Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antimikroba atau antiinfeksi, termasuk antiparasit adalah obat yang
digunakan untuk terapi kondisi patologi yang disebabkan oleh karena terjadi
infeksi mikroba atau invasi parasite.(ISO Indonesia, 2013)
Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang
merugikan manusia. Antibiotic adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,
terutama fungi yang dapat menghambat mikroba jenis lain.(Anonim, 2012)
Banyak orang mengira antibiotika diberikan untuk mengobati masuk angin
atau flu. Memang antiniotika dapat diberikan bersama-sama dengan obat flu, tetapi
tujuannya hanyalah untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri sekunder seperti
sakit tenggorokan, bukan untuk mengobati masuk angin atau flu, yang disebabkan
oleh virus, bukan bakteri.(Harkness, 2005)
Salah satu dari masalah-masalah utama yang berkaitan dengan pemakaian zat-
zat kemoterapeutik (antimikroba) secara luas ialah terbentuknya resistensi pada
mikroorganisme terhadap obat-obatan ini. Dengan berkembangnya populasi
mikroba yang resisten, maka antibiotic yang pernah efektif untuk mengobati
penyakit-penyakit tertentu kehilangan nilai kemoterapeutiknya. Terbentuknya
resistensi, yang merupakan fenomena biologis yang mendasar, menunjukkan
bahwa didalam pemakian zat-zat kemoterapeutik diperlukan kehati-hatian yang
tinggi. Zat-zat tersebut tidak boleh digunakan sembarangan atau tanpa pembedaan.
Sejalan dengan hal tersebut, jelas bahwa ada kebutuhan yang terus-menerus untuk
mengembangkan obat-obat baru dan berbeda untuk menggantikan obat-obat yang
telah menjadi efektif.(Pelczar, 2007)

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari antimikroba ?

1
2. Apa saja jenis-jenis dan penggolongan antimikroba ?
3. Apa yang dimaksud dengan resistensi antimikroba ?
4. Bagaimana efek samping dari penggunaan antimikroba ?
5. Factor yang mempengaruhi farmokodinamik dan farmakokinetik ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi antimikroba
2. Untuk mengetahui jenis dan penggolongan antimikroba
3. Untuk mengetahui resistensi antimikroba
4. Untuk mengetahui efek samping dari penggunaan antimikroba
5. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi farmakodinamik dan
farmakokinetik

D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini mahasiswa diharapkan dapat lebih memahami
dan mengetahui tentang Antimikroba mulai dari definisi sampai dengan factor-
faktor yang mempengaruhinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Antimikroba ( Antibiotik, Desinfektan dan Antiseptik)


Antimikroba atau antiinfeksi, termasuk antiparasit adalah obat yang
digunakan untuk terapi kondisi patologi yang disebabkan oleh karena terjadi
infeksi mikroba atau invasi parasite.(ISO Indonesia, 2013)
Kemoterapeutika (antimikroba) didefinisikan sebagai obat-obatan kimiawi
yang digunakan untuk memberantas penyakit infeksi mikroorganisme seperti
bakteri, fungi, virus, dan protozoa, serta infeksi oleh cacing. Obat-obat tersebut
berkhasiat memusnahkan parasite tanpa merusak jaringan tuan-rumah.(Tjay, dkk,
2010)
a. Antibiotik
Antibiotic adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi
yang dapat menghambat mikroba jenis lain. Antibiotic adalah segolongan senyawa
yang punya efek membunuh mikroorganisme didalam tubuh, misalnya ketika
terjadi infeksi bakteri. Kata antibiotic diberikan pada produk metabolic yang
dihasilkan suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat
merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Dengan kata lain, antibiotic
merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang
menghambat mikroorganisme.(Pelczar, 2008)
Kegiatan antibiosis untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh
dr. Alexander Fleming, tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan
pada pemulaan Perang Dunia II, ketika obat-obat anti bakteri sangat diperlukan
untuk menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat pertempuran.(Tjay, dkk, 2010)
Para peneliti di seluruh dunia menghasilkan banyak zat lain dengan khasiat
antibiotis, namun berhubungan dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanya
sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat. Beberapa diantaranya :
1. Aminoglikosida

3
Aminoglikosida digunakan untuk beberapa jenis diare dan kondisi lain
yang khas. Contoh obat dari golongan aminoglikosida adalah Kantrex, Mycifradin,
Kanamisin, Neomisin.
2. Sefalosporin
Sefalosporin bertalian dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati
infeksi saluran pencernaan bagian atas seperti sakit tenggorokan, pneumonia,
infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang dan saluran kemih. Contoh obat
dari golongan sefalosporin adalah Sefradin, Sefadroksil, dan Duficef.
3. Kloramfenikol
Kloramfenikol diberikan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang
tidak efektif bila diobati dengan antibiotic yang kurang efektif. Contoh obat dari
golongan kloramfenikol adalah Chloromycetin dan Mychel.
4. Klindamisin atau Linkomisin
Klindamisin atau Linkomisin dicadangkan untuk mengobati infeksi
berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak
sesuai diobati dengan penisilin. Contoh obat pada golongan ini adalah Cleocin dan
Lincocin.
5. Eritromisin
Eritromisin digunakan untuk mengobati infksi saluran napas bagian atas
seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran napas bagian bawah
seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif
untuk penyakit Legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan).
Eritromisin sering digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Contoh
obat golongan eritromisin adalah Bristamycin, Pedamycin dan Robimycin.
6. Griseofulvin
Griseofulvin diberikan secara oral untuk mengobati infeksi fungi pada
kulit,rambut,kuku jari tangan dan kuku jari kaki. Contoh obat pada golongan ini
adalah Fulvicin, Grifulvin dan Grisactin.
7. Metrodinazol

4
Metrodinazol diberikan secara oral untuk mengobati infeksi trikhomoniasis
suatu jenis vaginitis. Pengobatan dilakukan pada kedua pihak pasangan sanggama.
Contoh obat dari golongan ini adalah Flagyl dan Metryl.
8. Ketokonazol
Ketokonazol diberikan secara oral untuk mengobati infeksi fungi pada
kulit,rambut,kuku tangan dan kaki. Contoh obat dari golongan ini adalah Nizoral.
9. Penisilin
Penisilin digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian
atas seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga,bronchitis kronis,pneumonia,
saluran kemih. Contoh obat dalam golongan penisilin adalah Amoksisilin,
Amoxan, Ampisilin, dan Amoxil.
10. Tetrasiklin
Tetrasiklin digunakan untuk infeksi jenis sama yang diobati penisilin dan
juga infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain,Syanker,
Konjungtive mata dan amubiasis intestinal.contoh obat dari golongan tetrasiklin
adalah Terramycin, Tetrasiklin, dan Tetracyn.

b. Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus. Juga
untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya. Desinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme
pada benda mati.(Anonim, 2014)
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme pathogen. Desifeksi
dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi:
penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme pathogen yang ada tanpa
tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.

5
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi
umumnya dikelompokkan kedalam beberapa kelompok :
1. Golongan Aldehid
Contohnya Formaldehid dan Glutaraldehid. untuk membunuh
mikroorganisme dalam ruangan,peralatan dan lantai (formaldehid), serta
untuk membunuh virus (glutaraldehid)
2. Golongan Alkohol
Contohnya Etanol, Propanol dan Isopropanol. Untuk proses desinfeksi pada
permukaan yang kecil, tangan dan kulit.
3. Golongan Pengoksidasi
Contohnya Peroksida dan Peroksigen. Untuk proses desinfeksi permukaan
dan sebagai sediaan cair.
4. Golongan Halogen
Contohnya Iodium dan Klor. Untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif
untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum
digunakan sebagai desinfektan pada pakaian, kolam renang dan lumpur air
selokan.
5. Golongan Fenol
Contohnya Fenol dan para kloro xylenol. Untuk proses desinfeksi virus,
spora tetapi tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis bakteri
gram positif dan ragi. Umum digunakan dalam proses desinfeksi di bak
mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau peralatan yang terbuat dari
papan atau kayu.
6. Golongan Garam Amonium Kuarterner
Contohnya Benzalkonium Klorida dan Bensatonium Klorida. Untuk proses
desinfeksi hanya untuk bakteri vegvegetativen lipovirus, terutama untuk
desinfeksi peralatannya.
7. Golongan Binguanida

6
Contohnya Klorheksidin. Ampuh sebagai antimikroba terutama jenis bakteri
gram positif dan beberapa jenis bakteri gram negative (S. Aureus, E. Coli
dan P. Aeruginosa), tetapi kurang baik untuk membunuh beberapa
organisme gram negative, spora, jamur, terlebih virus serta sama sekali tidak
bisa membunuh M. Pulmonis.

c. Antiseptik
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda
mati. Antiseptic adalah zat antimikroba yang diberikan pada jaringan
hidup/kulit untuk mengurangi kemungkinan infeksi, sepsis(peradangan seluruh
tubuh yang berpotensi fatal) yang disebabkan oleh infeksi berat, dan
pembusukan. Beberapa antiseptic yang umum dipakai :
1. Alcohol, digunakan untuk mensterilkan kulit sebelum suntikan diberikan.
2. Senyawa Sulfaktan, digunakan dalam beberapa desinfektan kulit pra-operasi
dan handuk/tissue antiseptic.
3. Asam Borat, digunakan dalam pengobatan infeksi ragi vagina, pada
rambut/bulu mata dan sebagai antivirus untuk mempersingkat durasi
serangan sakit dingin. D igunakan kedalam krim untuk luka bakar.
4. Brilliant Hijau, digunakan untuk pengobatan luka kecil dan abses yang
efesien terhadap bakteri gram positif.
5. Chlorhexidine Gluconate, digunakan sebagai antiseptic kulit dan untuk
mengobati radang gusi.
6. Hydrogen Peroksida, digunakan untuk membersihkan dan menghilangkan
bau luka dan bisul.
7. Yodium, digunakan sebagai antiseptic pra dan pasca operasi dan tidak lagi
direkomendasikan untuk mendesinfeksi luka ringan karena mendorong
pembentukan jaringan perut dan meningkatkan waktu penyembuhan.
8. Octenidine Dihydrocloride, digunakan sebagai QAC dan klorheksidin.

7
9. Senyawa Fenol (Asam Karbol), digunakan untuk membersihkan tangan
pada pra operasi, bedak bayi antiseptic, obat jamur dan tenggorokan.
10. Polyhexanidine, senyawa antimikroba yang cocok dalam penggunaan klinis
disaat kritis atau infeksi luka akut dan kronis.
11. Sodium Klorida, digunakan sebagai pembersih umum dan obat kumur
antiseptic.

B. Penggolongan Antimikroba
Antimikroba khususnya antibiotika digolongkan dalam beberapa golongan,
yaitu berdasarkan spectrum, struktur kimia, aksi utama, tempat kerja dan
mekanisme kerjanya.
1. Berdasarkan Spektrumnya
a. Antibiotic dengan spectrum sempit, efektif terhadap satu jenis mikroba.
b. Antibiotic dengan spectrum luas, efektif baik terhadap gram positif maupun
gram negative. Contoh : Tetrasiklin, Amifenikol, Aminoglikosida,
Makrolida, Turunan penisilin.
c. Antibiotic yang aktifitasnya lebih dominan terhadap gram positif. Contoh :
Eritromisin, sebagian besar turunan penisilin dan beberapa turunan
sefalospirin.
d. Antibiotic yang aktifitasnya lebih dominan terhadap gram negative . contoh :
Kolkistin, Polimiksin B Sulfat dan Sulfamosin.
e. Antibiotic yang aktifitasnya lebih dominan terhadap Mycobacteriae. Contoh
: Streptomisin, Kanamisin, Rifampisin.
f. Antibiotic yang aktif terhadap jamur. Contoh : Griseofulvin, Amfoterisin B,
dan Kandisidin.
g. Antibiotic yang aktif terhadap neoplasma(antikanker). Contoh : Aktimosin,
Bleomisin dan Mitramisin.

8
2. Berdasarkan Struktur Kimianya
a. Antibiotic ᵦ-laktam
b. Turunan amfnikol
c. Turunan tetrasiklin
d. Aminoglikosida
e. Makrolida
f. Polipeptida
g. Linkosamida
h. Polein
i. Ansamisin
j. Antrasiklin

3. Berdasarkan Aksi Utamanya


a. Bakteriostatik, menghambat pertumbuhan mikroba. Contoh: Penisilin,
Aminoglikosida, Sefalosporin, Kotrimoksasol, Isoniasida, Eritromisin(kadar
tinggi), Vankomisin.
b. Bakterisida, membunuh/memusnahkan mikroba. Contoh : Tetrasiklin, Asam
Fusidat, Kloramfenikol, PAS, Linkomisin, Eritromisin(kadar rendah),
Klindamisin.
Antimikroba tertentu aktifitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik
menjadi bekterisida bila kadar antimikroba ditingkatkan melebihi KHM dan
menjadi KBM.
KHM(Kadar Hambat Minimal), kadar minimal yang diperlukan untuk
menghambat pertumbuhan organisme.
KBM(Kadar Bunuh Minimal), kadar minimal yang diperlukan untuk
membunuh mikroorganisme.

9
4. Berdasarkan Tempat kerjanya
a. Dinding Sel, menghambat biosintesis peptidoglikan. Contoh : Penisilin,
Sefalosporin, Basitrasin, Vankomisin, Sikloserin.
b. Membrane sel, fungsi dan integritas membrane sel. Contoh : Nistatin,
Amfoteresin, Polimiksin B.
c. Asam Nukleat, menghambat biosintesis DNA, mRNA. Contoh : Mitomisin
C, Rifampisin, Griseofilvin
d. Ribosom, menghambat biosintesis protein. Contoh : Aminosiklitol,
Tetrasiklin, Amfenikol, Makrolida, Linkosamida.

5. Berdasarkan Mekanisme Kerjanya


a. Antimikroba yang menghambat metabolism sel mikroba
Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya.
Mikroba pathogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam amino
benzoate (PABA) untuk kehidupan hidupnya. Koenzim asam folat diperlukan
oleh mikroba untuk sintesis purin dan pirimidin dan senyawa-senyawa lain
yang diperlukan untuk pertumbuhan seluler dan replikasi. Apabila asam folat
tidak ada, maka sel-sel tidak dapat tumbuh dan membelah. Melalui
mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik. Antimikroba seperti
sulfonamide secara struktur mirip dengan PABA, asam folat, dan akan
berkompetisi dengan PABA untuk membentuk asam folat, jika senyawa
antimikroba yang menang bersaing dengan PABA, maka akan terbentuk asam
folat non fungsional yang akan mengganggu kehidupan mikroorganisme.
Contoh : Sulfonamid, Trimetoprim, asam p-aminosalisilat.
b. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba
Antimikroba golongan ini dapat menghambat biosintesis peptidoglikan,
sintesis mukopeptida atau menghambat sintesis peptid dinding sel, sehingga
dinding sel manjadi lemah dank arena tekanan turgor dari dalam, dinding sel

10
akan pecah atau lisis sehingga bakteri akan mati. Contoh : Penisilin,
Sefalosporin, Sikloserin, Vankomisin, Basitrasin, dan antifungi golongan azol.
c. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba
Sel mikroba memerlukan sintesis berbagai protein untuk kelangsungan
hidupnya. Sintesis protein berlangsung di ribosom dengan bantuan mRNA
dan tRNA. Ribosom bakteri terdiri atas dua subunit yang berdasarkan
konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. supaya
berfungsi pada sintesis protein. Kedua komponen ini akan bersatu pada
pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S. antimikroba akan menghambat
reaksi transfer antara donor dengan aseptor atau menghambat translokasi t-
RNA peptidil dari situs aseptor kesitus donor yang menyebabkan sintesis
protein terhenti. Contoh : Kloramfenikol, golongan tetrasiklin, Eritromisin,
Klindamisin, dan Pristinamisin.
d. Antimikroba yang menghambat sisntesis asam nukleat sel mikroba
Contoh obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu rifampisin dan
golongan kuinolon. Salah satu derivate rifampisin yaitu rifampisin berikatan
dengan enzim polymerase-RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan
DNA oleh enzim tersebut. Pada golongan kuinolon dapat menghambat enzim
DNA girase pada mikroba yang berfungsi menata kromoson yang sangat
panjang menjadi bentuk spiral sehingga bisa muat dalam sel mikroba yang
kecil.
e. Antimikroba yang mengganggu keutuhan membrane sel mikroba
Obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu polimiksin, golongan
polien serta berbagai kemoterapeutik lain seperti antiseeptik surface active
agents. Polimiksin sebagai senyawa ammonium-kuartener dapat merusak
membrane sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membrane sel
mikroba. Polimiksin tidak efektif terhadap bakteri gram positif karena jumlah
fosfor bakteri ini rendah. Bakteri gram negative menjadi resisten terhadap
polimiksin ternyata jumlah fosfornya menurun. Antibiotic polien bereaksi

11
dengan struktur strerol yang terdapat pada membrane sel fungi sehingga
mempengaruhi permeabilitas selektif membrane tersebut. Bakteri tidak
sensitive terhadap polien karena tidak memiliki struktur sterol pada membrane
selnya. Antiseptic yang mengubah tegangan permukaan dapat merusak
permeabilitas selektif dari membrane sel mikroba. Kerusakan membrane sel
menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba
yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain.

C. Resistensi Antimikroba
Problem resistensi mikroorganisme terhadap antibiotic mula-mula ditemukan
pada tahun 1980-an dengan ditemukannya kasus multiple resisten pada strain
bakteri Streptococus pneumonia, Mycobacterium tuberculosis, Staphylococcus
aureus dan Enterococcus faecalis. Semakin tinggi penggunaan antibiotic, semakin
tinggi pula tekanan selektif proses evolusi dan poliferasi strain mikroorganisme
yang bersifat resisten. Mikroorganisme pathogen yang resisten terhadap antibiotic
sangat sulit dieliminasi selama proses infeksi, dan diinfeksi oleh beberapa strain
bakteri dapat berakibat letal(kematian).(Pratiwi, 2008)
Secara garis besar kuman dapat menjadi resisten terhadap suatu
antimikroba melalui 3 mekanisme :
1. Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya didalam sel mikroba. Pada kuman
gram negative, molekul antimikroba yang kecil dan polar dapat menembus
dinding luar dan masuk kedalam sel melalui lubang-lubang kecil yang disebut
porin. Bila porin menghilang atau mengalami mutasi maka masuknya
antimikroba ini akan terhambat. Mekanisme lain ialah kuman mengurangi
mekanisme transport aktif yang memasukkan antimikroba kedalam sel.
Mekanisme lain lagi ialah mikroba mengaktifkan pompa efluks untuk
membuang keluar antimikroba yang ada dalam sel.

12
2. Inaktivasi obat. Mekanisme ini sering mengakibatkan terjadinya resistensi
terhadap golongan aminoglikosida dan beta lactam karena mikroba mampu
membuat enzim yang merusak kedua golongan antimikroba tersebut.
3. Mikroba mengubah temat ikatan antimikroba. Mekanisme ini terlihat pada S.
aureus yang resisten terhadap metisilin. Kuman ini mengubah penicillin
blinding protein sehingga afinitasnya menurun terhadap metisilin dan antibiotic
beta lactam yang lain.

D. Efek Samping
Efek samping penggunaan antimikroba dapat dikelompokkan menurut reaksi
alergi, reaksi idiosinkrasi, reaksi toksik, serta perubahan biologi dan metabolic
pada hospes.
1. Reaksi Alergi
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotic dengan melibatkan
system imun tubuh hospes, terjadinya tidak bergantung pada besarnya dosis
obat. Manifestasi gejala dan derajat reaksi dapat bervariasi.
2. Reaksi Idiosinkrasi
Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik
terhadap pemberian antimikroba tertentu. Sebagai contoh 10% pria berkulit
hitam akan mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakulin. Ini
disebabkan mereka kekurangan enzim G6PD.
3. Reaksi Toksik
AM pada umumnya bersifat toksik-selektif, tetapi sifat ini relative. Efek
toksik pada hospes ditimbulkan oleh semua jenis antimikroba.
4. Perubahan Biologik dan Metabolik
Pada tubuh hospes, baik yang sehat maupun yang menderita infeksi,
terdapat populasi mikroflora normal.

13
E. Faktor yang Mempengaruhi Farmakodinamik dan Farmakokinetik
Selain dipengaruhi oleh aktifitas antimikroba efek farmakodinamik dan sifat
farmakokinetiknya, efektivitas antimikroba dipengaruhi juga oleh berbagai factor
yang terdapat pada pasien :
1. Umur
2. Kehamilan
3. Genetic
4. Keadaan patolik tubuh hospes

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang
merugikan manusia. Antibiotic adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,
terutama fungi yang dapat menghambat mikroba jenis lain.
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus. Juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya
pada benda mati. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau
menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi
digunakan pada benda mati.
Antimikroba khususnya antibiotika digolongkan dalam beberapa golongan,
yaitu berdasarkan spectrum, struktur kimia, aksi utama, tempat kerja dan
mekanisme kerjanya.
Efek samping penggunaan antimikroba dapat dikelompokkan menurut reaksi
alergi, reaksi idiosinkrasi, reaksi toksik, serta perubahan biologi dan metabolic
pada hospes.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi para
mahasiswa dalam proses belajar mengajar.

15
DAFTAR PUSTAKA

(http://www.academia.edu/8741549/Antimikroba_danMekanismenya). Di unduh
pada tanggal 11 November 2017 pukul 20:33.

(http://www.academia.edu8741499/Antimikroba). Di unduh pada tanggal 11


November 2017 pukul 21:00.

16

Anda mungkin juga menyukai