Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS MATERI UNTUK PROBLEM BASED LEARNING

Nama Mahasiswa : SULISTYORINI


Kelompok Mapel : PGMI
Judul Modul : Evaluasi Pembelajaran
Judul Masalah : Belum Maksimalnya Penerapan Asesmen Nasional
Dalam Suatu Pendidikan

No. Komponen Analisi Deskripsi Langkah yang Relevan


1. Identifikasi Masalah (berbasis 1. Bagaimana cara mendesain instrumen asesmen sikap
masalah yang ditemukan di peserta didik dalam proses pembelajaran yang
lapangan). berbasis PBL (Problem Based Learning)?
2. Mengapa pemilihan model PBL sebagai model
pembelajaran yang digunakan dalam instrumen
asesmen peserta didik?
3. Bagaimana model pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik (student centered oriented) dan sesuai
dengan kurikulum 2013 yang menuntut agar peserta
didik aktif dalam proses pembelajaran?
4. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab kinerja
guru di satuan pendidikan harus menerapkan desain
instrumen asesmen bagi peserta didik dalam proses
pembelajaran berbasis PBL? pada pengembangan
keterampilan abad 21.

2. Penyebab Masalah (dianalisis apa Penyebab kinerja guru di satuan pendidikan


yang menjadi akar masalah yang harus menerapkan desain instrumen asesmen bagi
menjadi pilihan masalah) peserta didik dalam proses pembelajaran berbasis
PBL , yaitu:
1. Mengetahui kelayakan, keefektifan dan kepraktisan
dari instrumen asesmen peserta didik berbasis model
PBL (Problem Based learning) dalam proses
pembelajaran.
2. Kelayakan instrumen diketahui dengan melakukan
telaah pakar/validasi ahli, uji coba kelompok kecil
dan uji coba lapangan.
3. Keefektifan dan kepraktisan instrumen diperoleh dari
implementasi instrumen di sekolah oleh pendidik.

3. Solusi a. Pendekatan / metode penyelesaian masalah


a. Dikaitkan dengan teori/dalil (konsep/ teori/dalil atau hasil penelitian) yang
yang relevan. relevan.
b. Sesuaikan dengan Langkah/ 1. Pengertian Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
prosedur yang sesuai dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan
masalah yang akan dipecahkan. penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan
oleh semua siswa untuk mampu mengembangkan
kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada
masyarakat.
2. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur
AKM, yaitu literasi membaca dan literasi
matematika (numerasi). Baik pada literasi membaca
maupun numerasi, kompetensi yang dinilai
mencakup keterampilan berpikir logis- sistematis,
keterampilan bernalar menggunakan konsep dan
pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan
memilah serta mengolah informasi.
3. AKM menyajikan masalah-masalah dengan beragam
konteks yang diharapkan mampu diselesaikan oleh
siswa dengan menggunakan kompetensi literasi
membaca dan numerasi yang dimilikinya.
4. AKM dimaksudkan untuk mengukur kompetensi
secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten.
Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan
untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi,
merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk
mengembangkan kapasitas individu sebagai warga
Indonesia dan warga dunia serta untuk dapat
berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.
5. Literasi Numerasi adalah kemampuan berpikir
menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-
hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk
individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia.
6. Tujuan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen
penting, yaitu tujuan pembelajaran yang menetapkan
tentang kompetensi apa yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa, proses pembelajaran yang
menetapkan tentang bagaimana cara untuk mencapai
tujuan yang diharapkan, dan asesmen yang hasilnya
dapat menggambarkan kompetensi apa yang sudah
dicapai dari tujuan tersebut. Asesmen dilakukan
untuk mendapatkan informasi mengenai capaian
siswa terhadap kompetensi yang diharapkan.
7. Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk
menghasilkan informasi yang memicu perbaikan
kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pelaporan
hasil AKM dirancang untuk memberikan informasi
mengenai tingkat kompetensi siswa, sehingga dapat
dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk
menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan
berkualitas sesuai dengan tingkat capaian siswa.
Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat
diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan
memperhatikan tingkat capaian siswa akan
memudahkan siswa menguasai konten atau
kompetensi yang diharapkan pada suatu mata
pelajaran.
8. Hasil utama dari penelitian pengembangan ini adalah
instrumen asesmen peserta didik dalam proses
pembelajaran biologi berbasis PBL (Problem Based
Learning). Instrumen yang dihasilkan terdiri dari
cover instrumen, kisikisi instrumen, pengantar dan
petunjuk, lembar instrumen asesmen, dan rubrik
instrumen asesmen peserta didik.
9. Berikut hasil pada tahap prosedur penelitian:
1. Kelayakan Instrumen
2. Efektifitas Instrumen
3. Praktikalitas Instrumen
10. analisis data kelayakan, keefektifan, dan kepraktisan
instrumen:
a. Kelayakan instrumen
b. Keefektifan Instrumen
c. Praktikalitas Instrumen
b. Langkah/prosedur (konsep/ teori/dalil atau hasil
penelitian) relevan dalam menyelesaikan
masalah.
1. Untuk membangkitkan motivasi belajar peserta
didik perlu adanya pendekatan yang khusus untuk
mengetahui karakteristik dan kondisi peserta didik.
2. Guru harus mampu mengasah keterampilan dan
meningkatkan motivasi belajar siswa untuk dapat
mengatasi tantangan global, dengan meningkatkan
ketrampilan berpikir kritis, kemampuan
berkomunikasi secara efektif, berinovasi dan
problem solving melalui kolaborasi pembelajaran.
3. Pesatnya perkembangan teknologi menjadikan guru
tidak hanya bertugas transfer knowledge kepada
peserta didik dengan metode klasikal saja akan tetapi
guru dituntut untuk mampu menguasai IT agar dapat
menerapkan strategi pembelajaran yang update
dalam pembelajaran sehingga memudahkan siswa
dalam memahami materi.
4. Madrasah tetap berusaha semampu dan semaksimal
mungkin untuk meminjam laptop- laptop untuk
pelaksanaan AKMI. Baik itu pinjam dari pihak guru
maupun wali peserta didik atau dari rekanan (pihak
ketiga)
5. Pemerintah dalam hal ini di tahun-tahun mendatang
perlu menganggarkan dana khusus untuk
mendukung sarana dan prasarana AKMI di
madrasah-madrasah. Terutama di madrasah
Ibtidaiyah, dimana masih sangat minim ketersediaan
computer ataupun laptop.

Anda mungkin juga menyukai