Anda di halaman 1dari 15

OXYGEN / AIR FUEL SENSORS

ECM memanfaatkan sensor oxygen untuk meyakinkan bahwa rasio udara


dan bahan bakar berada pada angka yang benar sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh kemampuhan catalytic converternya. Didasarkan pada
sinyal keluaran sensor oxygen inilah ECM mengatur jumlah pasokan bahan
baker yang diinjeksikan saluran udara masuk untuk selanjutnya dicampur
dengan bahan baker.
Ada beberapa jenis sensor oxygen, tapi hanya dua jenis yang sering dipakai,
yaitu:
 Sensor oxygen narrow range, yang merupakan jenis lama, singkatnya
disebut oxygen sensor.
 Sensor oxygen wide range, yang merupakan jenis baru, disebut juga
sensor air/fuel ratio (A/F).
Kendaraan dengan standard OBDII memerlukan dua sensor oxygen: satu dipasang
sebelum dan satu lagi dipasang sesudah catalytic converter. Oxygen sensor yang
dipasang sebelum catalytic converter dipakai oleh ECM untuk mengatur rasio udara dan
bahan bakar (A/F). Sensor ini di dalam terminology OBDII sering disebut sensor-1. Pada
mesin jenis V satu sensor disebut sebagai Bank I sensor-1 dan lainnya disebut Bank 2
sensor-1. Sensor oxygen yang dipasang setelah catalytic converter dipakai oleh ECM
untuk menentukan tingkat efisiensi dari catalytic converter. Sensor ini sering disebut
sensor 2. Dengan dua buah catalytic converter, satu sensor akan ditempatkan pada
Bank 1 sensor 2 dan yang lainnya sebagai Bank 2 sensor 2.
Oxygen Sensor
Merupakan komponen yang awet, komponennya terdiri dari bahan
zirconia (zirconium dioxide), elektroda berbahan platinum, dan sebuah
elemen pemanas. Sensor oxygen menghasilkan sebuah sinyal
tegangan yang didasarkan pada jumlah kandungan oxygen pada
saluran exhaust dibandingkan dengan oxygen atmospheric. Elemen
zirconia memiliki dua sisi berlawanan yang satu sisi mengarah ke
saluran exhaust dan yang lain mengarah ke atmosphere luar. Masing-
masing sisi memiliki sebuah elektroda berbahan platinum yang
menempel pada elemen zirconianya.

Elektroda platinum menghubungkan tegangan yang dihasilkan, suatu


kerugian besar apabila terjadi korosif pada elektroda platinum atau
elemen zirconianya di mana dia akan mereduksi sinyal tegangan
keluaran yang dihasilkan.

Cara Kerja:
Ketika oxygen exhaust berkadar tinggi, tegangan keluaran sensor oxygen
akan rendah. Ketika oxygen exhaust berkadar rendah, tegangan keluaran
sensor oxygen akan tinggi. Perbedaan yang tinggi dalam kandungan oxygen
antara saluran exhaust dan atmospheric memperbesar sinyal tegangan.
Berdasarkan kandungan oxygen inilah, ECM dapat menentukan jika A/F rasio dalam
keadaan gemuk atau kurus, dan dia akan mengaturnya sesuai dengan yang
disetingnya. Sebuah campuran bahan bakar yang gemuk hamper menghabiskan semua
kandungan oxygen, oleh karena itu tegangan sinyalnya menjadi tinggi, berada antara
0,6 – 1,0 volt. Sebuah campuran bahan bakar kurus mengahsilkan lebih banyak oxygen
setelah pembakaran dibandingkan dengan campuran gemuk, oleh sebab itu sinyal
tegangannya rendah, antara 0,4 – 0,1 volt. Dalam stoichiometric ratio terbaik untuk
bahan bakar (A/F) adalah 14,7 : 1, tegangan keluaran sensor oxygen akan mendekati
level 0,45 volt.

Perubahan yang kecil dalam A/F dari titik stoichiometricnya akan secara
radikal mengubah sinyal tegangan keluaran. Sensor oxygen jenis ini
seringkali disebut sebagai narrow range sensor karena dia tidak dapat
mendeteksi perubahan yang kecil dari kadar oxygen di dalam saluran
exhaust yang dihasilkan oleh adanya perubahan dalam campuran A/F.
ECM akan terus menambahkan dan mengurangkan pada pasokan
bahan baker sesuai dengan siklus kondisi campurannya gemuk atau
kurus. Pembahasan lebih rinci akan dielaskan pada materi Closed Loop
Fuel Control.
Catatan khusus: Bayangkan bahwa sensor oxygen sebagai sebuah
sakelar. Suatu saat A/F berada pada stoichoimetry (14,7:1) kemudian
sensor berubah ke kondisi gemuk atau kurus.

Sensor oxygen akan mengahsilkan sinyal yang akurat hanya pada temperatur
Kerja 400’C (7500’F). Untuk mempercepat pemanasan dan menjaga agar tetap
pana dalam kondisi stasioner dan pada saat ada beban lampu, maka sensor
oxygen dilengkapi dengan sebuah elemen pemanas yang secara built-in id
dalamnya. Pemanas ini dikendalikan oleh ECM, Informasi lengkap selanjutnya
dapat anda baca secara lengkap pada bagian Pengatur Pemanas sensor oxygen.

Sensor Air/Fuel Ratio


Sensor A/F memiliki kesamaan dengan sensor oxygen narrow range.dalam
fungsinya, hanya memiliki perbedaan dalam kontruksi dan karakteristik
operasinya. Sensor A/F disebut juga sensor wide range atau wide ratio sensor
karena didasarkan pada kemampuhannya untuk mendeteksi rasio A/F dalam
jangkauan yang lebar.
Keuntungan pemakaian sensor A/F ini adalah bahwa ECM dapat lebih akurat
mengukur pengurangan emisi gas buang, kelebihan sensor A/F adalah:

 Dapat beroperasi pada temperatur 650'C (1200'F), lebih tinggi dari


temperatur kerja oxygen sensor yang hanya 400'C (750'F).
 Meneluarkan arus keluaran yang sesuai dengan jumlah dari kadar oxygen
yang terdapat pada saluran exhaust.
Cara Kerja:
Sebuah rangkaian pendetteksi di dalam ECM akan mendeteksi perubahan
dan kekuatan dari aliran arus dan mengubahnya ke dalam suatu tegangan
yang relative proporsional dengan kandungan oxygen di dalam saluran
exhaust.
Catatan:
Sinyal tegangan ini hanya dapat diukur dengan menggunakan Diagnostic Tester
atau OBDII compatible scan-tool. Apabila diukur secara langsung pada keluaran
kabelnya arus keluaran sensor A/F tidak dapat secara akurat. Jika sebuah OBDII
dipakai maka lihatlah nilai-nilai konversi yang diberikan dalam setiap repair
manualnya, untuk setiap perbedaan dari sinyal tegangan.

Sensor A/F dirancang khusus dan hanya berada pada stoichiometriy, tidak akan
ada aliran arus dan tegangan di luar itu, rangkaian pendeteksinya adalah 3,3 volt.
Suatu campuran gemuk, di mana hanya meninggalkan oxygen sisa pembakaran
yang sedikit akan menghasilkan sebuah aliran arus negative kemudian rangkaian
deteksi akan menghasilkan tegangan tegangan di bawah 3,3 volt. Sebaliknya
sebuah campuran yang kurus, yanga mana menyisakan lebih banyak kandungan
oxygen di dalam saluran exhaust, akan menghasilkan suatu aliran arus positif dan
rangkaian deteksi akan menghasilkan sebuah tegangan diatas 3,3 volt.
Catatan:
Sinyal tegangan keluaran dari sensor A/F adalah berlawanan dengan
sinyal yang dihasilkan oleh sebuah sensor oxygen jenis narrow range.
Tegangan keluaran yang melalui rangkaian deteksi akan meningkat
sebagai akibat campuran yang kurus.

Sinyal tegangan juga secara proporsional mengubah campuran ratio


air/fuelnya. Hal ini mebantu sekali ECM untuk lebih akurat menentukan
secara pasti besaran bahan bakar agar berada pada titik stoichoimetric.
Kelebihan ini tidak mungkin dihasilkan oleh sensor oxygen jenis narrow
range. Dengan memakai sebuah sensor A/F, ECM tidak perlu lagi
mengikuti ciklus gemuk-kurus.

HINT
Bayangkanlah bahwa sebuah sensor A/F itu bagaikan sebuah generator
yang dapat mengubah polaritas. Ketika campuran bahan bakar gemuk
(kandungan oxygen tinggi pada saluran exhaust), Sensor A/F
mengenerate arus dengan arah negative (-). Jika campuran berubah
kurus (kandungan oxygen rendah pada saluran exhaust), Sensor A/F
mengenerate arus dalam arah yang positif (+). Pada titik stoichoimetric
tidak ada arus yang degenerate.
Rangkaian deteksi selalu mengukur arah dan banyaknya arus yang
dihasilkan. Hasilnya adalah bahwa ECM mengetahui secara pasti
seberapa gemuk atau kurus campuran yang terjadi dan seberapa cepat
koreksi A/F dapat dilakukan dari sensor oxygen. Oleh sebab itu tidak
ada siklus dan biasanya berkisar 3,3 volt.

Diagnosa Sensor Oxygen


Ada beberapa factor yang dapat berpengaruh pada fungsi-fungsi normal sebuah
sensor oxygen. Hal ini penting untuk memisahkan kerusakan sensor oxygen
akibat dirinya sendiri atau adanya factor dari luar.

Sebuah oxygen sensor yang sudah terkontaminasi tidak akan menghasilkan suatu
tegangan yang dikehendaki dan tidak akan berubah sempurna dalam
pengukurannya. Sensor dapat terkontaminasi dari engine coolant, cairan pelumas,
bahan-bahan additive gasket, dan bahan additive bahan bakar yang salah. Dalam
kasus sensor oxygen yang terkontaminasi sensor bisa dikatakan limbung, karena
memerlukan waktu yang lama sekali untuk berubah dari kondisi gemuk ke kondisi
kurus atau sebaliknya. Hal ini akan mempengaruhi emisi gas buang dan
menimbulkan masalah pada kemampuhan pengendaraan.

Faktor-faktor seperti, kebocoran vacuum, kebocoran EGR, kebocoran fuel


pressure adalah faktor-faktor yang seringkali menimbulkan pengaruh pada kinerja
sebuah sensor oxygen.
Hal yang penting lain adalah bahwa kondisi rangkaian pemanas
seharusnya terus dijaga agar tetap berada pada kondisi terbaik, harus
terhindar dari kondisi, putus, hubungsingkat. Karena semuanya akan
menghasilkan sinyal tegangan yang salah.

Dalam banyak kasus, DTC atau pengecekan dasar akan sangat


membantu untuk melokalisir masalah yang terjadi.

Oxygen Sensor Heater


Fungsi:
Untuk memanaskan sensor oxygen dan memelihara suhu disekitarnya
agar dalam hal mengirimkan sinyal tegangan keluaran yang akurat dan
cepat.
Pemakaian:
Sebuah komponen Positive Themperature Coeficient (PTC) Resistor
dipakai sebagai elemen pemanas di dalam sensor oxygen guna
mempercepat pemanasan akibat adanya arus yang melaluinya. ECM
menghidupkan rangkaian pemanas ini berdasarkan tingginya
temperatur mesin dan beban mesin (yang diambil dari sinyal hasil
pengukuran MAF atau MAP sensor). Besarnya arus yang diperlukan
untuk pemanasan ini sekitar 2 ampere.
Nilai resistansi elemen pemanas dapat diukur menggunakan sebuah
Ohmmeter. Semakin tinggi temperatur elemen semakin besar nilai
resistansinya.

Rangkaian pemanas sensor oxygen selalu dimonitor oleh ECM untuk


menjaga dia tetap beroperasi. Jika ditemukan adanya malfunction,
rangkaian secara otomatis dimatikan, dalam kondisi ini sensor oxygen
akan menghasilkan sedikit atau tidak sama sekali tegangan dan sangat
boleh jadi mengindikasikan DTC P0125.
Air/Fuel Ratio Sensor Heater
Pemanas ini berfungsi sama dengan pemanas yang dipakai pada heater sensor
oxygen, tetapi ada beberapa perbedaan penting yang peru dicatat. Mesin yang
menggunakan dua buah sensor A/F memakai sebuah relay, biasa disebut Relay
A/F, yang mana dia akan hidup secara simultan dengan relay EFI. Rangkaian
pemanas ini mampu membawa hingga 8 ampere (bandingkan dengan 2 ampere
pada pemanas sensor oxygen) guna menghasilkan panas tambahan yang
diperlukan oleh sensor A/F.

Rangkaian pemanas ini adalah rangkaian duty ratio yang dikontrol secara PWm.
Ketika dingin, ratio duty akan tinggi, dan begitu sebaliknya. Rangkaian selalu
dimonitor guna meyakinkan bahwa dia selalu berada pada operasi yang benar.
Jika ada ketidaknormalan terjadi, maka rangkaian otomatis dimatikan dan sensor
A/F tidak akan beroperasi dalam kondisi ini dan diset sebuah DTC P0125.

Diagnosa Pemanas Air/Fuel Ratio Sensor


Sama dengan diagnosa yang dipakai pada pemanas sensor oxygen,
sejak sensor A/F memerlukan panas yang lebih, pemanas akan hidup
untuk periode yang panjang dan biasanya hidup selama kondisi normal
berkendara. Karena rangkaian pemanas membawa arus yang banyak,
dia sangat kritis pada setiap titik sambungannya harus dijaga agar tetap
dalam kondisi yang baik dan tanpa hambatan.

Elemen Sensor Oxygen jenis Titania


Sensor ini berisi sebuah elemen semiconductor yang terbuat dari bahan
Titanium dioxide (TiO2, yang mana seperti halnya ZrO2, dia merupakan
jenis keramik). Sensor ini memakai sebuah elemen titania lapisan tebal
yang dibentuk pada pelindung depan dari lapisan substratnya untuk
mendeteksi konsentrasi oxygen dalam gas buangnya.
Cara Kerja:

The properties of titania are such that its resistance changes in accordance with
the oxygen concentration of the exhaust gas. This resistance changes abruptly at

the boundary between a lean and a rich theoretical air/fuel ratio, as shown in the
graph. The resistance of titania also changes greatly in response to changes in
temperature. A heater is, thus built into the laminated substrate to keep the
temperature of the element constant

This sensor is connected to the ECM as shown in the following circuit diagram. A 1.0
volt potential is supplied at all times to the 0" positive (+) terminal by the ECM. The ECM
has a builtin comparator that compares the voltage drop at the Ox terminal (due to the
change in
resistance of the titania) to a reference voltage (0.45 volts). If the result shows that the
Ox voltage is greater than 0.45 volts (that is, if the oxygen sensor resistance is low), the
ECM judges that the air/fuel ratio is rich. If the 0, voltage is lower than 0.45 volts (oxygen
sensor resistance high), it judges that the air/fuel ratio is lean
TUGAS
NAME: ___________________________

1. What is the purpose and function of an Oxygen Sensor?

2. Explain in detail the operation of the Zirconium Oxygen Sensor

3. Explain in detail how the PCM (ECM) uses the O2 sensor information.

4. Draw an scope pattern of a properly functioning O2 sensor.

5. Explain in detail the test procedure for an zirconium O2 Sensor.

6. Explain in detail the operation of the Air Fuel Ration Sensor.


7. Explain in detail the test procedure for an Air Fuel Ration Sensor.

8. Explain how the heater circuit is controlled in an Air Fuel Ratio Sensor

9. Explain in detail the operation of the Titania Oxygen Sensor.

Anda mungkin juga menyukai