PANGGUL SEMPIT
Disusun Oleh:
Pembimbing :
dr. Abd Faris, Sp.OG(K)
2
BAB I
PENDAHULUAN
Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan
dibagi menjadi 3 yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan
kelainan jalan lahir (passage). Panggul sempit (pelvic contaction) merupakan salah
satu kelainan jalan lahir yang akan menghambat kemajuan persalinan karena
ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu yang biasa disebut
dimana indikasi utama seksio sesarea adalah panggul sempit yang disebabkan oleh
akibat disparitas (ketidaksesuaian) antara ukuran kepala janin dan panggul ibu
sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Namun, istilah ini berasal dari
masa saat indikasi utama seksio sesaria adalah penyempitan panggul yang nyata
akibat rakitis. Saat ini disproporsi seperti itu jarang dijumpai dan sebagian
disproporsi disebabkan oleh mal posisi kepala janin atau akibat kontraksi yang tidak
efektif.2
3
Kegagalan kemajuan (failure to progress) baik pada persalinan spontan maupun
menggambarkan persalinan yang tidak efektif. Istilah ini juga digunakan untuk
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang: sakrum, koksigeus, dan dua
tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis.1,2 Tulang-
linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari
diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur
5
vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk
tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang
dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang
11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak
antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata
Panggul Tengah (Pelvic Cavity). Ruang panggul ini memiliki ukuran yang
paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara
penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang
sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5
6
cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter
Pintu Bawah Panggul. Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar
namun terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang
menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat
diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau
distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia
tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah
1. Panggul ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter
transversa yang lebih panjang sedikit dari pada diameter antero-posterior dan
dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas.
7
2. Panggul antropoid, dengan diameter antero-posterior yang lebih panjang dari
3. Panggul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk seperti segitiga,
dari pada diameter transversa pada pintu atas panggul, dan dengan arcus pubis yang
luas.2
Dengan demikian standar untuk panggul normal pada seorang wanita Eropa
berlainan dengan standar seorang wanita Asia Tenggara. Pada panggul dengan
ukuran normal apapun jenis pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat
badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran. Akan tetapi karena
8
pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain, ukuran-ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil daripada standar normal sehingga bisa terjadi kesulitan
karena ukuran-ukuran pada 4 jenis pokok tersebut diatas kurang dari normal,
terdapat pula panggul-panggul sempit yang lain yang umumnya juga disertai
Menurut klasifikasi yang dianjurkan oleh Munro Kerr yang diubah sedikit,
a. Panggul Niegel
b. Panggul Robert
c. Split Pelvis
d. Panggul Asimilasi
sendi panggul
a. Rakitis
b. Osteomalasia
c. Neoplasma
d. Fraktur
9
e. Atrofi,Karies,Nekrosis
a. Kifosis
b. Skoliosis
c. Spondilolistesis
a. Koksitis
b. Luksasio koksa
2.2. DEFINISI
dan Ginekologi RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang
persalinan. Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari yang
normal. Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), mid pelvis (ruang
tengah panggul), outlet ( dasar panggul atau pintu bawah panggul), kombinasi dari
10
2.3. PEMBAGIAN PANGGUL SEMPIT
transversa kurang dari 12 cm. Karena yang biasa diukur adalah conjugata
Diagonalis (C.D) maka inlet dianggap sempit bila C.D kurang dari 11,5
cm.2,3
2. Kesempitan Midpelvis
Terjadi bila:
11
b. Kalau diameter transversa ditambahkan dengan diameter sagitalis
midpelvis kalau:
sempitnya ruangan.
3. Kesempitan outlet
Adalah bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior <15 cm.
dapat menyebabkan perineal rupture yang hebat, karena arkus pubis sempit
12
Persangkaan panggul sempit – Seseorang harus ingat akan kemungkinan
3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior
dari simfisis. 2
13
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke
belakang.
- Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang
- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal,
sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat
Muller.
- Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+). 2
2.4. DIAGNOSIS
primigravida pada akhir kepala kehamilan anak belum masuk p.a.p dan ada
a. Anamnesis
Kepala tidak masuk P.A.P dan ada riwayat kesalahan letak (LLi, letak
bokong), partus yang lalu berlangsung lama, anak mati atau persalinan
14
b. Inspeksi
Ibu kelihatan pendek ruas tulang-tulangnya atau ada skoliosis, kifosis, dll.
Kelainan panggul luar (rachitis, dsb) kalau kepala belum masuk P.A.P
c. Palpasi
Kepala tidak masuk p.a.p atau masih goyang dan terdapat tanda dari
OSBORN, yaitu kepala didorong kearah p.a.p dengan satu tangan diatas
simpisis pubis sedang tangan lain mengukur tegak lurus pada kepala yang
menonjol.
(+) = 3 jari
d. Pelvimetri Klinis
dan C.V: linea innominata teraba seluruhnya atau tidak, spina ischiadica dll
15
Hal-hal yang diukur pada pelvimetri klinis adalah:2
a. Distansia spinarum (± 24-26 cm), jarak anatar kedua spina iliaka anterior
b. Distansia kristarum (± 28-30 cm), jarak yang terpanjang antara dua tempat
c. Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar), jarak antara spina iliaka
posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina
f. Distansia tubernum (± 10,5 cm), jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.
16
Gambar 2.8. distansia oblikus eksterna (kiri) dan distansia intertrokhanterika1
17
Gambar 2.10. Cara mengukur konjugata diagonalais pada pemeriksaan dalam1
e. Rontgen Pelvimetri
Dari foto dapat kita tentukan ukuran-ukuran C.V;C.O = apakah kurang dari
kolumna vertebra atau pada panggul, luksasio koksa kongenitalis dan poliomielitis
ankilosis pada artikulosio koksa di sebelah kanan atau kiri dan lain-lain pada
18
pendek daripada ukuran normal bagi bangsanya , kemungkinan panggul kecil perlu
diperhatiakn pula. 2
Akan tetapi apa yang dikemukakan di atas tidak dapat diartikan bahwa
seorang wanita dengan bentuk badan normal tidak dapat memiliki panggul dengan
ukuran-ukuran yang kurang dari normal, ditinjau dari satu atau beberapa segi
bidang panggul. Dalam hubungan ini beberapa hal perlu mendapat perhatian.
dilahirkannya janin dengan berat badan normal, maka kecil kemungkinan bahwa
Pelvimetri luar tidak banyak artinya, kecuali untuk pengukuran pintu bawah
panggul dan dalam beberapa hal yang khusus seperti panggul miring. 2
menilai secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah , dan untuk
memberi gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Dengan pelvimetri
rontgenologi diperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk panggul dan ditemuakn
pemeriksaan ini pada masa kehamilan mengandung bahaya, khusunya bagi janin .
Oleh sebab itu tidak dapat dipertanggung jawabkan untuk menjalankan pelvimetri
rontgenologik secara rutin pada masa kehamilan melainkan harus didasarkan atas
indikasi yang nyata, baik dalam masa antenatal, maupun dalam persalinan. 2
19
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan, tetapI yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin
dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan dengan luasnya
panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak. Masih ada
berlangsung dengan baik, akan tetapi faktor-faktor ini baru dapat diketahui pada
saat persalinan , seperti kekuatan his dan terjadinya moulage kepala janin. Besarnya
rontgenologik lainnya.2
banyak dilakukan memberikan hasil yang cukup memuaskan. Cara ini tidak
dengan janin dalam presentasi kepala, dapat dinilai agak kasar adanya disproporsi
tangan yang satu menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul sedangkan
tangan lain yang diletakkan pada kepala menentukan apakah bagian ini menonjol
Pemeriksaan yang lebih sempurna ialah metoda Muller Munro Kerr, tangan
yang satu memegang kepala janin dan menekannya kearah rongga panggul,
sedangkan 2 jari tangan yang lain dimasukkan kedalam rongga vagina untuk
menentukan sampai berapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut. Sementara itu
20
ibu jari atngan yang masuk dalam vagina memeriksa hubungan antara kepala dan
simpisis2
Bila panggul sempit dalam ukuran muka belakang dan C.V < 9 cm, maka
diameter ini tidak dapat dilalui oleh dimeter biparietalis dari janin yang cukup
bulan. Maka dari itu kalau kepala turun biasanya terjadi defleksi sehingga yang
21
sempit sering dijumpai letak defleksi. Karena panggul sempit maka persalinan
maka kepala tidak dapat menekan servik, kecuali his kuat sekali sehingga
- KALA II: Menjadi lama karena diperlukan waktu untuk turunnya kepala
cm, atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Kesempitan pada konjugata vera
ukuran (panggul sempit selurunya). Oleh karena pada panggul sempit kemungkinan
lebih besar bahwa kepal tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini
serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan
Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan
sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada
bahaya pula terjadinnya prolapsus funikuli. Pada panggul picak, turunnya kepala
bisa tertahan dengan akibat terjaninya defleksi kepala, sedang pada panggul sempit
oleh jenis asinklitismus, dalam hal ini asinklitismus anterior lebih menguntungkan
22
daripada asinklitismus posterior. Oleh karena pada mekanisme yang terakhir
gerakan os parietal posterior yang terletak paling bawah tertahan oleh simfisis,
sedang pada asinklitismus anterior os parietal anterior dapat bergerak lebih leluasa
ke belakang. 3
berkonvergensi , foramen ischiadicum mayor cukup luas, dan spina ischiadica tidak
menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Ukuran terpenting yang hanya
interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm perlu kita waspadai terhadap
pendek pula. Pada panggul tengah yang sempit lebih sering ditemukan posisi
oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepal dalam posisi lintang tetap
(transverse arrest). 3
segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni
distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil dari biasa, maka
sudut arcus pubis mengecil pula (<800). Agar dalam hal ini kepal janin dapat lahir
, diperlukan ruanggan yang lebih besar pada bagian belakang pintu bawah panggul.
23
dapat dilaksanakan, walaupun dengan perlukaan luas pada perineum. Dengan
2.6 PENANGANAN
traction forceps dahulu dilakukan untuk membawa kepala janin yang dengan
ukuran besarnya belum melewati atas panggul kedalam rongga panggul dan terus
keluar. Tindakan ini sangat berbahaya bagi janin dan ibu, kini diganti oleh section
sesaria yang jauh lebih aman. Saat ini ada 2 cara yang merupakan tindakan utama
untuk menangani persalinan pada disproporsi sefalopelvik, yakni sectio sesaria dan
A. Sectio Sesaria
Sectio sesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder yakni setelah
direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena
ada factor- factor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua,
24
kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang
dipenuhi. 2,3
b. Persalinan Percobaan
hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran- ukuran panggul dalam
semua bidang dan hubunga antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai
percobaan. 2
Dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap kekuatan his
dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin, kedua factor ini tidak dapat
untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan cermat. Diatas sudah dibahas
indikasi- indikasi untuk section sesaria elektif, keadaan- keadaan ini dengan
sendirinya menjadi kontra indikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu beberapa
hal perlu pula mendapat perhatian. Janin harus berada dalam presentasi kepala dan
25
Alasan bagi ketentuan yang terakhir ini ialah kepala janin bertambah besar serta
disfungsi plasenta janin mungkin kurang mampu mengatasi kesukaran yang dapat
tibul pada persalinan percobaan. Perlu disadari pula bahwa kesempitan panggul
dalam satu bidang, seperti pada panggul picak, lebih menguntungkan daripada
1. Perlu diadakan pengawasan yang seksama terhadap keadaan ibu dan janin.
Pada persalinan yang agak lama perlu dijaga adanya bahaya dehidrasi dan
asidosis pada ibu, dan perlu diusahakan supaya ia dapat beristirahat cukup, serta
tidak banyak menderita. Jangan diberikan makanan biasa melainkan secara infus
intra vena karena ada kemungkinan persalinan harus diakhiri dengan sectio
2. Kualitas dan turunnya kepala janin dalam rongga panggul harus tetap diawasi
kelainan his dan gangguan pembukaan servik. Dalam hubungan ini his yang
kuat, kemajuan dalam turunnya kepala dalam rongga panggul, dan kemajuan
menguntungkan. 3
3. Sebelum ketuban pecah, kepala janin pada umumnya tidak dapat masuk kedalam
26
Pada disproporsi sefalopelvik ketuban tidak jarang pecah pada permulaan
persalinan. Pemecahan ketuban secara aktif hanya dapat dilakukan bila his
berjalan teratur dan sudah ada pembukaan servik untuk separuhnnya atau lebih.
Tujuan tindakan ini ialah untuk mendapatkan kepastian apakah dengan his yang
teratur dan mungkin bertambah kuat, terjadi penurunan kepala yang berarti atau
tidak. Selanjutnya setelah ketuban pecah, baik spontan atau dengan buatan perlu
4. Masalah yang penting ialah menentukan berapa lama partus percobaan boleh
berlangsung.
Berhubung banyaknya factor yang harus ikut diperhitungkan dalam
his cukup sempurna maka sebagai indikator berhasil atau tidaknya partus
berikut:
c. Adakah tanda-tanda klinis dari pihak anak maupun ibu yang menunjukkan
adanya bahaya bagi anak maupun ibu (gawat janin, rutura uteri imminens, dll)
Apabila salah satu gangguan diatas ada, maka menandakan bahwa persalian
27
Kita hentikan partus percobaan jika:
- Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup baik
diameter terbesar dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas panggul.
sesarea dilakukan pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi sebab-
2.6. KOMPLIKASI
2. Pada kehamilan lanjut, inlet yang sempit tidak dapat dimasuki oleh
keluhan sesak, sulit bernafas, terasa penuh diulu hati dan perut besar
28
3. Bagian terbawah anak goyang dan tes Osborn (+)
persalinan dimulai
kesempitan panggul.
3. Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering terjadi
primer
7. Partus yang lama akan menyebabkan pereganga SBR dan bila berlarut-
29
9. Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak
menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak dapat menjadi
1. Infeksi intrapartal
3. Prolaps funikuli
4. Perdarahan intracranial
2.7. PROGNOSIS
intrapartum.
30
b. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir
lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin
hidup.
dialami oleh kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai batas-batas
31
d. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh
diatas tulang kepala janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada
os parietalis. 2,3
32
DAFTAR PUSTAKA
33