Anda di halaman 1dari 19

98

E. Manajemen Kebidanan

1. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Hamil

a. Langkah I: Pengumpulan data dasar

Mengumpulkan semua data yang akurat dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan

kepada dokter dalam menajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Data-

data yang dikumpulkan meliputi :

1) Anamnesa

Identitas yaitu Nama, umur, kebangsaan, agama, pendidikan, pekerjaan

(Indentitas istri dan suami). Riwayat Kehamilan : Hari pertama haid terakhir (HPHT)

siklus haid, perdarahan pervaginam, keputihan, mual dan muntah, masalah / kelainan

pada kehamilan sekarang, pemakai obat- obatan.

Riwayat obstetric lalu yaitu Jumlah kehamilan, jumlah persalinan, persalinan

cukup bulan, prematur, jumlah anak hidup, jumlah keguguran. Riwayat penyakit :

Jantung, tekanan darah tinggi, Diabetes militus, TBC, Asthma pernah oprasi, alergi

obat/makanan. Riwayat sosial ekonomi yaitu Status ekonomi, respon ibu dan

keluarga terhadap kehamilan, jumlah keluarga yang membantu dalam rumah tangga,

pembuatan keputusan dalam keluarga, kebiasaan makan, minum, kebiasaan merokok,

menggunakan obatan/alkohol, kehidupan seksual, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.

2) Pemeriksaan

a) Fisik

Pemeriksaan fisik umum yaitu mengukur tinggi badan dan menimbang berat

badan. Melakukan pemeriksaan kehidupan jantung, paru-paru dll. Mengukur


99

tekanan darah. Pemeriiksaan reflex pattela, oedema. Pemeriksaan dari ujung rambut

sampai ujung kepala

b) Pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam

Pemeriksaan luar dalam buku sumber (Prawirohardjo, 2007) meliputi :

Palpasi, lakukan palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara,

palpasi perut untuk menentukan besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian janin,

letak dan persentasi, gerak janin. Pemeriksaan dengan leopold:

Palpasi Abdomen Pada Kehamilan

Leopold I :

(1) Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.

(2) Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.

(3) Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus ( bokong atau kepala

atau kosong ).

Leopold I
100

Leopold II :

(1) Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping

kiri dan kanan umbilikus.

(2) Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut

jantung janin nantinya.

(3) Tentukan bagian-bagian kecil janin.

Leopold II

Leopold III :

(1) Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan

perasaan tak nyaman bagi pasien.

(2) Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.

(3) Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah

sudah mengalami engagemen atau belum.


101

Leopold III

Leopold IV :

(1) Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.

(2) Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.

(3) Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.

Menentukan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan usia kehamilan berdasarkan

parameter tertentu ( umbilikus, prosesus xyphoideus dan tepi atas simfisis pubis).

c) Auskutasi

Menggunakan stetoskop monoaural untuk mendengarkan denyut janin,

dihitung 1 menit, DJJ normal 120-160 kali permenit.

d) Pemeriksaan Dalam meliputi

Gunanya pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui : Bagian terendah

janin, pembukaan serviks, pelunakan serviks, Air ketuban, Palvimetri panggul dll.
102

e) Laboratorium

Pemeriksaan darah (Hb), tujuannya untuk mengetahui kadar hemoglobin,

yaitu untuk mengetahui menderita Anemia atau tidak. Anemia ringan dalam

kehamilan cukup tinggi berkisar antara 10% sampai 20% karena defisiensi makanan

memegang peranan penting dalam timbulnya anemia. Menurut penyelidikan wanita

hamil dengan Hb 12 gr% dalam trimester I 11,4 % dalam trimester II 10,8 % dalam

trimester III 10,8%/100 ml. Hal itu disebabkan karena pengenceran darah menjadi

makin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan, hingga frekwensi anemia dalam

kehamilan meningkat pula (Salmah, 2006).

Pemeriksaan urine terbagi menjadi dua yaitu Protein urine bertujuan untuk

mengetahui kandungan protein didalam urine guna mendiagnosa adanya pre

eklampsi. Glukosa urine bertujuan untuk menghitung secara kasar jumlah glukosa

dalam urine dan untuk mendiagnosa adanya penyakit diabetes mellitus.

b. Langkah II : Interpretasi data

Mengidentifikasi secara benar diagnose masalah dan kebutuhan klien

berdasarkan penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan. Diagnose

yang mungkin timbul : Kehamilan normal, kehamilan dengan masalah khusus,

Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi

atau kerjasama penanganannya, Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang

membutuhkan rujukan segera.

Adapun masalah yang sering muncul pada kehamilan adalah berupa mual,

muntah, sakit kepala, mules, pusing. Kebutuhan tambahan nutrisi, tablet zat besi,

asam folat, pemberian TT, Konseling, Perencanaan Persalinan, Perawatan payudara,


103

Pengenalan komplikasi, Penyuluhan kesehatan, Dalam menentukan Diagnosa

masalah dan kebutuhan dasar teori harus di cantumkan (Salmah, 2006).

c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial

Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial lain berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnose yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan waspada dan

bersiap-siap mencegah dignosis/ masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah

ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman (Salmah, 2006).

d. Langkah IV : Penetapan kebutuhan tindakan segera

Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,

melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi

klien. Pada langkah ini mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan/ untukl dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Salmah, 2006).

e. Langkah V (Penyusunan Rencana Asuhan Menyeluruh)

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau masalah yang berkaitan tetapi juga dari

kerangka antisipasi terhadap klien tersebut. Apa yang diperkirakan akan terjadi

berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk

klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan social-ekonomi, cultural atau

masalah psikologis. Setiap rencana yang dibuat haruslah disetujui oleh kedua belah

pihak, yaitu bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga

akan melaksanakan rencana tersebut (Salmah, 2006).


104

f. Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan

Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan

aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan oleh bidan seluruhnya atau sebagian oleh klien,

atau anggota tim kesehatan lainya. Walau bidan tidak melakukanya sendiri, Ia tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya memastikan

langkah tersebut benar-benar terlaksana) (Salmah, 2006).

g. Langkah VII : Mengevaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektipan asuhan yang sudah diberikan.

Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan tersebut terpenuhi dan mengatasi

dignosis atau masalah yang telah diidentifikasi. Rencana asuhan tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedangkan

sebagian lagi belum efektif. Manajemen merupakan kegiatan yang

berkesinambungan, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang

tidak efektif melalui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen

tidak efektif serta melakukan penyesuaian rencana tersebut (Salmah, 2006).

2. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Intranatal

a. Langkah langkah dalam manajemen intranatal adalah:

1) Langkah 1: Tahap Pengumpulan Data

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua

data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Data

diperoleh melalui:
105

a) Anamnese: lakukan anamnesa Biodata, data demografi, Riwayat kesehatan,

termasuk faktor herediter dan kecelakaan, Riwayat menstruasi, Riwayat

obsetetrie dan ginekologi, termasuk nifas dan laktasi, Biopsikospiritual, dan

pengetahuan klien.

b) Pemeriksaan fisik, sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital yaitu Pemeriksaan

khusus meliputi : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi.

c) Pemeriksaan penunjang meliputi : Laboratorium dan Diagnose lain: USG,

Radiologi.

d) Catatan terbaru dan sebelumnya

Data yang terkumpul ini sebagai data dasar untuk interpretasi kondisi klien

untuk menentukan langkah berikutnya.

2) Langkah II: Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Dirumuskan diagnosa yang spesifik, masalah psikososial yang sedang dialami oleh

wanita tersebut.

Diagnosa kebidanan adalah diagnose yang ditegaskan bidan dalam praktek

kebidanan dan memenuhi “standar nomenklator” (tata nama) Diagnosa Kebidanan.

3) Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan

waspada dan mencegah diagnosa atau masalah potensi ini agar tidak terjadi kalau
106

dimungkinkan, dan bersiap-siap menghadapinya bila diagnosa atau masalah potensi

ini benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang

aman.

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mengantisipasi masalah

potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensi yang akan terjadi, andaikan tidak

terhindarkan, sudah terantisipasi, tindakan penanganan yang tepat dan cepat, sehingga

langkah ini benar-benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi, rasional/logis.

4) Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

Baik oleh bidan maupun dokter dan atau untuk melakukan konsultasi,

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Langkah ini

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Manajemen ini

berlaku baik asuhan primer periode dan pada antenatal juga selama wanita tersebut

bersama bidan, misalnya pada masa intranatal.

Data baru harus terus menerus dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data

mengindikasikan bidan harus segera bertindak untuk keselamatan ibu dan bayi

(misalnya bila ada pendarahan ante partum, pendarahan post partum, distosia bahu

atau paha bayi dengan nilai apgar yang rendah).

Beberapa kasus mengindikasikan situasi yang memerlukan tindakan segera

sambil menunggu tindakan dokter, misalnya pada kasus prolaps tali pusat. Sedang

pada kasus lainnya tidak memerlukan tindakan darurat tetapi perlu konsultasi atau

kolaborasi dengan dokter, misalnya pada kasus preeklampsi berat atau pada kasus

lain yang memerlukan profesi kesehatan lain, misalnya social worker, ahli gizi, dll.
107

Bidan yang mengkaji kondisi klien dan yang paling tepat dan penting untuk wanita

tersebut.

5) Langkah V: Menyusun Rencana Asuhan Yang Komprehensif

Pada langkah ini dilaksanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh

hasil kajian dari langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan dari

manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah teridentifikasi atau

diantisipasi. Pada langkah ini data atau informasi yang kurang lengkap dapat

dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi yang sudah

teridentifikasi atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah

ia membutuhkan penyuluhan, konseling atau rujukan bila ada masalah yang berkaitan

dengan sosio-kultural, ekonomi atau psikologi.

Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak sehingga yang

diberikan dapat efektif, karena sebagian dari asuhan akan dilaksanakan oleh pasien.

a) Rencana Asuhan Pada Kala I:

Bantulah ibu dalam masa persalinan, jika Ia Tampak gelisah, Ketakutan, dan

kesakitan berilah dukungan dan keyakinan dirinya. Berilah informasi dan Kemajuan

proses Persalinannya, dengarkanlah Keluhannya dan cobalah untuk sensitive terhadap

perasaannya.

Jika ibu tampak kesakitan dukungan dan asuhan yang dapat di berikan

lakukan Perubahan posisi, posisi sesuai dengan keinginan ibu, ingin di tempat tidur,

anjurkan agar posisi miring ke kiri, sarankan ibu untuk berjalan, ajaklah orang yang
108

akan menemaninya (Suami atau ibunya) memijat dan menggosok punggung nya atau

membasuh mukanya di antara kontraksi. Ajarkan kepada nya tehnik bernapas: ibu di

minta untuk menarik napas panjang, menahan napas panjang, menahan napas

sebentar kemudian di lepaskan melalui mulut sewaktu terjadi kontraksi.

Penolong tetap menjaga hak dan privasi ibu dalam persalinan, antara lain

menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan

orang atau seizin ibu. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi,

serta prosedur yang di laksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan. Membolehkan ibu

untuk mandi dan membasuh kemaluanya setelah buang air kecil atau besar.

Untuk mencegah dehidrasi dan memenuhi kebutuhan energy berikan cukup

minum. Sarankan ibu berkemih sesering mungkin. Lakukan pemantauan Tekanan

darah, Nadi, Denyut jantung Janin, dan kontraksi, pembukaan serviks, penurunan dan

frekuensi yang telah di tentukan.

Pemeriksaan dalam sebaiknyaa 4 jam selama kala 1 pada persalinan, dan

setelah selaput ketuban pecah, dokumentasikan penemuan yang ada pada partograp.

a) Rencana Asuhan pada Kala II

Memberikan dukungan terus menerus Kepada ibu dan mendampingi ibu agar

merasa aman, tawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu, menjaga Kebersihan diri,

jika ada darah atau lender segera bersihkan. Memberikan dukungan mental untuk

mengurangi kecemasan dan ketakutan ibu. Mengatur posisi ibu, dan membimbing

mengedan dapat di pilih posisi berikut: Jongkok, Menungging, Tidur Miring,

Setengah duduk, Posisi tegak ada kaitannya dengan nyeri, mudah mengedan, kurang

nya trauma, pada vagina dan perineum, dan infeksi. Menjaga kandung kemih tetap
109

kosong, ibu di anjurkan berkemih sesering mungkin. Memberikan cukup minum agar

bertenaga dan mencegah dehidrasi.

b) Rencana Asuhan pada Kala III.

Melaksanakan Manejemen Aktif Kala III meliputi : Memberikan oksitosin

segera, Pengendalian tali pusat terkendali, Masase uterus segera setelah lahir. Jika

menggunakan manajemen Aktif dan plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit,

berikan oksitosin 10 unit IM. Jika menggunakan Manajemen Aktif, plasenta belum

lahir selama 30 menit maka lakukan pemeriksaan kandung kemih, periksa adanya

tanda-tanda pelepasan plasenta atau tidak, berikan oksitosin 10 Unit IM.

c) Rencana Asuhan pada Kala IV

Lakukan pemeriksaan laserasi dan adanya perdarahan, periksa fundus setiap

15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit sekali pada jam ke dua, jika

kontraksi uterus tidak kuat lakukan masase uterus sampai menjadi keras. Periksa

tekanan darah, Nadi, Kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit sekali pada jam

pertama dan 30 menit pada jam kedua. Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah

dehidrasi. Tawarkan ibu minum makan yang ibu sukai. Bersihkan perineum ibu dan

kenakan pakaian yang bersih dan kering. Biarkan ibu istirahat dalam posisi yang

nyaman. Biarkan Bayi berada pada ibu untuk meningkatkan antara hubungan ibu

dengan bayi, sebagai perrmulaan menyusui bayi nya juga dapat membantu

menguatkan kontraksi uterus.

d) Langkah VI: Melaksanakan Rencana Asuhan Yang Komprehensif

Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan

aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan oleh bidan seluruhnya atau sebagian oleh klien,
110

atau anggota tim kesehatan lainya. Walau bidan tidak melakukanya sendiri, Ia tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya memastikan

langkah tersebut benar-benar terlaksana)

e) Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektipan asuhan yang sudah diberikan.

Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan tersebut terpenuhi dan mengatasi

dignosis atau masalah yang telah diidentifikasi. Rencana asuhan tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan

bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedangkan sebagian lagi belum efektif.

Manajemen merupakan kegiatan yang berkesinambungan, maka perlu mengulang

kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk

mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan

penyesuaian rencana tersebut

b. Untuk pendokumentasian / pencatatan Asuhan dapat di tetapkan dalam

bentuk SOAP yaitu :

S : Subjektif data, menurut prespektif klien data yang terkumpul melalui

anamnesa

O : Objektif data, yaitu hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnose

dan pendukungan data ini termasuk catatan medic

A : Analisis / interpretasi data, yang terkumpul, di buat kesimpulan berdasarkan

segala sesuatu data yang didentifikasi : Diagnose / masalah, Antisipasi

diagnose / masalah potensial, Perlunya tindakan segara oleh bidan atau dokter

konsultasi kolaborasi dan rujukan ( 2, 3, 4 dalam Manajemen varney).


111

P : Planning / Perencanaan , merupakan gambaran pendokumentasian dari

tindakan ( Implentasi ) dan Evaluasi rencana berdasarkan pada langkah 5, 6, 7

pada Manajemen Varney ini termasuk hasil observasi dan Evaluasi dari

flowset. Planning termasuk : Asuhan mandiri oleh bidan, Kolaborasi/

konsultasi dengan dokter nakes lain, Tes diagnostic/laboratorium,

Konseling/penyuluhan, dan Follow Up. Ini semua termasuk keputusan klinis

dalam prosedur tindakan, aktifitas, diet, kebutuhan, hidrasi, pendampingan.

3. Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

a. Langkah I : Pengkajian (pengumpulan data dasar)

1) Pengkajian data

Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan

untuk mengevaluasi keadaan ibu. Melakukan pemeriksaan awal post partum yaitu

meninjau catatan/record pasien : Catatan perkembangan ante partum dan intra

partum, Berapa lama (jam/hari) pasien post partum, catatan perkembangan, Suhu,

denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah post partum, Pemeriksaan laboratorium

dan laporan pemeriksaan tambahan, catatan obat-obatan, catatan bidan/perawat.

Menanyakan riwayat kesehatan dan keluhan ibu yaitu Mobilisasi, Buang air kecil,

Buang air besar, nafsu makan, ketidak nyamanan/rasa sakit, kekhawatiran, hal yang

tidak jelas.

Pemeriksaan fisik yaitu Tekanan darah, suhu badan, denyut nadi,

Tenggorokan jika diperlukan, Buah dada dan puting susu, Auskultasi paru-paru jika

diperlukan, Abdomen : kandung kencing, uterus. Lochea : warna, jumlah, bau.


112

Perineum : edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi/rupture

perineum, memar, hemorhoid (wasir/ambeien). Ekstremitas : varises, betis apakah

lemah dan panas, edema, homan sign, reflex patella.

2) Langkah II : diagnose, masalah dan kebutuhan ibu post partum

Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagosa berdasarkan

interprestasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Diagnose masalah dan

kebutuhan ibu post partum dan nifas tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu.

3) Langkah III : identifikasi diagnose dan masalah potensial

Mengidentifikasi diagnose dan masalah-masalah potensial yang mungkin

akan terjadi berdasarkan masalah atau diagnose yang sudah diidentifikasi dan

merencanakan antisipasi tindakan.

4) Langkah IV : identifikasi dan menetapkan tindakan segera

Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan/untuk dikonsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.

5) Langkah V : Membuat rencana asuhan

Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan

dari langkah sebelumnya.

6) Langkah VI : implentasi Asuhan

Mengarahkan dan merencanakan rencana asuhan secara efisien dan aman

terhadap : Kontak dini sesering mungkin dengan bayi, mobilisasi atau istirahat

berbaring di tempat tidur, gizi (diet), perawatan perineum, Buang air kecil

spontan/cateter, obat penghilang rasa sakit, obat tidur bila diperlukan, Obat pencahar
113

bila diperlukan,tidak dilanjutkan IV jika diberikan, tambahan vitamin atau zat besi

atau keduanya jika diperlukan, bebas dari ketidaknyamanan post partum, perawatan

payudara, pemeriksaan laboratorium terhadap komplikasi jika diperlukan, rencana

KB, kegiatan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan.

7) Langkah VII : Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses

manajemen yang diberikan terhadap semua aspek asuhan yang sudah dilaksanakan

tetapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana.

e. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

Untuk pendokumentasian, pencatatan asuhan dapat ditetapkan dalam bentuk

“SOAP” yaitu :

S : Subjektif data menurut perspektif klien data itu diperoleh melalui

pengkajian data, identitas, dan anamnesa

O : Objektif data, yaitu hasil pemeriksaan fisik klien serta pemeriksaan

diagnostic dan pendukung lain. Data ini termasuk catatan medic klien yang

lalu

A : Analisis/interpretasi berdasarkan data ynag terkumpul, data dibuat

kesimpulan berdasarkan sesuatu yang dapat teridentifikasi :

Diagnosa/masalah, antisipasi diagnose / masalah potensial, perlunya tindakan

segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan rujuka (sebagai

langkah 2, 3, 4 dalam manajemen varney).

P : Planing/perencanaan Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan

(implentasi) dan evaluasi rencana (E). Berdasarkan pada langkah 5, 6, 7 pada


114

manajement varney, ini termasuk hasil observasi dan evaluasi dari flow sheet.

Planning termasuk : asuhan mendiri oleh bidan, kolaborasi konsultasi dengan

dokter/nakes lain, Tes diagnostic/laboratorium, konseling/penyuluhan,

Follow Up. Ini semua termasuk keputusan klinis prosedur tindakan, aktifitas,

diet, kebutuhan, hidrasi, pendampingan, dan lain-lain.

4. Manajemen Asuhan Kebidanan pada BBL

Dalam referensi Rukiyah, 2010 manjemen asuhan kebidanan pada BBL dibagi

menjadi 7 yaitu:

a. Langkah I: Pengkajian Data

Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk

mengevaluasi keadaan BBL. Pengkajian pada BBL dibagi dalam dua bagian yaitu

pengkajian segera setelah lahir, dan pengkajian keadaan fisik untuk memastikan bayi

dalam keadaan normal atau mengalami komplikasi. Pengkajia segera setelah lahir

bertujuan untuk mengkaji adptasi bayi dari kehidupan dalam uterus yaitu penilaian

APGAR. Sedangkan pengkajian keadaan fisik untuk memastikan bayi dalam

keadaan normal. Sebelum pemeriksaan fisik faktor yang harus dikaji adalah faktor

genetik, faktor maternal dan perinatal, riwayat antenatal, riwayat perinatal. Adapun

faktor perinatal dengan memeriksa bayi secara sistematis (head to toe), identifikasi

bayi dari warna dan aktifitas, cacat, miksi, dan mekonium, lakukan pemeriksaan

antopometri (lingkar kepala, berat badan serta tinggi badan).

Prosedur pemeriksaan fisik bayi yang pertama adalah memberitahukan kepada

orang tua dan minta persetujuan, cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika perlu,

pastikan ruangan hangat dan cukup penerangan, pemeriksaan dilakukan secara head
115

to toe, diskusikan hasil pemeriksaan dengan orang tua dan catat semua hasil

pengkajian sesuai dengan temuan.

b. Langkah II : Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan Bayi Baru Lahir

Melakukan identifikasi secara benar terhadap diagnosa, masalah dan

kebutuhan BBL berdasarkan data-data yang dikumpulkan. Contoh diagnosa misalnya

bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan asfiksia, atau bayi cukup bulan kecil

masa kehamilan dengan hipotermia. Sedangkan masalah misalnya ibu kurang

informasi, ibu tidak PNC, ibu post sectio sesarea, gangguan maternal lainnya. Untuk

kebutuhan seperti jagalah agar bayi tetapkering dan hangat, usahakan agar ada kontak

kulit antar a ibu dan bayi sesegera mungkin.

c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa dan Potensial Masalah

Mengidentifikasi diagnosa atau potensial masalah yang mungkin terjadi

berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah teridentifikasi. Misalnya untuk

diagnosa potensial yaitu hipotermi potensial menyebabakan gangguan pernafasan,

hipoksia potensial menyebabkan asidosis, atau hipoglikemi potensial menyebabkan

hipotermi.

d. Langkah IV : Identifikasi Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota team kesehatan yang lain

sesuai kondisi bayi. Misalnya bila bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik, segera

cari bantuan dan mulailah langkah-langkah resusitasi pada bayi tersebut.

e. Langkah V : Merencanakan Asuhan Kebidanan yang menyeluruh,

rasional, dan sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya.


116

f. Langkah VI : Implementasi Asuhan Bayi Baru Lahir

Melaksanakan rencana asuhan pada BBL secara efisien dan aman, misalnya

mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat, dengan memastikan bayi tetap

hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi ke kulit ibu, gantilah kain atau handuk

yang basah dan bungkus dengan selimut yang kering dan bersih. Selain itu dengan

memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit, apabila terasa dingin segera periksa

suhu axilla bayi. Perawatan pada mata 1 jam pertama setelah lahir dengan obat mata

eritromisin 0,5 % atau tetracyclin 1% untuk mencegah infeksi mata karena klamidia.

Memberikan identitas pada bayi, dengan memasang alat pengenal bayi segera

setelah lahir dan tidak dilepaskan sebelum bayi pulang dari perawatan. Alat yang

digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi halus dan tidak melukai, serta tidak

mudah lepas. Pada alat pengenal (gelang) tercantum nam bayi atau ibu, tanggal lahir,

nomor bayi dan jenis kelamin serta unit. Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu

harus dicetak dalam catatan yang tidak mudah hilang. Semua hasil pemeriksaan

dimasukan ke dalam rekam medis.

Memberikan suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan karena

defisiensi vitamin K pada BBL. Bayi perlu diberi vitamin K parenteral dengan dosis

0,5- 1mg IM.

g. Langkah VII : Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan BBL sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan

masalah.

Anda mungkin juga menyukai