Anda di halaman 1dari 19

Hama dan Penyakit pada Mawar

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini di Indonesia bisnis tanaman hias merupaka salah satu bisnis
yang cukup menjanjikan. Orang-orang mulai lebih menyukai menggunakan
tanaman hias sebagai dekorasi, hadiah maupun kebutuhan hiasan interior.
Menurut James Lumbanraja (Ketua Bidang Produksi Asosiasi bunga
Indonesia/Asbindo), permintaan tanaman hias tahun 2012 diperkirakan
mengalami peningkatan hingga 100% dari tahun 2011. Prakiraan tersebut
berdasar pada kondisi dua tahun terakhir, bisnis florikultura dalam negeri
pada tahun 2011 lebih baik dari tahun 2010. Membaiknya usaha florikultura
dalam negeri tersebut jika dilihat dari permintaan, karena semakin
meningkatnya kepedulian masyarakat terutama dunia properti terhadap
kawasan yang ramah lingkungan (Saputra 2012).
Mawar merupakan salah satu bunga potong yang mempunyai nilai
ekonomi cukup tinggi dan dalam kegiatan perdagangan bunga potong
memberikan peringkat pertama yang terjual setiap harinya (Effendie, 1994).
Permintan terhadap bunga mawar potong ini lebih meningkat terutama
menjelang harihari besar seperti Idul Fitri, pesta pernikahan, Valentine and
lainlainnya. Data produktivitas tanaman mawar per tahun juga mengalami
peningkatan dari 14.13 tangkai/m2 pada 2010 menjadi 22.33 tangkai/m2 pada
tahun 2011 (BPS 2012).
Budidaya mawar potong merupakan hal yang tidak mudah, sehingga
diperlukan suatu teknik budidaya yang tepat dari persiapan media tanam
hingga penanganan pasca panen. Tanaman mawar memerlukan banyak unsur
hara untuk pertumbuhan dan rentan terhadap serangan hama dan penyakit
tanaman. Jika tidak dikelola dengan baik, maka mawar tidak akan memiliki
kualitas yang maksimal. Untuk peningkatan kualitas dan kwantitas bunga
yang sesuai dengan permintaan konsumen maka telah diupayakan beberapa
penelitian tentang perbaikan kualitas dan kwantitas bunga. Beberapa
teknologi yang telah banyak didokumentasikan tersebut antara lain:
pengaturan jarak tanam, pemberian ZPT triakontanol, penggunaan benomil
untuk pengendalian penyakit, penggunaan pupuk organik dari kotoran sapi
(Wuryaningsih et al., 1994, 1995; Wuryaningsih dan Kusumo, 1997; Djadnika
dan Nuryani, 1993; Sanjaya et. al., 1994).

1.2 Tujuan
1. Menentukan hama dan penyakit yang menyerang tanaman mawar
2. Menentukan gejala serangan hama yang menyerang tanaman mawar
3. Menentukan cara pengendalian hama dan penyakit yang meneyerang
tanaman mawar

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Mawar

Mawar adalah tanaman dari kelas Dicotyledonae dengan ordo Rosanales, famili
Rosaceae dan memiliki genus Rosa. Tanaman mawar mempunyai banyak varietas
dengan bentuk, ukuran dan warna bunga beragam (Rimando 2001). Mawar
merupakan tanaman yang memperhatikan beberapa aspek dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Iklim merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Curah
hujan yang ideal untuk pertumbuhan mawar berkisar antara 1500 sampai 3000
mm/tahun, intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan sekitar 5 sampai 6 jam per
hari. Tanaman mawar akan lebih sering berbunga dan memiliki batang yang kokoh di
daerah yang cukup sinar matahari.

2.2 Hama dan Penyakit

Hama adalah hewan yang mengganggu atau merusak tanaman sehingga


pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Hama dapat merusak tanaman secara
langsung maupun tidak langsung. Gangguan atau serangan hama dapat terjadi sejak
benih, pembibitan, pemanenan, hingga di gudang penyimpanan. Gangguan dan
serangan itu dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Sedangkan penyakit adalah kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh
virus, bakteri, dan jamur.
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Hama dan penyakit pada mawar


3.1.1 Thrips
Thrips merupakan hama yang berukuran 1 mm berwarna kuning pucat
coklat atau hitam Biasanya thrips lebih gelap warnanya apabila kondisi
lingkungan rendah , dan Semakin rendah suhu suatu lingkungan warna trips
biasanya lebih gelap. Trips jantan tidak bersayap, sedangkan yang betina
mempunyai dua pasang sayap yang halus dan berumbai. Berkembang biak
secara partenogenesis atau dapat menghasilkan telur tanpa melalui kawin
terlebih dahulu. Telur yang dihasilkan dapat mencapai 80 – 120 butir. Imago
dapat hidup sampai 20 hari. Siklus hidup hama trips sekitar 3 minggu. Di
daerah tropis siklus hidup tersebut bisa lebih pendek (7 - 12 hari), sehingga
dalam satu tahun dapat mencapai 5 – 10 generasi. Trips dewasa dapat hidup
sampai 20 hari. Telur trips berbentuk oval. Telur diletakkan secara terpisah-
pisah di permukaan bagian tanaman atau ditusukkan ke dalam
jaringantanaman oleh alat peletak telur. Nimfa berwarna keputih-putihan atau
kekuning-kuningan, tidak bisa terbang tetapi hanya meloncat-loncat
saja. Penyebaran dari satu tanaman ke tanaman lain berlangsung sangat cepat
dengan bantuan angin.
Klasifikasi Thrips :
Nama umum : Thrips tabaci Lindeman, 1889
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Thysanoptera
Famili : Thripidae
Gambar 1. Thrips
Trips mengalami metamorfosis paurometabola, namun memliki fase
berpupa seperti metamorfosis holometabola. Siklus hidup diawali oleh telur, 2
instar larva yang aktif makan, kemudian 2 atau 3 instar serangga yang tidak
aktif makan (prapupa dan 1 atau 2 instar berpupa), dan terakhir imago
(dewasa) (Mound dan Kibby 1998). Trips dapat berkembangbiak secara
partenogensis maupun melalui pembuahan (Indiati 2004). Trips betina
dihasilkan dari telur yang didahului proses pembuahan, sementara trips jantan
tidak dihasilkan dari proses pembuahan. Telur trips diletakan secara
berkelompok dalam jumlah yang besar. Keberadaan telur trips dapat diketahui
jika di tempat itu terdapat bekas tusukan trips atau di sekitarnya terdapat
pembengkakan jaringan (Lewis 1973). Larva instar pertama trips berlangsung
sekitar 2 sampai 3 hari. Trips mengalami ganti kulit, kemudian berkembang
menjadi instar kedua dengan warna kuning yang lama-kelamaan menjadi
kecokelatan, berukuran ± 0.80 mm. Larva instar kedua tersebut berlangsung
selama 3 sampai 4 hari. Prapupa merupakan 7 tahap setelah trips mengalami
ganti kulit dari instar kedua, dimana mulai terbentuknya embelan sayap dan
gerak trips mulai tidak aktif. Pada fase pupa embelan sayap akan semakin
terbentuk sempurna, tetapi bulu sayap yang berupa rumbai-rumbai belum
terbentuk dan warna trips menjadi cokelat muda (Lewis 1973). Imago trips
muncul setelah pupa dan ditandai dengan berkembangnya organ secara
sempurna. Pada kondisi optimum, trips memerlukan waktu sekitar 15 hari
dalam 1 siklus hidupnya dan serangga dewasa dapat hidup selama 20 hari
dengan menghasilkan telur sebanyak 40 sampai 50 butir (Lewis 1973).
Tanaman yang terserang berat oleh trips, pada daunnya akan memperlihatkan
bercak warna putih, kuncup serta tunas akan menimbulkan gejala
menggulung. Gejala yang timbul pada bagian bunga berupa bercak cokelat
atau keperakan. Hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan tanaman,
bahkan bagian kuncup yang terserang dapat kerdil dan akhirnya mati.
Kerusakan secara tidak langsung yang dapat ditimbulkan oleh trips adalah
menjadi vektor pada penyakit yang disebabkan oleh virus. Trips sebagai
vektor dapat menyebabkan tanaman inang menguning dan mati. Udara yang
kering akan memperparah serangan trips, sehingga tanaman lebih cepat
kehilangan kelembabannya (Lewis 1997). Beberapa spesies trips yang
dilaporkan Siagian (2012) menyerang tanaman mawar di Taman Bunga
Nusantara adalah Thrips parvispinus, Frankliniella intonsa, Thrips palmi,
Scirtothrips dorsalis, Microcephalothrips abdominalis, Megalurothrips
usitatus, dan 2 spesies lainnya yang belum diketahui.

3.1.2 Kutu Daun

Macrosiphum rosaae merupakan kutudaun yang sebagian besar


menyerang tanaman mawar di Balithi (Djatnika 2012 Februari 27, komunikasi
pribadi). M. rosae memiliki tubuh yang kecil dengan panjang ± 0.6 mm dan
berwarna hijau. Hama ini umumnya menyerang bagian pucuk atau daun-daun
muda dan sering juga ditemukan pada tangkai bunga (Lukito 2007).

Kingdom: Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera
Famili : Aphididae
Genus : Myzus, Aphis, Toxoptera
Spesies : Myzus persicae, Aphis gossypii, Toxoptera, aurantii, Toxoptera
citricidus

Gambar 2. Kutu daun pada mawar


Kutu daun memiliki metamorfosis paurometabola (Pracaya 2007).
Nimfa instar I memiliki panjang berkisar antara 0.6 sampai 0.7 mm, nimfa
instar II 0.8 sampai 0.9 mm dan nimfa instar III 0.9 sampai 1.2 mm. Nimfa
instar I sampai instar III memiliki warna yang lebih muda dibandingkan
dengan kutudaun dewasa (Pracaya 2007). Imago kutudaun ada yang bersayap
(alatae) ataupun tidak bersayap (aptera). Kutudaun yang bersayap memiliki
bentuk dan warna tubuh yang serupa dengan kutudaun yang tidak bersayap
dan akan berpindah ke tanaman inang lain ketika populasinya semakin tinggi
dan makanan mulai terbatas. Kutudaun merusak tanaman dengan cara
menghisap cairan, sehingga tanaman menjadi layu bahkan terjadi malformasi
dan kualitas bunga menurun atau dapat menyebabkan tanaman gagal
berbunga. Kutudaun banyak ditemukan pada pucuk tanaman dan
menyebabkan tertutupnya daun-daun oleh embun madu. Hal tersebut dapat
memicu timbulnya embun jelaga (Pracaya 2007).

3.1.3 Kumbang

Tiga jenis kumbang penyerang tanaman mawar: kumbang Chafer


(Macrodactylis subspinosus), Fuller (Autoserica castanca) dan Curculio
(Rhyncite bicolor).
Kumbang Chafer warna coklat kekuning-kuningan panjang tubuh sekitar 12
mm, kumbang Fuller warna coklat keabu-abuan, panjang 10 mm. Kumbang
Curculio berwarna merah bergaris hitam 5 mm. Kumbang memakan daun,
tangkai dan kuntum bunga, sehingga bolong-bolong/rusak pada bagian yang
diserang. Larva sering memakan perakaran tanaman.
Gambar 3. Gejala kerusakan bunga mawar akibat kumbang

Pengendalian hama kumbang dapat dilakukan dengan mengumpulkan


dan memusnahkan hama tersebut dan cara kimia disemprot dengan insektisida
Hostathion 40 EC, Decis 2,5 EC, Ambush 2 EC, Elsan 60 EC, dan lain-lain
pada konsentrasi yang dianjurkan.

3.1.4 Siput berbulu

Siput berbulu memiliki tubuh berwarna putih kehijau-hijauan, panjang


12 mm, ditutupi bulu-bulu kasar. Pada stadium larva, menyerang tanaman
dengan cara memakan daun sebelah bawah yang menyebabkan daun
berlubang tinggal tulang daun.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan merontokkan kepompong yang
menempel pada tanaman, dan disemprot dengan insektisida Brestan 60
(Moluskasida) pada konsentrasi yang dianjurkan.

3.1.5 Tungau

Tungau mirip laba-laba, sangat kecil 0,3 mm, berwarna


merah/hijau/kuning. Tungau yang sering menyerang tanaman mawar adalah
tungau merah. Klasifikasi hama tungau merah adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Arachnida

Ordo : Acarina

Famili : Tertachidae

Genus : Tertacychus

Spesies : Tetracychus Bimaculatus


Gambar 4. Thrips pada mawar

Berkembangbiak dengan cepat bila cuaca lembab dan panas, serta


sirkulasi udara kurang baik. Menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan
sel tanaman, pada bagian daun/pucuk, sehingga menyebabkan titik-titik merah
berwarna kuning/abu-abu kecoklat-coklatan. Pengendaliannya dapat
dilakukan dengan menyemprotkan insektisida-akarisida seperti Omite 570
EC atau Kelthane 200 EC atau Mitac 200 EC Meothrin 50 EC, Nissuron 50
EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.

3.1.6 Nematoda Akar

Nematoda akar adalah salah satu hama yang menyerang tanaman


mawar pada bagiain akarnya. Nematoda akar ukurannya sangat kecil (hanya
dapat dilihat dengan mikroskop).adapun klasifikasi dari nematoda akar adalah
sebagai berikut :

Filum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Sub Kelas : Secernenteae

Ordo : Thylenchina

Famili : Heteroderidae

Genus : Meloidogyne

Spesies : Meloidogyne spp.

Nematoda betina berwarna transparan, berbentuk seperti botol bersifat


endoparsit yang tidak terpisah (sedentary). Panjangnya lebih dari 0,5 mm dan
lebarnya antara 0,3-0,4 mm. Stiletnya lemah, panjang stilet 12-15 µm,
melengkung kearah dorsal. Memiliki pola yang jelas pada stiasi yang
terdapat di sekitas vulva dan anus disebut pola perineal yang dapat
dipergunakan untuk identifikasi jenisnya. Nematoda jantan dewasa berbentuk
memanjang bergerak lambat di dalam tanah. Panjangnya bervariasi
maksimum 2 mm, sedangkan perbandingan antara panjang tubuh dan lebarnya
mendekati 45. Kepalanya tidak berlekuk, panjang stiletnya hampir dua kali
panjang stilet betina. Bagian posterior berputar 180º memiliki 1-2 testis.
Morfologi dan anatomi nematodaMeloidogyne spp. Kumpulan telur nematoda
Meloidogyne dilindungi oleh cairan pekat. Larva stadium kedua akan ke luar
dari telur, berbentuk cacing dengan ukuran panjang 0,3-0,5 mm. Larva
tersebut bergerak aktif melalui selaput air di antara partikel-partikel tanah dan
menyerang akar tanaman dengan cara melukai epidermis ujung akar dengan
stilet (alat penusuk dan pengisap pada mulutnya) lalu masuk ke dalam
jaringan sampai ke jaringan tengah. Larva tersebut mengisap cairan sel akar.
Cairan pencernaan yang dikeluarkan oleh nematoda ini merangsang terjadinya
pembelahan sel akar sehingga terjadi pembengkakan. Keadaan ini dibutuhkan
untuk perkembangan larva. Nematoda betina berbentuk seperti buah per
dengan ukuran panjang 0,5 - 1,2 mm. Nematoda jantan berbentuk cacing
memanjang dengan ukuran 1,0 - 2,0 mm. Saat ini telah banyak nematisida
untuk pengendalian nematoda Meloidogyne yang dapat digunakan.
Pencegahan penyakit ini dengan sterilisasi media tanam, penggunaan benih
yang sehat, serta sanitasi lingkungan pertanaman dan menggunakan bahan
kimiawi (nematisida), Furadan 3 G, Rugby 10 G atau Indofuran (Lucet al.,
1995). Pengendalian juga dapat dilakukan dengan aplikasi bahan
organik.Penambahan bahan organik pada tanaman yaitu penambahan sekam
padi, serbuk gergaji dan limbah dapat menurunkan serangan
nematoda.Kompos agro-industri dapat digunakan sebagai alternatif
pengendalian Meloidogyne spp. Berdasarkan hasil penelitian dapat
menurunkan serangan nematoda dari 87,9 % menjadi 24,4 %, selain itu hal
menguntungkan lainnya adalah dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman
(Hassan et al., 2010).

3.1.7 Bercak Daun


Penyakit ini merupakan masalah yang terbilang utama pada pertanaman mawar
yang tidak diberi naungan atau rumah kaca plastic penyakit ini. Penyakit di sebabkan
oleh Diploicarpon rosae. Dengan intensitas serangan antara 15-17 . penyakit ini juga
biasa disebut dengan penyakit gugur daun, penyakit tersebut umumnya menyerang
pada kodisi musim hujan. Untuk pengendalian pada penyakit ini dapat dilakukan
dengan menggunakan fungisida Ditane M-45.

3.1.8 Bercak Hitam

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan ( Jamur ) Marsonin rosae ( Lib ) Lind
( Black spot ). Gejala yang terlihat akibat serangan daun bercak hitam-pekat yang
tepinya bergerigi. Lambat laun bercak-bercak berdiamter ± 1 cm menyatu, sehingga
jaringan daun disekitarnya menjadi kuning. Dapat pula terjadi pada tangkai daun,
batang, dasar bunga, kelopak dan tajuk bunga. Daun yang terserang akan mudah
berguguran. Pengendalian dapat dilakukan secara nonkimiawi
dengan memangkas bagian tanaman yang sakit dan menjaga kebersihan kebun (
sanitasi ). Juga secara Kimiawi dengan menyemprotkan fungisida yang berbahan
aktif Propineb dan Mankozeb pada konsentrasi yang dianjurkan.

3.1.9 Karat Daun

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan ( jamur ) Phragmidium mucronatum (


Pers.ex Pr. ). Gejala yang terlihat akaibat serangan seperti bintik-bintik berwarna
jingga kemerah-merahan pada sisi bawah daun. Pada sisi daun atas terdapat bercak
bersudut warna kemerah-merahan. Pada daun yang terserang berat akan mudah
gugur ( rontok ). Pengendaliannya dapat dilakukan dengan
pemotongan/pemangkasan daun sakit kemudian dimusnahkan. Atau dengan
menyemprotkan fungisida yang berbahan aktif Zineb atau Maneb pada konsentrasi
yang dianjurkan.

3.1.10 Tepung Mildew


Penyakit Tepung Midew disebabkan oleh cendawan Oidium sp. Gejala yang
terlihat akibat serangan terdapat tepung/lapisan putih pada permukaan daun sebelah
bawah dan atas. Daun/bagian tanaman yang terserang akan berubah warna dari
hijau menjadi kemerah-merahan, lambat laun menjadi kekuning-kuningan dan
akhirnya daun-daun cepat rontok ( gugur ). Cara pengendaliannya dapat dilakukan
secara kimiawi dan non-kimiawi. Nonkimiawi
dilakukan dengan memetik daun yang terserang untuk dimusnahkan dan menjaga
kebersihan kebun ( sanitasi ). Kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan
menggunakan fungisida.

3.1.11 Bengkak Pangkal Batang

Penyakit ini disebabkan oleh Bakteri Agrobacterium tumefacien ( E.F Sm et


Town ) Conn. Gejala hala ini terjadi pembengkakan pada pangkal batang dekat
permukaan tanah, sehingga tanaman menjadi kerdil dan akhirnya mati.
Pengendaliannya dapat dilakukan secara Nonkimiawi yaitu dengan mencabut
tanaman yang sakit untuk dimusnahkan dan sewaktu pemeliharaan tanaman
(pemangkasan ) dengan menggunakan gunting pangkas yang bersih dan steril.
Secara Kimiawi dengan menyemprotkan bakterisida yang berbahan aktif
Streptomisin atau Oksitetrasikin.

3.1.12 Mosaik (Belang-belang)

Penyakit ini disebabkan oleh Virus ( Virus Mosaik Mawar ) ( Rose mosaic
Virus ). Gejala yang terlihat akibat serangan pada daun menjadi menguning dan
belang-belang, tulang-tulang daunnya seperti jala. Untuk pengendalian penyakit ini
dapat dilakukan dengan penanaman bibit yang sehat, pemeliharaan tanaman secara
intensif, dan denga menyemprotkan insektisida.
3.1.13 Jamur Upas

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Corticium salmonicolor ( Berk et Br )


Tjokr. Gejala terdapat lapisan kerak berwarna merah pada batang dan lambat laun
batang akan membusuk serta mati. Pengendalian secara Nonkimiawi dengan
mengelupaskan kulit dan mengerok bagian tanaman yang sakit, kemudian diolesi
cat/ter, dapat pula sekaligus memotong bagian batang yang terinfeksi berat. Dan
pengendalian secara Kimiawi
dengan menyemprotkan menggunakan fungisida yang berbahan aktif Tridemorf.

3.1.14 Busuk Bunga

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Botrytis cinerea pers Fr. Gejala yang
terlihat kuntum bunga yang telah membuka membusuk berwarna coklat dan
berbintil-bintil hitam. Pengendalian secara nonkimiawi dengan membungkus bunga
yang mulai mekar dengan kantong kertas minyak/plastic dan penanganan pasca
panen bunga sebaik mungkin. Dan secara imiawi dengan menyemprotkan fungisida
yang berbahan aktif Benomil.

3.2 Pengendalian hama dan penyakit pada mawar

Pengendalian hama dan penyakit pada mawar saat ini dilakukan dengan
memberikan pestisida apabila gejala serangan tersebut sudah terlihat. Seperti
yang dilakukan oleh PT. Nasa yang bergerak dalam bidang budidaya bunga
mawar, pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat dilakukan
dengan pemberian PESTONA, Natural Glio, HORMONIK, atau Natural
BVR (Produk pestisida dan pengendalian hayati dari PT Natural Nusantara),
diaplikasikan sesuai dosis. Pengendalian dengan menggunakan pestisida tersebut
juga dilakukan oleh para petani bunga mawar. Namun belum banyak petani yang
melakukan pengendalian secara preventif seperti yang dilakukan oleh perusahaan
budidaya mawar dalam skala besar. Sehingga para petani sebaiknya tidak hanya
melakukan tindakan kuratif untuk mengendalikan hama dan penyakit pada mawar
namun juga melakukan tindakan preventif.

Hama yang sering menyerang tanaman mawar yaitu kutu daun, kumbang, thrips,
tungau, dan nematoda lainnya. Sedangkan penyakit yang sering menyerang bunga
mawar yaitu bercak daun, tepung mildew, karat daun dan penyakit lainnya.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

http://ptnasa.net/blog/menanam-bunga-mawar/
Handayati, W. (2013). KAJIAN KETAHANAN BEBERAPA GENOTIP MAWAR
BUNGA POTONG TERHADAP PENYAKIT BERCAK HITAM DAN HAMA TUNGAU.

Phrameswani, P. D. (2012). Eksplorasi Cendawan Entomophthorales dan nematoda


pada trips dan kutudaun pada tanaman mawar dan krisan di Balai Penelitian
Tanaman Hias Kabupaten Cianjur.

Purbiati, T., Endarto, O., Suryadi, A., Retnaningtyas, E., & Prahardini, P. E. R.
(2002). Respon Perlakuan ZPT Dan Pengendalian Hama Pada Tanaman Bunga
Mawar. Lembaga Penelitian Hortikultura. Malang.

Siagian, I. U. (2012). Keragaman Spesies Trips dan Musuh Alaminya pada Tanaman
Mawar di Taman Bunga Nusantara Kabupaten Cianjur Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai