Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH STUDI KASUS

ILMU PENYAKIT MULUT

TRAUMATIK ULSER
Disertai
COATED TONGUE

Oleh :
Siti Mutia Chairunnissa
160110080093

Pembimbing:
Tenny Setiani, drg. Sp.PM
Indah Suasani W., drg.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2011
BAB I

PENDAHULUAN

Traumatik ulser adalah bentuk lesi ulseratif yang disebabkan oleh adanya

trauma. Orang awam sering menyebutnya sariawan. Lesi ini merupakan salah satu

lesi rongga mulut yang sering terjadi. Hampir semua orang pernah mengalami

sariawan. Mayoritas sariawan terasa sakit dan mengganggu saat makan ataupun

berbicara. Kebanyakan penyebab sariawan biasanya akibat trauma, seperti

penggunaan sikat gigi yang terlalu keras sehingga melukai gusi, tergigit atau akibat

makanan atau minuman yang terlalu panas.

Coated tongue adalah suatu keadaan dimana terdapat selaput putih pada

permukaan lidah. Kelainan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti

demam, kebersihan mulut yang buruk, perokok, atau bisa juga karena adanya lesi

yang sakit pada lidah.

Makalah ini merupakan laporan kasus dari pasien yang datang ke Rumah Sakit

Gigi dan Mulut pada tanggal 07 Juni 2012 dengan keluhan adanya sariawan pada

lidah dan bibir sebelah kanan. Pasien mengaku sariawan muncul karena tergesek-

gesek gigi yang tajam. Sebelumnya, pasien juga pernah mengalami sariawan di

tempat yang sama. Selama ini pasien hanya meminum larutan penyegar panas dalam

untuk meredakan rasa sakit namun sariawan tetap ada. Berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan klinis, akhirnya diagnosa untuk kasus ini adalah traumatik ulser disertai

coated tongue. Kemudian pasien diintsruksikan untuk menggunakan obat oles

1
(triamsinolon) pada kedua lesi, memperbanyak asupan cairan serta membersihkan

lidah menggunakan tongue scrapper dua kali sehari (jika ulser sudah sembuh).

2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Status Klinik IPM
2.1.1 Status Umum
Nama : Ny. R M
NRM : 2012 - 01906
Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 31 Tahun
Status : Sudah Menikah
Alamat : Jl. Cikutra Barat Gang Bojong Tengah RT 04 / RW12
Tanggal Pemeriksaan : 7 Juni 2012

2.1.2 Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan adanya sariawan pada pipi bagian dalam sebelah
kanan dan lidah sebelah kanan. Sariawan mulai muncul kurang lebih 1 minggu yang
lalu. Pasien mengaku sariawan muncul karena tergesek-gesek oleh gigi yang tajam.
Pasien juga mengaku jarang mengkonsumsi air putih. Sekarang ini daerah sariawan
terasa sakit. Sakit terasa lebih parah jika memakan makanan keras dan makan/minum
panas. Sakit terasa lebih ringan jika meminum minuman dingin. Sebelumnya pasien
juga pernah mengalami sariawan pada daerah yang sama sekitar satu bulan yang lalu.
Pasien hanya mengkonsumsi larutan penyegar panas dalam untuk meringankan rasa
sakit. Anggota keluarga pasien mempunyai riwayat sariawan. Pasien baru saja
dilakukan penjabutan (1 hari yang lalu) dan sedang mengkonsumsi antibiotik serta
obat pereda sakit. Pasien ingin sariawannya diobati.

2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik


Penyakit jantung : YA/TIDAK
Hipertensi : YA/TIDAK
Hipotensi : YA/TIDAK
Diabetes Melitus : YA/TIDAK

3
Asma/Alergi : YA/TIDAK
Penyakit Hepar : YA/TIDAK
Kelainan GIT : YA/TIDAK (Gastritis)
Penyakit Ginjal : YA/TIDAK
Kelainan Darah : YA/TIDAK
Hamil : YA/TIDAK
Kontrasepsi : YA/TIDAK
Lain-lain : YA/TIDAK

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu


Disangkal

2.1.5 Kondisi Umum


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CM
Suhu : Afebris
Tensi : 100/70 mmHg
Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 85x/menit

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral


Kelenjar Limfe
Submandibula : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Submental : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Servikal : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Mata : Sklera non-ikterik ; konjungtiva non-anemis ; pupil isokor
TMJ : TAK

4
Bibir : TAK
Wajah : simetri/asimetri
Sirkum oral : TAK
Lain-lain : TAK

2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral


Kebersihan mulut : baik/sedang/buruk Plak +/-
kalkulus +/- Stain +/-
Gingiva : TAK
Mukosa bukal : terdapat lesi berbentuk bulat, berdiameter 3mm, di mukosa
bukal bagian kanan dengan dasar cekung area putih dikelilingi
daerah eritem. Terdapat garis putih sejajar oklusal dari regio
37 – 35 dapat dikerok.
Mukosa labial : TAK
Palatum durum : TAK
Palatum mole : TAK
Frenulum : TAK
Lidah : terdapat lesi irreguler pada anterior dorsum lidah bagian kanan
dengan daras cekung, dikelilingi daerah eritem. Terdapat
selaput berwarna putih kekuningan diseluruh bagian dorsal
lidah, mudah dikerok dan tidak terasa sakit. Terdapat lekukan
pada bagian tengah dorsal lidah
Dasar mulut : TAK
Saliva : Agak kental

2.1.8 Status Gigi Geligi

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

3
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Radiologi : TDL
Darah : TDL
Patologi anatomi : TDL
Mikrobiologi : TDL

2.1.10 Diagnosis
D/ Traumatik ulser a/r dorsal lidah dextra dan bukal dextra
DD/ Stomatitis apthous rekuren

D/ Coated tongue dan Fissure tongue a/r dorsal lidah


DD/ Oral candidiasis
DD/ Geographic tongue

D/ Linea alba a/r bukal sinistra


DD/ Cheek biting

2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan


 Pro OHI
 Pro resep
R/ Triamcinolon Acetonide 0,1%
In oral base tube no. I
∫ Lit. oris
 Pro penggunaan tongue scrapper 2x sehari
 Pro control 1 minggu

4
Gambar 2.1 Ulser pada anterior dorsum lidah bagian kanan

Gambar 2.2 Ulser pada mukosa bukal kanan

5
2.2 Status Kontrol IPM
Tanggal : 13 Juni 2012

2.2.1 Anamnesis
Pasien datang pada hari ke 7 untuk melakukan kontrol. Sebelumnya pasien
mengeluhkan adanya sariawan pada pipi bagian dalam sebelah kanan dan pada lidah
sebelah kanan. Setelah mengikuti instruksi pengolesan obat triamcinolon acetonide
0,1% serta memperbanyak asupan cairan, sariawan menghilang pada hari ke-2.
Sekarang sariawan pasien telah sembuh dan tidak terasa sakit.

2.2.2 Pemeriksaan Ekstraoral


Kelenjar Limfe
Submandibula : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Submental : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Servikal : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Mata : Sklera non-ikterik ; konjungtiva non-anemis ; pupil isokor
TMJ : TAK
Bibir : TAK
Wajah : simetri/asimetri
Sirkum oral : TAK
Lain-lain : TAK

2.2.3 Pemeriksaan Intraoral


Kebersihan mulut : baik/sedang/buruk Plak +/-
kalkulus +/- Stain +/-
Gingiva : TAK

6
Mukosa bukal : Terdapat garis putih sejajar oklusal dari regio 37 – 35 dapat
dikerok.
Mukosa labial : TAK
Palatum durum : TAK
Palatum mole : TAK
Frenulum : TAK
Lidah : Terdapat lekukan pada bagian tengah dorsal lidah
Dasar mulut : TAK
Saliva : Agak kental

2.2.4 Pemeriksaan Penunjang


Radiologi : TDL
Darah : TDL
Patologi anatomi : TDL
Mikrobiologi : TDL

2.2.5 Diagnosis
D/ Post traumatik ulser a/r dorsal lidah dextra dan bukal dextra

D/ Fissure tongue a/r dorsal lidah


DD/ Geographic tongue

D/ Linea alba a/r bukal sinistra


DD/ Cheek biting

2.2.6 Rencana Perawatan


 Pro OHI

7
Gambar 2.3 Traumatik ulser pada lidah setelah perawatan

Gambar 2.4 Traumatik ulser pada mukosa bukal setelah perawatan

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Traumatik Ulser


3.1.1 Definisi
Ulser merupakan suatu defek dalam epitelium berupa lesi dangkal berbatas
tegas serta lapisan epidermis diatasnya menghilang (Greenberg, et al, 2003).
Traumatik ulser adalah bentukan lesi ulseratif yang disebabkan oleh adanya trauma.
Traumatik ulser dapat terjadi pada semua usia dan pada kedua jenis kelamin.
Lokasinya biasanya pada mukosa pipi, mukosa bibir, palatum, dan tepi perifer lidah
(Langlais & Miller, 2000). Secara simtomatis, kebanyakan traumatik ulser terasa
sakit. Ketidaknyamanan biasanya terjadi pada 24 – 48 jam setelah terjadinya trauma
(Sonis et al, 1984).

3.1.2 Etiologi
Traumatik ulser dapat diakibatkan oleh trauma fisik atau kimia (Field dan
Longman, 2003). Trauma fisik bisa didapat dari trauma mekanis, thermal atau
elektrikal. Pada umumnya traumatik ulser adalah akibat dari trauma mekanis seperti
mukosa yang tergigit, iritasi dari restorasi atau gigi yang fraktur, serta dari benda-
benda tajam yang ada di dalam mulut seperti alat ortodontik dan prostodontik.
Penyebab traumatik ulser juga bisa didapat dari trauma kimia. Iritasi kimiawi
pada mukosa mulut dapat menimbulkan ulserasi. Penyebab umum dari ulserasi jenis
ini adalah tablet aspirin atau krim sakit gigi yang diletakkan pada gigi-gigi yang sakit
atau di bawah protesa yang tidak nyaman (Lewis & Lamey , 1998; Langlais & Miller,
2000).

3.1.3 Diagnosa dan Gambaran klinis


Diagnosa traumatik ulser didapat berdasarkan anamnesis atau identifikasi
spesifik dari sumber iritasi. Gambaran klinis dari traumatik ulser mirip dengan
gambaran pada ulser aphtosa. Ulser biasanya berbentuk bulat, bagian tengah terdapat

9
jaringan nekrotik berwarna putih kekuningan dikelilingi oleh daerah erithem (Sonis et
al, 1984).
Pada kasus trauma mekanis, bentuk lesi biasanya ireguler atau sesuai dengan
area sumber trauma. Sebab itu, ulserasi yang terlihat ireguler biasanya merupakan
hasil dari trauma. Ulser akibat iritasi kimia, memperlihatkan daerah superfisial erosi
yang lebih luas, juga disertai dengan eksudat fibrinous (Lewis and Jordan, 2004).

Gambar 3.1 Traumatik ulser akibat restorasi yang patah pada gigi molar sati
bawah (Lewis dan Jordan, 2004)

3.1.4 Diagnosa Banding


Beberapa kelainan yang dapat dijadikan diagnosis banding untuk traumatik
ulser adalah Recurrent Apthous Stomatitis, Behcet’s Syndrome, Recurrent HSV
Infection.
1. Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS)
RAS merupakan keadaan dimana timbul lesi ulseratif pada rongga mulut yang
berulang (rekuren). Ulser berbentuk ovoid atau bulat. RAS biasanya menyerang
mukosa lunak mulut atau mukosa nonkeratin yang tidak melekat langsung pada
tulang. Daerah ini meliputi mukosa labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut,
palatum lunak, dan mukosa orofaringeal. Daerah yang jarang terkena RAS adalah
palatum keras dan gingiva cekat ( Greenberg and Glick, 2003).

10
Penyebab pasti dari RAS masih belum diketahui, namun kemungkinan
bersifat multifaktor. RAS timbul karena pengaruh faktor-faktor predisposisi seperti
stres, trauma, alergi, gangguan endokrin, makanan yang bersifat asam, atau makanan
yang mengandung gluten. Pemeriksaan intra oral diperlukan untuk mengetahui
sumber trauma. (Little, et al, 2002).
Berdasarkan gambaran klinisnya, RAS dibagi menjadi 3 macam, yaitu tipe
minor, mayor, dan herpetiform.
1) RAS minor
RAS minor tampak sebagai ulkus oval, dangkal, berwarna kuning-kelabu,
dengan diameter sekitar 3-5 mm. Tidak ada bentuk vesikel yang terlihat pada
ulkus ini. Tepi eritem yang mencolok mengelilingi pseudomembran fibrinosa.
Rasa terbakar merupakan keluhan awal, diikuti rasa sakit hebat beberapa hari.
Ulkus bisa tunggal maupun multiple, dan sembuh spontan tanpa pembentukan
jaringan parut dalam waktu 14 hari. Kebanyakan penderita mengalami ulser
multiple pada 1 periode dalam waktu 1 bulan (Langlais dan Miller, 2003).

Gambar 3.2 RAS Minor (Laskaris, 2006)

2) RAS Mayor
RAS mayor berdiameter lebih dari 1 cm, bersifat merusak, ulser lebih dalam,
dan lebih sering timbul kembali. Umumnya terjadi pada wanita dewasa muda
yang mudah cemas. Seringnya multipel, meliputi palatum lunak, fausea tonsil,
mukosa bibir, pipi, dan lidah, kadang-kadang meluas sampai ke gusi cekat.

11
Ulkus ini memiliki karakteristik, crateriform, asimetris dan unilateral. Bagian
tengahnya nekrotik dan cekung. Ulkus sembuh beberapa minggu atau bulan,
dan meninggalkan jaringan parut (Langlais dan Miller, 2003).

Gambar 3.3 RAS Mayor (Laskaris, 2006)

3) RAS Herpetiform
Secara klinis mirip ulkus-ulkus pada herpes primer. Gambaran berupa erosi
kelabu yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang membesar,
bergabung dan menjadi tak jelas batasnya. Awalnya berdiameter 1-2 cm dan
timbul berkelompok 10-100 buah. Ulkus dikelilingi daerah eritem dan
mempunyai gejala sakit. Biasanya terjadi hampir pada seluruh mukosa oral
terutama pada ujung anterior lidah, tepi-tepi lidah dan mukosa labial. Sembuh
dalam waktu 14 hari (Langlais dan Miller, 2003).

Gambar 3.4 RAS Herpetiform (Laskaris, 2006)

12
2. Behcet’s Syndrome
Behcets Syndrome digambarkan sebagai trias gejala yang meliputi ulser oral
rekuren, ulser genital rekuren, dan lesi mata. Behcet’s syndrome disebabkan oleh
imunokompleks yang mengarah pada vasculitis dari pembuluh darah kecil dan sedang
dan inflamasi dari epitel yang disebabkan oleh limfosit T dan plasma sel yang
imunokompeten. Lesi tunggal yang paling umum terjadi pada Behcet’s syndrome
terjadi di mukosa oral. Ulser oral rekuren muncul pada lebih dari 90% pasien. Lesi ini
tidak dapat dibedakan dari RAS. Beberapa pasien memiliki riwayat lesi oral ringan
yang rekuren. Beberapa pasien lainnya memiliki lesi yang besar dan dalam serta
meninggalkan jaringan parut yang mirip dengan lesi RAS mayor.

3. Recurrent HSV Infection


Pada infeksi virus herpes simplex timbul gejala prodormal seperti demam,
sakit kepala, malaise, mual dan muntah. Satu sampai dua hari setelah timbulnya
gejala prodormal, muncul lesi awal gingivostomatitis yaitu vesikel kecil pada mukosa
oral, dengan karakteristik dinding tipis dengan inflamasi dibawahnya. Vesikel mudah
pecah meninggalkan daerah ulser. Lesi dapat mucul pada semua daerah di rongga
mulut. Selain itu dijumpai gingivitis marginalis akut generalisata (Greenberg and
Glicks, 2003).

3.1.5 Perawatan
Perawatan traumatik ulser meliputi eliminasi faktor penyebab serta penggunaan
antiseptic mouthwash seperti chlorhexidine 0.2% atau paliasi menggunakan salep
anastetikum selama fase penyembuhan berlangsung.
Ketika sumber iritasi atau faktor penyebab sudah dihilangkan, traumatik ulser
akan sembuh antara 10 – 14 hari. Jika lebih dari itu ulserasi belum sembuh, pasien
sebaiknya dikonsulkan kepada dokter spesialis dan dilakukan biopsi untuk melihat
kemungkinan dari karsinoma oral (Sonis et al, 1984; Laskaris, 2006).

13
3.2 Coated Tongue
3.2.1 Definisi
Coated tongue atau disebut juga furred tongue, merupakan penampakan
klinis dari lidah berselaput yang terjadi pada dorsum lidah. Selaput pada lidah
tersebut dapat terjadi karena adanya sel-sel deskuamasi dan debris (Cawson dan
Odell, 2002).

3.2.2 Etiologi
Coated tongue terbentuk terutama ketika papila lidah terinflamasi. Inflamasi
ini biasanya terjadi sebagai akibat dari demam, dehidrasi, pernapasan melalui mulut,
dan merokok. Selain itu, keterkaitan penyakit sistemik maupun penggunaan obat-
obatan juga diakitakan sebagai faktor yang dapat mengakibatkan coated tongue.
Faktor predisposisi yang juga mempengaruhi terjadinya coated tongue diantaranya
lesi oral yang sakit, kebersihan rongga mulut yang buruk, dehidrasi, dan diet
makanan lunak (Laskaris, 2006).
Papila lidah terutama banyak terdapat pada dorsal lidah. Pada permukaan
lidah terdapat lapisan pelindung yang disebut dengan keratin. Dalam keadaan normal,
keratin pada permukaan dorsal lidah dapat mengalami deskuamasi (pengelupasan)
selama fungsi, dan keratin yang terdeskuamasi tersebut diganti dengan keratin yang
baru. Akan tetapi keseimbangan ini terganggu seperti yang diakibatkan pada
penyebab diatas. Akibatnya, keratin tidak mengalami deskuamasi melainkan
terakumulasi pada papila filiformis. Iritasi yang berkelanjutan mengakibatkan papila
filiformis mengalami hipertropi dan pemanjangan sehingga lidah tampak berselaput
atau berambut. Hal ini akan mengakibatkan retensi makanan dan pigmen. Keadaan
lidah seperti inilah yang disebut dengan coated tongue (Langlais dan Miller, 1994).

3.2.3 Gambaran Klinis


Secara klinis, coated tongue terlihat sebagai lapisan tebal berwarna putih atau
putih kekuningan pada permukaan dorsal lidah. Lesi ini terjadi karena pemanjangan
papilla filiformis, yang memanjang sekitar 3-4 mm serta terdapat penumpukan debris

14
serta bakteri. Lapisan ini akan muncul dan hilang dalam jangka waktu yang pendek.
Diagnosa didapat dari penampakannya secara klinis (Laskaris, 2006).

3.2.4 Diagnosisi Banding


Kondisi klinis yang dapat dijadikan sebagai diagnosis banding dari coated
tongue diantaranya (Greenberg dan Glick, 2003):
1. Candidiasis
Candidiasis merupakan infeksi jamur Candida albicans pada lapisan terluar
epithelium yang memberikan gambaran plak berwarna putih, difus, bergumpal-
gumpal. Plak ini dapat dikerok dan meninggalkan permukaan merah, kasar, dan
terkadang berdarah. Faktor predisposisi timbulnya candidiasis secara lokal yaitu
kebersihan rongga mulut yang buruk, xerostomia, kerusakan mukosa, gigi tiruan, obat
kumur, dan penggunaan antibiotik. Sedangkan faktor predisposisi secara sistemik
yaitu penggunaan antibiotic spectrum luas, steroid, obat-obatan immunosupresif,
radiasi, infeksi HIV, kelainan hematologis, neutropenia, anemia defisiensi Fe,
immunodefisiensi sel, kelainan endokrin (Laskaris, 2006).

Gambar 3.5 Lesi Pseudomembranous Candidiasis pada lidah (Laskaris, 2006)

15
2. Hairy Tongue
Hairy tongue atau lidah berambut merupakan suatu kondisi yang biasa terjadi
akibat adanya penumpukan keratin pada papilla filiformis lidah sehingga
menghasilkan suatu keadaan yang terlihat seperti rambut. Penyebab dari kelainan ini
tidak diketahui, namun terdapat faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kelainan
ini, yaitu kebersihan rongga mulut yang buruk, obat kumur yang mengandung oksida,
antibiotik, merokok, terapi radiasi, stress, dan infeksi bakteri serta jamur Candida sp.
Secara klinis, terdapat pemanjangan papilla filiformis pada dorsal lidah yang kadang-
kadang pemanjangannya sampai beberapa millimeter. Warna yang terlihat bermacam-
macam mulai dari putih sampai coklat atau hitam. Biasanya jarang terjadi gejala lain
yang menyertai, tapi mungkin terjadi sensasi muntah atau geli pada palatum
(Laskaris, 2006).

Gambar 3.6 Hairy Tongue (Greenberg & Glick, 2003)

3.2.5 Terapi
Terapi yang tepat untuk menghilanglan coated tongue adalah dengan
melakukan penyikatan lidah secara rutin menggunakan tongue scrapper. Penyikatan
lidah secara teratur dapat mengurangi atau mengobati coated tongue dengan
membuang sel-sel mati, sisa makanan, dan bakteri yang terdapat pada papilla-papilla
lidah.

16
Menghilangkan faktor penyebab juga penting untuk mengurangi coated tongue,
contohnya pada perokok perokok. Dengan menghentikan kebiasaan merokok akan
sangat membantu pemulihan lidah. Penanganan penyakit sistemik yang diduga
memicu coated tongue juga perlu dilakukan. Selain itu penghentian konsumsi obat
antibiotik dapat mengembalikan fungsi papilla filiformis secara efektif.

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kunjungan pertama tanggal 7 juni 2012, pasien mengeluhkan adanya


sariawan pada pipi bagian dalam sebelah kanan dan pada lidah sebelah kanan sejak
kurang lebih 1 minggu yang lalu. Sariawan timbul akibat tergesek-gesek oleh gigi
yang tajam. Sariawan terasa sakit dan bertambah sakit saat makan makanan keras dan
panas. Namun, sakit terasa lebih ringan saat meminum minuman dingin. Pasien
pernah menglamami sariawan di tempat yang sama 1 bulan yang lalu. Pasien juga
mengaku mempunyai riwayat penyakit saluran pencernaan, yaitu maag.
Pada pemeriksaan klinis terdapat ulser di mukosa bukal sebelah kanan
berdiameter 3mm berbentuk bulat dan di lidah bagian kanan berdiameter 2 mm
berbentuk ireguler. Kedua ulser tersebut berwarna putih dengan dasar cekung dan
dikelilingi daerah eritem. Pada lidah pun ditemukan adanya selaput berwarna putih
kekuningan diseluruh bagian dorsal lidah.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis, maka diagnosis megarah pada
traumatik ulser. Traumatik ulser adalah lesi ulseratif yang bisa disebabkan oleh
trauma fisik, Pada kasus ini penyebab ulser adalah tergesek-gesek oleh gigi yang
tajam. Lidah merupakan kumpulan dari otot yang aktif bergerak. Tanpa sadar,
pergerakan lidah dan pipi yang terjadi saat berbicara, makan, atau pun menelan bisa
menimbulkan gesekan terhadap gigi yang tajam sehingga dapat menimbulkan luka
atau jaringan ulseratif.
Lapisan putih pada lidah pasien yang ditemukan saat pemeriksaan klinis,
diduga mengarah pada coated tongue. Pasien mengaku sariawan terasa sakit dan
terasa lebih parah jika tersentuh saat makan sehingga nafsu makan pasien sedikit
berkurang. Keadaan ini mengakibatkan berkurangnya pergerakan lidah sehingga
aliran saliva pun menurun. Aliran saliva yang menurun menyebabkan pembersihan
alami pada lidah juga berkurang dan cenderung mempercepat penumpukan bakteri
dan debris pada lidah. Selain itu, pasien mempunyai riwayat gastristis dimana
penyakit ini merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya coated tongue.

18
Perawatan yang dilakukan untuk kasus traumatik ulser yang disertai coated
tongue ini adalah menghilangkan faktor penyebab, yaitu pencabutan gigi yang tajam
dan menghilangkan ulser. Pasien telah melakukan pencabutan gigi tersebut satu hari
sebelum datang ke bagian Ilmu Penyakit Mulut RSGM sehingga terapi yang
diberikan untuk mempercepat penyembuhan ulser ini adalah aplikasi triamcinolon
acetonide 0,1%. Pasien juga diinstruksikan untuk menjaga oral hygiene (OHI),
memperbanyak asupan cairan, serta membersihkan lidah dengan menggunakan
tongue scrapper dua kali sehari (jika sariawan sudah sembuh). Penanganan penyakit
sistemik yang diduga memicu coated tongue juga perlu dilakukan sehingga pasien
dianjurkan untuk makan dengan teratur dan memeriksaan penyakit gastritis yang
dideritanya.
Tujuh hari kemudian pada tanggal 13 Juni 2012, pasien datang untuk
melakukan kontrol. Pasien sudah mengikuti insutruksi perawatan dengan baik. Ulser
sudah tidak tampak dan tidak terasa sakit lagi. Pasien mengaku sariawan sembuh
pada hari ke tiga setelah pencabutan. Lapisan putih pada lidah pun sudah tidak
terlihat lagi. Pasien tetap diinstruksikan untuk menjaga oral hygiene (OHI).
Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan rencana perawatan. Ulser pasien
sembuh dalam tiga hari. Coated tongue sudah tidak terlihat pada saat kontrol di hari
ke tujuh. Pasien juga sangat kooperatif dan melakukan instruksi perawatan dengan
baik.

19
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis, diagnosis untuk kasus ini


adalah traumatik ulser disertai coated tongue. Ulser berlokasi di pipi bagian dalam
sebelah kanan berbentuk bulat serta di lidah bagian kanan berbentuk ireguler. Kedua
lesi tersebut berwarna putih dengan dasar cekung dikelilingi area eritem. Penyebab
dari traumatik ulser bervarisasi. Pada kasus ini, ulser disebabkan oleh trauma fisik,
yaitu tergesek oleh gigi yang tajam. Coated tongue pada kasus ini disebabkan oleh
ulser pada lidah yang terasa sakit yang menyebabkan aliran saliva menurun kemudian
penumpukan debris meningkat, serta penyakit gastritis.
Perawatan yang dilakukan adalah menghilangkan faktor penyebab. Untuk
menyembuhkan traumatik ulser pada kasus ini maka, perlu dilakukan pencabutan
gigi yang tajam, serta terapi berupa aplikasi triamcinolon acetonide 0,1%. Untuk
menghilangkan lapisan putih pada lidah, pasien diinstruksikan untuk menyikat lidah
dengan menggunakan tongue scrapper dua kali sehari (jika sariawan sudah sembuh).
Pasien juga diinstruksikan untuk menjaga oral hygiene (OHI).
Saat kontrol 1 minggu, ulser pada lidah dan pipi sudah tidak terlihat dan tidak
terasa sakit lagi. Pasien mengaku sariawan sembuh pada hari ke tiga setelah
pencabutan. Lapisan putih pada lidah pasien juga sudah tidak tampak lagi. Rencana
perawatan berhasil dilakukan. Pasien tetap diinstruksikan untuk menjaga oral
hygiene.

20
Daftar Pustaka

Cawson, RA and EW Odell. 2002. Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine.
7th ed. Edinburg : Churchill Livingstone.
Greenberg, M.S and Michael Glick. 2003. Burket’s Oral Medicine : Diagnosis and
Treatment. Spanyol : BC Decker Inc.
Langlais, RP, Miller CS. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Alih
Bahasa. 2000
Lewis, M. A. O. dan Lamey, P. J. 1998. Tinjarruan Klinis Penyakit Mulut. Widya
Medika : Jakarta
____________ and M.C.K Jordan. 2004. A Colour Handbook of Oral Medicine.
London:Manson.
Laskaris, George. 2006. Color Atlas of Oral Disease: second edition. New York :
Thieme
Sonis ; Fazio ; Fang . 1984 . Principle and Practice of Oral Medicine 2nd edition .
USA.

21

Anda mungkin juga menyukai