Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan gejala infeksi. Ada pula
yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang disertai adanya mikroorganisme
patogenik pada urine, uretra, kandung kemih, atau ginjal.

Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua
umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua
jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umu, kurang lebih
5 – 15 %.

Infeksi dapat terjadi melalui penyebaran hematogen (neonatus) atau secara asending
(anak-anak). Pada anak besar biasanya bakteri berasal dari tinjanya sendiri yang menjalar
secara asending sampai ke kandung kemih, ureter atau ke parenkim ginjal. Patogenesis
infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung dari banyak faktor seperti faktor
pejamu (host) dan faktor organismenya. Adanya kelainan kongenital traktus urinarius
terutama yang bersifat obstruktif dan refluks merupakan faktor predisposisi timbulnya ISK.
Faktor predisposisi lainnya yaitu batu saluran kemih, pemasangan kateter kandung kemih,
stasis urin karena obstipasi, tumor, neurogenic bladder dan lain-lain.

Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai
anti bakteri. Robeknya lapisan ini dapat menyebabkan bakteri dapat melekat, membentuk
koloni pada permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan selanjutnya terjadi peradangan.
Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis
cairan (films of fluid), apalagi bila ada refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila
hanya buli buli yang terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika
urinaria, akibatnya rasa ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali
(frequency), sakit waktu miksi (dysuri). Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradang
dan perdarahan (hematuria).

Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medula ginjal dapat
rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi ginjal. Pada
pielonefritis akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal dapat
membengkak, infiltrasi lekosit polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsi
ginjal dapat terganggu. Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri atau
zat mediator toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan parut ginjal (renal
scarring).

Berdasarkan bagian sistem saluran kemih yang terinfeksi, infeksi saluran kemih (ISK) terbagi
menjadi dua, yaitu ISK bagian bawah dan ISK bagian atas.

ISK bawah : uritritis, cistitis (infeksi seperfisialis vesika urinaria), prostatis dengan
gejala berupa:

 Nyeri atau perih saat buang air kecil

 Rasa ingin selalu buang air kecil dan tidak bisa ditahan

 Rasa tidak nyaman dan nyeri pada perut bagian bawah

 Seperti ada tekanan pada panggul

 Bau urine yang sangat menyengat

 Warna urine yang keruh, bahkan kadang-kadang bercampur darah

 Badan terasa lelah, tidak enak, dan nyeri

 Perasaan bahwa urine tidak sepenuhnya keluar setelah selesai kencing

ISK atas : pielonefritis (proses inflamasi ginjal ), abses ginjal

dengan gejala-gejala berupa:

 Demam

 Tubuh terasa dingin dan kadang menggigil

 Mual dan muntah


 Nyeri pada bagian pinggang dan punggung

 Gelisah

 Disorientasi
Pembagian ISK berdasarkan klinis:

ISK tanpa komplikasi


ISK dengan komplikasi

Antiseptik dan Antibiotik yang dapat digunakan pada Infeksi Saluran


Kemih

Antiseptik Infeksi Saluran Kemih

a. Metanamin
Cara kerja  Dalam suasana asam, metanamin terurai dan membebaskan formaldehid yang
mematikan kuman dengan denaturasi protein.
Indikasi  ISK berulang.
Kontraindikasi  gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, pemberian dengan
sulfanamid.
Efek samping  iritasi lambung,iritasi kandung kemih, proteinuria, hematuria, erupsi kulit.
Sediaan  tab 500mg dosis 4g/hari (dewasa) dan 50mg/kgBB/hari (balita).

b. Nitrofurantoin
Cara kerja  terikat kuat dengan protein plasma dan cepat dieskresikan melalui ginjal.
Indikasi  bakteriuria karena ISK bagian bawah.
Kontraindikasi  hipersensivitas, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil, anak bawah 3 tahun.
Efek samping  sakit kepala, vertigo, kantuk, nyeri otot.
Sediaan  tab 50/100mg dosis 150-400mg/hari (dewasa) dan 5-7mg/kgBB/hari (anak).

Antibiotik yang digunakan pada Infeksi Saluran Kemih

a. Trimethoprim + Sulfamethoxazole (Co-trimoxazole)

Trimethoprim + Sulfamethoxazole (Co-trimoxazole) Jika kedua obat ini dikombinasikan,


maka akan menghambat sintesis folat, mencegah resistensi, dan bekerja secara sinergis.
Sangat bagus untuk mengobati infeksi pada saluran kemih, pernafasan, telinga dan infeksi
sinus yang disebabkan oleh Haemophilus influenza dan Moraxella catarrhalis. Karena
Trimethoprim lebih bersifat larut dalam lipid daripada Sulfamethoxazole, maka
Trimethoprim memiliki volume distribusi yang lebih besar dibandingkan dengan
Sulfamethoxazole. Kotrimoksazol 20-100 kali lipat lebih kuat antibakterinya daripada
Sulfamethoxazole. Terdiri dari kombinasi obat 5 Sulfamethoxazole : 1 Trimethoprim.

Indikasi : Infeksi Saluran Kemih bagian atas dan bawah nonkomplikasi, Infeksi
Saluran Pencernaa, Infeksi Saluran Pernapasan, Infeksi kulit
Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap komponen obat, anemia megaloblastik
Bentuk Sediaan :

 Tablet ( 80 mg Trimethoprim – 400 mg Sulfamethoxazole


 Kaplet Forte (160 mg Trimethoprim – 800 mg Sulfamethoxazole )
 Sirup suspensi ( Tiap 5 ml mengandung 40 mg Trimethoprim – 200 mg
Sulfamethoxazole )
Dosis :

 Anak diatas 2 bulan : 6-12 mg trimethoprim/ kg/ hari, terbagi dalam 2 dosis (tiap 12
jam)
 Dewasa : 2 x sehari 2 tablet atau 2 x sehari 1 kaplet forte

b. Fluoroquinolones
Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan menghambat
topoisomerase II (DNA gyrase) topoisomerase IV. Penghambatan DNA gyrase
mencegah relaksasi supercoiled DNA yang diperlukan dalam transkripsi dan replikasi
normal. Fluoroquinolon menghambat bakteri batang gram negatif termasuk
enterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria. Setelah pemberian per oral,
Fluoroquinolon diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas dalam cairan
tubuh dan jaringan, walaupun dalam kadar yang berbeda-beda. Fluoroquinolon
terutama diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan dengan filtrasi
glomerulus. Pada insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat.
Efek samping : mual, muntah dan diare. Fluoroquinolon dapat merusak kartilago yang
sedang tumbuh dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien di bawah umur 18 tahun.
Sediaan :
- Norfloxacin (tab 400mg)
Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat baik untuk
infeksi saluran kemih. Dosis 800mg/hari dalam 2 kali.
- Levofloxacin (tab 250/500mg)
Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolones. Hampir sama baiknya dengan generasi
kedua tetapi lebih baik untuk bakteri gram positif. Dosis 250mg/hari.

- Ciprofloxacin (tab 250/500mg)


Merupakan generasi kedua dari fluoroquinolones, mempunyai efek yang bagus dalam
melawan bakteri gram negatif dan juga melawan gonococcus, mykobacteria, termasuk
Mycoplasma pneumoniae. Dosis maks 1g/hari.
 Indikasi : Infeksi Saluran Kemih bagian atas dan bawah nonkomplikasi, Sinusitis
Akut, Infeksi Kulit, Infeksi Tulang dan Sendi, Demam Typhoid, Pneumonia
Nosokomial
 Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap Ciprofloxacin atau golongan quinolon lain
 Bentuk Sediaan : Tablet, kaplet (250 mg, 500 mg, 750 mg); Tablet lepas lambat ( 500
mg, 1000 mg )
 Dosis : Dewasa : 250 mg tiap 12 jam
 Efek Samping : ruam kulit, diare, mual, muntah, nyeri perut, sakit kepala, susah tidur,
jantung berdebar-debar, halusinasi
 Resiko Khusus : Pasien dengan gangguan ginjal, Wanita hamil dan menyusui.

Anda mungkin juga menyukai