Anda di halaman 1dari 10

Instrumen Evaluasi Kualitas Pembelajaran Daring

dalam SPADA Indonesia


Hari Wibawanto
Email: hariwibawanto@mail.unnes.ac.id
Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang
Dipresentasikan pada Semiloka Pembelajaran Daring di Perguruan Tinggi di kota
Banjarmasin (30 Agustus 2017) dan Surabaya (11 September 2017 )

Abstract
Quality evaluation of the online learning needs to be conducted pre- and post learning process.
Before the learning process, the intrinsic quality and some contextual quality are evaluated to
ensure the quality of the learning object itself and it’s pedagogical foundation in online learning
environment. There are several quality evaluation frameworks developed by various learning objects
repositories and users. In addition to LORI (Learning Object Rating Instrument), Merlot (Multimedia
Education Resource for Learning and Online Teaching) and NHS Shared Learning develop an
instrument that essentially evaluates the quality of learning objects and their relation to the
pedagogical aspects of online learning. SPADA Indonesia developed the instrument adopted from
LORI and the Merlot learning object assessment instrument plus a checklist of online learning
components to ensure its face validity.

Abstrak
Evaluasi kualitas pembelajaran daring perlu dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan.
Sebelum pembelajaran dilakukan, kualitas instrinsik dan sebagian kualitas kontekstual dievaluasi
untuk memastikan kualitas objek pembelajaran yang digunakan dan penataannya dalam perangkat
pengelola pembelajaran (learning management system). Ada beberapa kerangka kerja evaluasi
kualitas objek pembelajaran yang dikembangkan oleh berbagai repositori dan pengguna objek
pembelajaran. Selain LORI (Learning Object Rating Instrument), Merlot (Multimedia Education
Resource for Learning and Online Teaching) dan NHS Shared Learning mengembangkan instrumen
yang pada dasarnya mengevaluasi kualitas objek pembelajaran dan kaitannya dengan aspek-aspek
pedagogis pembelajaran daring. SPADA Indonesia mengembangkan instrumen yang diadopsi dari
LORI dan instrumen penilai objek pembelajaran Merlot ditambah dengan daftar cek komponen-
komponen pembelajaran daring untuk menjamin validitas tampangnya.

Pendahuluan
Evaluasi kualitas pembelajaran daring (online learning atau elearning) perlu dilakukan sekurangnya
dalam dua tahap, yakni: (1) ketika konten direncanakan dan ditata atau diimplementasikan dalam
learning management system (LMS), dan (2) segera setelah pembelajaran selesai diselenggarakan. Di
antara kedua waktu itu dapat disisipkan evaluasi formatif untuk memberikan evaluasi atas
pelaksanaan elearning yang sedang berlangsung.

Dalam pembelajaran daring, konten beserta penataannya dalam LMS sebaiknya telah selesai
dilakukan sebelum aktivitas pembelajaran dimulai. Konten dalam pembelajaran daring, yang lazim
disebut objek pembelajaran, dapat dievaluasi terpisah untuk mendapatkan gambaran mengenai

1 | Halaman
kualitas intrinsik objek pembelajaran, yakni ketika objek pembelajaran itu dinilai “pada dirinya
sendiri” di luar konteks pemanfataannya, dan kualitas kontekstual, yakni ketika objek pembelajaran
tersebut dinilai dalam kaitannya dengan keseluruhan tahapan dan aktivitas pembelajaran secara
utuh. Dalam hal ini, objek pembelajaran dan penataannya dalam LMS dievaluasi terkait dengan
kesesuaiannya dengan capaian atau tujuan pembelajaran (learning outcome) dan pertimbangan
pedagogis dalam pemilihan, pengembangan dan penataannya.

Makalah ini difokuskan pada evaluasi kualitas intrinsik dan kualitas kontekstual ketika sebuah
progam pembelajaran disiapkan dalam LMS dan siap digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Evaluasi dilaksanakan sebelum pembelajaran dilakukan.

Kerangka Evaluasi Objek Pembelajaran


Pembelajaran diasumsikan akan efektif apabila objek pembelajaran benar-benar berisi hanya materi
yang terkait dengan tujuan dan ditata urutan penyajiannya berdasarkan prinsip-prinsip pedagogis.
Asesori materi (ilustrasi deskriptif yang memperluas wawasan, contoh dan non contoh, dan
sebagainya), hanya digunakan apabila dapat lebih mengefektifkan pemahaman dan retensi atas
pengetahuan yang diberikan.

Kualitas instrinsik objek pembelajaran dapat dievaluasi secara independen dengan


mempertimbangkan fitur-fitur kualitatif konten itu sendiri misalnya keterbacaan, kejelasan resolusi
gambar, kejelasan audio, kehalusan resolusi video, kompatibilitas dengan perangkat penampil dan
sebagainya. Kualitas kontekstual objek pembelajaran dievaluasi dalam kaitannya dengan aspek-
aspek pedagogis, misalnya kesesuaiannya dengan capaian pembelajaran, akurasi isi, keluasan dan
kedalaman, ketepatan pemilihan jenis objek pembelajaran, sekuen atau urutan penyajian,
kesesuaian dengan aktivitas pembelajaran yang direncanakan, cognitive overload, dan sebagainya.

Salah satu instrumen untuk mengevaluasi kualitas objek pembelajaran adalah LORI (Learning Object
Review Instrument) yang dikembangkan oleh Nesbit, Belfer, & Leacock (2004). LORI dirancang
sebagai instrumen untuk menilai kualitas objek pembelajaran multimedia. Meskipun dalam
evaluasinya mengaitkan pula dengan tujuan pembelajaran, LORI pada umumnya digunakan sebagai
alat evaluasi objek pembelajaran, bukan alat evaluasi keseluruhan program di mana objek
pembelajaran ini dimanfaatkan.

Butir-butir instrumen dalam LORI dikelompokkan dalam 9 kriteria sebagaimana ditabulasikan dalam
tabel berikut ini.

Tabel 1. Kriteria butir instrumen dalam LORI

No Kategori Deskripsi
1 Kualitas Kebenaran, akurasi, keberimbangan penyajian ide, dan ketepatan tingkat
Konten kerincian (keluasan dan kedalaman). Dalam evaluasi objek pembelajaran,
aspek kualitas konten merupakan elemen yang paling menonjol dalam
membentuk kepakaran. Objek pembelajaran, meskipun desainnya menarik,
menjadi tak berguna apabila isinya tidak akurat atau bahkan menyesatkan.
2 Keselarasan Objek pembelajaran dikembangkan sebagai pendukung kegiatan
dengan tujuan pembelajaran. Oleh karenanya, evaluasi atas objek pembelajaran harus
pembelajaran mencakup juga keselarasannya dengan tujuan pembelajaran, aktivitas
belajar, asesmen, dan karakteristik peserta pembelajaran. Objek
pembelajaran menjadi kurang efektif apabila ternyata tidak selaras dengan

2 | Halaman
kegiatan belajar dan asesmennya.
3 Umpan balik Pemberian umpan balik dan adaptasi objek pembelajaran terhadap
dan adaptasi karakteristik peserta pembelajaran merupakan salah satu cara untuk
mengefektifkan pembelajaran.
4 Motivasi Kemampuan objek pembelajaran untuk memotovasi dan menarik perhatian
peserta pembelajaran. Kualitas motivasi objek pembelajaran mempengaruhi
besarnya upaya peserta pembelajaran untuk belajar dengan objek
pembelajaran tersebut.
5 Desain Desain informasi visual dan auditif untuk memperkuat pembelajaran dan
presentasi meningkatkan efisiensi pemrosesan informasi. Desain presentasi merujuk
pada kualitas eksposisi sumber belajar digital.
6 Usabilitas Konsep usabilitas interaksi diadopsi dari fitur kualitas perangkat lunak.
interaksi Kemudahan navigasi, keintuitifan antarmuka pengguna (predictability of the
user interface), dan kualitas antarmuka untuk pemberian bantuan
merupakan fitur-fitur yang dinilai dari aspek usabilitas interaksi.
7 Aksesabilitas Desain kendali dan format presentasi untuk yang mengakomodasi peserta
pembelajaran berkebutuhan khusus dan yang mengakses bahan ajar melalui
gawai bergerak
8 Reusabilitas Potensi untuk digunakan dalam berbagai konteks pembelajaran dan berbagai
latar belakang peserta pembelajaran
9 Kepatuhan Kepatuhan terhadap standar internasional dan spesifikasi standar yang
terhadap diikuti
standar

Dari 9 kriteria yang dikembangkan dalam LORI, 3 (tiga) kriteria tidak dapat segera digunakan sebagai
kriteria evaluasi kualitas intrinsik objek pembelajaran maupun kualitas kontekstual terkait dengan
penataannya dalam LMS. Kriteria “Umpan balik dan adaptasi” misalnya, hanya dapat dievaluasi
ketika pembelajaran sedang atau sudah berlangsung. Artinya, butir instrumen dalam kriteria
tersebut hanya dapat diisi skornya hanya apabila objek pembelajaran telah digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dan dosen atau pengajar telah memberikan umpan balik serta berupaya
melakukan adaptasi terhadap kegiatan belajarnya. Dalam keadaan objek pembelajaran baru
terpasang di LMS, yang dapat dievaluasi adalah keberadaan umpan balik otomatis yang melekat
pada kuis atau soal latihan. Sementara, umpan balik yang diberikan ketika merespon pengiriman
tugas dan ketika berinteraksi dalam forum, belum ada dan karenanya belum dapat dievaluasi.

Kriteria “Usabilitas interaksi” dan “Aksesabilitas” merupakan kriteria evaluasi yang lebih tepat untuk
LMS dibanding untuk objek pembelajaran. Pada pembelajaran daring yang tidak menggunakan LMS
tetapi diimplementasikan dalam aplikasi khusus, kedua kriteria ini memang dapat dievaluasi karena
objek pembelajaran diimplementasikan terpadu dengan aplikasi pengelolanya. Pada objek
pembelajaran yang dipasang dalam LMS, perilaku navigasi dan antarmuka pengguna sepenuhnya
ditentukan oleh rancangan LMS-nya.

Merlot, Multimedia Educational Resources for Learning and Online Teaching,


(http://www.merlot.org) menggunakan kriteria yang banyak kesamaannya dengan LORI untuk
mengevaluasi objek pembelajaran yang memenuhi syarat untuk disimpan dalam repositorinya.
Proses evaluasi yang dilakukan oleh Merlot adalah menggunakan evaluasi individual (revieu sejawat)
dan merujuk kepada standar objek pembelajaran. Standar yang dimaksud adalah panduan yang
digunakan untuk membantu evaluator atau pereviu mengevaluasi objek pembelajaran yang
dikirimkan oleh para dosen. Kriteria yang digunakan oleh pereviu Merlot dikategorikan dalam 3
(tiga) kriteria (Nesbit, Belfer & Vargo, 2002)yakni:

3 | Halaman
1. Kualitas konten, yakni kualitas yang terkait dengan signifikansi konten terhadap
pembelajaran dan akurasi informasinya.
2. Potensi keefektifannya sebagai perangkat belajar-mengajar, mencakup “keefektifan faktual”
objek pembelajaran melalui pemanfaatan secara personal atau membuat penilaian atas
potensi keefektifannya untuk memperbaiki pengajaran dan pembelajaran oleh dosen dan
mahasiswa.
3. Kemudahpakaian, merupakan ukuran kemudahpakaian objek pembelajaran bagi pengguna
pertama, yakni pengguna yang belum memiliki pengalaman menggunakan objek
pembelajaran tersebut sebelumnya. Kemudahpakaian dibentuk oleh beberapa komponen
yang saling terkait, misalnya tata letak umum objek, antarmuka komputer, letak dan
rancangan tombol navigasi, menu, dan sebagainya.

Dari ketiga dimensi atau kriteria tersebut, kriteria “potensi keefektifannya sebagai perangkat belajar-
mengajar” adalah yang paling susah dinilai. Dimensi ini mencakup pemanfaatan media dan
interaktivitas yang secara pedagogis sesuai, dan kejelasan tujuan pembelajaran. Di dalamnya
termaktub pentingnya konteks, yang dalam hal ini dikaitkan dengan capaian pembelajaran,
karakteristik pembelajar, dan penempatan objek pembelajaran dengan mempertimbangkan strategi
pembelajaran yang digunakan.

Kontekstualitas objek pembelajaran dalam capaian pembelajaran tentu saja tidak kompatibel,
bahkan boleh jadi berlawanan dengan reusabilitas atau pemanfaatan-ulangnya dalam situasi dan
capaian pembelajaran lain. Semakin ditujukan untuk konteks pembelajaran tertentu, semakin
kurang reusabilitas objek pembelajaran tersebut (Nesbit, Belfer & Vargo, 2002).

NHS Shared Learning (2009) mengembangkan dua jenis daftar cek untuk mengevaluasi: (1) kualitas
objek pembelajaran, dan (2) kualitas pembelajaran (course) daring. Evaluasi atas kualitas objek
pembelajaran dilakukan melalui penetapan 8 (delapan) standar, yang terdiri atas standar A-H yang
memiliki kemiripan dengan LORI, meliputi:

1. Standar A: Kualitas konten


Kriteria esensial mengenai kualitas konten mencakup penilaian mengenai akurasi konten,
keadilan dan ketidakbiasan (unbiased) konten, dan kesesuaian objek pembelajaran dengan
tujuan yang akan dicakup. Selain kriteria esensial, ada 4 (empat) kriteria yang diharapkan
(desirable criteria) yang meliputi penilaian mengenai: kelogisan dan keefektifan urutan
konten, kecukupan pengalaman belajar dari sisi jumlah dan cakupan untuk mendukung
target capaian pembelajaran, reviu oleh pakar bidang ilmu, dan penyelarasan konten dan
aktivitas pembelajaran dengan capaian pembelajaran.
2. Standar B: Keselarasan dengan tujuan pembelajaran
Pada standar B ini, NHS Shared Learning membedakan antara tujuan pembelajaran (learning
objectives) dan capaian pembelajaran (learning outcome). Tujuan pembelajaran didefinisikan
sebagai apa yang diperoleh pembelajar dari kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
adalah pernyataan spesifik mengenai apa yang oleh pembelajar harus diketahui, dapat
dilakukan, atau sikap yang harus dimiliki sebagai hasil belajar. Tujuan pembelajaran menjadi
dasar bagi kurikulum dan pengembangan pembelajaran dan asesmen. Sedangkan capaian
pembelajaran didefinisikan sebagai aksi konkrit yang ditunjukkan oleh pembelajar sebagai
hasil belajar. Capaian pembelajaran dapat berupa tertampilkannya pengetahuan,
keterampilan, dan nilai. Secara umum, capaian pembelajaran diases (assessed) pada level
paket pembelajaran (course) dan/atau program.

4 | Halaman
Standar keselarasan dengan tujuan pembelajaran terdiri atas 2 (dua) kriteria esensial yakni
apakah: (1) tujuan pembelajaran sesuai dengan capaian pembelajaran? (2) tujuan
pembelajaran dinyatakan dengan jelas?
3. Standar C: Umpan balik
Standar umpan balik terdiri atas 3 (tiga) kriteria esensial yang mencakup apakah: (1) umpan
balik mendukung capaian pembelajaran? (2) pembelajar mendapatkan respon dan umpan
balik secara tepat waktu ketika diminta menjawab pertanyaan atau memberikan informasi?
(3) umpan balik membandingkan kinerja pembelajar dengan kriteria yang relevan dan
menjelaskan bagaimana kinerja bisa diperbaiki?
4. Standar D: Motivasi
Standar motivasi menilai apakah lingkungan pembelajaran dirancang untuk melibatkan
pembelajar, interaktif, dan relevan dengan pembelajar. Terdaoat 4 (empat) kriteria esensial
yang digunakan untuk mengevaluasi standar motivasi ini, yakni apakah: (1) lingkungan
belajar menyediakan kesempatan belajar yang memadai dan melibatkan pembelajar? (2)
objek pembelajaran memberikan aktivitas dan interaktivitas belajar yang selaras dengan
kehidupan yang sebenarnya? (2) pembelajar mendapatkan arahan dan dukungan untuk
terlibat dalam aktivitas pembelajaran.
5. Standar E: Desain dan Usabilitas
Standar desain dan usabilitas (ketermanfaatan) berkaitan erat dengan fitur instrinsik objek
pembelajaran, mencakup apakah: (1) rancangannya jelas, konsisten, dan memberikan
arahan yang memadai untuk navigasi dan interaksi? (3) perangkat navigasi menyediakan
cara untuk kembali ke menu awal, menjelajahi objek pembelajaran, dan ke luar dari objek
pembelajaran? (4) bila objek pembelajaran berupa video atau audio, pengguna/pembelajar
dapat mengendalikannya secara penuh? (5) tombol-tombol dan hyperlink berfungsi efektif?
Selain 5 (lima) kriteria esensial tersebut, kriteria lain yang perlu dievaluasi adalah: (6) apakah
jenis font yang dipilih memadai? (7) citra dan grafik digunakan secara tepat? (8) pilihan
warna tepat? (9) bahasa yang digunakan mudah dipahami?
6. Standar F: Aksesabilitas
Standar aksesabilitas memastikan objek pembelajaran mengakomodasi pembelajar yang
memiliki keterbatasan indera dan gerakan. Evaluasi terhadap aksesabilitas mencakup
apakah: (1) objek pembelajaran mematuhi standar aksesabilitas W3C AA? (2) dilengkapi
informasi bagi pembelajar untuk mengubah pengaturan default agar aplikasi dapat
menyesuaikan dengan aksesabilitas pengguna?
7. Standar G: Reusabilitas dan kepatuhan terhadap standar
Standar reusabilitas dan kepatuhan terhadap standar memastikan objek pembelajaran dapat
dipakai pada beragam konteks pembelajaran dengan pembelajar yang berbeda-beda latar
belakangnya, serta sesuai dengan spesifikasi dan standar internasional.
Evaluasi terhadap standar reusabilitas dan kepatuhan terhadap standar mencakup, apakah:
(1) objek pembelajaran meliputi satu atau lebih unit pembelajaran (learning units), masing-
masing disesuaikan dengan satu topik atau satu tujuan pembelajaran, dan dikemas sebagai
satu sumber belajar mandiri (stand alone resource)? (2) kebutuhan perangkat keras dan
perangkat lunak didefinisikan dengan jelas? (3) objek pembelajaran dibuat dengan
mematuhi standar interoperabilitas teknis yang memungkinkan prinsip berbagi konten dan
asesmen di antara beragam LMS?.
8. Standar H: Hak atas kekayaan intelektual dan hak cipta
Standar hak atas kekayaan intelektual dan hak cipta memastikan metadata objek
pembelajaran menyebutkan hak pemiliki dan syarat pemakaiannya. Evaluasi terhadap
standar hak atas kekayaan intelektual dan hak cipta mencakup apakah: (1) isu terkait hak
cipta atau hak atas kekayaan intelektual dari materi pembelajaran dinyatakan dengan jelas?

5 | Halaman
(2) jika konten dikembangkan dan dimiliki oleh individu atau organisasi, disertai lisensi
Creative Common? (3) Seluruh bahan yang dikutip, disitasi dengan benar sesuai salah satu
format sitasi standar?

Terhadap butir-butir kriteria tiap standar, evaluator cukup menilai keterpenuhan kriteria dalam 3
(tiga) tingkat, yakni: (1) sepenuhnya memenuhi kriteria, (2) sebagian sesuai kriteria, dan (3) tidak
memenuhi kriteria. Selain evaluasi opsi tertutup, evaluator juga dapat menambahkan catatan untuk
tiap-tiap kriteria.

NHS Shared Learning memberikan batasan bahwa objek yang dapat dievaluasi dengan 8 standar
meliputi, antara lain: dokumen teks sederhana, foto, klip video, citra 2 atau 3 dimensi, topik tunggal
dilengkapi dengan tujuan pembelajaran, dan paket pembelajaran daring. Standar B-E mungkin tidak
tepat apabila dipaksakan untuk mengevaluasi file sederhana, misalnya citra.

Evaluasi atas kualitas pembelajaran daring dilakukan dengan menetapkan 4 (empat) standar sebagai
acuan, yang terdiri atas standar A-D, meliputi:

1. Standar A: Konten
Evaluasi terhadap standar konten meliputi apakah: (1) tujuan pembelajaran dapat diukur
dan dinyatakan secara jelas apa yang akan diketahui atau dapat dilakukan oleh pembelajar
di akhir pembelajaran? (2) dilengkapi silabus atau rencana pembelajaran yang jelas? (3)
tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan konten dan jenjang keterampilan
pembelajar? (4) persyaratan pembelajaran (misalnya: alokasi waktu, cara komunikasi,
aktivitas pembelajaran, dan asesmen) konsisten dengan tujuan pembelajaran serta
dinyatakan dengan jelas? (5) isu terkait hak cipta dan hak atas kekayaan intelektual
dinyatakan secara jelas? (6) kebijakan mengenai proteksi data dinyatakan secara jelas bila
diperlukan, misalnya bila program pembelajaran mensyaratkan identifikasi pemakai? (7)
asesmen pembelajaran disertakan dan jawaban maupun penjelasannya tersedia? (8) konten
pembelajaran akurat, mutakhir, dan tidak bias? (9) literasi informasi umum dan
keterampilan komunikasi disertakan sebagai bagian integral dari paket pembelajaran? (10)
sumber belajar tersedia untuk membantu pembelajar mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan prasyarat sebelum memulai pembelajaran? (11) catatan dan sumber belajar
untuk instruktur disertakan?
2. Standar B: Desain Pembelajaran
Evaluasi terhadap desain pembelajaran, meliputi apakah: (1) rancangan pembelajaran
mencerminkan pemahaman yang jelas tentang kebutuhan pembelajar dan menyertakan
berbagai cara belajar untuk beragam jenjang penguasaaan (dari semenjana sampai pakar)?
(2) paket pembelajaran disusun dalam unit-unit pembelajaran? (3) unit pembelajaran
menyertakan penjelasan tentang tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran, dan sumber
belajar dalam unit tersebut? (4) pembelajaran melibatkan pembelajar dalam aktivitas yang
ditujukan untuk beragam gaya belajar? (5) penugasan tertulis sesuai dengan konten
pembelajaran dan pembelajar? (6) pembelajaran dirancang untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan yang akan bertahan lama? (7) pembelajaran mencakup aktivitas yang
melibatkan pembelajar dalam pembelajaran aktif? (8) pembelajaran menyediakan alur-
belajar alternatif (learning pathway) untuk menguasai konten berdasar kebutuhan
pembelajar? (9) paket pembelajaran memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk
dilibatkan dalam berfikir tingkat tinggi (higher-order thinking) termasuk pemecahan
masalah, pengembangan model mental, pembentukan opini? (10) desain pembelajaran
memungkinkan paket pembelajaran diadaptasi untuk mengakomodasi pembelajar
berkebutuhan khusus? (11) desain pembelajaran memberikan kesempatan bagi interaksi

6 | Halaman
antara pembelajar dengan fasilitator pembelajaran, termasuk umpan balik terkait kemajuan
pembelajar? (12) pembelajar memiliki akses terhadap informasi dan bahan ajar yang
memperkaya pembelajaran? (13) paket pembelajaran memberikan kesempatan bagi
pembelajar untuk memberikan umpan balik terhadap isi pembelajaran?
3. Standar C: Asesmen
Evaluasi atas standar asesmen, meliputi apakah: (1) strategi asesmen konsisten dengan
tujuan pembelajaran dan dinyatakan secara jelas? (2) struktur paket pembelajaran
mencakup metode dan prosedur untuk meng-assess penguasaan pembelajar atas tujuan
pembelajaran? (3) asesmen formatif dilakukan untuk memverifikasi kesiapan pembelajar
mengikuti tahapan pembelajaran berikutnya? (4) strategi asesmen menjadikan pembelajar
menyadari kemajuan belajarnya? (5) strategi asesmen cukup fleksibel untuk meng-ases
pembelajar dalam beragam cara,?(6) skema dan model pemeringkatan tersedia bagi tutor
untuk meng-ases pembelajar?
4. Standar D: Teknologi
Evaluasi atas standar teknologi, meliputi apakah: (1) arsitektur paket pembelajaran
memungkinkan tutor menambahkan konten, aktivitas, dan asesmen untuk memperluas
kesempatan belajar? (2) paket pembelajaran disusun dengan mematuhi standar
interoperabilitas teknis, memungkinkan berbagi konten dan asesmen di antara beragam
LMS? (3) paket pembelajaran mematuhi standar aksesabilitas W3C AA? (4) kebutuhan
perangkat keras, peramban, dan perangkat lunak dispesifikasikan dengan jelas? (5)
keterampilan teknologi yang dipersyaratkan dinyatakan dengan jelas? (4) navigasi dalam
pembelajaran mudah dilakukani? (6) penyedia paket pembelajaran memberikan bantuan
teknis dan pengelolaan pembelajaran?

Penjaminan Kualitas dalam SPADA Indonesia


SPADA Indonesia, atau Sistem Pembelajaran Daring Indonesia, adalah portal yang dimiliki
Kemenristekdikti untuk mengelola pembelajaran daring yang diselenggarakan oleh berbagai
perguruan tinggi di Indonesia. Kemenristekdikti bukanlah operator yang dapat menyelenggarakan
pembelajaran, sehingga yang dapat dilakukannya hanyalah menyediakan fasilitas atau sarana
menempatkan mata kuliah sedangkan penyelenggaranya adalah perguruan tinggi yang
menempatkan mata kuliah dalam portal SPADA Indonesia tersebut.

Sebagai penyedia fasilitas, Kemenristekdikti berperan memastikan bahwa mata kuliah yang ada di
portal SPADA Indonesia adalah mata kuliah yang telah dijamin kualitasnya. Prosedur pengajuan mata
kuliah untuk dapat ditempatkan dalam portal SPADA Indonesia ditunjukkan pada alur kerja berikut
ini (Anonim, 2016).

1. Pengusul membuat objek pembelajaran dan menyusunnya dalam bentuk mata kuliah daring
dalam LMS di portal SPADA Indonesia maupun di LMS perguruan tingginya sendiri.
2. Perevieu melakukan evaluasi atas tiap-tiap objek pembelajaran yang ada dalam mata kuliah
daring tersebut, dan penempatannya dalam konteks strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, urutan penyajian, dan aspek-aspek pedagogis lainnya.
3. Hasil evaluasi menjadi informasi bagi pengelola portal SPADA Indonesia untuk menerima
mata kuliah daring yang diusulkan atau meminta perbaikan pada pengusul.

Jadi, yang dirancang oleh pengusul adalah objek pembelajaran dan penataannya dalam LMS. Sebagai
sebuah rencana pembelajaran, penataan objek pembelajaran dalam LMS tentu saja disertai pesan-
pesan pembelajaran (learning messages) dan alur pembelajaran (learning path). Dengan demikian,

7 | Halaman
selain evaluasi kualitas intrinsik objek pembelajaran, dapat dilakukan juga evaluasi kualitas
kontekstual secara terbatas, bersifat potensial karena belum dilaksanakan.

Pereviu yang mendapatkan tugas untuk mengevaluasi mata kuliah akan melihat dan menelusuri
objek pembelajaran dan penataan di dalam LMS. Selain menilai kualitas intrinsik masing-masing
objek pembelajaran, pereviu juga melakukan penilaian atas kualitas kontekstual objek pembelajaran
yang telah ditempatkan dalam LMS dan ditata dengan menambahkan pesan pembelajaran (learning
message) dan alur pembelajaran (learning path). Pesan pembelajaran dapat berupa sapaan, arahan,
pernyataan mengenai tujuan pembelajaran, dan pesan-pesan serupa yang dimaksudkan untuk
memberikan arahan mengenai apa yang harus dikerjakan peserta pembelajaran terkait dengan
kegiatan pembelajaran daring. Alur pembelajaran umumnya tergambarkan dalam bentuk peta
kompetensi, yang menjelaskan kompetensi apa yang menjadi prasyarat atau yang lebih dulu dikuasai
daripada kompetensi lain.

Instrumen untuk menilai kualitas objek pembelajaran SPADA Indonesia terdiri atas 6 indikator
dengan skala skor 1-4 dan instrumen identifikasi kelengkapan komponen mata kuliah daring SPADA
Indonesia.

Gambar 1. Instrumen Evaluasi Kualitas Konten SPADA Indonesia

8 | Halaman
Dari 6 indikator, 2 indikator yakni indikator nomor 3 (yakni “Ragam objek pembelajaran (teks,
gambar, audio, video, animasi, simulasi) yang dipilih tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakter
capaian pembelajaran”) dan indikator nomor 6 (yakni “Tampilan visual jelas, teks mudah dibaca,
grafik dan chart diberi label memadai dan bebas gangguan visual”) yang menggambarkan kualitas
intrinsik objek pembelajaran.

Terhadap mata kuliah yang akan disajikan secara dalam jaringan dilakukan pula identifikasi terhadap
komponen-komponen yang harus ada. Keberadaan komponen-komponen pembelajaran ini
dimaksudkan sebagai sarana untuk menjamin validitas tampilan pembelajaran daring. SPADA
Indonesia mempersyaratkan keberadaan komponen-komponen berikut ini.

1. Identitas mata kuliah, perlu diberikan karena mata kuliah dalam SPADA Indonesia dirancang
untuk diikuti oleh mahasiswa dari seluruh Indonesia. Identitas mata kuliah ini mencakup:
nama mata kuliah, kode mata kuliah, beban SKS, jenjang pendidikan, dan nama perguruan
tinggi.
2. Identitas dosen dan tutor. Informasi mengenai dosen dan tutor yang perlu diberikan
mencakup nama, foto diri, alamat email dan/atau nomor ponsel, dan profil diri (akademik)
dosen.
3. Salam pembuka, merupakan sapaan di awal babak pembelajaran untuk mengkomunikasikan
berbagai hal terkait aktivitas pembelajaran. Dalam bagian ini, dapat diinformasikan
mengenai tujuan atau capaian pembelajaran (baik dengan cara diuraikan langsung atau
dengan menautkan dokumen perangkat pembelajaran).
4. Deskripsi matakuliah, mencakup penjelasan mengenai relevansi mata kuliah terhadap
kepentingan mahasiswa (dalam konteks program studi), kemanfaatan mata kuliah, capaian
pembelajaran yang dibebankan pada mata kuliah (dikaitkan dengan capaian pembelajaran
program studi), dan petunjuk mengenai cara belajar peserta pembelajaran.
5. Kompetensi, berisi peta kompetensi pada mata kuliah dan level capaiannya berdasarkan
taksonomi Bloom.
6. Jadwal/Durasi perkuliahan, berisi penjelasan mengenai durasi pembelajaran tiap babak
(yakni waktu yang diperkirakan diperlukan oleh peserta pembelajaran untuk mempelajari
materi dalam satu babak tersebut). Jadwal interaksi sinkron dan waktu-waktu penting dalam
aktivitas pembelajaran perlu disertakan.
7. Rencana babak, merupakan garis besar program pembelajaran atau dapat juga dalam
bentuk peta program yang memberikan gambaran mengenai pembabakan, jenis objek
pembelajaran yang digunakan, serta aktivitas pembelajarannya
8. Rencana asesmen, mencakup rencana perangkat asesmen dan waktu pelaksanaannya,
dalam bentuk keberadaan tugas, latihan, kuis, ujian tengah semester, dan ujian akhir
semester.
9. Bahan setiap babak, berisi informasi yang diberikan dalam setiap babak, meliputi: info awal
(misalnya berupa sinopsis/ringkasan isi, pesan pembelajaran atau pemandu belajar), bahan
bacaan, tautan ke sumber lain, slide, video, animasi, latihan, tugas, kuis.
10. Strategi interaksi, berisi penjelasan dan fasilitas yang telah disiapkan dalam LMS untuk
berinteraksi dengan mahasiswa, mencakup forum diskusi, chat/vicon, Kerja kelompok,
unggah tugas, pengumuman.
11. Referensi, berisi daftar referensi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Khusus
untuk referensi daring, perlu dilengkapi dengan URL sehingga peserte pembelajaran dapat
mengaksesnya.
12. Daftar istilah (Glosarium), berisi definisi mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam
pembelajaran

9 | Halaman
13. UAS (Ujian Akhir Semester), berisi penjelasan mengenai rancangan dan/atau keberadaan
soal ujian akhir semester
14. UTS (Ujian Tengah Semester), berisi penjelasan mengenai rancangan dan/atau keberadaan
soal ujian tengah semester
15. Evaluasi matakuliah, berisi penjelasan mengenai keberadaan kuesioner pasca pembelajaran
sebagai sarana meminta umpan balik dari siswa.

Pemeriksaan mengenai keberadaan komponen-komponen pembelajaran daring yang telah disiapkan


dalam LMS dimaksudkan untuk menjamin validitas tampang pembelajaran daring. Keberadaan
komponen-komponen pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan pembelajar dan evaluator
program membuat penilaian kualitas kontekstual pembelajaran daring berdasarkan pada
pemanfaatan fasilitas-fasilitas LMS secara efektif dan efisien.

Simpulan
Pembelajaran daring yang diselenggarakan melalui portal Sistem Pembelajaran Daring (SPADA)
Indonesia dievaluasi berdasarkan kriteria kualitas intrinsik dan kualitas kontekstual objek
pembelajaran. Instrumen yang digunakan merupakan adaptasi dari instrumen yang digunakan untuk
menilai kualitas objek pembelajaran dalam repositori Merlot maupun instrumen LORI. Selain itu,
SPADA Indonesia menyertakan juga daftar cek komponen-komponen pembelajaran daring sebagai
cara untuk menjamin validitas tampilan (face validity).

Daftar Pustaka
Anonim. 2014. Panduan Pengembangan Objek Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan.

Nesbit, J., Belfer, K., & Leacock, T. 2004 Learning Object Review Instrument (LORI) User Manual.
Retrieved August, 19, 2017 from
http://www.transplantedgoose.net/gradstudies/educ892/LORI1.5.pdf

Nesbit, J., Belfer, K. & Vargo, J. 2002. A Convergent Participation Model for Evaluation of Learning
Objects. Canadian Journal of Learning and Technology Volume 28(3) Fall / automne, 2002

NHS Shared Learning. 2009. Quality Assurance Checklists for Evaluating Learning Objects and Online
Courses. [Daring]. URL:
https://www.knowledge.scot.nhs.uk/media/4088630/quality_assurance_checklists.pdf.
Diunduh pada 12 Agustus 2017

Norwegian Centre for ICT in Education. Tanpa Tahun. Quality Criteria for Digital Learning Resources.
[Daring]. URL:
https://iktsenteret.no/sites/iktsenteret.no/files/attachments/quality_criteria_dlr.pdf.
Diunduh pada 17 Agustus 2017

10 | Halaman

Anda mungkin juga menyukai