Pengaruh PH Dan Temperatur Terhadap Akti
Pengaruh PH Dan Temperatur Terhadap Akti
BIOKIMIA
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Enzim merupakan katalis yang mengatalisis perubahan satu atau lebih senyawa
(substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) dengan mampu
meningkatkan laju reaksi setidaknya 106 kali dibandingkan jika tidak dikatalisis.
Selain sangat efisien enzim juga merupakan katalis yang sangat selektif.
Tidak seperti kebanyakan katalis yang digunakan dalam bidang kimia sintetik,
enzim bersifat spesifik baik bagi tipe reaksi maupun substrat yang dikatalisis
glikogen menjadi maltosa. Enzim ini terdapat pada getah pankreas dan saliva
(Adugna, dkk., 2004). α-Amylase saliva yang juga dikenal sebagai ptyalin berperan
2016). Hidrolisis pati (starch) dikatalisis oleh amilase liur dan amilase pankreas.
inhibitor enzim, pH, suhu dan konsentrasi Enzim. Tiap enzim mempunyai pH dan
suhu optimum tersendiri. Semakin jauh suhu dan pH dari kondisi optimumnya maka
kerja enzim semakin tidak baik (Sumardjo, 2008). Berdasarkan uraian di atas, maka
enzim amilase.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami pengaruh
pH dan temperatur terhadap aktivitas enzim amilase dalam penguraian pati (amilum).
(amilum).
pati (amilum).
menjadi glukosa pada berbagai pH dengan penambahan iodin sebagai indikator yang
menjadi glukosa pada berbagai temperatur dan diuji dengan iodin pada interval
waktu tertentu hingga warna biru yang terbentuk berubah menjadi tidak berwarna.
pH dan temperatur optimum untuk aktivitas enzim amilase dari penguraian pati
(amilum).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enzim
Enzim merupakan katalis yang mengatalisis perubahan satu atau lebih senyawa
(substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) dengan mampu
dikatalisis. Selain sangat efisien enzim juga merupakan katalis yang sangat
selektif. Tidak seperti kebanyakan katalis yang digunakan dalam bidang kimia
sintetik, enzim bersifat spesifik baik bagi tipe reaksi maupun substrat yang dikatalisis
(Murray, dkk., 2009). Enzim merupakan suatu protein, sehingga sulit mengetahui
rumus dan strukturnya. Oleh sebab itu, nama enzim tidak berdasarkan senyawa,
melainkan dari nama reaksi yang dipercepat dan ditambah akhiran ‘ase’. Dalam
4. Liase (enzim yang mengkatalisis reaksi penambahan gugus ke ikatan rangkap atau
pelepasan gugus dari ikatan rangkap tanpa melibatkan reaksi hidrolisis atau
oksidasi).
5. Isomerase (enzim yang mengkatalisis reaksi penataan ulang gugus fungsi dalam
sebuah molekul).
6. Ligase (enzim yang mengkatalisis reaksi pembentukan ikatan antara dua molekul
Hidrolisis pati (starch) dikatalisis oleh amilase liur dan amilase pankreas. Enzim
dekstrin, kemudian campuran glukosa, maltosa dan isomaltosa (Murray, dkk., 2009).
Pemecahan polisakarida yakni pati dimulai di mulut. α-Amilase saliva yang juga
polimer glukosa. Enzim ini tidak bisa menghidrolisis ikatan α-(1,6) dalam polimer
bercabang, terminal ikatan α-(1,4) dan ikatan α-(1,4) dekat titik percabangan
ekstraksi menggunakan etanol ialah pada pH 5,0 dan suhu 50 °C (Iswendi, 2010).
Hashemi, dkk., (2013) meneliti tentang produksi α-amilase oleh Bacillus sp. KR-
diperoleh dari fermentasi keadaan padat (SSF). Produksi maksimum dan minimum
α-amilase tercatat sebesar 3824 U L-1 (37 °C) dan 662 U L-1 (30 °C). Meskipun
enzim yakni:
1. Aktivator Enzim
aktivitas suatu enzim. Kebanyakan aktivator adalah ion-ion anorganik, terutama ion
logam atau kation. Aktivator yang baik untuk enzim deoksiribonuklease adalah ion-
ion Mg2+, Mn2+, Co2+ dan Fe2+, sedangkan aktivator yang lemah untuk enzim ini
adalah ion-ion Ca2+, Ba2+, Sr2+ dan Cd2+. Selain aktivator kation, ada juga aktivator
anion, misalnya aktivator ion Cl¯ untuk amilase ludah atau ptialin.
2. Inhibitor Enzim
Inhibitor atau penghambat suatu enzim adalah suatu senyawa atau zat yang dapat
penghambatan enzim dapat dibedakan atas penghambatan reversible (tak stabil) dan
3. pH
steapsin = 8,0, amilopepsin = 7,0). Jika pH ini dilewati atau dilampaui maka aktivitas
4. Suhu
Tiap enzim memiliki suhu optimum yaitu ketika enzim tersebut dapat bekerja
dengan baik. Semakin jauh dari suhu optimum maka kerja enzim semakin tidak baik.
Daerah atau kisaran suhu ketika kerja atau laju reaksi enzim masih baik disebut suhu
optimum. Suhu optimum untuk enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh adalah
berkisar 36 °C - 40 °C.
5. Konsentrasi Enzim
konsentrasi enzimnya.
2.5 Saliva
Dalam kondisi fisiologis normal manusia memproduksi saliva (air liur) sekitar
0,5-1,0 liter per hari. Beberapa kelenjar saliva seperti kelenjar parotis dan kelenjar
lingual minor adalah kelenjar serosa murni. Kedua kelenjar itu menghasilkan saliva
berair dengan kandungan enzim (amilase dan lipase) yang tinggi pada saat stimulasi.
Kelenjar palatal kecil menghasilkan saliva yang lebih kental dan lebih banyak
(Pedersen, 2007).
2.6 Pati
Pati berbeda dengan selulosa. Pada selulosa monomer D-glukosa satu dengan
yang lain secara β, sedangkan pada pati monomer D-glukosa terhubung secara α. Pati
merupakan cadangan karbohidrat bagi tanaman dan seperti halnya selulosa, pati akan
pati adalah beras, singkong, gandum, jagung, kentang, ketela, umbi dan lain-lain.
Molekul pati umumnya terdiri dari 20 % amilosa dan 80 % amilopektin. Namun
demikian, ada jiga jenis pati yang hanya terdiri dari amilosa saja atau amilopektin
2.7 Bengkoang
Pada penelitian yang dilakukan oleh Syofyan, dkk., (2012) diperoleh rendemen
pati sebesar 3,38%. Rendemen merupakan hasil perbandingan dari jumlah pati yang
didapat (1,3554 kg) dengan jumlah umbi bengkoang yang digunakan (40 kg).
isoniazid dalam sediaan dan disolusi tablet disimpulkan bahwa pati bengkoang dapat
besar pati dari umbi-umbian. Suhu gelatinisasi (53-63 °C) dan suhu adonan (64.5 °C)
(54,4 g gel/ g pati kering). Adonan pati bengkoang menyajikan profil viskositas yang
tinggi, kecenderungan gradasi-mundur yang tinggi dan stabilitas rendah pada saat
memasak. Sifat fungsional dari pati bengkoang, mirip dengan pati singkong,
memungkinkan bengkoang untuk digunakan sebagai sumber pati baru yang potensial
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain larutan amilum 1 %, saliva
encer (enzim amilase), es batu, buffer fosfat pH 8,0; 7,4; 7,0; 6,8; 6,4; 6,0; 5,8 dan
5,0, NaCl 0,1 M, asam asetat 1 M, iodin 0,01 M, akuades, tissue roll, kertas label dan
sabun cair.
Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain tabung reaksi, rak tabung,
sikat tabung, gelas kimia 600 mL, pipet tetes, plat tetes, labu semprot, gegep,
8,0; 7,4; 7,0; 6,8; 6,4; 6,0; 5,8 dan 5,0. Kemudian ke dalam larutan buffer ini
ditambahkan 2,5 mL larutan pati 1% dan 1 mL NaCl 0,1 M. Tabung yang berisi
larutan pH 8,0; 7,4 dan 7,0 ditambahkan 1 mL asam asetat. Kemudian ditambahkan
5 menit dilihat perubahan warna sampai pada menit ke 35. Waktu masing-masing
perubahan yang terjadi dicatat dan ditentukan pH optimumnya dari grafik yang
diperoleh.
dalam air es (0 °C), tabung reaksi kedua ditempatkan pada suhu kamar (25 °C),
tabung reaksi ketiga dimasukkan ke dalam inkubator (38 °C) dan tabung reaksi
keempat dimasukkan ke dalam air mendidih (100 °C). Setiap 5 menit, diambil
campuran larutan pati dan saliva encer yang kemudian diteteskan sebanyak 2 tetes
pada plat tetes yang telah berisi 1 tetes iodin 0,01 M. Diamati perubahan warna yang
masing contoh dengan dilihat perubahan warna yang terjadi dan ditentukan
Waktu Warna
(menit) pH 8,0 pH 7,4 pH 7,0 pH 6,8 pH 6,4 pH 6,0 pH 5,8 pH 5,0
0 +++++ +++++ +++++ +++++ +++++ +++++ +++++ +++++
5 ++ ++ +++ +++ ++++ ++++ +++ +++
10 + ++ ++ ++ ++++ ++++ +++ +++
15 ─ + ++ ++ ++++ ++++ +++ +++
20 ─ ─ + + ++++ ++++ ++ ++
25 ─ ─ + + ++++ ++++ ++ ++
30 ─ ─ + + +++ +++ ++ ++
35 ─ ─ ─ ─ ++ +++ ++ ++
Keterangan :
1/t
pH Buffer Waktu (t) (menit)
(detik-1)
8,0 15 0,0011
7,4 20 0,0008
7,0 35 0,0005
6,8 35 0,0005
6,4 ─ 0,0000
6,0 ─ 0,0000
5,8 ─ 0,0000
5,0 ─ 0,0000
0.0012
pH optimum
0.0010
0.0008
0.0006
1/t
0.0004
0.0002
0.0000
4.8 5.0 5.2 5.4 5.6 5.8 6.0 6.2 6.4 6.6 6.8 7.0 7.2 7.4 7.6 7.8 8.0 8.2
-0.0002
pH
Warna
Waktu (menit)
Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV
0 +++++ +++++ ++++ +++++
5 +++++ ─ ++++ +++++
10 +++++ ─ +++ +++++
15 ++++ ─ ++ +++++
20 +++ ─ ─ +++++
25 +++ ─ ─ +++++
30 +++ ─ ─ +++++
35 ++ ─ ─ +++++
40 ++ ─ ─ +++++
45 ++ ─ ─ +++++
50 + ─ ─ +++++
55 + ─ ─ +++++
Keterangan :
+ + + + + = Biru tua ++ = Sedikit kebiruan
1/t
Temperatur (°C) Waktu (t) (menit)
(detik-1)
0 55 0.0003
25 5 0.0033
38 20 0.0008
100 ─ 0.0000
0.0035
Temperatur Optimum
0.0030
0.0025
0.0020
1/t
0.0015
0.0010
0.0005
0.0000
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95100
pH
4.2 Pembahasan
katasis enzim amilase terhadap pati bengkoang yang ditandai dengan perubahan warna
dari biru menjadi tidak berwarna. Pada percobaan ini digunakan larutan buffer fosfat
dengan pH yang bervariasi. Variasi pH larutan buffer fosfat yakni pH 8,0; 7,4; 7,0; 6,8; 6,4;
6,0; 5,8 dan 5,0. Larutan pati 1 %, dan larutan NaCl 0,1 M ditambahkan ke dalam masing-
masing larutan buffer fosfat tersebut. Asam asetat ditambahkan pada larutan buffer fosfat
pH 8,0; 7,4 dan 7,0 untuk mengasamkan larutan tersebut. Larutan iodin 0,01 M diteteskan
selama 5 menit untuk menyamakan kondisinya. Saliva encer (dengan perbandingan saliva
dalam air adalah 1:9) ditambahkan ke masing-masing tabung. Larutan pati bertindak
sebagai substrat, NaCl sebagai penyuplai ion Cl¯ yang merupakan aktivator enzim amilase,
iodin sebagai indikator pati yang akan memberikan warna biru dan saliva sebagai enzim
Perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna menunjukkan aktivitas dari
enzim amilase. Enzim amilase mengidrolisis pati menjadi molekul yang lebih
sederhana sehingga tes iodin akan memberi hasil negatif (tidak berwarna).
Berdasarkan hasil pengamatan setiap interval 5 menit diperoleh hasil pada pH 8,0
larutan berubah warna menjadi tidak berwarna pada menit ke 15, pada pH 7,4 larutan
berubah warna menjadi tidak berwarna pada menit ke 20 dan pada pH 7,0 dan 6,8 larutan
berubah warna menjadi tidak berwarna pada menit ke 35. Pada pH 6,4; 6,0; 5,8 dan 5,0
tidak menunjukkan perubahan warna menjadi tidak berwarna sampai pada menit ke 35
namun masing memberikan perubahan warna menjadi sedikit kebiruan, agak kebiruan,
sedikit kebiruan dan sedikit kebiruan. Dari data yang diperoleh di atas dibuat grafik
mengamati kecepatan reaksi katasis enzim amilase terhadap pati bengkoang yang
ditandai dengan larutan tidak berubah warna menjadi dari biru (tetap tidak berwarna)
setelah diteteskan pada iodin. Percobaan ini dilakukan pada kondisi yang bervariasi.
Variasi kondisi yakni tabung reaksi pertama dimasukkan ke dalam air es (0 °C),
tabung reaksi kedua ditempatkan pada suhu kamar (25 °C), tabung reaksi ketiga
dimasukkan ke dalam inkubator (38 °C) dan tabung reaksi keempat dimasukkan ke
dalam air mendidih (100 °C). Masing-masing tabung diisi dengan 5 mL larutan
amilum 1 % lalu diteteskan saliva. Setiap 5 menit campuran larutan pati dan saliva
encer diambil dan diteteskan pada plat tetes yang telah berisi iodin 0,01 M.
suhu 0 °C larutan tetap memberi hasil positif terhadap uji iodin (larutan berubah
warna menjadi biru) sampai pada menit ke 55 (larutan berwarna biru tapi mendekati
tidak berwarna), pada suhu kamar (25 °C) larutan menunjukkan hasil negatif pada tes
iodin (larutan tetap tidak berwarna) mulai pada menit ke 5, pada suhu 38 °C larutan
menunjukkan hasil negatif pada tes iodin (larutan tetap tidak berwarna) mulai pada
menit ke 20 dan pada suhu 100 °C larutan tetap memberi hasil positif terhadap uji
iodin (larutan berubah warna menjadi buru) sampai pada menit ke 55 (larutan
berwarna biru tua). Dari data yang diperoleh di atas dibuat grafik pengaruh
4.3 Reaksi
C2H5OH C2H5OH
H O H H O H
H O H O * + nI2
* OH H OH H
H HO H HO n
C2H5OH C2H5OH
H O H I H O H
* H O H O *
OH H OH H
I
H HO H HO n
C2H5OH C2H5OH
H O H I H O H
* H O H O *
OH H OH H
I
H HO H HO n
Biru
amilase - nI2
C2H5OH
H O OH
H
n OH H
HO H
H HO
Tidak Berwarna
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
5.2 Saran
Sebaiknya bahan yang digunakan untuk percobaan ini (enzim, indikator dan
Sebaiknya kondisi kelayakan alat dan bahan untuk praktikum seperti wastafel
yang tersumbat dan bocor diperhatikan dan ditangani agar percobaan yang
Saran untuk asisten adalah pertahankan sikap disiplin kakak dan selalu berusaha
Caballero, B., Finglas, P.M. dan Toldra, F., 2016, Encyclopedia of Food and Health,
Elsevier, London.
Hashemi, M., Mousavi, S.M., Razavi, S.H. dan Shojaosadati, S.A., 2012,
Comparison of submerged and solid state fermentation systems effects on the
catalytic activity of Bacillus sp. KR-8104 a-amylase at different pH and
temperatures, Industrial Crops and Products, 43(2013): 661– 667.
Melo, E.A., Stamford, T.L.M., Silva, M.P.C., Krieger, N. dan Stamford, N.P., 2002,
Functional Properties of Yam Bean (Pachyrhizus erosus) Starch, Bioresource
Technology, 89(2003): 103–106.
Murray, R.K., Granner, D.K. dan Rodwell, V.W., 2009, Biokimia Harper, Edisi 27,
Ahli Bahasa Braham U. Pendit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Stoker, H.S., 2007, General, Organic, and Biological Chemistry, Fourth Edition,
Houghton Mifflin Company, Boston.
Sumardjo, D., 2006, Pengantar Kimia: Buku Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Syofyan, Yelni, E.A. dan Azhar, R., 2012, Penggunaan Kombinasi Pati Bengkuang
– Avicel PH101 sebagai Bahan Pengisi Co-Process Tablet Isoniazid Cetak
Langsung, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 17(2): 164-171.
Tabung reaksi
― Diisi dengan 5 mL larutan buffer fosfat pH 8; 7,4; 7,0; 6,8; 6,4; 6,0; 5,8
dan 5,0
― Diamati dan dicatat perubahan warna setiap interval 5 menit sampai pada
― Dibuat grafik
― Ditentukan pH optimumnya
Hasil
Catatan:
Pada larutan buffer fosfat pH 6,8; 6,4; 6,0; 5,8 dan 5,0 tidak dilakukan penambahan
asam asetat.
2. Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase
Tabung reaksi
(25 °C), dalam inkubator (38 °C) dan dalam air mendidih (100 °C).
sebanyak 2 tetes pada plat tetes yang telah berisi 1 tetes iodin 0,01 M
Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan