Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karna berkat rahmat
dan karunia_NYA lah penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
SEMINAR AWAL STASE MATERNITAS DI RUANG KEBIDANAN RSUD
PELEMBANG BARI TAHUN 2018
Laporan ini di susun sebagai salah satu laporan Praktek Klinik S1
keperawatan dan dalam kesempatan ini kami melakukan pengkajian data di ruamg
kebidanan RSUD palembang BARI penyusunan laporan ini tidak lepas dari
partisipasi pihak yang telah ikut serta memberikan masukan saran dan bimbingan
sehingga maklah ini dpat di selesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin menuampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. dr .Hj. Makiani, SH.,MM.,MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
2. dr. M. Ayus Astoni, Sp. PD.K-GEH, FINASIM, MARS, sebagai Wakil
Direktur Pelayanan Rumah Sakit Palembang BARI.
3. Dr. dr. Chairil Zaman M.Sc Sebagai Direktur STIKes Bina husada
Palembang
4. Anggi Pratiwi, S.Kep,Ns,M.Kep Sebagai Ketua Program Studi
Keperawatan STIKes Bina husada Palembang.
5. dr. Syarifah Farida, M.Kes sebagai Ka. Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI.
6. dr. Hadi Asyik, SpA sebagai Ketua Komite Medika Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
7. Mewi Andriani SKM.,M.Kes Sebagai Kabid Penujang Medis Dan
Pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah BARI.
8. Masrianah, S.Kep.,Ns., M.kes sebagai Kabid Kerawatan Rumah Sakit
Umum Palembang BARI.
9. Rizka Primananda SKM sebagai Ka. Seksi Diklat dan Litbang Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
i
10. Rini Rosaria SST D dan Nita rina S.Kep, Ners. Sebagai Kepala Ruangan
Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Palembang BARI.
11. Nita Septarini S.Kep, Ners. Sebagai Pembimbing Klinik Di Ruang
Kebidanan RSUD Palembang BARI.
12. Meta Nurbaiti, S.Kep,Ns,M.Kes Sebagai Pembimbing Akademik STIKes
Binahusada Palembang.
13. Semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah Seminar Praktik
Klinik ini dapat Penulis Selesaikan.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari masih banayak
kekurangan yang ada dalam makalah in, untuk itu penulis sangat
mengharapkan segenap kritik dan saran yang bersipat mendidik dan
membanmgun guna kemajuan lebih baik pada laporan berikutnya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang setimpal atas
bimbingan dan bantuan yang telah di berikan kepada penulis. Akirnya
penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan suatu bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di
suatu negara mencerminkan tingginya resiko kehamilan dan persalinan.
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisis pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500gram (sarwono.2009)
Sectio caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (gulardi dan
wiknjosastro.2006)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan ajnindengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (mansjoer, 2002).
WHO menetapkan standard rata-rata sectio caesarea di sebuah Negara
adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia. Rumah Sakit Pemerintah kira-
kira 11% semantara rumah sakit swasta lebih dari 30%. Menurut WHO
peningkatan persalinan di seluruh Negara selama tahun 2007-2008 yaitu 110.000
per kelahiran seluruh Asia.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007, AKI di Indonesia mencapai 228 / 100.000 kelahiran hidup dan angka
kematian bayi sebesar 34 / 1000 kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada
saat melahirkan. Namun hasil SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan
sudah mulai turun perlahan bahwa tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran
hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.Post partum
adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat alat
kandungan kembali seperti kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini 8 - 6
minggu.
Seksio sesaria menempati urutan kedua setelah ekstraksi vakum dengan
frekuensi yang dilaporkan 6% sampai 15% (Gerhard Martius 1997). Sedangkan
1
menurut statistik tentang 3.509 kasus seksio sesaria yang disusun oleh Pell dan
Chamberlain, indikasi untuk resiko sesaria adalah diproporsi janin panggul 21%,
gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah seksio sesaria 11%, kelainan letak
janin 10%, pre-eklamasi dan hipertensi 7% dengan angka kematian pada ibu
sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin
14,5% (Winkjosastro,2005).
Menurut Rs Bari di ruang kebidanan partus sepontan 50 % dan post op
cessar 50 % kurang lebih satu bulan.
Seksio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.atau vagina atau suatu
histerektomia untuk janin dari dalam rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan
kehidupan baik pada ibu maupun pada bayi. Ditemukannya bedah sesar memang
dapat mempermudah proses persalinan sehingga banyak ibu hamil yang lebih
senang memilih jalan ini walaupun sebenarnya mereka bisa melahirkan secara
normal. Namun faktanya menurut Bensons dan Pernolls, angka kematian pada
operasi sesar adalah 40 - 80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan
resiko 25 kali lebih besar dibandingkan dengan persalinan melalui per vagina.
Bahkan untuk satu kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan persalinan per vagina.
2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada pada Ny “T”Post Op SC
2. Merumuskan diagnosa yang muncul pada pada Ny “T”Post Op SC
3. Melakukan intervensi keperawatan pada pada Ny “T”Post Op SC
4. Melakukan implementasi keperawatan pada pada Ny “T”Post Op SC
5. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pada Ny “T”Post Op SC
3
BAB II
PEMBAHASAN
Motto
“KESEMBUHAN DAN KEPUASAN PELANGGAN ADALAH
KEBAHAGIAAN KAMI ”
4
2.1.3 Sejarah
1. Sejarah Berdirinya
1) Pada tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI
merupakan gedung poliklinik/puskesmas panca usaha.
2) Pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang
BARI dengan SK Depkes nomor 1326/ Menkes/SK/XI/1997, tanggal
10 November 1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
kelas C
3) Kepmenkes RI Nomor; HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status
akreditasi penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI, tanggal 7 November 2003.
4) Kepmenkes RI Nomor: YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status
Akreditasi penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI, tanggal 5 Februari 2008.
5) Kepmenkes RI Nomor: 241/MENKES/SK/IV/ 2009 tentang
peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
menjadi kelas B, tanggal 2 April 2009.
6) Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan
keputusan Walikota Palembang No. 915. B tahun 2008 tentang
penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang
menerapkan pola pengolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara
penuh.
7) KARS-SERT/363/1/2012 tentang status Akreditasi Lulus Tingkat
Lengkap kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI,
tanggal 25 Januari 2012.
8) Telah terakreditasi tingkat paripurna : Sertifikat Akreditasi Rumah
Sakit Nomor : KARS/SERT/99/IV/2015 Tanggal 2 April 2015
5
2. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
1) Tahun 1986 s.d 1995 ; dr. Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala
Poloklinik/ Puskesmas Panca Usaha
2) Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, SpOG
sebgai Direktur RSUD Palembang BARI
3) Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksanaan Tugas dr.H.Dachlan
Abbas,SpB.
4) Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksanaan Tugas
dr.M.Faisal Soleh,SpPD.
5) Tanggal 14 November 2000 s.d 16 Januari 2012 : dr.Hj. Indah Puspita,
H.A, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6) Tanggal 17 Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, M.M,MARS,
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI
2.1.4 Pelayanan
Perawatan Rawat jalan :
1. Klinik Penyakit Dalam
2. Klinik Bedah
3. Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Klinik Anak
5. Klinik Mata
6. Klinik THT
7. Klinik Syaraf
8. Klinik Kulit dan Kelamin
9. Klinik Jiwa
10. Klinik Rehablitas Medik
11. Klinik Jantung
12. Klinik Gigi
13. Klinik Psikologi
14. Klinik Tumbuh Kembang
15. Klinik Paru
6
16. Klinik Umum ( Karyawan )
17. Medical check up
Pelayanan Penunjang :
1. Rehabilitas medik
2. Farmasi 24 jam
3. Radiologi 24 jem
4. Laboratorium klinik 24 jam
5. Patologi anatomi
6. Bank darah
7. Hemodialisa
8. Instalasi Pemulasaran Jenazah
9. Instalasi Pemeliharaan Lingungan (IPL)
10. Instalasi Laundry
11. Instalasi Gizi
12. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
7
13. CSSD
8
Keuntungan Sectio Caesarea:
Operasi Caesarea lebih aman dipiliah dalam menjalani proses persalinan
karena telah menyelamatkan jiwa ibu yang mengalami kesulitan melahirkan jalan
lahir tidak teruji dengan dilakukannya sectio caesarea. Yaitu bilamana do
diagnosa panggul sempit/fatal distress didukung dengan pelvimetri. Bagi ibu yang
paranoid terhadap sakit, maka sectia caesarea pilihan tepat dalam menjalani proses
persalinan, karena diberi anastesi/penghilang rasa sakit. (fauzi,2007)
Kerugian Sectio Caesarea:
Operasi sectio caesarea merupakan prosedur medis yang mahaldan
mempunyai resiko, antara lain :
a. Bagi janin Resiko Sectio Caesarea bagi janin menurut Dimas (2010) antara
lain, yaitu ;
1) gangguan pernafasan
2) rendahnya sistem kekebalan tubuh
3) rentan alergi
4) terpengaruh anastesi
5) minim peluang imsiasi menyusui dini
9
2.2.2 Anatomi dan Fisiologi
a.Organ Genetalia Interna
10
Gambar 2.2 : gambar genetalia eksterna wanita
2) Alat Kelamin Bagian Luar
a. Mons Veneris
Mons veneris disebut juga gunung venus,merupakan bagian yang menonjol
dibagian depan simfisis, terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat.
Setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.
b. Bibir besar (labia mayora)
Labia mayora kelanjutan dari mons veneris, bentuknya lonjong. Kedua
bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum. Permukaan terdiri
dari :
1. Bagian luar : tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris.
2. Bagian dalam : tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak)
c. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar, tanpa rambut.
d. Klitoris
Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria, mengandung
banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitif saat
berhubungan seks.
e. Vestibulum
Bagian kelamin ini dibatasi oleh kedua labia kanan –kiri dan bagian atas
oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora.
11
f. Himen
Himen merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina
luar. Pada saat hubungan seks pertama himen akan robek dan
mengeuarkan darah. Setelah melahirkan himen merupakan tojolan kecil
yang disebut karunkule mirtiformis.
2.2.3 Etiologi
Etiologi menurut (Saifuddin, 2002), adalah:
12
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
o Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
o Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira - kira 0,27 - 0,5 %.
o Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah
dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya
akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
o Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki
13
2.2.4 Manifestasi Klinis
1. Pasien mengeluh nyeri pada perut akibat luka operasi
2. Pasien mengeluh sulit untuk tidur
3. Pasien mengeluh untuk bergerak / beraktivitas
4. Pasien mengeluh badan nya panas
5. Terjadi takikardi
6. Terdapatlingkaran hitam dimata
7. Terdapattanda-tanda infeksi
8. Pasien tampak gelisah(Prawirohardjo, 2008).
2.2.5 Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan
ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post
partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post
de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan
luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
14
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat
beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi (Mansjoer, 2000).
15
2.2.7 Penatalaksanaan Medis
1. Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL)
60 tetes / menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin.
2. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien
bebas demam selama 48 jam :
o Ampisilin 2 g I.V setiap 6 jam.
o Gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V setiap 8 jam.
o Metronidazol 500 mg I.V setiap 8 jam.
o Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaanSupositoria : Ketopropen sup 2x / 24 jam
Oral : Tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
Injeksi : Penitidine 90 - 75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu.(Geri, 2009)
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada sectio caesar adalah :
1. Infeksi puerperial : Kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
dibagi menjadi :
o Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
o Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
o Peritonealis, sepsis dan usus paralitik.
2. Perdarahan: Perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
5. Yang sering terjadi pada ibu bayi yaitu kematian perinatal (Geri, 2009).
16
2.3 Asuhan Keperawatan Post Op SC Secara Teoritis
2.3.1 Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku, status perkawainan,
diagnosa medis, tanggal MRS, No. RM, dan alamat.
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku, alamat.
c. Riwayat Persalinan yang Lalu
Prenatal, intranatal, postnatal, dan alasan kenapa SC
d. Riwayat Persalinan Saat Ini
Jenis persalinan, jenis kelamin bayi, perdarahan, masalah dalam
persalinan.
e. Data Umum Kesehatan Saat Ini
Status obstetrik (GPA), bayi rawat gabung (Ya/Tidak), keadaan
umum, kesadaran, vital sign (TD, RR, T, N),
f. Riwayat keluarga berencana
KB klien, jenis kontrasepsi yang digunakan sejak kapan.
g. Riwayat psikososial dan spiritual
Respon klien terhadap penyakitnya saat ini, kaji kegiatan keagamaan
klien yang sering dilakukan dirumah dan di RS.
h. Pemeriksaan fisik
a) Kepala: keluhan pusing, warna rambut, keadaan, kebersihan.
b) Mata: kesimestrisan mata, warna konjungtiva, sklera kornea.
c) Hidung: kesimestrisan, keadaan kebersihan penciuman.
d) Mulut: kelembaban mukosa bibir, keadaan gigi.
e) Telinga: kelainan bentuk, keadaan dan fungsi
f) Leher: kaji adanya pembengkakan, pembesaran kelenjar tiroid.
g) Daerah dada: keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi
suara jantung, frekuensi nadi dan tekanan darah.
h) Abdomen: kaji adanya masa pada abdomen, nyeri tekan.
17
i) Genetalia: pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau, keluhan
gatal.
j) Ekstermitas: kaji kekuatan otot, varises, konfraktur pada persendian
dan kesulitan pergerakan.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d agen injuri fisik (pembedahan, trauma, jalan lahir
episotomi)
2. Intoleransi aktifitas b/d tirah baring atau imobilisasi, kelemahan
menyeluruh.
3. Risiko infeksi b/d faktor risiko (episotomi, laserasi jalan lahir bantuan
pertolongan persalinan)
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan
intake makanan, mual muntah
18
2.3.3 Intervensi
Diagnosa Perencanaan
Keperawata
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
n
Nyeri akut NOC : 1. Kaji nyeri secara
berhubunga Pain Level, komprehensif
n pain control, meliputi lokasi nyeri,
dengan: comfort level durasi nyeri, skala
Agen injuri Setelah dilakukan tindakan nyeri, dan
(biologi, keperawatan 3 x 24 jam dirumah karakteristik nyeri.
kimia, sakit diharapkan nyeri dapat 2. Observasi reaksi non
fisik, berkurang dengan kriteria hasil: verbal dan
psikologis), ketidaknyamanan
Indikator Awal akhir
kerusakan 3. Ajarkan teknik non
jaringan Nyeri 2 4 farmakologi yaitu
DS: terkontrol 3 4 teknis nafas dalam
- Laporan Ekpresi wajah 2 4 4. Berikan lingkungan
secara Rileks yang nyaman
verbal Skala nyeri 4 4 5. Observasi ttv
DO: berkurang 6. Kolaborasi pemberian
- Posisi TTV dalam analgetik
untuk batas normal
menahan Keterangan:
nyeri 1: ekstrim
- Tingkah 2: berat
laku 3: sedang
berhati-hati 4: ringan
19
capek, sulit
atau
gerakan
kacau,
menyeringai
)
- Terfokus
pada diri
sendiri
- Fokus
menyempit
(penurunan
persepsi
waktu,
kerusakan
proses
berpikir,
penurunan
interaksi
dengan
orang dan
lingkungan)
- Tingkah
laku
distraksi,
contoh :
jalan-jalan,
menemui
orang lain
dan/atau
aktivitas,
20
aktivitas
berulang-
ulang)
- Respon
autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan
tekanan
darah,
perubahan
nafas, nadi
dan dilatasi
pupil)
21
oksigen aktifitas secara mengidentifikasi
dengan mandiri dan mendapatkan
kebutuhan Mampu 2 5 sumber yang
Gaya hidup berpindah diperlukan untuk
yang tanpa bantuan aktifitas yang
dipertahank TTV normal 2 5 diinginkan.
an. Keterangan:
DS: 1: ekstrim
Melapor 2: berat
kan secara 3: sedang
verbal 4: ringan
adanya 5: tidak ada
kelelahan
atau
kelemahan.
Adanya
dyspneu
atau
ketidaknya
manan
saat
beraktivitas.
DO :
Respon
abnormal
dari tekanan
darah atau
nadi
terhadap
aktifitas
Perubah
22
an ECG :
aritmia,
iskemia
23
BAB III
-Usia : 34Thn
-Perkerjaan : IRT
-Riwayat KB : IUD
BB sebelum hamil : 58
24
Taksiran praktus : 22 oktober 2018
-TB : 162CM
-BB : 63Kg
Tanda vital
Nadi : 82x/m
Suhu : 36℃
Pernapasan : 24x/menit
Kepala leher
Kepala : normal
Telinga : Normal
25
Data
areola : menonjol
Abomen
Ekstremitas :
- edema : ya
-varises : tidak
Eliminasi
26
Nutrisi dan cairan
Keadaan mental
Persiapan persalinan
27
I. ANALISA DATA
2 DS : Tindakan SC Intoleransi
-klien mengatakan Aktifitas
28
lemas, kepala Luka insisi
kadang-kadang
pusing. Terjadinya kontinuitas jaringan
DO :
- klien tampak Pelepasan zat bradikinin,
lemas. histamin, dan prostagladin
- ADL dibantu oleh
keluarga. Menyampaikan ke hipotalamus
- kebutuhan cairan
kurang Korteks serebri
- pergerakan sendi
terbatas
Nyeri
- klien bed rest
total selama 24 jam
Kelemahan fisik
- TD: 130/80mmHg,
- RR : 24x/m,
Intoleransi Aktifitas
- N : 82x/m
- S : 36 ᴼC
29
II. Prioritas masalah
1. Nyeri Akut b.d injuri (biologi,kimia,fisik,psikologis), kerusakan
jaringan.
2. Intoleransi Aktifitas b.d imobilisasi,kelemahan menyeluruh, ketidak
seimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan gaya hidup yang
dipertahankan.
IV . Intervensi keperawatan
DX Noc Nic
Nyeri akut NOC : 1. Kaji nyeri secara
berhubungan Pain Level, komprehensif meliputi
dengan: pain control, lokasi nyeri, durasi
Agen injuri comfort level nyeri, skala nyeri, dan
(biologi, kimia, Setelah dilakukan tindakan karakteristik nyeri.
fisik, keperawatan 3 x 24 jam dirumah 2. Observasi reaksi non
psikologis), sakit diharapkan nyeri dapat verbal dan
kerusakan berkurang dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan
jaringan 3. Ajarkan teknik non
Indikator Awal akhir
DS: farmakologi yaitu
- Klien Nyeri 2 4 teknis nafas dalam
mengatakan terkontrol 3 4 4. Berikan lingkungan
masih Ekpresi wajah 2 4 yang nyaman
merasakan nyeri Rileks 5. Observasi ttv
30
pada daerah luka Skala nyeri 4 4 Kolaborasi pemberian
bekas operasi berkurang analgetik
- Klien TTV dalam
mengatakan batas normal
nyeri terasa Keterangan:
ketika duduk 1: ekstrim
- Klien 2: berat
mengatakan 3: sedang
nyeri dalam 4: ringan
skala 5 dari 5: tidak ada
rentang 1-10
DO:
- Post op hari
ke-1
- ekspresi wajah
meringis
menahan nyeri
saat akan duduk
- Terdapat luka
post OP SC
pada daerah
abdomen
- KU lemah
- TD:
130/80
mmHg,
- RR : 24x/m,
- N : 82x/m
- S : 36 ᴼC
31
Intoleransi NOC : 1. Kolaborasikan dengan
aktivitas Self Care :ADLs tenaga medis dalam
Berhubungan Toleransiaktivitas merencanakan program
dengan : Konservasi energi terapi yang tepat
Tirah Baring Setelah dilakukan tindakan 2. Bantu klien untuk
atau imobilisasi keperawatan selama .... jam mengidentifikasi
Kelemahan diharapkan pasien mampu aktifitas yang mampu
menyeluruh melakukan aktifitas secara dilakukan
Ketidakseim mandiri, dengan KH: 3. Bantu klien untuk
bangan Indikator Awal Akhir memilih aktifitas
antara suplei Mampu 2 5 konsistensi yang sesuai
oksigen dengan melakukan dengan kemampuan
kebutuhan aktifitas secara fisik
Gaya hidup mandiri Bantu untuk
yang Mampu 2 5 mengidentifikasi dan
dipertahankan. berpindah mendapatkan sumber
DS: - klien tanpa bantuan
mengeluh TTV normal 2 5
badannya lemas Keterangan:
dan pusing 1: ekstrim
DO: - klien 2: berat
tampak lemas 3: sedang
- ADL dibantu 4: ringan
oleh keluarga 5: tidak ada
-kebutuhan
cairan kurang
-pergerakan
sendi terbatas
- klien bed rest
total selama 24
32
jam
- TD:
130/80
mmHg,
- RR : 24x/m,
- N : 82x/m
- S : 36 ᴼC
33
- Terfokus pada diri semua tindakan
sendiri yang dilakukan
- Fokus menyempit 2. Mengajurkan ibu
(penurunan mobilitas
persepsi waktu, 3. Istirahat yang
kerusakan proses cukup
berpikir, penurunan
interaksi dengan
orang dan
lingkungan)
- Tingkah laku
distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas
berulang-ulang)
- Respon autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi
2 Intoleransi 08:30 S:ibu belum dapat S=pasien
aktivitas memenuhi kebutuhan mengatakan
Berhubungan sehari –hari masih panas
dengan : O :LUKA post SC luka post SC
Tirah Baring tertutup Verban kering O=pada luka
atau imobilisasi dan bersih post SC
A:POST SC hari II masih
34
Kelemahan dengan nyeri bekas tampak
menyeluruh operasi merah
Ketidakseimb P:mengajurkan ibu A=masalah
angan antara suplei menyusui anaknya risiko infeksi
oksigen dengan Mengajarkan ibuk teratasi
kebutuhan mobilasi dini sebagian
Gaya hidup yang P=kaji
dipertahankan. pengeluaran
DS: pada luka
- Melaporkan
secara Verbal
adanya
kelelahan
atau kelemahan.
- Adanya
dyspneu atau
ketidaknyamana
n
saat beraktivitas.
DO :
- Respon
abnormal dari
tekanan darah
atau nadi
terhadap
aktifitas
- Perubahan ECG
:aritmia,iskemia
35
BAB IV
PEMBAHASAN
1.4 Pengkajian
Dalam bab ini, penulis akan membahas asuhan keperawatan pada Ny. T post
seksio cesarea Hari pertama dengan indikasi KPSW di Ruang kebidanan RSUD
Palembang Bari, pembahasan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Intrvensi adalah salah satu kategori perilaku keperawatan, pada tahap ini
perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi pasien dan
merencanakan intervensi keperawatan.
Evaluasi adalah langkah akir dari proses keperawatan tugas selama tahap ini
termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana tindakan keperawatan
dan intervensi jika perlu (Nursalam 2001).
36
Pengkajian yang sudah di dapat berdasarkan pemeriksaan yang di lakukan
penulis dan keluhan pasien yang di temukan pada pengkajian yang di lakukan
pada tanggal: 22 oktober 2018 di dapatkan data.
Nama : Ny. T
Umur : 34 tahun
Status : menikah
Agama : islam
Pendidikan : sma
P : Saat begerak
S : skala nyeri 8
T : 30 menit sekalidan klien tidak tahu cara merawat luka bekas operasi.
37
terdapat luka jahit bekas operasi sejumlah 8 jahitan sepanjang 12 cm, luka
kemerahan.
1.Diagnosa Keperawatan
dengan:
DS:
DO:
- Fokus menyempit
38
- Respon autonom (sepertidiaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan
2.Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan :
DS:
DO :
Nyeri 2 4
terkontrol 3 4
Ekpresi wajah 2 4
39
Rileks
Skala nyeri 4 4
berkurang
TTV dalam
batas normal
Keterangan:
1: ekstrim
2: berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
2. NOC :
Self Care :
ADLs
Toleransiaktivitas
Konservasienergi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .... jam diharapkan pasien mampu
melakukan aktifitas secara mandiri, dengan KH:
40
tanpa bantuan
TTV normal 2 5
Keterangan:
1: ekstrim
2: berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
41
(mata sayu, - Istirahat yang cukup
tampak capek,
sulit atau
gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada
diri sendiri
-Fokus
menyempit
(penurunan
persepsi waktu,
kerusakan proses
berpikir,
penurunan
interaksi dengan
orang dan
lingkungan)
- Tingkah laku
distraksi,
contoh : jalan-
jalan,
menemui orang
lain
dan/atau
aktivitas,
aktivitas
berulang-ulang)
- Respon
autonom (seperti
diaphoresis,
perubahan
42
tekanan darah,
perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi
2 Intoleransi 08:30 S: Ibu belum dapat memenuhi
aktivitas kebutuhan sehari –hari
Berhubungan O: LUKA post SC tertutup
dengan : Verban kering dan bersih
Tirah Baring A: POST SC hari II dengan
atau imobilisasi nyeri bekas operasi
Kelemahan P: Mengajurkan ibu menyusui
menyeluruh anaknya
Ketidakseimb Mengajarkan ibuk mobilasi
angan antara dini
suplei
oksigen dengan
kebutuhan
Gaya hidup yang
dipertahankan.
DS:
Melaporkan
secara
verbal adanya
kelelahan
atau kelemahan.
Adanya
dyspneu
atau
ketidaknyamanan
saat beraktivitas.
DO :
43
Respon
abnormal
dari tekanan
darah atau
nadi terhadap
aktifitas
Perubahan
ECG :
aritmia, iskemia
44
BAB V
45
5.2 Saran
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan
memperluas wawasan mengenai Post Op SC dengan karena dengan
adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan mampu
mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan
kesehatan bagi masyarakat mengenai SC dan fakor –faktor pencetusnya
serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
46
DAFTAR PUSTAKA
Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan, Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika.
Saifuddin, A.B., 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Geri, Morgan dan Carol Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekoligi Panduan
Praktik. Jakarta: EGC .
Potter, P.A, Perry A.G. Buku Ajar FundaMental Keperawatan : Konsep, proses
dan Praktek edisi 4. Volume 2. Alih bahasa : renata Komala Sari, dkk, Jakarta :
EGC. 2005
47