Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Alat bantu&alat ukur Bore Gauge dan Roughness

Disusun Oleh :
Girindra Aditya Wardana (201510215023)
Irwan Susanto (201510215039)
Setia Darma Maulidin (201510215037)

FAKULTAS TEKNIK PRODI TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
BEKASI
2017
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, atas
berkat rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Alat
Bantu dan Alat ukur semester 5. Kami ucapkan banyak terimakasih
kepada Bapak Waluyo ST selaku dosen kami dalam menyelesaikan
makalah ini.

Makalah ini kami buat dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai
sumber pengetahuan tentang ilmu alat bantu dan alat ukur untuk semua
orang dan khususnya untuk kami, dan untuk syarat dalam penyelesaian
tugas alat bantu dan alat ukur.

Dalam pembuatan laporan ini tentunya kami sadar akan adanya


kesalahan yang terdapat di dalam laporan ini , oleh sebab itu kami sangat
menerima kritik dan saran bagi para pembacanya agar dapat menjadi
acuan kami dalam pembuatan laporan di makalah berikutnya.

Atas perhatian dan dukungannya kami ucapkan terimakasih pada


semua orang yang terlibat dalam pembuatan makalah Alat bantu dan Alat
ukur ini dan untuk para pembaca makalah ini.

Bekasi, Oktober 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................. 2
1.3 Pembatasan Masalah....................................................................... 3
1.4 Sistematika Penulisan .................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 5
2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja............................................. 5
2.2 Pengukuran Waktu Kerja ............................................................ 5
2.3 Beberapa Kategori Waktu........................................ ................... 7
2.4 Penyesuaian (Performance Rating) ............................................. 8
2.5 Faktor Kelonggaran (Allowance) ................................................ 14
2.6 Uji Keseragaman Data ................................................................ 15
2.7 Kecukupan Data .......................................................................... 15
BAB III. METODEOLOGI PRAKTIKUM ..................................................... 16
3.1 Perhitungan Waktu Baku Secara Langsung…………………. ... 16
3.2 Pengolahan Data ......................................................................... 18
3.3 Analisis Tata Letak Stasiun Kerja............................. ................. 21
BAB IV. PENUTUP ......................................................................................... 22
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 22
4.2 Saran .......................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 23
1.1 Latar Belakang

Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan


suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain
yang sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart.

Pekerjaan membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran


atau mengukur. Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur.
Pengukuran banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri.
Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak
faktor, misalnya objek yang diukur serta hasil yang di inginkan. Yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah :

1. Standart yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standart
yang telah ditentukan.
2. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan.

Pengetahuan yang harus dimiliki adalah bagaimana menetukan besaran yang


akan diukur, bagaimana mengukurnya dan mengetahui dengan apa besaran
tersebut harus diukur. Ketiga hal tersebut harus mutlak dimiliki oleh orang yang
akan melakukan pengukuran.

Sebuah alat ukur mempunyai 3 komponen utama yaitu:


1. Sensor
Yaitu bagian alat ukur yang menghubungkan alat ukur dengan objek ukur.
2. Pengubah
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi mengubah sinyal yang dirasakan oleh
sensor menjadi besaran yang terukur.
3. Penunjuk
Yaitu bagian alat ukur yang berfungsi menunjukkan harga pengukuran.

Jenis-jenis alat ukur berdasarkan sifat aslinya, dapat dibedakan atas:


1. Alat Ukur Langsung
Yaitu alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang lengkap,
sehingga hasil pengukuran dapat langsung diperoleh.
2. Alat Ukur Pembanding
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur beda ukuran suatu
produk dengan ukuran dasar produk yang telah diperkirakan terlebih dahulu
dengan blok ukur.
3. Alat Ukur Standar
Yaitu alat ukur yang hanya dilengkapi dengan satu skala nominal, tidak
dapat memberikan hasil pengukuran secara langsung, dan digunakan untuk
alat kalibrasi dari alat ukur lainnya.
4. Alat Ukur Kaliber Batas
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk menunjukkan apakah dimensi
suatu produk berada di dalam atau diluar dari daerah toleransi produk
tersebut.
5. Alat Ukur Bantu
Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk membantu dalam proses
pengukuran. Sebenarnya alat ini tidak bisa mengukur objek, namun karena
peranannya yang sangat penting dalam pengukuran maka alat ini dinamakan
juga dengan alat ukur.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang tujuan makalah ini yaitu :

1. Mampu menggunakan alat ukur dan alat bantu sesuai dengan


standarnya.
2. Mengerti tata cara menggunakan alat ukur yang benar.
3. Mampu mengaplikasikannya pada dunia industri
1.1 Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang apa saja yang mendahului penulisan laporan, yang terdiri
dari latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan.

BAB II. PEMBAHASAN

Berisi mengenai tinjauan pustaka mengenai pengertian alat ukur bore gauge dan
roughness serta cara menggunakan, fungsi, bagian-bagiannya dan standar angka.

BAB III. PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran dari alat ukur bore gauge dan roughness
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Bore Gauge


1. Pengertian

Bore gauge atau juga dikenal dengan Cylinder Gauge ialah alat ukur
yang dipakai guna mengukur diameter silinder. di bagian atas terdapat dial
gauge dan di bagian bawahnya terdapat measuring point yang bisa bergerak
bebas. Dial gauge yang terletak di bagian atas bisa dilepas caranya yaitu
longgarkan securing position dial gaugenya. Sedangkan ujung batang
pengukur (measuring point) akan bergerak bila ditekan dan jarum pada dial
gauge antara 0-2 mm akan bergerak dari harga standarnya. di sisi lain
terdapat replacement rod yang panjangnya beragam tergantung pada
kebutuhan, yang dilengkapi dengan replacement securing thread merupakan
semacam mur pengikat yang berfungsi untuk mengunci supaya replacement
rod dan washernya tidak lepas ketika bore gauge digunakan. Bore gauge
berguna untuk mengukur garis tengah bagian dalam dari sebuah benda
kerja, seperti : Cylinder, lubang dudukan poros dan lain-lain. Tingkat
ketelitian bore gauge adalah 0,01 mm.

2. Cara Pengukuran/Penggunaan
a. Ukur diameter silinder dengan memakai jangka sorong untuk
mengetahui diameter secara kasar guna memilih rod end yang tepat
untuk dipasangkan pada bore gauge (atau lihat ukuran standarnya pada
maintenance standard), misal diperoleh hasil pengukuran : 75,40 mm.
b. Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran
tersebut misal 76 mm, setelah itu pasang replacement rod pada bore
gauge.
c. Ukur panjang replacement rod dengan mikrometer luar dan usahakan
jarum dial gauge tidak bergerak, misal diperolah hasil pengukuran
76,20.
d. Masukan replacement rod kedalam lubang (cylinder), goyangkan
tangkai bore gauge ke kanan dan ke kiri hingga di peroleh
penyimpangan terbesar (posisi tegak lurus).
e. Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukan dial gauge, misal diperoleh
0,13 mm.
f. Besarnya diameter cylinder yaitu selisih antara hasil pengukuran panjang
replecement rod dengan besarnya penyimpangan jarum bore gauge. Jadi
diameter cylinder = 76,20 -0,13 = 76,07 mm.

Cara menentukan ke ovalan silinder :

 Mula – mula tentukan sumbu X dan sumbu Y dari silinder.


 Lalu bagi silinder menjadi 3 bagian yaitu bagian atas (TOP), bagian tengah
(CENTER), dan bagian bawah (DEEP).
 setelah itu ukur sumbu X dan Y dari masing-masing bagian.
 Misalnya diperoleh hasil pengukuran bagian atas (TOP) cylinder sumbu X =
80.75 mm dan sumbu Y = 80.73 mm, maka keovalannya cylinder bagian atas
adalah 80.75 – 80.73 mm = 0.02 mm.
 Lanjutkan pengukuran pada bagian tengah (CENTER) dan bagian Bawah
(DEEP).

Cara menentukan ketirusan cylinder :

 Ketirusan merupakan selisih ukuran antara cylinder bagian atas dengan


cylinder bagian bawah atau sebaliknya.
 Untuk menentukan ketirusan cylinder, dapat diambil dari keovalan masing-
masing bagian pada TOP, CENTER dan DEEP silinder.
 Misalnya, keovalan cylinder bagian atas adalah 0.02 mm dan bagian bawah
cylinder adalah 0.01 mm, maka ketirusannya adalah 0.02 – 0.01 mm = 0.01
mm.

3. Cara membaca skala dan hasil pengukuran

Apabila jarum kecil menunjukkan pada angka satu dan jarum besar pada strip
yang ke-22 setelah bergerak dari nol searah jarum jam, jadi hasil pengukuran :

 Jarum kecil = 1 pada pengetesan = 75 mm.


 Jarum besar = 22 x 0,01 mm = 0,22 mm.
 Hasil pembacaan = 75 – 0.22 = 74.78 mm.

Jika jarum kecil menunjukkan pada angka satu dan jarum besar pada
strip yang ke-25 setelah bergerak dari nol berlawanan jarum jam, jadi hasil
pengukuran :

 Jarum kecil = 1 pada pengetesan = 75 mm.


 Jarum besar = 25 x 0,01 mm = 0,25 mm.
 Hasil pembacaan = 75 + 0.25 = 75.25 mm.

4. Bagian-bagian Bore gauge

a. Dial Indikator.

Untuk mengetahui hasil pembacaan pengukuran.


b. Replacement Rod.

Untuk menambah panjang bidang sentuh pada silinder yang akan


menyentuh bidang ukur pada silinder
c. Replacement Washer.

Untuk menambah kepanjangan replacement rod


d. Measuring Point.
Titik point pengukuran.
e. Batang Silinder Bore Gauge.
Bagian untuk memegang atau mengikat dial
5. Cara Mengkalibrasi
a. Mula mula kendorkan pengunci outer ring pada dial indicator
b. Kemudian masukkan dial indicator ke dalam rahang mikrometer dengan
replacement rod terlebih dahulu
c. Setelah itu setel angka nol pada dial gauge tepat pada jarum panjang dengan
memutar outer ring
d. Terakhir kunci kembali pengunci outer ring. Cylinder bore gauge siap dipakai.
2.2 Roughness
1. Pengertian
Surface Roughness Tester merupakan alat yang mampu mengukur
tingkat kekasaran permukaan. Setiap permukaan komponen dari suatu
benda mempunyai beberapa bentuk dan variasi yang berbeda baik menurut
strukturnya maupun dari hasil proses produksinya. Roughness/kekasaran
didefinisikan sebagai ketidakhalusan bentuk yang menyertai proses
produksi yang disebabkan oleh pengerjaan mesin. Nilai kekasaran
dinyatakan dalam Roughness Average (Ra). Ra merupakan parameter
kekasaran yang paling banyak dipakai secara internasional.
Pengukuran kekasaran permukaan diperoleh dari sinyal pergerakan
stylus berbentuk diamond untuk bergerak sepanjang garis lurus pada
permukaan sebagai alat indicator pengkur kekasaran permukaan benda uji.
Prinsip kerja dari alat ini adalah dengan menggunakan transducer dan
diolah dengan mikroprocessor. Roughness Tester dapat digunakan di
lantai di setiap posisi, horizontal, vertikal atau di mana pun.
Ketika mengukur kekasaran permukaan dengan roughness meter ,
sensor ditempatkan pada permukaan dan kemudian meluncur sepanjang
permukaan seragam dengan mengemudi mekanisme di dalam tester.
Sensor mendapatkan kekasaran permukaan dengan probe tajam built-in.
Instrumen roughness meter ini kompatibel dengan empat standar dunia
yaitu ISO, DIN, ANSI, dan JIS sehingga tidak diragukan lagi dalam
ketepatan dan keakuratan dalam pengukuran kekasaran.
Langkah – langkah pengerjaan dengan alat ini adalah :

1. Benda uji diletakkan pada meja datar.


2. Ujung dari dial indicator di set pada posisi stabil untuk melakukan
pembacaan skala tekanan tehadap permukaan benda uji
3. Tentukan seberapa panjang dari bagian benda ukur yang akan di uji
kekasaran permukaannya, nantinya panjang inilah yang akan di lewati
oleh dial indicator.
4. Apabila dial indicator telah melakukan pengukuran sepanjang jarak yang
kita tentukan, nilai kekasaran permukaan akan tercatat, dan dapat dilihat
dalam bentuk print out.
5. Sebelum dilakukan pengukuran, benda uji dan alat ukur telah diatur
sehingga sedapat mungkin tidak terdapat kesalahan dalam pengukuran.

Kekasaran permukaan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Deskripsi statistik, yang memberikan nilai rata-rata dan tinggi permukaan


contohnya Ra dan Rq.
2. Deskripsi nilai ekstrem , yang didapat berdasarkan nilai pada kondisi
maksimum (Rv), dan kekasaran maksimum puncak kelembah(Rmax)
3. Deskripsi tekstur, Dari hasil pengukuran terhadap panjang pengukuran
(traversing length) 7.05mm didapat 3 parameter yang telah diatur sebelum
melakukan pengukuran. Parameter itu yaitu Ra atau kekasaran rata-rata
aritmaik, Rmax atau kekasaran maksimum dari tinggi puncak dan lembah ,
Rz atau kekasaran total rata-rata.

Pada perhitungan Ra daerah-daerah yang berada di bawah profil tengah


(lembah) diproyeksikan ke atas dan dirata-ratakan dengan daerah di atas profil
tengah. Profil tengah yaitu profil referensi yang digeser ke bawah sehingga
jumlah luas daerah di atas profil terukur sama dengan jumlah luas daerah di
bawah profil terukur. Dari hasil pengukuran didapat nilai Ra dengan satuan
µm

2. Parameter Pengukuran Roughness


a. Ra (roughness average of the R-curve) : nilai rata – rata aritmatik dari
pengukuran kekasaran permukaan untuk panjang tertentu.
b. Rz (ten points high of irregularities) : pengukuran berdasarkan nilai rata –
rata dari lima puncak tertinggi dan lima lembah terendah.
c. Rmax (maximum height of the profile) : jarak antara puncak tertinggi
dengan lembah terendah.
Tabel Parameter Pengukuran

Parameter Pengukuran

Ra Kekasaran rata-rata (Ra)

Rq Root Mean Square (RMS) Kekasaran

Rt,Ry Tinggi maksimum Profil

Rv, Rm Maksimum profil lembah kedalaman

Rp Profil Maksimum Puncak Tinggi

Rpm Rata-rata Profil Maksimum Puncak Tinggi

Rz Rata-rata Tinggi maksimum Profil yang

Rmax Maksimum Kedalaman Kekasaran

Rc Berarti Ketinggian Profil Penyimpangan

Rz (iso) kekasaran Tinggi

Toleransi Harga Kekasaran Rata-rata (Ra)

Kelas Harga Harga Toleransi Panjang sampel(mm)


kekasaran C.L.A Ra
(μm) (μm)

N1 1 0.0025 0.02 – 0.04 0.08


N2 2 0.05 0.04 – 0.08
0.25
N3 4 0.0 0.08 – 0.15
N4 8 0.2 0.15 – 0.3
N5 16 0.4 0.3 – 0.6
N6 32 0.8 0.6 – 1.2
0.8
N7 63 1.6 1.2 – 2.4
N8 125 3.2 2.4 – 4.8 2.5
N9 250 6.3 4.8 – 9.6
8
N10 500 12.5 9.6 – 18.75
N11 1000 25.0 18.75 –
37.5
N12 2000 50.0 37.5 – 75.0

Anda mungkin juga menyukai