Anda di halaman 1dari 33

REFERAT November 2018

PANGGUL SEMPIT

Disusun Oleh:

Nurul Amelya Amsyar


N 111 17 008

Pembimbing :
dr. Abd Faris, Sp.OG(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS


KEPANITERAAN KLINIK
DIBAGIAN DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang


bersangkutan sebagai berikut:

Nama : Nurul Amelya Amsyar, S.Ked


No. Stambuk : N 111 17 008
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Universitas Tadulako Palu
Judul Referat : Panggul Sempit
Bagian : Obstetri dan Ginekologi

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian


Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Undata Palu, Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako

Palu, November 2018


Pembimbing Mahasiswa

dr. Abd Faris, Sp. OG(K) Nurul Amelya Amsyar, S.Ked

2
BAB I

PENDAHULUAN

Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan

terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut ACOG

dibagi menjadi 3 yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan

kelainan jalan lahir (passage). Panggul sempit (pelvic contaction) merupakan salah

satu kelainan jalan lahir yang akan menghambat kemajuan persalinan karena

ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu yang biasa disebut

dengan disproporsi sefalopelvik. Istilah disproporsi sefalopelvik muncul pada masa

dimana indikasi utama seksio sesarea adalah panggul sempit yang disebabkan oleh

rakhitis. Disproporsi sefalopelvik sejati seperti itu sekarang sudah jarang

ditemukan, umumnya disebabkan oleh janin yang besar.1

Saat ini, istilah seperti disproporsi sefalopelvik dan kegagalan kemajuan

(failure to progress) sering digunakan untuk menjelaskan persalinan yang tidak

efektif sehingga perlu dilakukan section sesaria. Istilah Disproporsi Sefalopelfik

mulai digunakan sebelum abad ke-20 untuk menjelaskan obstruksi persalinan

akibat disparitas (ketidaksesuaian) antara ukuran kepala janin dan panggul ibu

sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Namun, istilah ini berasal dari

masa saat indikasi utama seksio sesaria adalah penyempitan panggul yang nyata

akibat rakitis. Saat ini disproporsi seperti itu jarang dijumpai dan sebagian

disproporsi disebabkan oleh mal posisi kepala janin atau akibat kontraksi yang tidak

efektif.2

3
Kegagalan kemajuan (failure to progress) baik pada persalinan spontan maupun

persalinan diinduksi telah menjadi istilah yang semakin popular untuk

menggambarkan persalinan yang tidak efektif. Istilah ini juga digunakan untuk

tidak adanya kemajuan pembukaan servik atau penurunan janin.1

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN JENIS PANGGUL

Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang: sakrum, koksigeus, dan dua

tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis.1,2 Tulang-

tulang inominata bersendi dengan sakrum pada sinkondrosis sakroiliaka dan

bersendi dengan tulang inominata sebelahnya di simfisis pubis.2

Gambar 1. Anatomi Tulang-tulang Panggul1

Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1,

linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari

pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat

diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur

naik ke seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai

penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di

5
vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk

tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai

oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.1

Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang

dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang

11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak

antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata

vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.1

Gambar 2. Diameter pada Pintu Atas Panggul2

Panggul Tengah (Pelvic Cavity). Ruang panggul ini memiliki ukuran yang

paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara

langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga bermakna

penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang

biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu

sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5

6
cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter

interspinarum berukuran 4,5 cm.2

Pintu Bawah Panggul. Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar

namun terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang

menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat

diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau

distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia

tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah

simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).2

Gambar 3. Pintu Bawah Panggul1

Panggul menurut anatominya dibagi dalam 4 jenis pokok. Jenis-jenis

panggul ini dengan ciri-ciri pentingnya ialah:2

1. Panggul ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter

transversa yang lebih panjang sedikit dari pada diameter antero-posterior dan

dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas.

7
2. Panggul antropoid, dengan diameter antero-posterior yang lebih panjang dari

pada diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit sedikit.

3. Panggul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk seperti segitiga,

berhubungan dengan penyempitan kedepan, dengan spina ischiadica menonjol

kedalam dan dengan arcus pubis menyempit.

4. Panggul platipelloid, dengan diameter antero-posterior yang jelas lebih pendek

dari pada diameter transversa pada pintu atas panggul, dan dengan arcus pubis yang

luas.2

Gambar 4. Jenis-jenis panggul1

Berhubungan dengan faktor-faktor ras dan sosial ekonomi, frekuensi dan

ukuran-ukuran jenis-jenis panggul berbeda-beda di antara berbagai bangsa.

Dengan demikian standar untuk panggul normal pada seorang wanita Eropa

berlainan dengan standar seorang wanita Asia Tenggara. Pada panggul dengan

ukuran normal apapun jenis pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat

badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran. Akan tetapi karena

8
pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain, ukuran-ukuran panggul dapat

menjadi lebih kecil daripada standar normal sehingga bisa terjadi kesulitan

dalam persalinan pervaginam. Terutama kelainan pada panggul android dapat

menimbulkan distosia yang sukar diatasi. Disamping panggul-panggul sempit

karena ukuran-ukuran pada 4 jenis pokok tersebut diatas kurang dari normal,

terdapat pula panggul-panggul sempit yang lain yang umumnya juga disertai

perubahan dalam bentuknya.2

Menurut klasifikasi yang dianjurkan oleh Munro Kerr yang diubah sedikit,

panggul-panggul yang terakhir ini dapat di golongkan sebagai berikut :2

1. Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intrauterin :

a. Panggul Niegel

b. Panggul Robert

c. Split Pelvis

d. Panggul Asimilasi

2. Perubahan Bentuk karena penyakit pada tulang-tulang panggul dan / atau

sendi panggul

a. Rakitis

b. Osteomalasia

c. Neoplasma

d. Fraktur

9
e. Atrofi,Karies,Nekrosis

f. Penyakit pada sendi sakroiliaca dan sendi sakrokoksigea

3. Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang

a. Kifosis

b. Skoliosis

c. Spondilolistesis

4. Perubahan bentuk karena penyakit kaki

a. Koksitis

b. Luksasio koksa

c. Atrofi atau pelumpuhan satu kaki.2

2.2. DEFINISI

Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri

dan Ginekologi RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang

mengurangi kapasitas panggul, sehingga dapat menimbulkan distosia pada

persalinan. Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari yang

normal. Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), mid pelvis (ruang

tengah panggul), outlet ( dasar panggul atau pintu bawah panggul), kombinasi dari

inlet,mid pelvis atau outlet. 3

10
2.3. PEMBAGIAN PANGGUL SEMPIT

1. Kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet) 2,3

a. Pembagian tingkatan panggul sempit

- Tingkat I : C.V = 9-10 cm = borderline

- Tingkat II : C.V = 8-9 cm = relative

- Tingkat III : C.V = 6-8 cm = Ekstrim

- Tingkat IV : C.V = 6 cm =Mutlak (absolut)

b. Pembagian menurut tindakan

- C.V = 11 cm……...………Partus Biasa

- C.V = 8-10 cm……………Partus percobaan

- C.V = 6-8 cm …………….SC primer

- C.V = 6 cm ………………..SC mutlak (absolut)

Inlet dianggap sempit bila C.V kurang dari 10 cm atau diameter

transversa kurang dari 12 cm. Karena yang biasa diukur adalah conjugata

Diagonalis (C.D) maka inlet dianggap sempit bila C.D kurang dari 11,5

cm.2,3

2. Kesempitan Midpelvis

Terjadi bila:

a. Diameter interspinarum 9 cm, atau

11
b. Kalau diameter transversa ditambahkan dengan diameter sagitalis

posterior kurang dari 13,5 cm.

Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan rontgen pelvimetri.

Dengan pelvimetri klinik, hanya dapat dipikirkan kemungkinan kesempitan

midpelvis kalau:

- spina menonjol, partus akan tertahan disebut midpevic arrest

- side walls konvergen

- ada kesempitan outlet

Midpelvis contraction dapat memberi kesulitan sewaktu partus sesudah

kepala melewati pintu atas panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya

merupakan kontraindikasi untuk forsep karena daun forsep akan menambah

sempitnya ruangan.

3. Kesempitan outlet

Adalah bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior <15 cm.

Kesempitan outlet, meskipun bisa tidak menghalangi lahirnya janin, namun

dapat menyebabkan perineal rupture yang hebat, karena arkus pubis sempit

sehingga kepala janin terpaksa melalui ruangan belakang.2,3

12
Persangkaan panggul sempit – Seseorang harus ingat akan kemungkinan

panggul sempit jika:2

a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.

b. Pada primipara ada perut menggantung.

c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.

d. Ada kelainan letak pada hamil tua.

e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)

f. Tanda Osborn positif 2

Teknik perasat Osborn:

1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.

2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.

3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior

dari simfisis. 2

13
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke

belakang.

Interpretasi perasat Osborn:

- Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang

parietal, berarti CPD (-).

- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal,

sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat

Muller.

- Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal

menggantung di atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.

Interpretasi perasat Muller:

- Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).

- Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+). 2

2.4. DIAGNOSIS

Kita selalu memikirkan kemungkinan panggul sempit, bila ada seorang

primigravida pada akhir kepala kehamilan anak belum masuk p.a.p dan ada

kesalahan letak janin. Diagnosis dapat kita tegakkan dengan: 3

a. Anamnesis

Kepala tidak masuk P.A.P dan ada riwayat kesalahan letak (LLi, letak

bokong), partus yang lalu berlangsung lama, anak mati atau persalinan

ditolong dengan alat-alat (ekstraksi vakum atau forsep) dan operasi

14
b. Inspeksi

Ibu kelihatan pendek ruas tulang-tulangnya atau ada skoliosis, kifosis, dll.

Kelainan panggul luar (rachitis, dsb) kalau kepala belum masuk P.A.P

kelihatan kontur seperti kepala menonjol diatas simfisis. 3

c. Palpasi

Kepala tidak masuk p.a.p atau masih goyang dan terdapat tanda dari

OSBORN, yaitu kepala didorong kearah p.a.p dengan satu tangan diatas

simpisis pubis sedang tangan lain mengukur tegak lurus pada kepala yang

menonjol.

(+) = 3 jari

(-) = masuk p.a.p

(±) = antara kesalahan-kesalahan letak3

d. Pelvimetri Klinis

1. Pemeriksaan panggul luar: apakah ukurannya kurang dari normal

2. Pemeriksaan dalam (V.T): apakah promontorium teraba, lalu diukur C.D

dan C.V: linea innominata teraba seluruhnya atau tidak, spina ischiadica dll

15
Hal-hal yang diukur pada pelvimetri klinis adalah:2

a. Distansia spinarum (± 24-26 cm), jarak anatar kedua spina iliaka anterior

superior sinistra dan dekstra.

b. Distansia kristarum (± 28-30 cm), jarak yang terpanjang antara dua tempat

yang simetris pada krisna iliaka sinistra dan dekstra.

c. Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar), jarak antara spina iliaka

posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina

iliaka posterior dekstra dan spina iliaka anterior superior sinistra.

d. Distansia intertrokanterika, jarak antara kedua trokanter mayor.

e. Konjugata eksterna (Boudeloque) ± 18 cm, jarak antara bagian atas simfisis

ke profesus spinosus lumbal 5.

f. Distansia tubernum (± 10,5 cm), jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.

Gambar distansia spinarum (kiri) dan distansia kristarum (kanan)1

16
Gambar 2.8. distansia oblikus eksterna (kiri) dan distansia intertrokhanterika1

Gambar Konjugata eksterna (Boudeloque) dan distansia tuberum1

17
Gambar 2.10. Cara mengukur konjugata diagonalais pada pemeriksaan dalam1

e. Rontgen Pelvimetri

Dari foto dapat kita tentukan ukuran-ukuran C.V;C.O = apakah kurang dari

normal; C.T; serta imbang kepala panggul. 1

Diagnosis panggul sempit dan disproporsi sefalopelvik

Pemeriksaan umum kadang-kadang sudah membawa pikiran ke arah

kemungkinan kesempitan panggul. Sebagaimana adanya tuberkulosis pada

kolumna vertebra atau pada panggul, luksasio koksa kongenitalis dan poliomielitis

dalam anamnesis memberi petunjuk penting , demikian pula ditemukannya kifosis,

ankilosis pada artikulosio koksa di sebelah kanan atau kiri dan lain-lain pada

pemeriksaan fisik memberikan isyarat-isyarat tertentu. Pada wanita yang lebih

18
pendek daripada ukuran normal bagi bangsanya , kemungkinan panggul kecil perlu

diperhatiakn pula. 2

Akan tetapi apa yang dikemukakan di atas tidak dapat diartikan bahwa

seorang wanita dengan bentuk badan normal tidak dapat memiliki panggul dengan

ukuran-ukuran yang kurang dari normal, ditinjau dari satu atau beberapa segi

bidang panggul. Dalam hubungan ini beberapa hal perlu mendapat perhatian.

Anamnesis tentang persalinan-persalinan terdahulu dapat memberi petunjuk

tentang keadaan panggul. Apabila persalinan tersebut berjalan lancar dengan

dilahirkannya janin dengan berat badan normal, maka kecil kemungkinan bahwa

wanita yang bersangkutan menderita kesempitan panggul yang berarti.2

Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaan yang

penting untuk mendapat keterangan lebih banyak tentang keadaan panggul.

Pelvimetri luar tidak banyak artinya, kecuali untuk pengukuran pintu bawah

panggul dan dalam beberapa hal yang khusus seperti panggul miring. 2

Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang penting untuk

menilai secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah , dan untuk

memberi gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Dengan pelvimetri

rontgenologi diperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk panggul dan ditemuakn

angka-angka mengenai ukuran-ukuran dalam ketiga bidang panggul. Akan tetapi

pemeriksaan ini pada masa kehamilan mengandung bahaya, khusunya bagi janin .

Oleh sebab itu tidak dapat dipertanggung jawabkan untuk menjalankan pelvimetri

rontgenologik secara rutin pada masa kehamilan melainkan harus didasarkan atas

indikasi yang nyata, baik dalam masa antenatal, maupun dalam persalinan. 2

19
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan, tetapI yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin

dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan dengan luasnya

panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak. Masih ada

faktor-faktor lain yang ikut menentukan apakah persalinan pervaginam akan

berlangsung dengan baik, akan tetapi faktor-faktor ini baru dapat diketahui pada

saat persalinan , seperti kekuatan his dan terjadinya moulage kepala janin. Besarnya

kepala janin, khususnya diameter biparietalisnya dapat diukur dengan

menggunakan sinar rontgen ekan tetapi sefalometri rontgenologi lebih sukar

pelaksaannya dan mengandung bahaya seperti pemeriksaan-pemeriksaan

rontgenologik lainnya.2

Pengukuran diameter biparietalis dengan cara ultrasonik yang sudah mulai

banyak dilakukan memberikan hasil yang cukup memuaskan. Cara ini tidak

berbahaya dibandingkan dengan pemeriksaan rontgenologik. Pada hamil tua

dengan janin dalam presentasi kepala, dapat dinilai agak kasar adanya disproporsi

sefalopelvik dan kemungkinan mengatasinya. Untuk hal ini pemeriksaan dengan

tangan yang satu menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul sedangkan

tangan lain yang diletakkan pada kepala menentukan apakah bagian ini menonjol

diatas simpisis atau tidak (metode osborn). 2

Pemeriksaan yang lebih sempurna ialah metoda Muller Munro Kerr, tangan

yang satu memegang kepala janin dan menekannya kearah rongga panggul,

sedangkan 2 jari tangan yang lain dimasukkan kedalam rongga vagina untuk

menentukan sampai berapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut. Sementara itu

20
ibu jari atngan yang masuk dalam vagina memeriksa hubungan antara kepala dan

simpisis2

Gambar 4. Alur Penanganan Panggul Sempit

2.5. MEKANISME PERSALINAN PADA PANGGUL SEMPIT

Bila panggul sempit dalam ukuran muka belakang dan C.V < 9 cm, maka

diameter ini tidak dapat dilalui oleh dimeter biparietalis dari janin yang cukup

bulan. Maka dari itu kalau kepala turun biasanya terjadi defleksi sehingga yang

melewati diameter anteroposterior adalah diameter bitemporalis. Jadi pada panggul

21
sempit sering dijumpai letak defleksi. Karena panggul sempit maka persalinan

berlangsung lama, karena ada obstruksi pada:

- KALA I : Kepala tidak masuk p.a.p, maka pembukaan berlangsung lama

dan kemungkinan ketuban pecah sebelum waktunya. Setelah ketuban pecah

maka kepala tidak dapat menekan servik, kecuali his kuat sekali sehingga

terjadi moulage yang hebat pada kepala

- KALA II: Menjadi lama karena diperlukan waktu untuk turunnya kepala

dan untuk moulage.3

Kesempitan Pada Pintu Atas Panggul


Pintu atas panggul dianggap sempit apabila konjugata vera kurang dari 10

cm, atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Kesempitan pada konjugata vera

(panggul picak) umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan pada semua

ukuran (panggul sempit selurunya). Oleh karena pada panggul sempit kemungkinan

lebih besar bahwa kepal tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini

serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan

inersia uteri serta lambannya pendataran dan pembukaan serviks. 3

Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan

sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada

bahaya pula terjadinnya prolapsus funikuli. Pada panggul picak, turunnya kepala

bisa tertahan dengan akibat terjaninya defleksi kepala, sedang pada panggul sempit

seluruhnya ditemukan rintangan pada semua ukuran, kepala memasuki rongga

panggul dengan hiperfleksi. Selanjutnya moulage kepala janin dapat dipengaruhi

oleh jenis asinklitismus, dalam hal ini asinklitismus anterior lebih menguntungkan

22
daripada asinklitismus posterior. Oleh karena pada mekanisme yang terakhir

gerakan os parietal posterior yang terletak paling bawah tertahan oleh simfisis,

sedang pada asinklitismus anterior os parietal anterior dapat bergerak lebih leluasa

ke belakang. 3

Kesempitan Panggul Tengah

Dengan sacrum melengkung sempurna , dinding-dinding panggul tidak

berkonvergensi , foramen ischiadicum mayor cukup luas, dan spina ischiadica tidak

menonjol kedalam , dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan

menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Ukuran terpenting yang hanya

dapat ditetapkan secara pasti dengan pelvimetri rontgenologik ialah distansia

interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm perlu kita waspadai terhadap

kemungkinan kesukaran pada persalinan , apalagi bila diameter sagitalis posterior

pendek pula. Pada panggul tengah yang sempit lebih sering ditemukan posisi

oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepal dalam posisi lintang tetap

(transverse arrest). 3

Kesempitan Pintu Bawah Panggul


Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar, tetapi terdiri atas

segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni

distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil dari biasa, maka

sudut arcus pubis mengecil pula (<800). Agar dalam hal ini kepal janin dapat lahir

, diperlukan ruanggan yang lebih besar pada bagian belakang pintu bawah panggul.

Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup panjang, persalian pervaginam

23
dapat dilaksanakan, walaupun dengan perlukaan luas pada perineum. Dengan

distansia tuberum bersama dengan diameter sagitalis posterior <15cm, timbul

kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.2

2.6 PENANGANAN

Dewasa ini 2 tindakan dalam penanganan disproporsi sefalopelvik yang

dahulu banyak diselenggarakan lagi. Cunam tinggi dengan mengguanakan axis-

traction forceps dahulu dilakukan untuk membawa kepala janin yang dengan

ukuran besarnya belum melewati atas panggul kedalam rongga panggul dan terus

keluar. Tindakan ini sangat berbahaya bagi janin dan ibu, kini diganti oleh section

sesaria yang jauh lebih aman. Saat ini ada 2 cara yang merupakan tindakan utama

untuk menangani persalinan pada disproporsi sefalopelvik, yakni sectio sesaria dan

partus percobaan. 2,3

A. Sectio Sesaria

Sectio sesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum

persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder yakni setelah

persalinan berlangsung selama beberapa waktu.. section sesaria elektif

direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena

kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena terdapat disproporsi

sefalopelvik yang nyata. 2

Selain itu sectio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila

ada factor- factor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua,

24
kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang

mengalami infertilitas yang lama, penyakit jantung, dan lain-lain. 2

Sectio sesaria sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap

gagal, atau karena timbul komplikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas

mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan pervaginam tidak atau belum

dipenuhi. 2,3

b. Persalinan Percobaan

Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada

hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran- ukuran panggul dalam

semua bidang dan hubunga antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai

kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam

dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan

percobaan. 2

Dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap kekuatan his

dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin, kedua factor ini tidak dapat

diketahui sebelum persalinan berlangsung beberapa waktu. Pemelihan kasus-kasus

untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan cermat. Diatas sudah dibahas

indikasi- indikasi untuk section sesaria elektif, keadaan- keadaan ini dengan

sendirinya menjadi kontra indikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu beberapa

hal perlu pula mendapat perhatian. Janin harus berada dalam presentasi kepala dan

lamanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. 3

25
Alasan bagi ketentuan yang terakhir ini ialah kepala janin bertambah besar serta

lebih sukar mengadakan moulage, dan berhubung dengan kemungkinan adanya

disfungsi plasenta janin mungkin kurang mampu mengatasi kesukaran yang dapat

tibul pada persalinan percobaan. Perlu disadari pula bahwa kesempitan panggul

dalam satu bidang, seperti pada panggul picak, lebih menguntungkan daripada

kesempitan dalam beberapa bidang. 2,3

Mengenai penanganan khusus pada persalinan percobaan perlu diperhatikan

hal- hal berikut:

1. Perlu diadakan pengawasan yang seksama terhadap keadaan ibu dan janin.

Pada persalinan yang agak lama perlu dijaga adanya bahaya dehidrasi dan

asidosis pada ibu, dan perlu diusahakan supaya ia dapat beristirahat cukup, serta

tidak banyak menderita. Jangan diberikan makanan biasa melainkan secara infus

intra vena karena ada kemungkinan persalinan harus diakhiri dengan sectio

sesaria. Keadaan denyut jantung janin harus pula diawasi terus-menerus. 2

2. Kualitas dan turunnya kepala janin dalam rongga panggul harus tetap diawasi

Perlu disadari bahwa kesempitan panggul tidak jarang mengakibatkan

kelainan his dan gangguan pembukaan servik. Dalam hubungan ini his yang

kuat, kemajuan dalam turunnya kepala dalam rongga panggul, dan kemajuan

dalam mendatar serta membukanya servik merupakan hal-hal yang

menguntungkan. 3

3. Sebelum ketuban pecah, kepala janin pada umumnya tidak dapat masuk kedalam

rongga panggul dengan sempurna

26
Pada disproporsi sefalopelvik ketuban tidak jarang pecah pada permulaan

persalinan. Pemecahan ketuban secara aktif hanya dapat dilakukan bila his

berjalan teratur dan sudah ada pembukaan servik untuk separuhnnya atau lebih.

Tujuan tindakan ini ialah untuk mendapatkan kepastian apakah dengan his yang

teratur dan mungkin bertambah kuat, terjadi penurunan kepala yang berarti atau

tidak. Selanjutnya setelah ketuban pecah, baik spontan atau dengan buatan perlu

ditentukan ada tidaknya prolapsus funikuli. 2

4. Masalah yang penting ialah menentukan berapa lama partus percobaan boleh
berlangsung.
Berhubung banyaknya factor yang harus ikut diperhitungkan dalam

mengambil keputusan tersebut, tiap kasus harus dinilai sendri-sendiri. Apabila

his cukup sempurna maka sebagai indikator berhasil atau tidaknya partus

percobaan tersebut adalah hal-hal yang mencakup keadaan-keadaan sebagai

berikut:

a. Bagaimana kemajuan pembukaan servik? Adakah gangguan pembukaan

seperti pemanjangan fase laten, pemanjangan fase aktif, sekunder arrest

b. Bagaimanakah kemajuan penurunan bagian terendah janin (belakang kepala)

c. Adakah tanda-tanda klinis dari pihak anak maupun ibu yang menunjukkan

adanya bahaya bagi anak maupun ibu (gawat janin, rutura uteri imminens, dll)

Apabila salah satu gangguan diatas ada, maka menandakan bahwa persalian

pervaginam tidak mungkin dan harus diselesaikan dengan section sesaria.

Sebaliknya bila kemajuan pembukaan serta penurunan kepala berjalan lancar,

maka persalinan pervaginam bisa dilaksanakan sesuai persyaratan yang ada.2,3

27
Kita hentikan partus percobaan jika:

- Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.

- Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik.

- Adanya lingkaran retraksi yang patologis.

- Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup baik

dan dilakukan pimpinan persalinan dengan baik, bagian kepala dengan

diameter terbesar dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas panggul.

- Forseps atau vakum gagal. 3

Dalam keadaan –keadaan tersebut, dilakukan seksio sesarea, Jika seksio

sesarea dilakukan pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi sebab-

sebab yang menetap(patus percobaan lengkap dan gagal), pada persalinan

berikutnya tidak ada gunanya untuk melakukan persalinan percobaan lagi. 3

2.6. KOMPLIKASI

A.Komplikasi Pada Kehamilan 3

1. Pada kehamilan muda rahim yang bertambah besar dapat

tertahan/terhalang keluar dari true pelvic, jarang dijumpai kecuali pada

panggul sempit absolute

2. Pada kehamilan lanjut, inlet yang sempit tidak dapat dimasuki oleh

bagian terbawah janin, menyebabkan fundus uteri tetap tinggi dengan

keluhan sesak, sulit bernafas, terasa penuh diulu hati dan perut besar

28
3. Bagian terbawah anak goyang dan tes Osborn (+)

4. Perut seperti abdomen pendulus (perut gantung)

5. Dijumapa kesalahan-kesalahan letak, presentasi dan posisi

6. Lightning tidak terjadi, fiksasi kepala tidak ada, bahkan setelah

persalinan dimulai

7. Sering dijumpai tali pusat terkemuka dan menumbung

B. Komplikasi Pada Saat Persalinan 3

Komplikasi panggul sempit pada persalinan tergantung pada derajat

kesempitan panggul.

1. Persalinan akan berlangsung lama

2. Sering dijumpai ketuban pecah dini

3. Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering terjadi

tali pusat menumbung

4. Moulage kepala berlangsung lama

5. Sering terjadi inertia uteri sekunder

6. Pada panggul sempit menyeluruh bahkan sering didapati inertia uteri

primer

7. Partus yang lama akan menyebabkan pereganga SBR dan bila berlarut-

larut dapat menyebabkan ruptur uteri

8. Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intrapartal

29
9. Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak

menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak dapat menjadi

nekrotik dan terjadilah fistula.

C. Komplikasi Pada Anak 3

1. Infeksi intrapartal

2. Kematian janin intrapartal (KJIP)

3. Prolaps funikuli

4. Perdarahan intracranial

5. Kaput suksedaneum sefalo-hematoma yang besar

6. Robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage

yang hebat dan lama

2.7. PROGNOSIS

Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan

berlangsung sendiri tanpa – bilamana perlu – pengambilan tindakan yang

tepat,timbul bahaya bagi ibu dan janin.

Bahaya pada ibu :

a. Partus lama yang seringkali disertai pecahnya ketuban pada

pembukaan kecil dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi

intrapartum.

30
b. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir

tertahan, dapat timbul peregangan segmen bawah uterus dan

pembentukan lingkaran retraksi patologik (Bundl). Keadaan ini terkenal

dengan ruptur uteri mengancam, apalagi bila tidak segera diambil

tindakan untuk mengurangi reganggan akan timbul ruptur uteri .

c. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, jalan

lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin

dan tulang panggul. Hal itu menimbulkan gangguan sirkulasi dengan

akibat terjadinya iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut.

Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesikoservikalis , atau

fistula vesicovaginalis, atau fistula rectovaginalis. 2,3

Bahaya pada janin :

a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, apalagi jika

ditambah dengan infeksi intrapartum.

b. Prolapsus funikuli apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat

besar bagi janin dan memerlukan kelahiran segera, apabila ia masih

hidup.

c. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik, kepal janin dapat melewati

rintangan pada panggu dengan mengadakan moulage. Moulage dapat

dialami oleh kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai batas-batas

tertentu, akan tetapi apabila batas –batas tersebut dilampaui, terjadi

sobekan pada tentorium serebeli dan perdarah intrakranial.

31
d. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh

simpisis pada panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan

diatas tulang kepala janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada

os parietalis. 2,3

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham,G. Distosia (persalinan abnormal dan disproporsi

fetofelvic),Profitasari at all . Obstetri Williams. Edisi 21 . volume 1. Jakarta . EGC.

2004. Bab 18. Hal: 467-468.

2. Wiknjosastro,H. distosia karena kelainan panggul, Saifuddin,BA. Rachimhadi,T.

ilmu kebidanan. Edisi 3. Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta.

2006. Bab 7. Hal; 637-647.

3. Mochtar,R. panggul sempit (pelvic contraction), Lutan,D. Synopsis obstetri:

edisi 2. Jakarta. EGC. 1998. Bab 9. Hal: 332-328.

33

Anda mungkin juga menyukai