Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN FISIK MATA

Pemeriksaan mata mencakup :


1. Pengkajian ketajaman penglihatan
2. Lapang pandang
3. Pergerakan otot ekstraokular
4. Struktur mata luar dan dalam.
Pengkajian bertujuan :
1. Mendeteksi perubahan visual
2. Menentukan tingkat bantuan yang dibutuhkan klien saat ambulasi atau melakukan aktifitas
perawatan diri.
Tabel 33-14 meninjau anamnesis keperawatan untuk pemeriksaan mata. Kotak 33-13
menguraikan masalah mata yang umum dijumpai.
1. Ketajaman penglihatan
1. Penglihatan sentral diperiksa dengan ketajaman penglihatan, yaitu kemampuan melihat
detail kecil.
2. Cara termudah mengkaji penglihatan dekat adalah dengan meminta klien membaca huruf
cetak dengan pencahayaan yang cukup.
3. Pastikan klien mengerti bahasa yang diucapkan dan dibaca.
4. Untuk mengetahui kalau klien tidak buta huruf, kita dapat meminta mereka membaca
dengan suara keras. Jika klien kesulitan membaca, lanjutkan ke langkah berikutnya.
5. Pengkajian penglihatan jauh membutuhkan kartu snellen (poster kertas atau layar
proyeksi).
6. Kartu tersebut harus memiliki pencahayaan yang cukup.
7. Meminta klien duduk atau berdiri 6 meter ( 20 kaki ) dari kartu dan membacanya dengan
kedua mata.
8. Lalu minta klien membaca huruf dengan tiap mata (klien menutup mata sebelahnya
dengan penutup mata).
9. Klien tidak boleh menekan mata yang sedang ditutup.
10. Catat garis terkecil yang dapat dibaca klien dengan benar dan catat ketajaman penglihatan
untuk garis tersebut.
11. Ulangi pemeriksaan pada mata klien yang memakai lensa koreksi.
12. Lakukan pemeriksaan dengan cepat sehingga klien tidak sempat mengingat huruf di
kartu.
13. Jika klien buta huruf, gunakan kartu E atau kartu dengan gambar objek yang mudah
dikenali.
14. Klien diminta menyebutkan arah huruf E atau nama objek.
15. Catat nilai ketajaman penglihatan untuk tiap dan kedua mata.
16. Kartu snellen memiliki angka standar pada tiap ujung garisnya.
17. Sebagai pembilang adalah angka 20, atau jarak klien dari kartu.
18. Sebagai penyebut adalah jarak yang mampu dibaca oleh mata normal.
19. Penglihatan normal bernilai 20/20.
20. Semakin besar penyebutnya, semakin buruk ketajaman penglihatan.
21. Contohnya, 20/40 berarti klien yang berjarak 20 kaki hanya dapat membaca garis yang
dapat dibaca dengan orang penglihatan normal dari jarak 40 kaki.
22. Catat ketajaman penglihatan sebagai sc (tanpa koreksi), atau cc (dengan koreksi),
tergantung pemakaian kacamata atau lensa kontak.
23. Jika klien tidak dapat membaca huruf terbesar pada kartu snellen, periksa dengan
mengacungkan jari atau penglihatan cahaya.
24. Acungkan tangan 30 cm (1 kaki) dari wajah klien dan minta klien menyebutkan jumlah
jari yang diacungkan.
25. Untuk melihat persepsi cahaya, arahkan sinar kemata klien lalu matikan.
26. Jika klien mengetahui kapan sinar dimatikan atau dihidupkan berarti persepsi cahaya
klien masih utuh.
27. Kita dapat mengkaji penglihatan dekat dengan miminta klien membaca kartu yang
dipegang yang berisi tabel skrining penglihatan.
28. Instruksikan klien untuk memegang kartu dengan jarak yang nyaman (5-6 cm) dari mata
dan baca garis terkecil.
29. Pada saat ini perawat dapat mendiskusikan pentingnya pemeriksaan mata rutin (lihat
kotak 33-14).
2. Pergerakan otot ekstra okular
1) Terdapat enam otot pergerakan mata.
2) Otot pada kedua mata akan bergerak paralel terhadap satu sama lain pada tiap enam arah
penglihatan (gambar 33-10).
3) Untuk mengkaji pergerakan ekstra okular, klien duduk atau berdiri 60 cm dari perawat.
4) Acungkan jari dengan jarak 15-30 cm dari mata klien.
5) Minta klien untuk tidak menggerakkan kepala dan mengikuti pergerakan jari dengan
mata saja.
6) Klien harus melihat ke kanan, kiri, diagonal kanan dan kiri.
7) Gerakan jari dengan perlahan dalam lapangan pandang normal.
8) Saat klien melihat ke tiap arah, amati gerakan paralel mata, posisi kelopak atas terhadap
iris, dan adanya gerakan abnormal.
9) Saat mata bergerak ke tiap arah, kelopak atas sedikit menutupi iris.
10) Kita mengkaji nistagmus, yaitu suatu gerakan bolak-balik ritmis dan involunter dari mata,
dengan menghentikan gerakan jari secara periodik.
11) Kita memicu nistagmus pada klien normal dengan cara membuat mereka melirik ke
kanan/ kiri jauh.
12) Gangguan gerakan mata menggambarkan cedera lokal pada otot mata dan struktur
pendukungnya, atau kelainan saraf kranial yang mempersarafi otot.
3. Lapangan pandang.
1) Untuk mengkaji lapangan pandang, klien berdiri atau duduk dengan jarak 60 cm dari
anda setinggi mata.
2) Klien menutup sebelah mata dan (misalnya mata kri) melihat ke mata anda yang berada
tepat di depannya.
3) Tutup sebelah mata perawat (dalam hal ini mata kanan) sehingga lapangan pandang kta
akan sama dengan klien.
4) Gerakkan jari dari kejauhan yang sama dari perawat dan klien di luar lapangan pandang,
lalu gerakan memasuki lapangan pandang.
5) Tanyakan pada klien kapan ia mulai dapat melihat jari.
6) Jika anda dapat melihat jari sebelum klien, artinya lapangan pandang klien mengecil.
7) Untuk memeriksa penglihatan lapangan temporal, objek harus berada sedikit di belakang
klien. (Catatan : perawat dapat melihat jari tersebut).
8) Ulangi prosedur untuk mata sebelahnya.
4. Struktur mata eksternal.
1) Untuk inspeksi ini, berdirilah tepat di depan klien, dan minta klien untuk melihat ke
wajah anda.
2) Posisi dan susunan.
1) Amati posisi antara kedua mata.
2) Normalnya, mereka paralel satu sama lain.
3) Mata yang menonjol (eksoftalmus) mengindikasikan hipertiroidisme.
4) Strabismus terjadi akibat cedera neuromuskular atau kelainan bawaan.
3) Alis mata.
a. Inspeksi ukuran, tekstur rambut, susunan dan pergerakan.
b. Normalnya, kedua alis simetris.
c. Rambut yang kasar dan tidak sejajar di luar temporal mengindikasikan
hipotiroidisme.
d. Penuaan menyebabkan hilangnya sepertiga lateral alis mata.
e. Minta klien untuk menaikkan dan menurunkan alis mata.
f. Mereka akan naik dan turun secara sistematis.
g. Ketidakmampuan menggerakkan alis mata mengindikasikan paralisis saraf fasialis
(saraf kranial VII).
4) Kelopak mata.
a. Inspeksi posisi, warna, permukaan, kondisi dan arah bulu mata, dan kemampuan klien
untuk membuka, menutup, dan berkedip.
b. Saat mata terbuka pada posisi normal, kelopak tidak menutupi pupil, dan sklera di
atas iris tidak terlihat.
c. Penurunan kelopak mata mencapai pupil disebut ptosis, disebutkan oleh edema atau
gangguan saraf kranial III.
d. Pada lansia, ptosis diakibatkan hilangnya elastisitas karena penuaan.
e. Amati defek posisi margo kelopak mata.
f. Lansia sering menderita margo yang keluar (ektropion) atau ke dalam (entropion).
g. Entropion dapat menyebabkan bulu mata mengiritasi konjungtiva dan kornea
sehingga muncul risiko infeksi.
h. Bulu mata normal terdistribusi merata dan menjauhi bola mata.
i. Benjolan eritema atau kuning pada folikel bulu mata mengindikasikan radang
supuratif akut.
j. Untuk menginspeksi permukaan kelopak atas, minta klien untuk menutup matanya.
k. Angkat kedua alis perlahan dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk meregangkan kulit.
l. Kelopak normal tampak mulus dan berwarna sama dengan kulit.
m. Warna kemerahan mengindikasikan radang atau infeksi.
n. Edema kelopak terkadang menyebabkan kornea terpajan pada pengeringan.
o. Minta klien membuka mata untuk menginspeksi kelopak mata bawah.
p. Normalnya, klien akan berkedip involunter dan bilateral sebanyak 20 x / menit.
5) Aparatus lakrimal.
a. Kelenjar lakrimal terkadang menjadi lokasi tumor atau infeksi.
b. Lakukan inspeksi pada area ini untuk melihat edema dan warna kemerahan.
c. Palpasi kelenjar dengan perlahan untuk mendeteksi nyeri tekan.
d. Normalnya, kita tidak dapat meraba kelenjar.
6) Konjungtiva dan sklera.
a. Sklera normal memiliki warna putih porselen pada kaum kulit putih dan kuning
terang pada klien berkulit gelap.
b. Sklera mengalami pigmentasi dan tampak kuning atau hijau jika ada penyakit hati.
c. Berhati-hatilah saat memeriksa konjungtiva.
d. Untuk pajanan yang cukup, tarik kelopak mata tanpa menekan bola mata.
e. Tarik kedua kelopak mata dengan ibu jari dan jari telunjuk di orbita bawah dan atas.
f. Inspeksi warna, tekstur dan adanya edema atau lesi.
7) Kornea.
a. Saat klien melihat lurus ke depan, inspeksi kejernihan dan tekstur kornea menyinari
permukaan kornea dari sudut miring.
b. Kornea normal tampak berkilau, transparan dan mulus.
8) Pupil dan iris.
a. Amati ukuran, bentuk, kesamaan, akomodasi, dan reaksi cahaya pada pupil.
b. Pupil normal hitam, bulat, reguler dan sama ukurannya pada kedua mata.
c. Iris harus tampak jelas.
9) Struktur mata internal.
a. Perawat ahli menggunakan oftalmoskop untuk menginspeksi fundus, yang mencakup
retina, koroid, makula, fovea sentralis dan pembuluh darah retina.
b. Klien yang membutuhkan pemeriksaan ini adalah penderita diabetes, hipertensi, dan
kelainan intrakranial.

Tabel 33-14 Riwayat keperawatan untuk pemeriksaan mata.

Kategori pengkajian Rasional


Tentukan apakah klien mengalami riwayat Beberapa penyakit atau trauma
penyakit mata, trauma mata, diabetes, menyebabkan risiko kehilangan penglihatan
hipertensi atau operasi mata. parsial atau komplit. Klien mungkin telah
menjalani operasi untuk kelainan mata.
Tentukan masalah yang memicu klien Gejala umum penyakit mata
untuk mencari perawatan kesehatan. mengindikasikan kebutuhan akan
Tanyakan klien tentang nyeri mata, penyelenggara kesehatan.
fotofobia, rasa terbakar atau gatal, air mata
berlebihan, diplopia atau penglihatan
ganda, meras amelihat tirai pada lapangan
pandang, floaters, sinar kilat atau halo
disekitar cahaya.
Tentukan apakah ada riwayat penyakit Beberapa masalah mata bersifat diturunkan.
mata pada keluarga.
Tinjau riwayat pekerjaan dan hobi rekreasi Pekerjaan jarak dekat menyebabkan
klien; apakah klien menggunakan kacamata kelelahan mata.
pengaman?
Tanyakan apakah klien menggunakan Klien harus menggunakan kacamata atau
kacamata atau lensa kontak? Jika iya, lensa kontak selama bagian tertentu
seberapa sering. pemeriksaan untuk hasil yang akurat.
Tentukan kapan terakhir kali klien Tanggal pemeriksaan terakhir
mengunjungi dokter mata atau ahli memperlihatkan tingkat tindakan preventif
optometri. yang dilakukan klien.
Periksa obat yang sedang dikonsumsi klien, Menentukan pengetahuan klien tentang
termasuk tetes mata atau salep. obat. Beberapa obat menyebabkan gejala
visual.

Tabel 33-13 Masalah penglihatan dan mata yang umum ditemui.

Hiperopia/Hipermetropia Miopia
Merupakan kelainan penglihatan jarak dekat Merupakan kelainan penglihatan jarak jauh
di mana sinar yang masuk ke mata di mana sinar yang masuk ke mata
difokuskan di belakang retina. Klien melihat difokuskan di depan retina. Klien dapat
objek jarak jauh, namun kesulitan melihat melihat objek jarak dekat namun kesulitan
objek di jarak dekat. melihat objek jarak jauh.
Presbiopia Retinopati
Merupakan gangguan penglihatan dekat Merupakan kelainan non-radang akibat
pada dewasa menengah dan lansia yang perubahan pembuluh darah retina.
diakibatkan hilangnya elastisitas lensa dan Merupakan penyebab utama kebutaan.
berhubungan dengan penuaan.
Strabismus Katarak
Merupakan kondisi dimana kedua mata Adalah peningkatan kekeruhan lensa yang
tidak berfokus pada satu objek secara menghalang sinar memasuki mata.
simultan; mata tampak julin.
Glaukoma Degenerasi makula
Merupakan kerusakan struktur intraokular Terdapat gangguan kesehatan sentral yang
akibat peningkat tekanan intrakular. sering terjadi mendadak akibat degerasi
progresif makula.
PEMERIKSAAN FISIK TELINGA
Tujuan :
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga dan fungsi pendengaran.
Persiapan alat :
1. Arloji berjarum jam detik
2. Garputalla
3. Spekulum telinga
4. Lampu kepala

Prosedur pelaksanaan Inspeksi dan palpasi telinga luar


1) Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan
2) Posisi pemeriksa menghadap kesisi telinga yang dikaji
3) Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala atau sumber cahaya lain
sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja
4) Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene, adanya lesi/ massa dan
kesimetrisan.
5) Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari telunjuk dan jempol.
6) Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, yaitu dari jaringan lunak kejaringan keras dan
catat jika ada nyeri
7) Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga di bawah daun telinga.
8) Bandingkan telinga kiri dan kanan.
9) Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut:
a. Pada orang dewasa, pegang daun telinga / heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga ke
atas dan kebelakang sehingga lurus dan menjadi mudah diamatai.
b. Pada anak-anak, tarik daun telinga ke bawah.
10) Periksa adanya peradangan, perdarahan atau kotoran / serumen pada lubang telinga.

Pemeriksaan pendengaran
Menggunakan bisikan
1) Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.
2) Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa
3) Bisikkan suatu bilangan, misal ”tujuh enam”
4) Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar
5) Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama
6) Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien.
Menggunakan arloji
1) Ciptakan suasana ruangan yang tenang
2) Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien
3) Minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia mendengar detak arloji
4) Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan minta klien untuk memberitahu
pemeriksa jika ia tidak mendengar detak arloji. Normalnya klien masih mendengar sampai
jarak 30 cm dari telinga.
Menggunakan garputalla
Pemeriksaan Rinne :
1) Pegang garputalla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan
yang berlawanan
2) Letakkan tangkai garputalla pada prosesus mastoideus klien
3) Anjurkan klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi
4) Angkat garputalla dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm dengan
posisi garputalla parallel terhadap lubang telinga luar klien
5) Instruksikan klien untuk memberitahu apakah masih mendengar suara atau tidak
6) Catat hasil pendengaran pemeriksaan tersebut.
Pemeriksaan Weber :
1) Pegang garputalla pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan atau buku jaritangan yang
berlawanan
2) Letakkan tangkai garputalla di tengah puncak kepala klien
3) Tanyakan kepada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas
pada salah satu telinga
4) Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
PEMBERIAN OBAT PADA MATA

Obat yang biasa digunakan oleh klien ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang biasa
dibeli bebas , misalnya air mata buatan dan vasokonstrikstor (misalnya visine, dsb). Namun
banyak klien menerima resep obat-obatan oftalmic untuk kondisi mata seperti glaucoma dan
untuk terapi setelah suatu prosedur, misalnya ekstraksi katarak.
Banyak kelompok obat yang termasuk dalam obat mata. Ada beberapa kelompok obat mata
termasuk sediaan obat mata. Pada dasarnya termasuk dalam 4 kelompok utama :
1) Obat pelumas dan sediaan air mata buatan
Zat pelumas dan air mata buatan digunakan untuk mata sakit yang sudah berlama disebabkan
berkurang produkasi air mata alamiah. Kerjanya dengan melekat pada permukaan mata, dan
memastikan air mata alamiah itu akan lebih lama melekat pada permukaan mata. Dapat
digunakankan sebagai pengganti air mata alamiah. Cara pemberian : tetes mata
2) Obat antinflamasi (mengurangi pembengkakan dan mata memerah)
Kerjanya mengurangi keradangan pada mata dengan cara memblokade reaksi alamiah tubuh
terhadap kerusakan atau iritasi. Sediaan obat antinflamasi mata yang disebabkan operasi
(operasi katarak atau keradangan) mengandung suatu senyawa corticosteroid. Pemberian
senyawa corticosteroid hanya kalau peradangan bukan oleh mikroorganisme,
3) Obat antiinfeksi ( membunuh dan mengendalikan bakteri dan virus)
Obat-obat antiinfeksi digunakan untuk infeksi mata seperti blepharitis (keradangan dari
kelopak mata), conjuctivitis (keradangan selaput yang menutup mata) dan keratitis
(keradangan dari kornea) yang disebabkan bakteri atau kuman. Cara kerja obat antinfeksi
dengan membunuh atau mengendalikan penghidupan kuman . Cara pemberian : tetes mata
atau salep mata. Kadang-kadang harus ditambah pengobatan sistemik dengan obat-obat per
oral /injeksi.
Obat-Obat Untuk Gangguan Mata

1. Alat Bantu diagnostic


Alat bantu diagnostic sering dipakai untuk menemukan tempat lesi atau benda asing dan
untuk memberikan anestesi local pada daerah tersebut. Obat-obat yang umumnya
digunakan sebagai alat bantu diagnostic yaitu :
a. Natrium fluoresein
Tujuan : Goresan pada kornea menjadi hijau menyala, benda asing dikelilingi benda
hijau. Bagian konjungtiva yang hilang menunjukan warna kuning jingga. Zat warna
muncul pada secret hidung jika duktus lakrimal paten (tidak ada sumbatan).
b. Fluress (Fluoresein dan benoksinat)
Tujuan : Untuk mengambil benda asing pada mata
2. Anestesi Topikal
a. Anestesi local digunakan dalam aspek-aspek tertentu dari pemeriksaan mata lengkap
dan pada pengangkatan benda asing dari mata. Dua obat anestesi local yang sering
dipakai adalah proparakain hidroklorida dan tetrakain hidroklorida.
b. Anestesi kornea diperoleh dalam waktu satu menit dan umumnya bertahan selama 15
menit. Refleks mengedip sementara hilang karena itu epitel kornea tidak
dipertahankan untuk tetap basah. Obat ini tidak untuk diberikan sendiri oleh klien.
3. Lubrikan
Baik orang sehat maupun sakit mungkin perlu memakai lubrikan mata. Klien yang sehat
yang mengeluh mata kering memakai lubrikan sebagai air mata buatan, lubrikan juga
dipakai untuk membasahi lensa kontak atau mata buatan. Lubrikan dipakai selama
anestesi dan pada gangguan SSP akut atau menahun yang menyebabkan penderita tidak
sadar.
4. Miotik
Pada glaucoma sudut terbuka, miotik dipakai untuk menurunkan tekanan intraocular,
karena ini meningkatkan aliran darah ke retina dan mengurangi kerusakan retina serta
hilangnya penglihatan. Pada prinsipnya, miotik mempermudah keluarnya aqueous humor
dengan mengangkat iris menjauh dari sudut filtrasi.
Tujuan pemberian obat pada mata

1. Digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.


2. Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi
3. Obat mata kortikosteroid digunakan untuk radang atau alergi mata atau juga
bengkak
4. Gabungan antiseptik dengan kortikosteroid
5. Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi.

Prinsip pemberian obat mata

1. Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat sensitif terhadap apapun
yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu, perawat atau bidan menghindari obat mata apapun
secara langsung ke kornea.
2. Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi. Perawat atau bidan
menghindari menyentuh kelopak mata atau struktur mata yang lain dengan alat tetes mata
atau tube salep.
3. Perawat atau bidan menggunakan obat mata hana untuk mata yang terinfeksi.

Indikasi dan kontra indikasi pemberian obat pada mata

1. Indikasi
a. Biasanya obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikut :
b. Meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu,
sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis berenang.
c. antiseptik dan antiinfeksi.
d. radang atau alergi mata.
2. Kontraindikasi
Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada penderita
glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan
dan nasehat dokter.
Cara pemberian obat untuk penyakit mata

1. Lokal
a. Tetes mata
b. Salep mata
2. Sistemik
a. Per oral
b. Suntikan
Prosedur Pemeberian Obat Mata

Alat dan Bahan :


1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
2. Pipet.
3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
4. Korentang dalam tempatnya.
5. Plestier.
6. Kain kasa.
7. Kertas tisu.

Cara Kerja Pemberian Obat Mata :


1. Tinjau kembali program obat dari dokter, termasuk nama klien, nama obat, konsentrasi obat,
jumlah tetesan obat (jika dalam bentuk cair), waktudan mata (kanan atau kiri) yang menerima
obat.
2. Cuci tangan
3. Atur suplai di sisi tempat tidur dan gunakan sarung tangan.
4. Minta klien untuk berbaring terlentang atau duduk dikursi dengan kepala sedikit
hiperekstensi.
5. Jika ada krusta (keropeng) atau drainase disepanjang kelopak mata atau kantus dalam, buang
dengan perlahan. Basahi kerak yang kering dan sulit dipindahkan dengan menggunakan kain
atau bola kapas lembab selama beberapa menit. Selalu mengusap dari kantus ke kantus luar.
6. Masukan obat tetes, salep atau cakram
7. Keluarkan cakram intraokuler
8. Buang suplai yang kotor ke dalam wadah yang tepat. Lepas dan buang sarung tangan dan
cuci tangan.
9. Observasi resons klien terhadap pengobatan, perhatikan tanda dan gejala efek sistemik yang
potensial dan kondisi mata.
10. Catat konsentrasi obat, jumlah tetesan atau cakram waktu
PEMBERIAN OBAT PADA TELINGA

Pemberian obat yang dilakukan pada telinga dengan cara memberikan tetes telinga. Obat
tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada
telinga tengah (otitis eksterna). Obat yang diberikan dapat berupa antibiotik (tetes atau salep).
Contoh : Obat antibiotik : lorafenikol dan Obat pelunak serumen : karbogliserin 10%.

Macam-Macam Obat Telinga

1. Obat telinga sebagai antiseptik dan anti infeksi.


Biasanya merupakan antibiotik seperti chlorampenikol, gentamisin, atau ofloxacin
dengan tambahan penghilang sakit lokal (lidokain/benzokain).
2. Antiseptik telinga dengan kortikosteroid
Pada kelompok obat telinga ini selain mengandung antibiotik dan penghilang sakit lokal
juga ditambah kortikosteroid yang berfungsi untuk menghilangkan gejala alergi pada
telinga.
3. Obat telinga lainnya
Obat telinga ini diindikasikan untuk saluran telinga yang tersumbat oleh kotoran yang
mengeras. Obat telinga ini dibuat dalam bentuk sediaan khusus untuk telinga dengan
pembawa yang mudah menyebar ke dalam liang telinga. Bentuk kemasannya pun
didesain khusus untuk mempermudah pemberian obat telinga.
Semua obat telinga tidak boleh digunakan untuk jangka panjang karena bisa
menimbulkan ototoksik, superinfeksi.
Bila permasalahan telinga disebabkan oleh jamur/virus tidak boleh menggunakan obat
telinga yang mengandung antibiotik karena bisa menimbulkan superinfeksi. Selain itu
antibiotik digunakan untuk infeksi oleh bakteri.
Tujuan pemberian obat telinga

1. Untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organisme


penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
2. Menghilangkan nyeri
3. Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil.

Prosedur Pemberian Obat Telinga

Persiapan Alat dan Bahan :


1. Obat dalam tempatnya
2. Penetes
3. Spekulum telinga
4. Pinset anatomi dalam tempatnya
5. Korentang dalam tempatnya
6. Plester
7. Kain kasa
8. Kertas tisu
9. Balutan

Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang
akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien ke atas
4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau ke belakang pada orang
dewasa dank e bawah pada anak
5. Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah tetesan sesuai dosisi pada
dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara
6. Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukkan atau oleskan salep pada liang
telinga
7. Pertahankan posisi kepala kira0kira 2-3 menit
8. Tutup telinga dengan pembalut atau plester kalau perlu
9. Cuci tangan
10. Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian

Anda mungkin juga menyukai