ( imunoglobulin ) seperti IgM, IgG, IgA, IgD, IgE
untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme. Didalam plasma
juga terdapat zat/faktor-faktor pembeku darah, komplemen, haptoglobin,
transferin, feritin, seruloplasmin, kinina, enzym, polipeptida, glukosa,
asam amino, lipida, berbagai mineral, dan metabolit, hormon dan vitamin-
vitamin.
2. Sel-sel darah : kurang lebih 45 % terdiri dari Eritrosit ( 44% ), sedang
sisanya 1% terdiri dari Leukosit atau sel darah putih dan Trombosit. Sel
Leukosit terdiri dari Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Limfosit, dan Monosit.
3. Serum
Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi
lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan
merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah. Plasmapheresis
adalah jenis terapi medis yang menyuling plasma darah keluar dari
kumpulan partikelnya untuk diolah lebih lanjut dan memasukkan kembali
plasma darah tersebut pada akhir terapi.
Darah seperti yang didefinisikan dan yang dapat dilihat adalah suatu
cairan tubuh yang kental dan berwarna merah. Kedua sifat utama ini, yaitu
warna merah dan kental membedakan darah dari cairan tubuh yang lain.
Kekentalan ini disebabkan oleh banyaknya senyawa dengan berbagai
macam berat molekul, dari yang kecil sampai yang besar seperti protein,
yang telarut di dalam darah. Warna merah, yang memberi ciri yang sangat
khas bagi darah yang disebabkan oleh adanya senyawa yang berwarna
merah dalam sel-sel darah merah (SDM) yang tersuspensi dalam darah.
Dengan adanya senyawa dengan berbagai macam ukuran molekul yang
terlarut tersebut, ditambah dengan suspensi sel, baik SDM maupun sel-sel
darah yang lain, darah pun menjadi cairan dengan massa jenis dan
kekentalan (viskositas) yang lebih besar dari pada air (Oktari & Silvia,
2016).
Massa jenis darah biasanya antara 1,054-1,060. Cairan darah yang
telah terpisah dari sel-sel darah, yaitu plasma dan serum, mempunyai
massa jenis antara 1,024-1,028. Viskositas darah kira-kira 4,5 kali
viskositas air. Viskositas darah atau tepatnya viskositas plasma, tergantung
pada suhu cairan dan konsentrasi bahan yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, derajat keasaman atau pH darah, berbeda dengan pH air,
tidaklah netral. Derajat keasaman atau pH darah sedikit lebih tinggi dari
pada 7, tepatnya 7,40 dan tidak mudah berubah. Hal ini pertama
disebabkan oleh adanya berbagai senyawa terlarut tersebut , yag
sebagaimana diantaranya bersifat dapar atau buffer dengan pH yang
memang sedikit lebih besar daripada 7. Kedua, di dalam darah terkandung
aneka macam senyawa dan metabolit (hasil metabolisme yang dalam
keadaan sehat secara keseluruhan menghasilkan pH sebesar 7 lebih sedikit.
Pada suhu 370C viskositas plasma 1,16-1,32 mPa/s (rata-rata 1,24),
sedangkan pada suhu 250C sebesar 1,50-1,75 mPa/s (rata-rata 1,60).
Adanya zat-zat terlarut ini juga memberikan tekanan osmotik pada darah,
yang ternyata cukup besar, yaitu sekitar 7-8 atm pada suhu tubuh. Nilai ini
sama dengan tekanan osmotik larutan NaCl dengan konsentrasi 0,9 mg/dl,
sehingga larutan ini isotonik dengan darah (Oktari & Silvia, 2016).
Semua parameter fisikokimia ini, yaitu massa jenis, kekentalan, pH
maupun intesitas warna dapat mempunyai nilai baku tertentu dalam
keadaan sehat. Namun, salah satua atau beberapa diantaranya dapat
berubah dalam keadaan sakit. Massa jenis darah dapat meningkat, bila
terjadi pemekatan darah (hemokonsentrasi ) yang dijumpai dala berbagai
keadaan yang disertai dengna hilangnya cairan dari dalam ruang pembuluh
darah. Kekentalan atau viskositas darah juga dapat terjadi pada bebrapa
keadaan tertentu, yang disertai dengan meningkatnya jumlah protein
tertentu dalam cairan darah. Keasaman darah dapat bertambah atau
berkurang, sehinggga terjadi keadaan alkolosis (pH darah menjadi basa)
ataupun asidosis (pH darah menjadi asam) yang disebabkan oleh berbagai
macam penyakit. Volume darah pada orang dewasa sehat ditentukan oleh
jenis kelamin. Volume darah pada laki-laki dewasa adalah 5 liter,
sedangkan pada perempuan dewasa agak lebih rendah yaitu 4,5 liter. Nilai
ini tidak mutlak, karena ditentukan oleh keseimbanagn antara ruang intra
pembuluh darah dengan ruang antar sel dan bergantung pada cara
pengukuran. Pengukuran volume darah umumnya didasarkan atas cara
pengenceran (Oktari & Silvia, 2016).
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi darah ialah sebagai
sarana transfor, alat homeostatis dan alat pertahanan. Ketiga fungsi
tersebut dijalankan dalam berbagai bentuk dan cara.
Transfusi Darah adalah pemindahan darah atau suatu komponen darah
dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi diberikan
untuk:

- meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen

- memperbaiki volume darah tubuh

- memperbaiki kekebalan

- memperbaiki masalah pembekuan.

Tergantung kepada alasan dilakukannya transfusi, bisa diberikan darah


lengkap atau komponen darah (misalnya sel darah merah, trombosit, faktor
pembekuan, plasma segar yang dibekukan/bagian cairan dari darah atau
sel darah putih). Jika memungkinkan, akan lebih baik jika transfusi yang
diberikan hanya terdiri dari komponen darah yang diperlukan oleh
resipien. Memberikan komponen tertentu lebih aman dan tidak boros(..).
dalam tranfusi darah terdapat beberapa uji yang dilakukan sebelum
transfusi dilakukan langsung kepada pasien. Uji ini adalah pratransfusi.
Uji pratransfusi memiliki beberapa istilah lain seperti pretransfusion
testing atau compatibility testing. Uji pratransfusi adalah serangkaian
pemeriksaan yang dilakukan sebelum produk darah ditransfusikan pada
pasien. Uji pratransfusi ini identik dengan crossmatching (direct
compatibility test) meskipun dalam aplikasinya pada uji pratransfusi ini
terdapat pemeriksaan awal serta ada pemeriksaan lanjutan yang harus
dilakukan apabila hasil crossmatching tidak sesuai. Jadi crossmatching
hanya merupakan salah satu bagian dari uji pratransfusi (Stoe, 2011).
Berikut adalah uji pratranfusi yang dilakukan pada pasien :

Pemisahan Serum atau Plasma, Pencucian Sel Darah Merah dan


Pembuatan Suspensi Sel Darah
Pemisahan serum atau plasma dari sel darah merah bertujuan untuk
mendapatkan serum atau plasma yang bebas dari sel darah merah.
Beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk prosedur tersebut di antaranya:
sentrifus, pipet pasteur, dan tabung reaksi ukuran 12 x 75 mm beserta
raknya. Darah yang akan dipisahkan dapat berupa darah beku atau darah
dengan antikoagulan (whole blood). Hasil pemisahan adalah serum atau
plasma dan sel darah merah pekat. Pencucian sel darah merah bertujuan
untuk mendapatkan sel darah merah yang bebas dari protein atau globulin
yang dapat mengganggu sejumlah pemeriksaan serologi. Ada pun prosedur
pencucian sel adalah 0,5 mL sel darah merah pekat dimasukkan ke dalam
tabung kemudian tambahkan larutan salin atau Natrium Clorida 0,9%
(NaCl 0,9%) sampai mengisis 3/4 bagian tabung. Lakukan sentrifugasi
dengan kecepatan 3000 rpm selama 1 menit dan buang seluruh
supernatant. Lakukan pencucian sebanyak 3 kali atau sesuai kebutuhan
dan buang seluruh supernatan pada akhir pencucian, sehingga hasil
akhirnya adalah sel darah merah yang sudah dicuci (Mehdi, 2013).
Pada beberapa jenis uji pratransfusi membutuhkan suspensi sel
darah merah. Pembuatan suspensi sel bertujuan untuk mengoptimalkan
reaksi antigen-antibodi sehingga reaksi yang muncul dapat diamati dengan
jelas. Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa suspensi sel 3% banyak
dipakai untuk pemeriksaan serologi. Namun, berdasarkan Word Health
Organization, suspensi sel 5% umum dipakai untuk prosedur serologi
(WHO, 2013).

GOLONGAN DARAH
Pemeriksaan golongan darah adalah suatu prosedur laboratorium
yang dilakukan untuk menentukan jenis golongan darah. Pada uji
pratransfusi, pemeriksaan golongan darah minimal yang harus dikerjakan
adalah golongan darah sistem ABO dan Rhesus (D typing). Pemeriksaan
golongan darah dilakukan baik pada donor maupun pada pasien Golongan
darah sangat berkaitan dengan adanya antigen dan antibodi dalam tubuh
manusia. Antigen adalah setiap zat yang dianggap sebagai benda asing
yang masuk ke dalam tubuh dan merangsang sistem kekebalan tubuh
untuk merespon masuknya antigen tersebut. Antibodi adalah produk dari
respon imun dan akan bereaksi dengan antigen dengan beberapa cara yang
dapat diamati. Nama lain dari antibodi adalah imunoglobulin (Ig) dan
merupakan bagian dari protein plasma. Ada 5 jenis immunoglobulin, yaitu
IgG, IgM, IgA, IgD, IgE, tetapi yang banyak berperanan dalam sistem
golongan darah adalah immunoglobulin G dan M.
Berdasarkan sistem ABO, ada 4 jenis golongan darah sesuai
dengan jenis antigen dan antibodi yang dimiliki masing-masing golongan.
Individu dengan golongan darah A memiliki antigen A pada sel darah
merahnya dan antibodi B dalam plasmanya. Individu dengan golongan
darah B memiliki antigen B dan antibodi A, sedangkan individu golongan
darah AB mempunyai antigen A maupun antigen B dan tidak memiliki
antibodi A maupun B dalam plasmanya. Individu dengan golongan darah
O tidak memiliki antigen A maupun B tetapi mempunyai antibodi A dan B
dalam plasmanya. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk
menguji golongan darah yang dapat dilakukan, adapun metode tersebut :
Berdasarkan jenis peralatan penunjang yang digunakan,
pemeriksaan golongan darah secara manual dapat dikerjakan dengan tiga
metode, yaitu :

1. Slide test atau glass slide atau white porcelain tile

Prinsip pemeriksaan adalah apabila sel darah merah mengandung


antigen yang sesuai dengan jenis antibodi yang ditambahkan pada reagen,
maka akan terjadi aglutinasi atau hemolisis. Aglutinasi adalah
penggumpalan sel darah merah yang disebabkan oleh ikatan antibodi
dengan antigen pada sel darah merah sehingga menghasilkan ikatan yang
menggandeng beberapa sel secara bersama-sama. Ada 2 tahapan untuk
pembentukan aglutinasi, yaitu:
Tahap 1: Antibodi mengikat antigen sel darah merah segera setelah terjadi
kontak antigen antibodi, ikatan tersebut belum menimbulkan aglutinasi.
Hanya sebatas melapisi atau mensensitisasi sel.

Tahap 2: Pembentukan lattice yang menghasilkan gumpalan atau


aglutinasi, merupakan kelanjutan dari tahap 1 (WHO, 2009).

Hemolisis sel darah merah dapat disebabkan oleh antibodi jenis


IgM dan hanya sedikit yang disebabkan oleh IgG. Setelah antigen
berikatan dengan antibodi, jalur komplemen akan diaktivasi sehingga
menyebabkan sel darah merah ruptur atau lisis. Lisis juga mengindikasikan
adanya reaksi antara antigen dan antibodi seperti pada aglutinasi.
Jenis sampel yang dipakai disesuaikan dengan rekomendasi sampel
yang tercantum pada insert kit reagen yang digunakan. Ada reagen yang
merekomendasikan sampel whole blood atau suspensi sel. Reagen yang
digunakan mengandung anti-A, anti-B dan anti-AB yang bersifat opsional.
Pada dasarnya prosedur melalui metode ini dilakukan dengan meneteskan
1 tetes anti-A, anti-B dan anti-AB pada masing – masing objek glass dan
kemudian diteteskan darah pasien, kemudian dihomogenkan dan dilihat
terbentuknya aglutinasi.

Gambar. Prosedur uji golongan darah metode slide


Gambar. Interpretasi hasil pemeriksaan golongan darah dengan metode
slide test

Pemeriksaan golongan darah dengan slide test memiliki beberapa


keuntungan yaitu sangat mudah dan cepat digunakan untuk menentukan
golongan darah ABO dalam keadaan emergency, dapat digunakan sebagai
penentu golongan darah awal apabila pemeriksaan dilakukan di lapangan
atau di luar ruangan (NIB, 2013). Pemeriksaan golongan darah dengan
slide test tidak direkomendasikan untuk penggunaan rutin, karena tidak
handal atau tidak terpercaya untuk kasus-kasus dengan antigen yang
bereaksi lemah dan titer anti-A dan anti-B lemah pada serum. Beberapa
kelemahan dari metode slide test antara lain:
a. Kurang sensitif dibandingkan metode tabung,

b. Campuran reaksi yang sudah mengering dapat menimbulkan agregrat


yang memberikan hasil positif palsu,

c. Sulit menginterpretasi hasil dengan reaksi lemah (NIB, 2013).

2. Tube test
Prinsip pemeriksaan adalah apabila sel darah merah mengandung
antigen yang sesuai dengan jenis antibodi yang ditambahkan pada reagen
maka akan terjadi aglutinasi. Umumnya, menggunakan sampel darah beku
atau dengan antikoagulan. Sel darah merah dapat disuspensi secara
autologous dengan serum, plasma, salin atau membutuhkan pencucian
terlebih dahulu kemudian diresuspensi dalam salin. Jenis sampel
disesuaikan dengan rekomendasi insert kit reagen yang digunakan
(Cooling, 2014). Reagen yang digunakan mengandung anti-A, anti-B dan
anti-AB yang bersifat opsional. Karena pemeriksaan juga dilakukan pada
sampel serum, maka reagen tambahan pada tube test adalah suspensi sel
A1, A2, B dan O 2-5% . Suspensi sel dapat dibuat sendiri di laboratorium
atau menggunakan suspensi sel yang dijual secara komersial. Penggunaan
sel A2 bersifat opsional (Cooling, 2014). Pada prinsipnya masing – masing
reagen diteteskan pada tabung, yang selanjutnya diteteskan suspensi sel
darah merah 5%, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 100 Rpm
selama satu menit, dan dilihat aglutinasi pada dasar tabung. Selain dengan
suspensi darah dapat digunakan serum dengan prosedur yang hampir sama
(Cooling, 2014).

Beberapa keuntungan pemeriksaan golongan darah dengan metode


tube test antara lain:
a) Proses inkubasi tidak menyebabkan pengeringan pada isi tabung
seperti pada slide test,

b) Sentrifugasi membantu mendeteksi reaksi antigen antibodi yang


lemah,

c) Pembacaan dan penentuan derajat aglutinasi lebih mudah,

d) Lebih bersih dan higienis dibandingkan metode slide,

e) Jumlah reagen yang dibutuhkan lebih sedikit,

f) Lebih sensitif dibandingkan metode slide (NIB, 2013).

Beberapa kelemahan pemeriksaan golongan darah dengan metode


tube test adalah dibutuhkan tabung dalam jumlah yang banyak,
membutuhkan waktu yang lebih lama apabila jumlah test banyak,
membutuhkan keterampilan dalam teknik pembacaan hasil, pengarsipan
hasil pemeriksaan sulit dilakukan dan membutuhkan banyak tempat dan
waktu.

3. Microwell plate atau microplate test.


Microplate memiliki 96 sumuran yang masing-masing dapat
menampung 200-300 μL sampel atau reagen. Teknik microplate ini
digunakan secara luas pada tempat-tempat dengan beban pemeriksaan
yang banyak dan saat ini sudah tersedia prosedur pemeriksaan dengan
autoanalyzer. Ada tiga jenis microplate yang tersedia yaitu:

1) V-type well

2) Flat-bottom

3) U-type well
Jenis microplate yang banyak digunakan untuk pemeriksaan
serologi golongan darah adalah U-type well karena hasil lebih mudah
dibaca pada bagian bawah U-plate (NAB, 2013). Prinsip pemeriksaan
pada pemeriksaan golongan darah ABO pada microplate test sama dengan
pemeriksaan menggunakan tabung (tube test). Umumnya, menggunakan
sampel darah beku atau dengan antikoagulan. Sel darah merah dapat
disuspensi secara autologous dengan serum, plasma, salin atau
membutuhkan pencucian terlebih dahulu kemudian diresuspensi dalam
salin. Jenis sampel disesuaikan dengan rekomendasi insert kit reagen yang
digunakan (Cooling, 2014). Beberapa keuntungan dari pemeriksaan
golongan darah dengan metode microplate antara lain :

a. Bersifat cost-effective karena volume sampel dan reagen yang


digunakan lebih sedikit,

b. Penanganan microplate lebih mudah dan mampu menggantikan 96


jumlah tabung biasa,

c. Hasil pemeriksaan sampel dapat diarsip tanpa menghabiskan banyak


waktu dan tempat,

d. Pada jumlah test yang banyak, pengerjaan sampel dapat dilakukan


bersamaan sehingga mengurangi waktu pemeriksaan,

e. Teknik pemeriksaan golongan darah dapat dilakukan secara otomatis


dengan data on line,

f. Kesalahan pembacaan dan interpretasi hasil dapat dikurangi,

g. Menghemat waktu staf,

h. Identifikasi sampel dan microplate dapat menggunakan sistem barcode


sehingga risiko sampel tertukar dapat dikurangi,

i. Penyimpanan data hasil pemeriksaan dapat terintegrasi dengan sistem


komputer.
Kelemahan dari metode microplate test adalah tidak efektif dan
efisien digunakan pada laboratorium dengan jumlah test yang masih
sedikit. Beberapa teknik lain yang sudah dikembangkan saat ini dan dapat
dikerjakan secara otomatis, antara lain:

1. Column technique (sephadex gel)

2. Solid phase tests.


Aglutinasi sel darah merah dapat berlangsung melalui dua tahapan.
Tahap pertama antibodi berikatan dengan permukaan sel darah merah,
tahap kedua antibodi berinteraksi dengan sel darah merah sehingga sel-sel
saling berdekatan dan terjadilah aglutinasi. Tahap pertama aglutinasi
dipengaruhi oleh suhu, pH medium, konstanta afinitas antibodi, waktu atau
lama inkubasi, kekuatan ion pada medium, dan rasio antigen antibodi.
Tahap kedua aglutinasi dipengaruhi oleh jarak antar sel, muatan molekul
dalam suspensi, deformitas membran, molekul permukaan membran dan
struktur molekul (McCullough, 2012).

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi


antigen dan antibodi pada pemeriksaan golongan darah.

1. Muatan ion sel darah merah


Dalam kondisi fisiologis, sel darah merah tidak pernah berikatan satu sama
lain atau menggumpal secara spontan, baik selama berada di dalam tubuh
(in vivo) maupun selama di dalam tabung (in vitro) karena masing-masing
membran memiliki muatan negatif. Muatan negatif dihasilkan oleh
kelompok neuraminic acid yang terdapat pada permukaan membran sel
darah merah (WHO, 2009). Bila sel darah merah disuspensikan dalam
larutan elektrolit, maka ion positif akan ditarik oleh muatan negatif pada
sel darah merah, sehingga sel darah merah tersebut akan dikelilingi oleh 2
lapisan yang diffuse (Zeta Potensial). Bila ada antibodi yang menempel
pada sel darah merah, maka sel darah merah akan mengurangi muatan
negatif pada permukaannya, sehingga memungkinkan sel tersebut saling
mendekat satu sama lainnya. Karena antibodi tersebut bivalent, maka
mereka akan membentuk jembatan antara sel yang satu dengan sel yang
lainnya (Depkes RI, 2008).

2. Temperatur
Antibodi yang berbeda mempunyai kemampuan bereaksi secara optimal
pada suhu yang berbeda juga. Sebagai contoh antibodi golongan darah
ABO bereaksi optimal pada suhu 4 oC sedangkan antibodi Rhesus
bereaksi optimal pada suhu 37 oC (WHO, 2009).

3. pH
Sebagian besar antibodi golongan darah dapat bereaksi secara optimal
pada pH 6,5 sampai 7,5. Reaksi akan dihambat apabila pH terlalu asam
atau terlalu alkalis (WHO, 2009).

4. Usia serum dan eritrosit sampel


Reaksi yang paling baik umumnya didapatkan jika menggunakan sampel
serum dan eritrosit segar. Untuk alasan tersebut disarankan selalu
menggunakan sel darah merah segar atau menyimpan serum pada suhu -20
oC atau suhu lebih rendah apabila tidak segera digunakan (WHO, 2009).

5. Rasio antigen dan antibodi


Rasio antigen dan antibodi sangat penting dalam menentukan kuat
lemahnya reaksi. Semakin banyak antibodi yang berikatan dengan antigen
yang ada pada permukaan eritrosit maka reaksi yang terjadi akan semakin
kuat. Penting untuk memastikan keakuratan suspensi sel darah merah yang
disiapkan karena suspensi sel yang terlalu pekat akan sedikit mengikat
antibodi sehingga reaksi yang muncul lebih lemah. Suspensi sel yang
dianggap mampu memberikan reaksi optimal pada tes aglutinasi adalah
suspensi sel 2-5% (WHO, 2009).

6. Kekuatan ionik
Kecepatan terjadinya reaksi antigen-antibodi dapat ditingkatkan jika
kekuatan ionik pada medium untuk mensuspensikan sel darah merah
menurun. Penggunaan Low Ionic Strength Solution (LISS) dapat
mengurangi periode inkubasi pada anti-human globulin test selama 15
menit (WHO, 2009).

V. Alat dan Bahan


- Alat
1. Tabung serologis
2. Pipet Pasteur
3. Gelas plastic
4. Objek glass
5. Centrifuge
6. Rak tabung reaksi
7. Botol semprot
8. Lidi
9. Label
- Bahan
1. Sampel darah dengan antikoagulan atau whole blood
2. Larutan saline 0,9%
3. Sel darah merah pekat (100%)
4. Akuadest
5. Serum donor (3 orang)
6. Suspensi eritrosit 5%
7. Suspensi eritrosit 10%
8. Suspensi eritrosit 40%
- Reagen
1. Anti –A
2. Anti –B
3. Sel eri A 10%
4. Sel eri B 10%
5. Sel eri O 10%
6. Anti –D
7. Bovine Albumin 22%

VI. Cara Kerja

 Pemisahan Serum atau Plasma dari Sel Darah Merah


1. Darah sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung yang telah diberi
tanda atau label sesuai dengan sampel.
2. Darah di dalam tabung dicentrifuge dengan kecepatan 3000-3400 rpm
selama 90-120 detik.
3. Serum atau plasma yang jernih dipisahkan dari sel darah merah ke
dalam tabung yang lain yang sudah diberi tanda sesuai dengan sampel.
 Pencucian Sel Darah Merah Pekat
1. Sel darah merah hasil pemisahan serum atau plasma ditambahkan
larutan saline 0,9% sebanyak ¾ tabung.
2. Ditutup mulut tabung dengan parafilm.
3. Dicampur sel darah merah dan larutan saline dalam tabung hingga
homogen.
4. Dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 2 menit.
5. Dibuang supernatan dengan pipet Pasteur hingga menjadi pekat
(100%).
6. Diulangi langkah 1-5 sebanyak 3x.
 Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah
a. Pembuatan Suspensi 5%
1. Disiapkan 3 buah tabung reaksi dan diberi label pada masing-masing
tabung sesuai nama probandus.
2. Diteteskan NaCl 0,9% masing-masing sebanyak 19 tetes.
3. Diteteskan sel darah merah pekat yang sudah dicuci (100%) masig-
masing sebanyak 1 tetes.
4. Dihomogenkan dengan pipet Pasteur.
b. Pembuatan Suspensi 10%
1. Disiapkan 3 buah tabung reaksi dan diberi label pada masing-masing
tabung sesuai nama probandus.
2. Diteteskan NaCl 0,9% masing-masing sebanyak 9 tetes.
3. Diteteskan sel darah merah pekat yang sudah dicuci (100%) masig-
masing sebanyak 1 tetes.
4. Dihomogenkan dengan pipet Pasteur.
c. Pembuatan Suspensi 40%
1. Disiapkan 3 buah tabung reaksi dan diberi label pada masing-masing
tabung sesuai nama probandus.
2. Diteteskan NaCl 0,9% masing-masing sebanyak 3 tetes.
3. Diteteskan sel darah merah pekat yang sudah dicuci (100%) masing-
masing sebanyak 2 tetes.
4. Dihomogenkan dengan pipet Pasteur.
 Pemeriksaan Golongan Darah (Deteksi Antigen)
1. Diteteskan 2 tetes Anti-A dan Anti-B pada objek glass.
2. Ditambahkan 1 tetes suspensi sel 10% pada masing-masing objek glass
yang telah diisi reagen.
3. Diaduk campuran tersebut dengan lidi pengaduk.
4. Diamati ada tidaknya aglutinasi yang terbentuk.

 Pemeriksaan Golongan Darah (Deteksi Antibodi)


1. Diteteskan 2 tetes serum pasien pada objek glass pada objek glass dengan
label EA, EB, EO, dan AC.
2. Ditambahkan 1 tetes sel standar 10% pada objek glass dengan label EA,
EB, EO dan 1 tetes suspensi sel 10% pasien.
3. Diaduk masin-masing campuran tersebut dengan lidi pengaduk.
4. Diamati ada tidaknya aglutinasi yang terbentuk.

 Pemeriksaan Golongan Darah (Rhesus)


1. Diteteskan 2 tetes reagen (Anti-D dan Bovine albumin) pada objek glass
dengan label yang sesuai.
2. Ditambahkan 1 tetes suspensi sel 40% pasien pada masing-masing objek
glass yang telah terisi reagen.
3. Diaduk masin-masing campuran tersebut dengan lidi pengaduk.
4. Diamati ada tidaknya aglutinasi yang terbentuk.

VII. Hasil Pengamatan


- Probandus Pertama
Nama Probandus : Mira Yanti
Usia : 19 Tahun
JK : Perempuan
Hasil :

-A -B EA EB EO AC -D BA
Hasil 4+ Neg Neg 2+ Neg Neg 3+ Neg

- Probandus Kedua
Nama Probandus : Komang Trisna Utami
Usia : 20 Tahun
JK : Perempuan
Hasil :
-A -B EA EB EO AC -D BA
Hasil Neg 4+ 2+ Neg Neg Neg 4+ 3+

- Probandus Ketiga
Nama Probandus : Ageng Pertiwi Yudani Devy W
Usia : 20 Tahun
JK : Perempuan
Hasil :
-A -B EA EB EO AC -D BA
Hasil Neg Neg 3+ 3+ Neg Neg 3+ Neg

VIII. Pembahasan
Golongan darah adalah metode untuk mengetahui jenis darah tertentu
yang seseorang memiliki. Perbedaan dalam darah manusia disebabkan oleh
ada atau tidak adanya molekul protein tertentu yang disebut antigen dan
antibodi. Antigen berada di permukaan sel darah merah dan antibodi berada di
plasma darah. Individu memiliki tipe dan jenis yang berbeda sebagai akibat
kombinasi dari molekul-molekul tersebut. Menurut sistem pengelompokan
darah ABO dan Rh, dapat dibagi menjadi 8 kelompok berikut: A Rh +, A Rh-,
B Rh +, B Rh-, AB Rh +, AB Rh-, O Rh + dan O Rh- (Fathima, 2013).
Golongan darah adalah klasifikasi darah berdasarkan ada tidaknya zat
antigenik yang diturunkan di permukaan sel darah merah (eritrosit). Antigen
bisa berupa protein, karbohidrat, glikoprotein, atau glikolipid tergantung pada
sistem golongan darah. Golongan darah diidentifikasi oleh antigen dan
antibodi dalam darah. Antigen adalah zat apa saja yang merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antigen dapat berupa bakteri,
virus atau jamur yang menyebabkan infeksi dan penyakit. Antibodi, juga
disebut immunoglobulin adalah protein yang diproduksi oleh tubuh itu
membantu melawan zat asing yang disebut antigen. Ketika antigen memasuki
tubuh, merangsang sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi. Antibodi
menempel atau mengikat diri ke antigen dan menonaktifkannya. Peran
antibodi adalah untuk mengikat dengan antigen dan menonaktifkan antigen
sehingga proses tubuh lainnya bisa mengambil alih, menghancurkan dan
menghilangkan zat asing dari tubuh. Ada banyak jenis golongan darah. Tapi,
dua jenis utama golongan darah adalah, sistem darah ABO dan Sistem darah
Rhesus. Sistem darah ABO adalah golongan darah sistem yang paling penting
dalam transfusi darah manusia. Anti-A yang terkait, antibodi anti-B biasanya
imun globin M, disingkat sebagai IgM antibodi. Sistem darah ABO
menentukan apakah seseorang memiliki darah A atau B atau AB atau O. Ada
empat kelompok darah utama ditentukan oleh ada atau tidak adanya dua
antigen A dan B pada permukaan sel darah merah (Ravindran, Titus, Pravin, &
Pandiyan, 2017).
Golongan darah A memiliki antigen A pada permukaan eritrosit dan
antibody B pada plasma. Sedangkan, golongan darah B memiliki antigen B
pada permukaan sel darah merahnya dan antibody A pada plasma (Ravindran
et al., 2017). Golongan darah AB memiliki kedua antigen A dan B tetapi tidak
memiliki antibodi. Kelompok O tidak memiliki antigen, tetapi memiliki
antibodi terhadap A dan B. Oleh karena itu, orang dengan golongan darah O
adalah donor universal, yang berarti dapat menyumbangkan darah ke
golongan darah mana pun. Di sisi lain, orang dengan golongan darah AB
disebut penerima universal; karena dapat menerima darah dari golongan darah
lainnya tetapi hanya dapat disumbangkan ke kelompok AB. Sistem
pengelompokan lainnya adalah dengan menentukan apakah seseorang
memiliki antigen RhD pada sel darah merah. Seseorang yang tidak memiliki
antigen RhD dikenal sebagai RhD negatif, dan yang memilikinya adalah RhD
positif. RhD positif dapat menerima darah dari kedua kelompok. Dalam situasi
darurat, RhD darah positif dapat diberikan kepada golongan darah negatif
RhD tetapi dalam kasus itu pemberian anti-D harus dilakukan (Kangas &
Saarinen, 2016).
Untuk mencari golongan darah seseorang, sel darah merah dari
personal tersebut dicampur dengan larutan antibodi yang berbeda. Jika,
misalnya, solusinya mengandung antibodi anti-B dan orang tersebut memiliki
antigen B pada sel eritrosit akan mengaglutinasi. Jika darahnya tidak bereaksi
terhadap salah satu antibodi anti-A atau anti-B, berarti golongan darah O.
Serangkaian tes dengan berbagai jenis antibodi dapat digunakan untuk
mengidentifikasi golongan darah. Jika personal tersebut hendak menerima
transfusi, darah orang tersebut akan diuji melawan sampel sel donor yang
mengandung antigen ABO dan RhD. Jika tidak ada reaksi, darah donor
dengan ABO dan RhD yang sama jenis dapat digunakan. Dalam sistem ini,
menambahkan solusi seperti anti-A, anti-B, anti-D ke sampel darah dilakukan.
Setelah beberapa waktu, aglutinasi mungkin atau mungkin tidak terjadi.
Tergantung pada aglutinasi, golongan darah bisa ditentukan secara manual.
Kekurangan ini sistem kemungkinan lebih banyak kesalahan manusia. Hanya
ahli dapat memberi tahu golongan darah dengan melihat aglutinasi (Ravindran
et al., 2017).
Standar pemeriksaan golongan darah adalah meggunakan sel darah
merah atau eritrosit. Sehingga serum/plasma harus dipisahkan dan sel darah
kemudian dicuci dengan saline (NaCl 0,9%). Sel darah merah yang telah
dicuci selanjutnya dibuat suspense 5% (1 tetes darah : 19 tetes Saline), 10% (1
tetes darah : 9 tetes Saline) dan 40% (2 tetes darah : 3 tetes Saline). Prosedur
ini dilakukan karena rasio kehadiran serum/plasma pada sel darah merah dapat
mempengaruhi sensitifitas pada tes aglutinasi (BANBCT, 2013). Cell
grouping dan serum grouping serta auto-control sebaiknya dilakukan
bersamaan untuk konfirmasi hasil yang diperoleh (Thakral, Saluja, Bajpai,
Sharma, & Marwaha, 2005).
Pada praktikum pemisahan serum dan plasma, pencucian, pembuatan
suspense sel darah merah 5%, 10%, 40% dan pemeriksaan golongan darah
dengan metode slide test yang dilakukan pada hari Selasa, 18 September 2018
bertempat di Laboratorium Imunologi Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar
dengan melakukan pemeriksaan pada tiga orang probandus, diperoleh hasil
pada probandus pertama atas nama Mira Yanti (19 tahun) berjenis kelamin
perempuan, memiliki antigen A, antigen D, dan antibodi B. Pada probandus
kedua atas nama Komang Trisna Utami (20 tahun) berjenis kelamin
perempuan diperoleh hasil bahwa probandus memiliki antigen B, antigen D,
dan antibodi A. Dan probandus ketiga atas nama Ageng Pertiwi Yudani Devy
(20 tahun) berjenis kelamin perempuan diperoleh hasil bahwa probandus tidak
memiliki antigen A maupun antigen B, tetapi memiliki antigen D dan memiliki
antibodi A maupun B. Sehingga berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
dikatakan bahwa probandus pertama atas nama Mira (19 tahun) memiliki
golongan darah A rhesus +, probandus kedua atas nama Komang Trisna Utami
(20 tahun) memiliki golongan darah B rhesus +, dan probandus ketiga atas
nama Ageng Pertiwi Yudani Devy memiliki golongan darah O rhesus +.
Praktikum penentuan golongan darah dan rhesus dilakukan dengan
metode slide (Slide Test). Tes slide adalah metode yang relatif sensitif untuk
penentuan golongan darah dengan tempo untuk hasil yang cepat, sehingga
berharga dalam kasus-kasus darurat. Dalam metode ini, slide atau kaca dibagi
menjadi tiga bagian. Pada setiap bagian, setetes donor atau darah penerima
dicampur dengan anti-A, anti-B dan anti-D secara terpisah. Aglutinasi atau
pola penggumpalan darah diamati secara visual sehingga ABO dan rhesus D
(RhD) darah dapat ditentukan. Tes selesai dalam 5–10 menit dan tidak mahal,
yang hanya membutuhkan sedikit volume darah reagen. Namun, ini adalah
metode tidak sensitif dan hanya berguna dalam pencocokan dolongan darah
tahap awal untuk mendapatkan hasil awal. Tes tidak dapat dilakukan untuk
antigen yang lemah atau jarang reaktif dimana hasilnya sulit untuk ditafsirkan
dan titer rendah anti-A atau anti-B dapat menyebabkan salah hasil. Meskipun
tes slide berguna untuk pemeriksaan golongan darah di luar ruangan, itu tidak
cukup handal untuk transfusi yang benar-benar aman (Mujahid & Dickert,
2016).

IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pemisahan serum dan plasma, pencucian,
pembuatan suspense sel darah merah 5%, 10%, 40% dan pemeriksaan
golongan darah dengan metode slide test yang dilakukan pada hari Selasa, 18
September 2018 bertempat di Laboratorium Imunologi Analis Kesehatan
Poltekkes Denpasar dengan melakukan pemeriksaan pada tiga orang
probandus, diperoleh hasil pada probandus pertama atas nama Mira Yanti (19
tahun) berjenis kelamin perempuan, memiliki antigen A, antigen D, dan
antibodi B. Pada probandus kedua atas nama Komang Trisna Utami (20 tahun)
berjenis kelamin perempuan diperoleh hasil bahwa probandus memiliki
antigen B, antigen D, dan antibodi A. Dan probandus ketiga atas nama Ageng
Pertiwi Yudani Devy (20 tahun) berjenis kelamin perempuan diperoleh hasil
bahwa probandus tidak memiliki antigen A maupun antigen B, tetapi memiliki
antigen D dan memiliki antibodi A maupun B. Sehingga dapat disimpulkan
dari hasil pemeriksaan bahwa probandus pertama atas nama Mira Yanti (19
tahun) memiliki golongan darah A rhesus +, probandus kedua atas nama
Komang Trisna Utami (20 tahun) memiliki golongan darah B rhesus +, dan
probandus ketiga atas nama Ageng Pertiwi Yudani Devy memiliki golongan
darah O rhesus +.

DAFTAR PUSTAKA

BANBCT. (2013). STANDARD OPERATING PROCEDURE FOR


PROCEDURES FOR BLOOD TRANSFUSION. Directorate General of
Health Services (BANBCT), Mohakhali Technical Assistance by WHO and
Supported by The OPEC Foundation for International Development.
Cooling, L. 2014. ABO, H, and Lewis blood groups and structurally related
antigens. In: Fung, M., Grossman, B.J., Hillyer, C.D., Westhoff, C.M., eds.
Technical manual. 18th edition. Bethesda, MD: AABB :291-315.

Depkes RI.2008. Serologi Golongan Darah. Modul 2 Pelatihan Crash Program


Petugas Teknis Transfusi Darah Bagi Petugas UTDRS. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. hal 73-120.

Fathima, S. M. N. (2013). Classification of Blood Types by Microscope Color


Images. International Journal of Machine Learning and Computing, Vol. 3,
No. 4, August 2013, 3(4), 376–379.
https://doi.org/10.7763/IJMLC.2013.V3.342
Kangas, H., & Saarinen, A. (2016). Blood transfusion for an adult patient – a
guide. JAMK.fi, 1(November), 1–48.
Mehdi, S.R. 2013. ABO Blood Group System. Essentials of Blood Banking A
Handbook for Students of Blood Banking and Clinical Residents. Second
Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p. 7-17.

Mehdi, S.R. 2013. Cross-matching (compatibility testing). Essentials of Blood


Banking A Handbook for Students of Blood Banking and Clinical Residents.
Second Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p. 46-49.

McClelland, D.B.L. 2012. Blood products and transfusion procedures. Handbook


of Transfusion Medicine. London: TSO (The Stationery Office). pp. 5-22.

McCullough, J. 2012. Laboratory Detection of Blood Groups and Provision of


Red Cells. Transfusion Medicine Third Edition. UK: Wiley-Blackwell. p.
207-233.

Mujahid, A., & Dickert, F. L. (2016). Blood Group Typing : From Classical
Strategies to the Application of Synthetic Antibodies Generated by Molecular
Imprinting. Sensor, 16(51), 1–17. https://doi.org/10.3390/s16010051
NIB. 2013. Guidance Manual on “ABO and Rh Blood Grouping”. National
Institute of Biologicals. Ministry of Health & Family Welfare Government of
India. p. 9-31.
Oktari, A., & Silvia, N. D. (2016). Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO
Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A , B , O. Teknolab,
5(2), 49–54

Ravindran, G., Titus, T. J., Pravin, M., & Pandiyan, P. (2017). Determination and
Classification of Blood Types using Image Processing Determination and
Classification of Blood Types using Image Processing Techniques.
International Journal of Computer Applications (0975 – 8887) Volume 157 –
No 1, January 2017 Determination, 157(1), 1–6.
https://doi.org/10.5120/ijca2017912592
Stoe, M. 2011. Pretransfusion Testing. Immunohematology Principles and
Practice Third Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p. 107-
117.

Thakral, B., Saluja, K., Bajpai, M., Sharma, R. R., & Marwaha, N. (2005).
Importance of Weak ABO Subgroups. LabMedicine, 36(1), 16–18.
https://doi.org/10.1309/X59TAAYPEPCNBLUJ
WHO, 2009. Basic Blood Group Immunology. Safe Blood and Blood Product.
Genewa: WHO. p. 16-24.

WHO, 2009. The ABO Blood Group System. Safe Blood and Blood Product.
Genewa: WHO. p. 25-34.

WHO, 2013. Standar Operating Prosedure for Blood Transfusion. Genewa:WHO.


p. 18-20.

Anda mungkin juga menyukai