Askep Anemia
Askep Anemia
KELOMPOK III :
1. RINI ANGGRAINI
2. BAIQ HILDA SEPTIANA
3. HURIAH
4. NIDA ANKHAFIA MARYAM
5. ZURNAUMI
6. RAHMA YUNINGSIH
2.1.2 Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan tersendiri (disease entity), tetapi merupakan
gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease).
Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya :
1. Anemia Pasca Pendarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan perdarahan atau yang menahun seperti pada penyakit
cacingan.
2. Anemia Defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.
3. Anemia Hemolitik
Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena :
1) Factor Intrasel
Misalnya talasemia, hemoglobinopati (talasemia HbE, sickle cell
anemia), sferositas, defisiensi enzim eritrosit (G – 6PD,
piruvatkinase, alutation reduktase).
2) Factor Ekstrasel
Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis
(inkompatibilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada
transfuse darah).
4. Anemia Aplastik
Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sum sum tulang
(kerusakan sumsum tulang).
2.1.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan
penyebabnya, yaitu :
1. Anemia aplastik sumsum tulang dan terapi immunosupresif
dengan antithimocyte globin (ATG) yang diperlukan melalui jalur
sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi
sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan
transfuse RBC rendah leukosit dan platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialysis harus ditangani denngan pemberian besi dan
asam folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin
rekombinan.
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk anemianya. Dengan menangani
kelainan yang mendasariya, maka anemia akan terobati dengan
sendirinya.
4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi
diberika sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah darah
diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr % .
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin
B12, bila difisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak
tersedianya factor intrinsic dapat diberikan vitamin B12
dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12
harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia
pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Pada aemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5
mg/hari.
d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan
absorbs, penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari secara IM.
6. Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan
darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja
yang tersedia.
7. Anemia hemolitik
Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang
hemolisis.
2.1.6 masalah yang lazim muncul
1. ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan
transfer oksigen keparu.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perfusi jaringan perifer b.d
penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake yag kurang, anoreksia.
4. Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung
5. Difisit perawatan diri b.d kelemahan fisik
6. Resiko infeksi b.d penurunan hemoglobin
7. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, proses metabolism yang terganggu
2.1.7 discharge planning
1. Menjalani diet dengan gizi seimbang
2. Asupan zat besi yang terlalu berlibihan bisa membahayakan yang
menyebebkan sirisis, kardiomiopati, diabetes, dan kangker jenis
tertentu. Suplemen zat besi hanya boleh dikonsumsi atas anjuran
dokter.
3. Makan-makanan yang tinggi asam folat dan vitamin B12, seperti
ikan, produk susu, daging, kacang-kacangan, sayuran berwarna
hijau tua, jeruk, dan biji-bijian.
4. Batasi minum alcohol dan pada ibu hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi suplemen asam folat untuk mencegah terjadinya
anemia defisiesi asam folat.
5. Pastikan untuk menggunakan sepatu atau sandal untuk
menghindari resiko kecacingan.
6. Hindari pemeparan berlebihan terhadap minyak, insektisida, zat
kimia da zat toksik lainnya karena juga dapat menyebabkan
anemia.
7. Konsultasi kembali jika gejala anemia menetap dan untuk
mengetahui factor penyebab.
8. Ajarkan kepada orang tua tentang cara-cara melindungi anak dari
infeksi.
9. Kenali tanda-tanda komplikasi
2.1.8 Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang
tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyababkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel
fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati
dan limfa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan
memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal, ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1.5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran
dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat
untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal kedalam urin (hemoglobinuria).
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan
banyak darah yang kronik. Pada bayi hal ini terjadi karena perdarahan
usus kronik yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak
tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1
– 7 ml dari saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia
defisiensi zat besi. Pada remaja puteri anemia defisiensi zat besi juga
dapat terjadi karena menstruasi.
Aplasia yang hanya mengenai system eritropoetik disebut
eritroblastopenia (anemia hipoplastik) yang mengenai system
trombopoetik disebut agranulositosis (penyakit Schultz), dan yang
mengenai system trombopoetik disebut amegakariositik
trombositopenik purpura (ATP). Bila mengenai ketiga system disebut
panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia aplastik.
Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia
megaloblastik. Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis
DNA dan RNA, yang paling penting sekali untuk metabolisme inti sel
dan pematangan sel.
2.2 KONSEP KEPERAWATAN
2.2.1 PENGKAJIAN
DAFTAR PUSTAKA