Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dalam sebuah proses audit terdapat proses pengujian, diantaranya adalah pengujian
pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi pada siklus penjualan dan penagihan.
Kedua jenis pengujian tersebut merupakan bagian dari tahap II dalam proses audit. Setelah
memahami kedua pengujian tersebut maka proses audit selanjutnya adalah melanjutkan
ketahap III dan berfokus pada prsedur analitis substantive dan pengujian perincian saldo
dalam siklus penjualan dan penagihan.
Dalam pembahasan ini akan mengilustrasikan betapa pentingnya bagi auditor untuk
memilih bukti yang tepat dalam melakukan verifikasi saldo akun terhadap siklus penjualan
dan penagihan, setelah menentukan batas salah saji yang dapat diterima, menjalankan
prosedur identifikasi risiko untuk menilai risiko pengendalian dan risiko yang tak
terhindarkan, serta melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas
transaksi.
Dalam siklus penjualan dan penagihan ini akan membahas mengenai desain untuk
prosedur analisis substantive dan pengujian perincian saldo dari dua akun kunci neraca pada
siklus tersebut, yaitu piutang usaha dan cadangan kerugian piutang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah metodologi desain pengujian saldo?
2. Bagaimanakah cara mendesain pengujian perincian saldo?
3. Bagaimanakah metode dalam melakukan konfirmasi terkait akun piutang usaha?
4. Bagaimanakah cara untuk mengembangkan pengujian atas program audit perinci?

1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini juga dilakukan untuk memenuhi beberapa tujuan yang akan
dicapai dan diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Tujuan tersebut antara lain
adalah:
1. Mampu menjelaskan metodologi dalam mendesain pengujian perincian saldo.
2. Mampu mendesain dan melakukan prosedur analitis untuk akun-akun dalam siklus
penjualan dan penagihan.
3. Mampu mendesain dan melakukan pengujian perincian saldo piutang usaha.
4. Menjalankan dan mengevaluasi konfirmasi piutang usaha.
5. Mendesain prosedur audit untuk audit piutang usaha serta menggunakan kertas kerja
perencanaan bukti sebagai panduan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. METODOLOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO

Dalam perancangan pengujian rinci saldo untuk piutang usaha, auditor harus
mendapatkan hasil yang memuaskan atas delapan tujuan audit saldo. Untuk yang khusus
diterapkan bagi piutang, tujuan tersebut disebut tujuan audit saldo piutang usaha sebagai
berikut:
1. Piutang usaha dalam daftar umur piutang cocok dengan jumlah dalm master file yang
bersangkutan, dan penjumlahannya sudah benar dan cocok dengan saldo di buku besar
(kecocokan saldo).
2. Piutang yang tercantum dalam pembukuan sungguh-sungguh ada (keberadaan).
3. Semua piutang yang ada telah dicatat dalam pembukuan (kelengkapan).
4. Piutang usaha telah dicatat dengan akurat (ketelitian).
5. Piutang usaha telah digolongkan dengan benar (penggolongan).
6. Pisah batas piutang usaha ditetapkan dengan benar (pisah batas).
7. Piutang usaha dinyatakan sebesar nilai yang bisa direalisasi (nilai bisa direalisasi).
8. Klien memiliki hak terhadap piutang usaha.

Metodologi untuk Merancang Pengujian Rinci Saldo – Piutang Usaha

Identifikasi risiko bisnis klien yang berpengaruh terhadap Tahap I


piutang usaha

Tetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi dan risiko Tahap I


bawaan untuk piutang usaha

Tetapkan risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan Tahap I


penerimaan piutang

Rancang dan lakukan pengujian pengendalian dan pengujian Tahap II


substantif transaksi untuk penjualan dan penerimaan piutang

Rancang dan lakukan prosedur analitis untuk saldo piutang Tahap III
usaha

Prosedur audit Tahap III


Rancang pengujian rinci saldo piutang usaha untuk Ukuran sampel
memenuhi tujuan audit saldo
Unsur yang dipilih
Saat
2.1.1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang Berhubungan Dengan Piutang Usaha (Tahap I)

Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penetapan risiko oleh auditor yang
memberi pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien. Risiko bisnis klien yang
mempengaruhi piutang usaha dipertimbangkan dalam evaluasi auditor tentang risiko bawaan dan
rencana pengumpulan bukti untuk piutang usaha. Sebagai contoh, sebagai akibat adanya
penurunan dalam kondisi perekonomian, auditor bisa menaikkan risiko bawaan untuk nilai bersih
bisa direalisasi piutang usaha.

2.1.2 Menetapkan Kesalahan Penyajian Bisa Ditoleransi Dan Risiko Bawaan

Auditor pertama-tama menetapkan pertimbangan materialitas pendahuluan untuk


keseluruhan laporan keuangan, dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan
pendahuluan tersebut ke setiap akun neraca yang signifikan. Pengalokasian ini disebut
menetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi. Piutang usahanya biasa merupakan salah satu
akun paling material dalam laporan keuangan pada perusahaan yang melakukan penjualan secara
kredit.

Auditor umumnya mengidentifikasi suatu resiko kecurangan (fraud risk) tertentu untuk
pengakuan pendapatan. Hal ini bisa mempengaruhi penetapan resiko bawaan oleh auditor untuk
tujuan-tujuan berikut: keberadaan, pisah batas penjualan, dan pisah batas retur penjualan.

2.1.3. Menetapkan Resiko Pengendalian Untuk Siklus Penjualan Dan Pengumpulan Piutang

Auditor biasanya menekankan tiga aspek pengendalian internal, yaitu:

 Pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan dan kecurangan.


 Pengendalian terhadap pisah batas (cutoff).
 Pengendalian yang berkaitan dengan akun cadangan kerugian piutang.

Ada dua aspek hubungan dalam gambar 13-2 yang perlu mendapatkan perhatian khusus:

1. Untuk penjualan, tujuan audit transaksi – keterjadian mempengaruhi tujuan audit saldo –
keberadaan. Namun untuk penerimaan kas, tujuan audit transaksi – keterjadian
mempengaruhi tujuan audit saldo – kelengkapan. Hubungan serupa terjadi untuk tujuan
audit transaksi – kelengkapan. Alasan terjadinya kesimpulan yang mengejutkan ini
karena kenaikkan dalam penjualan otomatis akan menyebabkan kenaikkan piutang usaha,
tetapi kenaikkan dalam penerimaan kas akan mengurangi piutang usaha.
2. Tujuan audit saldo – nilai bersih bisa direalisasi dan hak, demikian pula tujuan audit
penyajian dan pengungkapan, tidak terpengaruh oleh penetapan resiko pengendalian
untuk golongan transaksi. Untuk menetapkan resiko pengendalian di bawah maksimum
untuk tujuan-tujuan audit tersebut, auditor harus mengidentifikasi dan menguji
pengendalian lain yang mendukung tujuan-tujuan tersebut.
Hubungan antara Tujuan Audit Transaksi untuk Penjualan dan Pengumpulan
Piutang dengan Tujuan Audit Saldo untuk Piutang Usaha

TUJUAN AUDIT SALDO PIUTANG USAHA

Kel Tujuan Keco- Kebe- Keleng- Kete- Pengg- Pisah Nilai H


Transaksi Audit cokan radaan kapan litian olongan Batas Bersih a
Transaksi Bisa k
Direalis
asi
Keterja- x
dian
Keleng- x
kapan
Keteli- x
Penjualan

tian
Posting & x
Peri-
ngkasan
Penggo- x
longan
X
Saat
Keterja- x
dian
Keleng- x
Penerimaan kas

kapan
Keteli- x
tian
Posting & x
Peri-
ngkasan
Penggo- x
longan
X
Saat

2.1.4. Merancang Dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif


Transaksi (Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah penetapan risiko pengendalian
untuk penjualan dan pengumpulan piutang harus direvisi atau tidak. Auditor
menggunakan hasil pengujian substantif transaksi untuk menentukan seberapa besar
resiko deteksi untuk memenuhi setiap tujuan audit saldo piutang usaha.

2.1.5. Merancang Dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)


Kebanyakan prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian detil
dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian detil saldo. Tidak banyak
manfaatnya bila auditor melakukan prosedur analitis sementara klien masih mencatat
transaksi yang terjadi tahun yang bersangkutan dan menyelesaikan laporan keuangannya.
Auditor melakukan prosedur analitis untuk keseluruhan siklus penjualan dan
pengumpulan piutang, tidak hanya piutang usaha. Hal ini penting karena adanya
hubungan yang erat antara akun-akun laba-rugi dengan akun-akun neraca. Apabila
auditor mengidentifikasi adanya kemungkinan kesalahan penyajian dalam penjualan atau
returpenjualan dengan menggunakan prosedur analitis, kemungkinan kesalahan penyajian
piutang usaha akan terkurangi.
Selain dengan menggunakan prosedur analitis seperti tercantum dalam Tabel 13-
1, auditor juga harus mereview piutang usaha yang bersaldo besar dan jumlahnya tidak
biasa, akun piutang yang sudah lama tidak dilunasi, piutang kepada perusahaan afiliasi,
piutang kepada direksi dan staf perusahaan, serta piutang bersaldo kredit. Untuk
mengidentifikasi jumlah-jumlah tersebut auditor harus mereview daftar umur piutang per
tanggal neraca untuk menentukan akun piutang mana yang harus diselidiki lebih lanjut.
Karena prosedur analitis merupakan pengujian substantif, hasil analisis akan
mengurangi luas pengujian yang harus dilakukan auditor untuk melaksanakan pengujian
detil saldo apabila hasilnya menguntungkan.

Prosedur Analitis untuk Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang

Prosedur Analitis Kemungkinan kesalahan Penyajian

Perbandingan persentase laba kotor Lebih saji atau kurang saji penjualan dan
dengan tahun lalu (per jenis produk) piutang usaha

Perbandingan penjualan perbulan Lebih saji atau kurang saji penjualan dan
sepanjang periode (per jenis produk) piutang usaha

Perbandingan retur penjualan sebagai Lebih saji dan kurang saji retur penjualan
persentase dari penjualan kotor dengan dan piutang usaha
tahun lalu (per jenis produk)

Perbandingan saldo-saldo individual Kesalahan penyajian piutang usaha dan


pelanggan dengan tahun yang lalu akun laba-rugi yang bersangkutan
Perbandingan beban kerugian piutang Ada piutang usaha yang sudah tidak dapat
sebagai persentase dari penjualan kotor ditagih tetapi tidak dicadangkan
dengan tahun lalu

Perbandingan jumlah hari piutang dengan Lebih saji atau kurang saji cadangan
tahun-tahun sebelumnya dan kecepatan kerugian piutang dan beban kerugian
perputaran piutang piutang : juga bisa memberi indikasi
adanya piutang fiktif
Perbandingan persentase piutang per Lebih saji atau kurang saji cadangan
kategori umum dengan tahun sebelumnya kerugian piutang dan beban kerugian
piutang
Perbandingan cadangan kerugian piutang Labih saji atau kurang saji cadangan
sebagai persentase dari piutang usaha kerugian piutang dan beban kerugian
dengan tahun sebelumnya piutang

Perbandingan piutang yang dihapus Lebih saji atau kurang saji cadangan
sebagai persentase dari total piutang kerugian piutang dan beban kerugian
dengan tahun sebelumnya piutang

2.1.6. Merancang Dan Melaksanakan Pengujian Detil Saldo Piutang Usaha (Tahap III)
Apabila prosedur analitis dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang
mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus mengajukan pertanyaan
tambahan kepada manajemen. Jawaban dari manajemen harus dievaluasi dengan kritis
untuk menentukan apakah jawaban tersebut cukup menjelaskan fluktuasi tidak biasa
tersebut dan apakah disertai dengan bukti pendukung.
Tugas untuk memadukan faktor-faktor yang menentukan risiko deteksi
direncanakan cukup kompleks karena pengukur setiap faktor tidak bisa dipresisi dan
bobot yang diberikan pada setiap faktor sangat subjektif. Sebaliknya, hubungan antara
setiap faktor dan resiko deteksi direncanakan ditetapkan dengan baik. Contoh, auditor
mengetahui bahwa resiko bawaan atauresiko pengendalian yang tinggi menurunkan risiko
deteksi direncanakan dan menaikkan pengujian substantif direncanakan, sedangkan hasil
pengujian substantif transaksi yang baik menaikkan resiko deteksi direncanakan dan
menurunkan pengujian substantif direncanakan lainnya.

2.2. PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO


Konfirmasi piutang usaha adalah pengujian rinci saldo piutang usaha yang paling
penting. Untuk pembahasan pengujian rinci saldo atas piutang usaha, kita akan fokus
pada tujuan-tujuan audit saldo. Kita juga mengasumsikan dua hal:
1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti.
2. Auditor telah menetapkan risiko deteksi direncanakan untuk pengujian rinci untuk
setiap tujuan audit.
Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung pada
apakah bukti untuk suatu tujuan ditetapkan rendah, medium, atau tinggi.

2.2.3. Kecocokan Saldo Dalam Catatan


Sebagian besar pengujian atas akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian
piutang akan didasarkan pada daftar umur piutang. Daftar umur piutang adalah suatu
daftar yang berisi saldo-saldo setiap akun yang terdapat dalam master file piutang usaha
per tanggal neraca.
Biasanya auditor menguji kecocokan informasi dalam daftar piutang sebelum
melakukan pengujian lain untuk memastikan bahwa populasi yang akan diuji cocok
dengan buku besar dan master file piutang usaha. Kolom total dan kolom-kolom yang
dibagi menurut umur piutang harus diuji kebenaran penjumlahan vertikalnya (footing)
dan total pada daftar ini dibandingkan dengan saldo di buku besar.

2.2.2. Keberadaan – Piutang Usaha

Konfirmasi saldo piutang adalah pengujian rinci saldo terpenting untuk


menentukan keberadaan piutang usaha sebagaimana tercantum dalam pembukuan.
Biasanya auditor tidak memeriksa bukti pengiriman barang atau bukti penerimaan kas
setelah tanggal neraca untuk setiap akun yang dikonfirmasi, tapi hal ini baru dilakukan
secara ekstensif sebagai prosedur alternatif untuk akun yang tidak memberi jawaban atas
konfirmasi.

2.2.3. Kelengkapan – Piutang Usaha

Auditor mengalami kesulitan untuk menguji akun piutang yang dengan sengaja
dihilangkan (tidak dicantumkan) dari daftar umur piutang dan hanya mengandalkan pada
sifat keseimbangan yang dimiliki oleh master file piutang.

Apabila semua penjualan kepada seorang pelanggan dihilangkan dari jurnal


penjualan, kurang saji piutang usaha hampir tidak mungkin terungkap melalui pengujian
rinci saldo.

2.2.4. Ketelitian – Piutang Usaha


Konfirmmasi akun-akun piutang usaha yang dipilih dari daftar umur piutang
adalah pengujian rinci saldo yang paling sering dilakukan untuk menguji ketelitian
piutang usaha. Auditor melakukan pengujian dengan memeriksa pendebetan dan
pengkreditan pada masing – masing akun pelanggan individual dengan
membandingkannya pada dokumen pendukung pengiriman barang dan penerimaan kas.

2.2.5. Penggolongan – Piutang Usaha


Pada umumnya auditor dapat mengevaluasi penggolongan piutang dengan cara
mereview daftar umur piutang. Ada hubungan yang erat antara tujuan audit saldo tentang
penggolongan dengan tujuan audit kejelasan penyajian dan pengungkapan tentang
penggolongan atau pengelompokkan. Untuk memenuhi tujuan audit saldo tentang
penggolongan, auditor harus memastikan bahwa klien telah menggolongkan piutang
dengan tepat, dan piutang usaha dipisahkan dari piutang lainnya.

2.2.6. Pisah Batas – Piutang Usaha


Kesalahan penyajian pisah batas terjadi apabila terjadi transaksi tahun ini dicatat
pada tahun berikutnya atau sebaliknya. Tujuan pengujian pisah batas (cutoff test), apapun
jenis transaksinya, adalah untuk memeriksa apakah transaksi menjelang akhir tahun buku
telah dicatat pada periode yang tepat. Tujuan pisah batas adalah salah satu yang paling
penting dalam siklus ini karena kesalahan penyajian pisah batas bisa berpengaruh
signifikan terhadap laba bersih periode ini.
Kesalahan penyajian pisah batas bisa terjadi pada penjualan, retur penjualan, dan
penerimaan kas. Untuk menentukan kewajaran pisah batas, auditor melakukan
pendekatan sebagai berikut:
 Tetapkan kriteria yang tepat untuk pisah batas.
 Evaluasi apakah klien telah menetapkan prosedur yang memadai untuk pisah
batas yang sewajarnya.
 Ujilah apakah pisah batas telah dilakukan dengan benar.

1. Pisah Batas Penjualan


Pada kebanyakan perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur, pencatatan
suatu penjualan biasanya didasarkan pada kriteria pengiriman barang. Namun ada pula
sejumlah perusahaan lain yang mencatat faktur penjualan pada saat berpindahnya hak
kepemilikan yang bisa terjadi sebelum barang dikirimkan, pada saat barang dikirim, dan
setelah barang dikirim. Untuk kepentingan pengukuran laba periodik yang benar, metode
hendaknya sesuai dengan standar akuntansi dan diterapkan secara konsisten.
Apabila pengendalian internal perusahaan klien cukup baik, auditor biasanya
dapat memeriksa pisah batas dengan meminta dokumen pengiriman barang yang terakhir
yang dilakukan pada akhir tahun buku dan membandingkan nomor bukti barang ini
dengan penjualan tahun ini dan penjualan tahun berikutnya.

2. Pisah Batas Retur Penjualan


Standar akuntansi mensyaratkan retur penjualan bisa ditandingkan dengan
penjualan yang bersangkutan pada periode yang sama, apabila jumlahnya material.
Apabila auditor percaya bahwa klien mencatat semua penjualan retur dengan
benar, pisah batas bisa dilakukan dengan mudah dan langsung. Auditor dapat memeriksa
suatu sampel bukti pendukung retur penjualan yang terjadi beberapa minggu setelah
berakhirnya tahun buku untuk menentukan tanggal penjualan yang berkaitan dengan retur
tersebut.
3. Pisah Batas Penerimaan Kas
Pengujian kesalahan penyajian pisah batas penerimaan kas mudah dilakukan
dengan cara menelusur penerimaan kas ke setoran kas ke bank yang nampak dalam
laporan bank pada periode berikutnya. Apabila terjadi penundaan sampai beberapa hari,
hal itu bisa petunjuk adanya kesalahan penyajian pisah batas.
Auditor bisa menghadapi kesulitanuntuk mengevaluasi apakah telah terjadi suatu
kesalahan penyajian pisah batas atau ada perbedaan waktu, apabila ia menggunakan
jawaban konfirmasi sebagai sumber informasi. Situasi semacam ini membutuhkan
penyelidikan tambahan, misalnya dengan menginspeksi dokumen pendukung.

2.2.7. Nilai Bersih Yang Bisa Direalisasi – Piutang Usaha


Standar akuntansi keuangan (SAK) mensyaratkan perusahaan menyataan piutang
usaha sebesar jumlah yang akhirnya akan bisa diterima pembayarannya. Nilai piutang
yang bisa direalisasi sama dengan piutang bruto dikurangi dengan cadangan kerugian
piutang. Auditor sering membuat suatu daftar audit yang menganalisis cadangan kerugian
piutang.
Auditor memiliki dua kelemahan dalam mengevaluasi cadangan dengan cara
mereview saldoberjangka panjang individual dalam daftar umur piutang.
 Pertama, akun-akun yang belum jatuh tempo diabaikan dalam penetapan
kecukupan cadangan, walaupun sebagian dari piutang ini tidak diragukan lagi
tidak akan diterima.
 Kedua, sulit untuk membandingkan hasil dari tahun ini dengan tahun sebelumnya
untuk sesuatu yang tidak tersetruktur semacam itu.

2.2.4. Beban Kerugian Piutang


Setelah auditor merasa puas dengan cadangan kerugian piutang, selanjutnya akan
mudah untuk memeriksa beban kerugian piutang dengan asumsi bahwa:
 Saldo awal dalam akun cadangan telah diperiksa sebagai bagian dari audit tahun
yang lalu.
 Piutang tak tertagih yang telah dihapus telah diperiksa sebagai bagian dari
pengujian substantif transaksi.
 Saldo akhir dalam akun cadangan telah diperiksa dengan berbagai cara.

2.2.5. Hak Klien Atas Piutang Usaha


Hak klien atas piutang usaha umumnya tidak merupakan masalah dalam audit,
karena piutang biasanya memang merupakan milik klien. Namun dalam hal tertentu,
sebagian dari piutang mungkin saja dijadikan jaminan atau digadaikan, atau dijual kepada
seseorang, atau dijual dengan discount.
2.2.6. Penyajian Dan Pengungkapan – Piutang Usaha
Pengujian atas keempat tujuan penyajian dan pengungkapan biasanya dilakukan
sebagai bagian dari tahap penyelesaian audit. Namun demikian, sejumlah penyajian dan
pengungkapan sering dilakukan dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit saldo.
Auditor harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang persyaratan yang
ditetapkan dalam standar akuntansi keuangan tentang penyajian dan pengungkapan.
2.3. KONFIRMASI PIUTANG USAHA
Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang telah berulang-ulang disinggung
dalam pembahasan tentang perancangan pengujian rinci saldo untuk piutang usaha.
Tujuan utama konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan keberadaan,
ketelitiian, dan pisah batas.
Konfirmasi eksternal adalah bukti audit yang diperoleh sebagai respons tertulis
langsung kepada auditor dari pihak ketiga (pihak yang dikonfirmasi), baik dalam bentuk
kertas, atau secara elektronik, atau media lainnya. (SA 505.6). Meskipun jawaban lisan
juga merupakan bukti audit, namun tidak bisa disebut sebagai konfirmasi.

2.3.1. Jenis –Jenis Konfirmasi


Konfirmasi Positif
Konfirmasi positif adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk
merespons secara langsung kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak yang
dikonfirmasi setuju atau tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan
konfirmasi, atau menyediakan informasi yang diminta (SA 505.6b).
Konfirmasi Bentuk Kosong (Blank)
Konfirmasi bentuk kosong adalah sejenis konfirmasi positif, tetapi konfirmasi
tersebut tidak menyebutkan jumlah rupiah melainkan meminta si penerima untuk
menyebutkan jumlah saldo atau menyampaikan informasi lainnya.
Konfirmasi Faktur
Konfirmasi faktur adalah jenis lain dari konfirmasi positif yang hanya minta
konfirmasi atas suatu faktur tertentu, tidak mengenai saldo piutang secara keseluruhan.
Konfirmasi Negatif
Konfirmasi negatif adalah permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk
merespons secara langsung kepada auditor hanya jika pihak yang dikonfirmasi tidak
setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi.
Standar auditing menyatakan bahwa konfirmasi negative bisa digunakan untuk
mengurangi risiko audit ke tingkat yang dapat diterima jika:
 Gabungan tingkat resiko pengendalian taksiran adalah rendah.
 Sebagian besar akun bersaldo kecil.
 Auditor tidak yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi akan
mempertimbangkan permintaan tersebut.

Konfirmasi tidak dianggap tepat digunakan dalam keadaan sebagai berikut:


 Auditor memandang konfirmasi tidak akan menjadi bukti yang efektif karena
tingkat jawaban diperkirakan tidak akan cukup atau tidak bisa dipercaya.
 Tingkat resiko bawaan ditambah dengan resiko pengendalian adalah rendah dan
bukti substantif lain bisa dikumpulkan untuk memperoleh bukti yang cukup

Konfirmasi Positif

PT. ABC
Jalan Gagak Rimang No. 2
Yogyakarta

Ahmad & Co 5 Januari 2014


Jalan Taman Sari No. 489
Yogyakarta, 55225

Dengan hormat,

Sehubungan dengan audit yang sedang dilakukan atas laporan keuangan kami, sudilah
kiranya menyampaikan langsung kepada auditor kami :

KANTOR AKUNTAN PUBLIK Drs. Hadiwijoyo & Rekan


Jalan Kantil No. 2
Yogyakarta

kebenaran saldo kewajiban anda kepada kami per tanggal 31 Desember 2013 seperti tersebut
dibawah ini.
Surat ini bukan surat tagihan mohon jangan mengirimkan bukti pembayaran kepada
auditor kami. Atas perhatian anda, kami haturkan terima kasih. Amplop untuk mengirim jawaban
kami lampirkan bersamaan surat ini.

Erna Sulistyowati, Kontroler

KANTOR AKUNTAN PUBLIK Drs. Hadiwijoyo & Rekan


Jalan Kantil No. 2
Yogyakarta

Saldo piutang anda kepada kami sebesar Rp. 210.389,- per tanggal 31 Desember 2013
adalah benar, kecuali tentang hal-hal berikut :

Tanggal Hormat kami


Konfirmasi Negatif

KONFIRMASI UNTUK AUDITOR

Mohon laporan ini dipelajari dengan seksama, apabila tidak cocok dengan catatan anda, silahkan laporkan
perbedaanya kepada auditor kami.

KANTOR AKUNTAN PUBLIK Drs. Hadiwijoyo & Rekan


Jalan Kantil No. 2
Yogyakarta

yang sedang mengaudit laporan keuangan kami untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember
2013. Amplop untuk jawaban, kami lampirkan bersamaan surat ini untuk mempermudah
pengiriman jawabann anda.

2.3.4. Saaat Pengiriman Konfirmasi


Bukti paling bisa dipercaya dari konfirmasi diperoleh apbila konfirmasi
dikirimkan sedekat mungkin dengan akhir tahun buku. Apabila auditor memutuskan
untuk mengirim konfirmasi sebelum akhir tahun buku, auditor harus membuat
rekonsiliasi untuk transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dengan tanggal neraca.

2.3.5. Pengukuran Sampel Untuk Diuji


1. Ukuran Sampel
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi ukuran sampel piutang yang akan dikirimi
konfirmasi meliputi:
 Kesalahan penyajian bisa ditoleransi
 Resiko bawaan (ukuran relative total piutang, jumlah akun, hasil tahun lalu,
dan kesalahan penyajian yang diperkirakan).
 Resiko pengendalian.
 Resiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantive lain.
 Jenis konfirmasi.

2. Pemilihan Unsur-Unsur Untuk Diuji


Pada pelaksanaan prosedur konfirmasi, seringkali diperlukan stratifikasi piutang.
Dalam pendekatan yang biasa dilakukan untuk melakukan stratifikasi untuk memilih
saldo yang akan dikonfirmasi, auditor mempertimbangkan baik besarnya jumlah
rupiah saldo, maupun jangka waktu atau umur piutang.
2.3.5. Pemeriksaan Alamat Dan Pengawasan Atas Konfirmasi
Auditor harus melaksanakan prosedur untuk memeriksa alamat atau alamat e-mail
yang digunakan dalam konfirmasi. Untuk konfirmasi yang dikirim melalui pos, auditor
harus melaksanakan pengawan atas konfirmasi sampai jawaban diterima dari debitur.

2.3.6. Tindak Lanjut Atas Konfirmasi Tak Terjawab


Tidaklah tepat untuk memandang konfirmasi yang telah dikirim tetapi tidak
dikembalikan debitur sebagai bukti audit yang signifikan. Apabila digunakan konfirmasi
positif, standar auditing mengharuskan dilakukannya prosedur tindak lanjut atas
konfirmasi yang dikembalikan oleh konsumen. Untuk konfirmasi tidak berjawab, auditor
bisa memeriksa dokumen-dokumen berikut untuk memeriksa keberadaan dan ketelitian
transaksi penjualan individual yang membentuk saldo akhir piutang usaha:
 Penerimaan kas kemudian.
 Duplikat faktur penjualan.
 Dokumen pengiriman barang.
 Korespondensi dengan klien.

2.3.7. Analisis Selisih


Apabila konfirmasi dikembalikan oleh debitur, auditor harus menentukan apa
yang menyebabkan terjadi selisih (jika ada). Jenis-jenis penyebab perbedaan dalm
konfirmasi yang sering dijumpai adalah:
 Pembayaran telah dilakukan debitur.
 Barang belum diterima debitur.
 Barang telah dikembalikan (retur).
 Kesalahan pencatatan atau kerancuan jumlah.

2.3.8. Menarik Kesimpulan


Keputusan akhir tentang piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti
kompeten yang cukup telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian
substantive transaksi, prosedur analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian
substantive lain untuk mendukung penarikan kesimpulan tentang kebenaran saldo.

2.4. PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI SALDO


Sumber dari setiap baris dalam kertas kerja adalah sebagai berikut:
 Kesalahan penyajian bisa ditoleransi.
 Risiko audit bisa diterima.
 Risiko bawaan.
 Risiko pengendalian.
 Hasil pengujian substantive transaksi.
 Prosedur analitis.
 Risiko deteksi direncanakan dan bukti audit direncanakan.

Daftar Umur piutang pada PT. ABC

PT. ABC Daftar dibuat oleh klien Tanggal


Daftar Umur Piutang Disetujui oleh : 5/1/2014
31/12/2013

Nomor Nama Saldo Umur – berdasarkan tanggal faktur


Akun Pelanggan 31/12/2013 0-30 31-60 61-90 91-120 Lebih dari
Hari Hari Hari Hari 120 hari
01011 Amir H Rp. 146.589 90.220 56.369
01044 Andi B 30.842 30.842
01100 Ahmad 210.389 210.389
01191 Basri 83.526 73.526 10.000
01270 Bambang 60.000 60.000
01301 Chepie H 15.789 15.789
09733 Trunojoyo 59.576 59.576
09742 Unggul 179.263 179.263
09810 Usman 102.211 34.911 34.700 32.600
09907 Zulkarnaen 286.300 186.000 100.300

Rp. 20.196.800 14.217.156 2.869.366 1.408.642 1.038.926 662.710


Program Audit untuk Pengujian Rinci Saldo Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang
pada PT. ABC

1. Review daftar umur piutang, perhatikan kemungkinan adanya piutang bersaldo besar dan
tidak biasa.
2. Lakukan prosedur analitis dan lakukan tindak lanjut atas setiap perubahan dari tahun lalu
yang signifikan.
3. Review piutang yang tercantum dalam daftar umur piutang, perhatikan kemungkinan
adanya piutang wesel dan piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
4. Tanyakan kepada manajemen apakah dalam daftar umur piutang terdapat piutang kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa, piutang wesel, atau piutang berjangka
panjang.
5. Review notulen rapat dewan komisaris dan tanyakan kepada manajemen apakah ada
piutang yang digadaikan, dialihkan, atau dijual.
6. Telusur 10 akun dari daftar umum piutang ke akun piutang dalam master file untuk
memeriksa kebenaran saldo dan penentuan umumnya.
7. Periksa kebenaran jumlah vertikal dalam kolom-kolom rupiah dalam daftar umur piutang
dan jumlahkan seluruh halaman.
8. Telusur saldo ke buku besar.
9. Telusur 5 akun dari master file piutang ke daftar umum piutang.
10. Konfirmasi piutang usaha, gunakan konfirmasi positif. Konfirmasi semua piutang bersaldo
di atas Rp. 100.000,- dan sisanya dipilih secara acak dengan sampling nonstatistik.
11. Lakukan prosedur alternatif untuk debitur yang tidak menjawab konfirmasi setelah dikirim
konfirmasi kedua kalinya.
12. Diskusikan dengan manajer kredit kemungkinan bisa ditagihnya piutang-piutang yang
telah lama tak tertagih. Periksa penerimaan kas kemudiaan dan eveluasi kolektibilitas
piutang.
13. Evaluasi apakah cadangan mencukupi setelah dilakukan prosedur audit lain tentang
kolektibilitas piutang.
14. Pilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun ini dan 20 transaksi
penjualan pertama dari tahun berikutnya dan telusur setiap ayat jurnal tersebut ke bukti
pengiriman barang, periksa tanggal pengiriman sesungguhnya dan kebenaran jumlahnya.
15. Periksa retur penjualan berjumlah besar sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk
menentukan bahwa retur telah dicatat pada periode yang benar.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Konfirmasi piutang usaha adalah pengujian rinci saldo piutang usaha yang paling
penting. Untuk pembahasan pengujian rinci saldo atas piutang usaha, kita akan fokus pada
tujuan-tujuan audit saldo. Kita juga mengasumsikan dua hal:
1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti.
2. Auditor telah menetapkan risiko deteksi direncanakan untuk pengujian rinci untuk setiap
tujuan audit.

Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang telah berulang-ulang disinggung dalam
pembahasan tentang perancangan pengujian rinci saldo untuk piutang usaha. Tujuan utama
konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan keberadaan, ketelitiian, dan pisah batas.

Keputusan akhir tentang piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti kompeten yang
cukup telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi,
prosedur analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian substantive lain untuk
mendukung penarikan kesimpulan tentang kebenaran saldo.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al. Haryono. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi III. Yogyakarta: AdMark.

http://okta-wiskey.blogspot.com/2013/12/pengujian-siklus-penjualan-dan.html (Selasa, 04
September 2018: 20.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai