Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

PENGARUH pH DAN TEMPERATUR


TERHADAP AKTIVITAS ENZIM AMILASE

NAMA : DIAN EKA PERTIWI


NIM : H31114 029
KELOMPOK : I (SATU)
HARI/ TANGGAL PERCOBAAN : SELASA/ 5 APRIL 2016
ASISTEN : DWI NICHE

LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Enzim merupakan katalis yang mengatalisis perubahan satu atau lebih senyawa

(substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) dengan mampu

meningkatkan laju reaksi setidaknya 106 kali dibandingkan jika tidak dikatalisis.

Selain sangat efisien enzim juga merupakan katalis yang sangat selektif.

Tidak seperti kebanyakan katalis yang digunakan dalam bidang kimia sintetik,

enzim bersifat spesifik baik bagi tipe reaksi maupun substrat yang dikatalisis

(Murray, dkk., 2009).

α-Amilase merupakan enzim yang berkaitan dengan pemecahan pati dan

glikogen menjadi maltosa. Enzim ini terdapat pada getah pankreas dan saliva

(Adugna, dkk., 2004). α-Amylase saliva yang juga dikenal sebagai ptyalin berperan

dalam hidrolisis ikatan α-(1,4)-glukosida dalam polimer glukosa (Caballero, dkk.,

2016). Hidrolisis pati (starch) dikatalisis oleh amilase liur dan amilase pankreas.

Enzim α-amilase yang mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan glikosida α-(l,4)

menghasilkan dekstrin, kemudian campuran glukosa, maltosa, dan isomaltosa

(Murray, dkk., 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah aktivator enzim,

inhibitor enzim, pH, suhu dan konsentrasi Enzim. Tiap enzim mempunyai pH dan

suhu optimum tersendiri. Semakin jauh suhu dan pH dari kondisi optimumnya maka

kerja enzim semakin tidak baik (Sumardjo, 2008). Berdasarkan uraian di atas, maka

dilakukanlah praktikum tentang pengaruh pH dan temperatur terhadap aktivitas

enzim amilase.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami pengaruh

pH dan temperatur terhadap aktivitas enzim amilase dalam penguraian pati (amilum).

1.2.2 Tujuan Percobaan

1. Menentukan pH optimum untuk aktivitas enzim amilase dari penguraian pati

(amilum).

2. Menentukan temperatur optimum untuk aktivitas enzim amilase dari penguraian

pati (amilum).

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Menentukan aktivitas dari enzim amilase berdasarkan waktu penguraian pati

menjadi glukosa pada berbagai pH dengan penambahan iodin sebagai indikator yang

memberi warna biru dan akan berubah menjadi tidak berwarna.

1.3.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Menentukan aktivitas dari enzim amilase berdasarkan waktu penguraian pati

menjadi glukosa pada berbagai temperatur dan diuji dengan iodin pada interval

waktu tertentu hingga warna biru yang terbentuk berubah menjadi tidak berwarna.

1.4 Manfaat Percobaan

Setelah mahasiswa melakukan percobaan ini mahasiswa mampu menentukan

pH dan temperatur optimum untuk aktivitas enzim amilase dari penguraian pati

(amilum).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enzim

Enzim merupakan katalis yang mengatalisis perubahan satu atau lebih senyawa

(substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) dengan mampu

meningkatkan laju reaksi setidaknya 106 kali dibandingkan jika tidak

dikatalisis. Selain sangat efisien enzim juga merupakan katalis yang sangat

selektif. Tidak seperti kebanyakan katalis yang digunakan dalam bidang kimia

sintetik, enzim bersifat spesifik baik bagi tipe reaksi maupun substrat yang dikatalisis

(Murray, dkk., 2009). Enzim merupakan suatu protein, sehingga sulit mengetahui

rumus dan strukturnya. Oleh sebab itu, nama enzim tidak berdasarkan senyawa,

melainkan dari nama reaksi yang dipercepat dan ditambah akhiran ‘ase’. Dalam

reaksi redoks, misalnya enzimnya disebut oksidoreduktase (Syukri, 1999).

Menurut Stoker (2007), enzim dikelompokkan ke dalam enam kelas utama

berdasarkan tipe reaksi katalisisnya, yaitu:

1. Oksidoreduktase (enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi).

2. Transferase (enzim yang mengkatalisis reaksi pemindahan gugus dari satu

molekul ke molekul lain).

3. Hidrolase (enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis).

4. Liase (enzim yang mengkatalisis reaksi penambahan gugus ke ikatan rangkap atau

pelepasan gugus dari ikatan rangkap tanpa melibatkan reaksi hidrolisis atau

oksidasi).

5. Isomerase (enzim yang mengkatalisis reaksi penataan ulang gugus fungsi dalam

sebuah molekul).
6. Ligase (enzim yang mengkatalisis reaksi pembentukan ikatan antara dua molekul

menjadi satu molekul dengan bantuan ATP).

2.2 Enzim Amilase

Hidrolisis pati (starch) dikatalisis oleh amilase liur dan amilase pankreas. Enzim

α-amilase yang mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan glikosida α-(l,4) menghasilkan

dekstrin, kemudian campuran glukosa, maltosa dan isomaltosa (Murray, dkk., 2009).

Pemecahan polisakarida yakni pati dimulai di mulut. α-Amilase saliva yang juga

dikenal sebagai ptialin berperan dalam hidrolisis ikatan α-(1,4)-glukosida dalam

polimer glukosa. Enzim ini tidak bisa menghidrolisis ikatan α-(1,6) dalam polimer

bercabang, terminal ikatan α-(1,4) dan ikatan α-(1,4) dekat titik percabangan

sehingga produk utama dari pencernaan amilase adalah oligosakarida, maltose,

maltotriosa dan α-dekstrin (Caballero, dkk., 2016).

2.3 Aktivitas Enzim

Aktivitas amilase ditentukan berdasarkan kadar glukosa hasil hidrolisis pati

dengan menggunakan metode Nelson-Somogy. Aktivitas optimum amilase hasil

ekstraksi menggunakan etanol ialah pada pH 5,0 dan suhu 50 °C (Iswendi, 2010).

Hashemi, dkk., (2013) meneliti tentang produksi α-amilase oleh Bacillus sp. KR-

8104 pada temperatur yang berbeda dalam fermentasi terendam (submerged

fermentation, SMF). Kemudian pengaruh suhu dan pH pada aktivitas α-amilase

yang dihasilkan melalui SMF diselidiki menggunakan metodologi respon permukaan

(response surface methodology, RSM) dan hasilnya dibandingkan dengan yang

diperoleh dari fermentasi keadaan padat (SSF). Produksi maksimum dan minimum

α-amilase tercatat sebesar 3824 U L-1 (37 °C) dan 662 U L-1 (30 °C). Meskipun

terjadi peningkatan dalam konsumsi dekstrin, penurunan yang signifikan dalam


produksi α-amilase pada suhu 45 °C sebesar 3035 U L-1 dibandingkan dengan yang

diamati pada 37 °C.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim

Menurut Sumardjo (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas

enzim yakni:

1. Aktivator Enzim

Aktivator enzim adalah zat-zat yang mempunyai peranan dalam meningkatkan

aktivitas suatu enzim. Kebanyakan aktivator adalah ion-ion anorganik, terutama ion

logam atau kation. Aktivator yang baik untuk enzim deoksiribonuklease adalah ion-

ion Mg2+, Mn2+, Co2+ dan Fe2+, sedangkan aktivator yang lemah untuk enzim ini

adalah ion-ion Ca2+, Ba2+, Sr2+ dan Cd2+. Selain aktivator kation, ada juga aktivator

anion, misalnya aktivator ion Cl¯ untuk amilase ludah atau ptialin.

2. Inhibitor Enzim

Inhibitor atau penghambat suatu enzim adalah suatu senyawa atau zat yang dapat

menghalangi aktivitas kerja enzim. Berdasarkan sifat kestabilan penghambatan,

penghambatan enzim dapat dibedakan atas penghambatan reversible (tak stabil) dan

penghambatan irreversible (stabil). Penghambatan reversible dibedakan atas dua

golongan yaitu penghambatan kompetitif dan non kompetitif.

3. pH

Tiap enzim mempunyai pH optimum tersendiri (misalnya pepsin = 1,5,

steapsin = 8,0, amilopepsin = 7,0). Jika pH ini dilewati atau dilampaui maka aktivitas

enzim semakin menurun.

4. Suhu
Tiap enzim memiliki suhu optimum yaitu ketika enzim tersebut dapat bekerja

dengan baik. Semakin jauh dari suhu optimum maka kerja enzim semakin tidak baik.

Daerah atau kisaran suhu ketika kerja atau laju reaksi enzim masih baik disebut suhu

optimum. Suhu optimum untuk enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh adalah

berkisar 36 °C - 40 °C.

5. Konsentrasi Enzim

Jumlah enzim menentukan lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai

kesetimbangan. Kecepatan reaksi atau aktivitas enzim berbanding lurus dengan

konsentrasi enzimnya.

2.5 Saliva

Dalam kondisi fisiologis normal manusia memproduksi saliva (air liur) sekitar

0,5-1,0 liter per hari. Beberapa kelenjar saliva seperti kelenjar parotis dan kelenjar

lingual minor adalah kelenjar serosa murni. Kedua kelenjar itu menghasilkan saliva

berair dengan kandungan enzim (amilase dan lipase) yang tinggi pada saat stimulasi.

Kelenjar palatal kecil menghasilkan saliva yang lebih kental dan lebih banyak

(Pedersen, 2007).

2.6 Pati

Pati berbeda dengan selulosa. Pada selulosa monomer D-glukosa satu dengan

yang lain secara β, sedangkan pada pati monomer D-glukosa terhubung secara α. Pati

merupakan cadangan karbohidrat bagi tanaman dan seperti halnya selulosa, pati akan

terhidrolisis dalam suasana asam menjadi monomer D-glokopiranosa. Sumber utama

pati adalah beras, singkong, gandum, jagung, kentang, ketela, umbi dan lain-lain.
Molekul pati umumnya terdiri dari 20 % amilosa dan 80 % amilopektin. Namun

demikian, ada jiga jenis pati yang hanya terdiri dari amilosa saja atau amilopektin

saja (Riswiyanto, 2009).

2.7 Bengkoang

Pada penelitian yang dilakukan oleh Syofyan, dkk., (2012) diperoleh rendemen

pati sebesar 3,38%. Rendemen merupakan hasil perbandingan dari jumlah pati yang

didapat (1,3554 kg) dengan jumlah umbi bengkoang yang digunakan (40 kg).

Berdasarkan pengujian/ evaluasi tablet yang dilakukan meliputi keseragaman bobot,

keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, perhitungan kadar

isoniazid dalam sediaan dan disolusi tablet disimpulkan bahwa pati bengkoang dapat

dikembangkan menjadi eksipien co-process bahan pengisi tablet cetak langsung

dengan peningkatan konsentrasi avicel PH101.

Pati bengkoang memperlihatkan sifat fungsional yang sama untuk sebagian

besar pati dari umbi-umbian. Suhu gelatinisasi (53-63 °C) dan suhu adonan (64.5 °C)

lebih kecil dibanding pati gandum, namun daya pembengkakannya tinggi

(54,4 g gel/ g pati kering). Adonan pati bengkoang menyajikan profil viskositas yang

tinggi, kecenderungan gradasi-mundur yang tinggi dan stabilitas rendah pada saat

memasak. Sifat fungsional dari pati bengkoang, mirip dengan pati singkong,

memungkinkan bengkoang untuk digunakan sebagai sumber pati baru yang potensial

(Melo, dkk., 2003).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain larutan amilum 1 %, saliva

encer (enzim amilase), es batu, buffer fosfat pH 8,0; 7,4; 7,0; 6,8; 6,4; 6,0; 5,8 dan

5,0, NaCl 0,1 M, asam asetat 1 M, iodin 0,01 M, akuades, tissue roll, kertas label dan

sabun cair.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain tabung reaksi, rak tabung,

sikat tabung, gelas kimia 600 mL, pipet tetes, plat tetes, labu semprot, gegep,

inkubator, penangas air, vortex, tabung ukur 10 mL dan stopwatch.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Saliva diencerkan dengan akuades dengan perbandingan 1:9. Disiapkan 8 buah

tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 5 mL larutan buffer berturut-turut pH

8,0; 7,4; 7,0; 6,8; 6,4; 6,0; 5,8 dan 5,0. Kemudian ke dalam larutan buffer ini

ditambahkan 2,5 mL larutan pati 1% dan 1 mL NaCl 0,1 M. Tabung yang berisi

larutan pH 8,0; 7,4 dan 7,0 ditambahkan 1 mL asam asetat. Kemudian ditambahkan

6 tetes iodin 0,01 M. Tabung dimasukkan ke dalam inkubator selama 5 menit.

Dikeluarkan dari inkubator dan ditambahkan 1 mL saliva encer ke dalam masing-

masing tabung kemudian dimasukkan kembali ke dalam inkubator. Setiap interval

5 menit dilihat perubahan warna sampai pada menit ke 35. Waktu masing-masing
perubahan yang terjadi dicatat dan ditentukan pH optimumnya dari grafik yang

diperoleh.

3.3.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Disiapkan 4 buah tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 5 mL larutan

amilum 1 % lalu ditambahkan 2 tetes saliva. Tabung reaksi pertama dimasukkan ke

dalam air es (0 °C), tabung reaksi kedua ditempatkan pada suhu kamar (25 °C),

tabung reaksi ketiga dimasukkan ke dalam inkubator (38 °C) dan tabung reaksi

keempat dimasukkan ke dalam air mendidih (100 °C). Setiap 5 menit, diambil

campuran larutan pati dan saliva encer yang kemudian diteteskan sebanyak 2 tetes

pada plat tetes yang telah berisi 1 tetes iodin 0,01 M. Diamati perubahan warna yang

terjadi setiap interval waktu 5 menit. Ditentukan kecepatan penguraian masing-

masing contoh dengan dilihat perubahan warna yang terjadi dan ditentukan

temperatur optimum dari grafik yang diperoleh.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.2.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Tabel 1. Pengaruh pH terhadap Enzim Amilase

Waktu Warna
(menit) pH 8,0 pH 7,4 pH 7,0 pH 6,8 pH 6,4 pH 6,0 pH 5,8 pH 5,0
0 +++++ +++++ +++++ +++++ +++++ +++++ +++++ +++++
5 ++ ++ +++ +++ ++++ ++++ +++ +++
10 + ++ ++ ++ ++++ ++++ +++ +++
15 ─ + ++ ++ ++++ ++++ +++ +++
20 ─ ─ + + ++++ ++++ ++ ++
25 ─ ─ + + ++++ ++++ ++ ++
30 ─ ─ + + +++ +++ ++ ++
35 ─ ─ ─ ─ ++ +++ ++ ++

Keterangan :

+ + + + + = Biru tua ++ = Sedikit kebiruan

++++ = Biru muda + = Mendekati tidak berwarna

+++ = Agak kebiruan ─ = Tidak berwarna

Tabel 2. Waktu Laju Perubahan Warna terhadap pH

1/t
pH Buffer Waktu (t) (menit)
(detik-1)
8,0 15 0,0011
7,4 20 0,0008
7,0 35 0,0005
6,8 35 0,0005
6,4 ─ 0,0000
6,0 ─ 0,0000
5,8 ─ 0,0000
5,0 ─ 0,0000
0.0012
pH optimum
0.0010
0.0008
0.0006
1/t

0.0004
0.0002
0.0000
4.8 5.0 5.2 5.4 5.6 5.8 6.0 6.2 6.4 6.6 6.8 7.0 7.2 7.4 7.6 7.8 8.0 8.2
-0.0002
pH

Gambar 1. Grafik hubungan pH terhadap aktivitas enzim amilase.

4.2.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Tabel 1. Pengaruh Temperatur terhadap Enzim Amilase

Warna
Waktu (menit)
Tabung I Tabung II Tabung III Tabung IV
0 +++++ +++++ ++++ +++++
5 +++++ ─ ++++ +++++
10 +++++ ─ +++ +++++
15 ++++ ─ ++ +++++
20 +++ ─ ─ +++++
25 +++ ─ ─ +++++
30 +++ ─ ─ +++++
35 ++ ─ ─ +++++
40 ++ ─ ─ +++++
45 ++ ─ ─ +++++
50 + ─ ─ +++++
55 + ─ ─ +++++

Keterangan :
+ + + + + = Biru tua ++ = Sedikit kebiruan

++++ = Biru muda + = Mendekati tidak berwarna

+++ = Agak kebiruan ─ = Tidak berwarna

Tabel 4. Waktu Laju Perubahan Warna terhadap Temperatur

1/t
Temperatur (°C) Waktu (t) (menit)
(detik-1)
0 55 0.0003
25 5 0.0033
38 20 0.0008
100 ─ 0.0000

0.0035
Temperatur Optimum
0.0030
0.0025
0.0020
1/t

0.0015
0.0010
0.0005
0.0000
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95100
pH

Gambar 2. Grafik hubungan temperatur terhadap aktivitas enzim amilase.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase

pH optimum dari enzim amilase ditentukan dengan mengamati kecepatan reaksi

katasis enzim amilase terhadap pati bengkoang yang ditandai dengan perubahan warna

dari biru menjadi tidak berwarna. Pada percobaan ini digunakan larutan buffer fosfat

dengan pH yang bervariasi. Variasi pH larutan buffer fosfat yakni pH 8,0; 7,4; 7,0; 6,8; 6,4;
6,0; 5,8 dan 5,0. Larutan pati 1 %, dan larutan NaCl 0,1 M ditambahkan ke dalam masing-

masing larutan buffer fosfat tersebut. Asam asetat ditambahkan pada larutan buffer fosfat

pH 8,0; 7,4 dan 7,0 untuk mengasamkan larutan tersebut. Larutan iodin 0,01 M diteteskan

pada masing-masing tabung reaksi. Masing-masing tabung dimasukkan ke dalam inkubator

selama 5 menit untuk menyamakan kondisinya. Saliva encer (dengan perbandingan saliva

dalam air adalah 1:9) ditambahkan ke masing-masing tabung. Larutan pati bertindak

sebagai substrat, NaCl sebagai penyuplai ion Cl¯ yang merupakan aktivator enzim amilase,

iodin sebagai indikator pati yang akan memberikan warna biru dan saliva sebagai enzim

amilase yang akan ditentukan pH optimumnya.

Perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna menunjukkan aktivitas dari

enzim amilase. Enzim amilase mengidrolisis pati menjadi molekul yang lebih

sederhana sehingga tes iodin akan memberi hasil negatif (tidak berwarna).

Berdasarkan hasil pengamatan setiap interval 5 menit diperoleh hasil pada pH 8,0

larutan berubah warna menjadi tidak berwarna pada menit ke 15, pada pH 7,4 larutan

berubah warna menjadi tidak berwarna pada menit ke 20 dan pada pH 7,0 dan 6,8 larutan

berubah warna menjadi tidak berwarna pada menit ke 35. Pada pH 6,4; 6,0; 5,8 dan 5,0

tidak menunjukkan perubahan warna menjadi tidak berwarna sampai pada menit ke 35

namun masing memberikan perubahan warna menjadi sedikit kebiruan, agak kebiruan,

sedikit kebiruan dan sedikit kebiruan. Dari data yang diperoleh di atas dibuat grafik

pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase sehingga diperoleh pH optimum untuk

aktivitas enzim amilase adalah pH 8.

4.2.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase


Temperatur atau suhu optimum dari enzim amilase ditentukan dengan

mengamati kecepatan reaksi katasis enzim amilase terhadap pati bengkoang yang

ditandai dengan larutan tidak berubah warna menjadi dari biru (tetap tidak berwarna)

setelah diteteskan pada iodin. Percobaan ini dilakukan pada kondisi yang bervariasi.

Variasi kondisi yakni tabung reaksi pertama dimasukkan ke dalam air es (0 °C),

tabung reaksi kedua ditempatkan pada suhu kamar (25 °C), tabung reaksi ketiga

dimasukkan ke dalam inkubator (38 °C) dan tabung reaksi keempat dimasukkan ke

dalam air mendidih (100 °C). Masing-masing tabung diisi dengan 5 mL larutan

amilum 1 % lalu diteteskan saliva. Setiap 5 menit campuran larutan pati dan saliva

encer diambil dan diteteskan pada plat tetes yang telah berisi iodin 0,01 M.

Berdasarkan hasil pengamatan setiap interval 5 menit diperoleh hasil pada

suhu 0 °C larutan tetap memberi hasil positif terhadap uji iodin (larutan berubah

warna menjadi biru) sampai pada menit ke 55 (larutan berwarna biru tapi mendekati

tidak berwarna), pada suhu kamar (25 °C) larutan menunjukkan hasil negatif pada tes

iodin (larutan tetap tidak berwarna) mulai pada menit ke 5, pada suhu 38 °C larutan

menunjukkan hasil negatif pada tes iodin (larutan tetap tidak berwarna) mulai pada

menit ke 20 dan pada suhu 100 °C larutan tetap memberi hasil positif terhadap uji

iodin (larutan berubah warna menjadi buru) sampai pada menit ke 55 (larutan

berwarna biru tua). Dari data yang diperoleh di atas dibuat grafik pengaruh

temperatur terhadap aktivitas enzim amilase sehingga diperoleh temperatur optimum

untuk aktivitas enzim amilase adalah pada 25 °C.

4.3 Reaksi
C2H5OH C2H5OH
H O H H O H
H O H O * + nI2
* OH H OH H

H HO H HO n

C2H5OH C2H5OH
H O H I H O H
* H O H O *
OH H OH H
I
H HO H HO n

C2H5OH C2H5OH
H O H I H O H
* H O H O *
OH H OH H
I
H HO H HO n
Biru

amilase - nI2

C2H5OH
H O OH
H
n OH H
HO H
H HO
Tidak Berwarna
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. pH optimum untuk aktivitas enzim amilase adalah pH 8.

2. Temperatur optimum untuk aktivitas enzim amilase adalah pada 25 °C.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Percobaan

Sebaiknya bahan yang digunakan untuk percobaan ini (enzim, indikator dan

lain-lain) ditambah atau diganti dengan bahan yang lain.

5.2.2 Saran Untuk Laboratorium

Sebaiknya kondisi kelayakan alat dan bahan untuk praktikum seperti wastafel

yang tersumbat dan bocor diperhatikan dan ditangani agar percobaan yang

dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.

5.2.3 Saran Untuk Asisten

Saran untuk asisten adalah pertahankan sikap disiplin kakak dan selalu berusaha

membimbing praktikannya agar menjadi lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Caballero, B., Finglas, P.M. dan Toldra, F., 2016, Encyclopedia of Food and Health,
Elsevier, London.

Hashemi, M., Mousavi, S.M., Razavi, S.H. dan Shojaosadati, S.A., 2012,
Comparison of submerged and solid state fermentation systems effects on the
catalytic activity of Bacillus sp. KR-8104 a-amylase at different pH and
temperatures, Industrial Crops and Products, 43(2013): 661– 667.

Iswendi, 2010, Penentuan Aktivitas Amilase dari Umbi Bengkuang (Pachyrrhizus


erosus L. Urb) Hasil Ekstraksi dengan Etanol dan Ammonium Sulfat, Jurnal
Saintek, 11(2): 94-98.

Melo, E.A., Stamford, T.L.M., Silva, M.P.C., Krieger, N. dan Stamford, N.P., 2002,
Functional Properties of Yam Bean (Pachyrhizus erosus) Starch, Bioresource
Technology, 89(2003): 103–106.

Murray, R.K., Granner, D.K. dan Rodwell, V.W., 2009, Biokimia Harper, Edisi 27,
Ahli Bahasa Braham U. Pendit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Pedersen, A.M.L., 2007, Saliva, University of Copenhagen, Kopenhagen.

Riswiyanto, 2009, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.

Stoker, H.S., 2007, General, Organic, and Biological Chemistry, Fourth Edition,
Houghton Mifflin Company, Boston.

Sumardjo, D., 2006, Pengantar Kimia: Buku Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Syofyan, Yelni, E.A. dan Azhar, R., 2012, Penggunaan Kombinasi Pati Bengkuang
– Avicel PH101 sebagai Bahan Pengisi Co-Process Tablet Isoniazid Cetak
Langsung, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 17(2): 164-171.

Syukri, S., 1999, Kimia Dasar 3, Penerbit ITB, Bandung.


Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Tabung reaksi

― Dibersihkan dan dikeringkan

― Diisi dengan 5 mL larutan buffer fosfat pH 8; 7,4; 7,0; 6,8; 6,4; 6,0; 5,8

dan 5,0

― Ditambahkan 2,5 mL larutan pati 1%

― Ditambahkan 1 mL NaCl 0,1 M

― Ditambahkan 1 mL asam asetat

― Ditambahkan 6 tetes iodin 0,01 M

― Dimasukkan ke dalam inkubator selama 5 menit

― Dikeluarkan dari inkubator dan ditambahkan 1 mL saliva encer (1:9)

― Diamati dan dicatat perubahan warna setiap interval 5 menit sampai pada

menit ke 40 dan dicatat

― Dibuat grafik

― Ditentukan pH optimumnya

Hasil

Catatan:

Pada larutan buffer fosfat pH 6,8; 6,4; 6,0; 5,8 dan 5,0 tidak dilakukan penambahan

asam asetat.
2. Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Tabung reaksi

― Dibersihkan dan dikeringkan

― Diisi dengan 5 mL larutan pati 1%

― Ditambahkan 2 tetes saliva encer (1:9)

― Ditempatkan ke dalam wadah yang berisi es (0 °C), pada suhu kamar

(25 °C), dalam inkubator (38 °C) dan dalam air mendidih (100 °C).

― Diambil campuran larutan pati dan saliva encer kemudian diteteskan

sebanyak 2 tetes pada plat tetes yang telah berisi 1 tetes iodin 0,01 M

(dilakukan setiap 5 menit)

― Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi

― Ditentukan kecepatan penguraian larutan pati oleh enzim amilase

Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 3. Percobaan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase menit ke 0.

Gambar 4. Percobaan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase menit ke 35.


Gambar 5. Percobaan pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim amilase pada
suhu 0 oC.

Gambar 6. Percobaan pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim amilase pada


suhu 36 oC.

Anda mungkin juga menyukai