Anda di halaman 1dari 37

5.

4 Hasil Analisis Kesesuaian Lahan


5.4.1 Kesesuaian Lahan G 2.1
5.4.1.1 Kesesuaian Lahan aktual dan potensial G 2.1 tanaman jagung (Zea mays)
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial pada titik G2.1
komoditas tanaman jagung (Zea mays) yang berada pada desa Bocek.
Tabel . Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung (Zea mays)
Persyaratan Kelas Kesesuaian Lahan Data Aktual Potensial
Penggunaan/ Penga
Karakteristik matan
Lahan S1 S2 S3 N
Temperatur
(tc)
Temperatur 26 - 16 - 24 S1 S1
o
rerata ( C) 20 - 26 30 20 < 16
30 -
32 > 32
Ketersedian
air (wa)
Curah hujan 1.200 > 2188 S3 S2
(mm) 900 - - 1.60
1.200 1.600 0
500 - 300 -
900 500 < 300
Ketersedian
oksigen (oa)
Drainase sangat Lamba S3 S1
baik, agak terha terham t
sedang cepat, mbat bat,
agak
terha
mbat cepat
Media
perakaran
(rc)
Tekstur agak Liat S1 S1
halus, halus, kasa
agak agak r kasar
halus,
halus, sedan
sedang g
Bahan kasar 15 - 35 -
(%) <15 35 55 > 55
Kedalaman 40 - 25 - >15 S2 S1
tanah (cm) > 60 60 40 < 25
Gambut
Retensi hara
(nr)
KTK liat 5-
(cmol) > 16 16 <5 -
Kejenuhan 35 -
basa (%) > 50 50 < 35 -
pH H2O 5,8 - 5,5 - 7 S1 S1
7,8 5,8 < 5,5 -
7,8 -
8,2 > 8,2 -
C organik (%) 0,8 -
> 1,2 1,2 < 0,8 -
Toksisitas
(xc)
Sodisitas (xn)
Bahaya
Sulfik (cm)
Bahaya erosi
(eh)
Lereng (%) 8- 32 N1 N1
<3 3-8 15 > 15
Bahaya erosi sanga ringa Berat N S3
t n- berat -
ringa seda sangat
n ng bera
Bahaya
banjir (fh)
Genangan - - 25 >25 Tanpa S1 S1
Penyiapan
lahan (lp)
Ordo N N
Kelas NI N1
Sub kelas N1eh N1eh
Berdasarkan hasil pencocokan data tanaman jagung dengan karakteristik
tanah dapat diketahui kelas kesesuaian aktual tanaman jagung pada titk G2.1
yakni termasuk dalam kelas N1eh yang menunjukkan bahwa keberadaan jagung
pada lahan titik tersebut masuk pada ordo N (tidak sesuai), kelas N1 (tidak sesuai
saat ini) dengan faktor pembatas erosi. Pembatas masih bisa untuk diatasi namun
membutuhkan teknologi yang tinggi dan biaya yang rasional (Rayes, 2007).
Adapun faktor pembatas pada titik ini adalah eh (bahaya erosi) dan lereng pada
titik ini sebesar 32% dengan bahaya lereng berat.
Kondisi pembatas berupa drainase dapat dilakukan perbaikan dengan cara
memperbaiki kondisi sistem drainase, seperti saluran drainase. Kelas lereng tidak
dapat dilakukan perubahan karena presentase kelerengan yang ada dititik cukup
tinggi, sehingga jika diadakan perbaikan maka biaya yang dikeluarkan sangat
tinggi. Namun dapat dilakukan perbaikan bahaya erosi dengan melakukan
perbaikan dari kelas N menjadi kelas S3 berupa pemotongan lereng dengan
sisitem teras. Selain itu perlu memperhatikan faktor biofisik dan faktor sosial
ekonomi untuk modal dan tenaga kerja jika dilakukah perbaikan (Wirosoedarmo,
dkk. 2011). Sehingga perbaikan tersebut akan dapat memperbaiki kondisi tanah
yang ada meskipun tidak mengalami perubahan kelas dan pembatas. tetapi
perbaikan pada pembatas lain dapat memberikan dampak yang lebih baik dari
pada sebelum perbaikan.
5.4.1.2 Kesesuaian Lahan aktual dan potensial G 2.1 tanaman jagung (Mangifera
indica)
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial pada titik G2.1
komoditas tanaman Mangga (Mangifera indica) yang berada pada desa Bocek.
Tabel . Kesesuaian Lahan G2.1 tanaman Mangga (Mangifera indica)
Kualitas/ Kelas Kesesuaian Lahan Data Ak Pot
tua ensi
l al
Karakteristik S1 S2 S3 N Pengamatan
Temperatur
(tc)
Temperatur 22 - 28 28 - 34 34 – 40 > 40 24 S1 S1
rerata (oC) 18 - 22 15 - 18 < 15

Ketersedian
air (wa)
Curah hujan 1.250 - 1.750 - 2.000 - > 2188 S3 S2
(mm) 1.750 2.000 2.500 2.50
0

1.000 - 750 - <


1.250 1.000 750
Ketersedian
oksigen (oa)
Drainase Lambat S3 S2
Media
perakaran
(rc)
Tekstur agak sedang agak kasa Liat S1 S1
halus, kasar r
halus
Bahan kasar
(%)
Kedalaman < 50 50 - 100 - >200 >15 S2 S1
tanah (cm) 100 200
Gambut
Retensi hara
(nr)
KTK liat
(cmol)
Kejenuhan > 35 20 - 35 < 20 100 S1 S1
basa (%)
pH H2O 7 S1 S1
C organik
(%)
Toksisitas
(xc)
Sodisitas
(xn)
Bahaya
Sulfik (cm)
Bahaya erosi
(eh)
Lereng (%) <8 8 - 15 15 - 30 > 30 32 N1 N1
Bahaya erosi sangat ringan - berat sang Berat S3 S2
ringan sedang at
berat

Bahaya
banjir (fh)
Genangan - - - <7 Tanpa S1 S1
(hari)
Penyiapan
lahan (lp)
Ordo N N
N1 N1
Kelas
Sub kelas N1 N1e
eh h
Berdasarkan hasil pencocokan data tanaman mangga dengan karakteristik
tanah dapat diketahui kelas kesesuaian aktual tanaman mangga pada titk G2.1
yakni termasuk dalam kelas N1eh yang menunjukkan bahwa keberadaan mangga
pada lahan titik tersebut masuk pada ordo N (tidak sesuai), kelas N1 (tidak sesuai
saat ini) dengan faktor pembatas erosi. Namun pembatas ini masih mungkin untuk
diatasi dan hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini
dengan biaya rasional (Rayes, 2007). Adapun faktor pembatas pada titik ini adalah
lereng sebesar 32%.
Sedangkan kelas kesesuaian potensial tanaman manga pada titik G2.1
yakni termasuk ke dalam kelas yang sama, yakni N1eh. Namun ada beberapa
karakteristik yang dapat diperbaiki dari kelas S3 menjadi S2, yakni karakteristik
curah hujan (ketersediaan air), drainase, dan bahaya erosi.
5.4.1.3 Kesesuaian Lahan aktual dan potensial G 2.1 Bawang putih (Allium
sativum LINN)
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial pada titik G2.1
komoditas tanaman Bawang putih (Allium sativum LINN) yang berada pada desa
Bocek.
Tabel . Kesesuaian Lahan G2.1 tanaman Bawang putih (Allium sativum LINN)
Kualitas/ Kelas Kesesuaian Lahan Data Aktual Potensial
Karakteristik S1 S2 S3 N Pengamatan
Temperatur
(tc)
Temperatur 16 - 18 - 20 - > 23 24 N N
rerata (oC) 18 20 23

14 - 12- < 12
16 16

Ketersedian
air (wa)
Curah hujan 350 - 600 - 800 > 2188 N S3
(mm) 600 800 - 1.600
1.60
0

300 - 230 < 250


350 -
500

Ketersedian
oksigen (oa)
Drainase baik, agak terh sanga Lambat S3 S2
agak cepat amb t
, at terha
mbat,

terha seda terha


mbat ng mbat,
cepat

Media
perakaran
(rc)
Tekstur halus halus aga kasar Liat S1 S1
, , k
agak agak kas
ar

halus halus
, ,
seda seda
ng ng

Bahan kasar
(%)
Kedalaman > 50 30 - 20 - < 20 >15 S1 S1
tanah (cm) 50 30

Gambut
Retensi hara
(nr)
KTK liat
(cmol)
Kejenuhan
basa (%)
pH H2O 6,0 - 5,8 - < 7 S1 S1
7,8 6,0 5,8

7,8 - >
8,0 8,0

C organik
(%)
Toksisitas
(xc)
Sodisitas
(xn)
Bahaya
Sulfik (cm)
Bahaya erosi
(eh)
Lereng (%) <3 3-8 8 - > 15 32 N N
15

Bahaya erosi Sang Rin Berat- Berat N S3


at gan sanga
ringa - t
n sed berat
ang

Bahaya
banjir (fh)
Genangan - - - <7 Tanpa S1 S1
Penyiapan
lahan (lp)
Ordo N N
Kelas N1 N1
Sub kelas N1tc, N1tc
wa, eh
Berdasarkan hasil pencocokan data tanaman bawang putih dengan
karakteristik tanah di atas, dapat diketahui kelas kesesuaian aktual tanaman
bawang putih pada titik G2.1 yakni termasuk dalam kelas N1tc,wa,eh yang
menunjukkan bahwa keberadaan bawang putih pada lahan di titik tersebut
termasuk pada ordo N (tidak sesuai), kelas N1 (tidak sesuai saat ini) dengan faktor
pembatas temperatur, ketersediaan air, dan erosi. Diketahui bahwa apabila lahan
tersebut termasuk ordo N berarti lahan tersebut memiliki faktor pembatas yang
sangat berat yang dimana secara ekonomi tidak sesuai (Rayes, 2007).

Kondisi faktor pembatas berupa temperatur rerata termasuk kondisi faktor


pembatas yang tidak dapat dilakukan. Sedangkan untuk faktor pembatas
ketersediaan air masih dapat dilakukan perbaikan dengan jenis usaha perbaikan
seperti menerapkan sistem irigasi/pengairan dengan tingkat pengelolaan sedang
maupun tinggi sehingga kelas yang awalnya N dapat berubah menjadi S3.
Kemudian untuk faktor pembatas berupa bahaya erosi yaitu kondisi lereng sebesar
32% tidak dapat lakukan perbaikan karena kelerengan yang ada tergolong cukup
tinggi dan tergolong pada tingkat pengelolaan yang tinggi di mana pengelolaan
membutuhkan biaya yang relatif sangat besar, sedangkan untuk bahaya erosi dapat
dilakukan usaha perbaikan berupa pembuatan teras, penanaman sejajar kontur,
usaha pengurangan laju erosi dan penanaman tanaman penutup tanah sehingga
kelas dapat berubah dari kelas N menjadi S3 (Rayes, 2007). Tanaman penutup
tanah dapat memperbaiki kondisi tanah dan juga melindungi tanah dari
kemungkinan terjadinya erosi. Peranan penutup tanah antara lain; (1) menahan air
hujan yang langsung jatuh ke tanah yang dapat merusak permukaan tanah, (2)
memberikan sumber bahan organik dari bagian tanaman yang mati dan jatuh ke
tanah, (3) menyerap air. Tanaman penutup tanah yang akan digunakan haruslah
mempunyai sistem perakaran yang tidak akan menyebabkan kompetisi bagi
tanaman utama. (Budiwati, 2013). Sehingga kelas bahaya erosi dapat berubah dari
N menjadi S3.
5.4.1.4 Kesesuaian Lahan aktual dan potensial G 2.1 tanaman Talas (Colocasia
esculenta SCHOTT)
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial pada titik G2.1
komoditas tanaman talas (Colocasia esculenta SCHOTT) yang berada pada desa
Bocek.
Tabel . Kesesuaian Lahan G2.1 tanaman Talas (Colocasia esculenta SCHOTT)
Kualitas/ Kelas Kesesuaian Lahan Data Aktual Potensial
Karakteristik S1 S2 S3 N Pengamatan
Temperatur
(tc)
Temperatur 25 - > 32 20 - < 20 24 S1 S1
rerata (oC) 32 22

22 -
25
Ketersedian
air (wa)
Curah hujan 2188 S3 S2
(mm)
bulan ke-1 > 45 30 - 20 - < 20
45 30
bulan ke-2 > 80 65 - 50 - < 50
dan ke-3 80 65
bulan ke-4 > 20 ≤ 20

Ketersedian
oksigen (oa)
Drainase baik, agak terha sangat Lambat S3 S2
agak cepat, mbat terham
bat,

terha sedan cepat


mbat g

Media
perakaran
(rc)
Tekstur agak halus agak kasar Liat S1 S1
halus, kasar
Sedan
g
Bahan kasar
(%)
Kedalaman > 75 50 - 25 - < 25 >15 N S3
tanah (cm) 75 50
Gambut
Retensi hara
(nr)
pH H2O 5,5 - 5,0 - < 5,0 7 S2 S1
6,5 5,5
6,5 - > 7,5
7,5
Bahaya erosi
(eh)
Lereng (%) <3 3-8 8 - 15 > 15 32 N N
Bahaya erosi sanga ringa berat - Berat N S3
t n - sangat
ringa sedan berat
n g
Bahaya
banjir (fh)
Genangan - <7 7-14 >14 Tanpa S1 S1
Penyiapan
lahan (lp)
Ordo N N
Kelas N1 N1
Sub kelas N1 rc, N1 eh
eh
Berdasarkan hasil pencocokan data tanaman talas dengan karakteristik
tanah dapat diketahui kelas kesesuaian aktual tanaman talas pada titik G2.1 yakni
termasuk dalam kelas N1 rc, eh yang menunjukkan bahwa keberadaan talas pada
lahan titik tersebut masuk pada ordo N (tidak sesuai), kelas N1 (tidak sesuai saat
ini) dengan faktor pembatas media perakaran, dan bahaya erosi. Namun pembatas
ini masih mungkin untuk diatasi dan hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat
pengetahuan sekarang ini dengan biaya rasional (Rayes, 2007). Adapun faktor
pembatas pada titik ini adalah rc (media perakaran) dengan kedalaman >15 cm
dan eh (bahaya erosi) yang memiliki kelerengan 32%

Kondisi pembatas berupa media perakaran dapat dilakukan dengan


penambahan bahan organic. Pemberian bahan organik ke dalam tanah harus
dilaku kan secara berkelanjutan karena bahan organik merupakan komponen yang
penting untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas sifat-sifat tanah. Bahan
organik dapat berperan dalam perbaikan sifat fisik tanah yakni dapat memperbaiki
porositas pada tanah. (Eva, 2015). Kelas lereng tidak dapat dilakukan perubahan
karena presentase kelerengan yang ada dititik cukup tinggi, sehingga jika
diadakan perbaikan maka biaya yang dikeluarkan sangat tinggi. Pada kondisi ini
perlu adanya perbaikan kondisi tanah yang ada meskipun tidak mengalami
perubahan kelas, tetapi perbaikan pada pembatas dapat memberikan dampak yang
lebih baik dari pada sebelum perbaikan.
5.4.2 Kesesuaian Lahan G 2.2
5.4.2.1 Kesesuaian Lahan aktual dan potensial G 2.2 Tanaman Kopi (Coffea
canephora)
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial pada titik G2.2
komoditas Tanaman Kopi (Coffea canephora) yang berada pada desa Bocek.
Tabel . Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi (Coffea canephora)

Kualitas/ Data Aktual Potensial


Kelas Kesesuaian Lahan
Karakteristik S1 S2 S3 N Pengamatan
Temperatur
(tc)
Temperatur 19- 24 S1 S1
rerata (oC) 22-25 (-) 22 <19
25- 28-
28 32 >32
Ketersedian
air (wa)

Curah hujan 175 2188 S1 S1


(mm) 0- 1500
2000- 200 -
3000 0 1750 <1500
300
0- 3500
350 -
0 4000 >4000
Ketersedian
oksigen (oa)
Drainase agak Sangat Agak S3 S2
sed terha terham terhambat
Baik ang mbat bat
agak
cepa
t cepat
Media
perakaran
(rc)
Tekstur halus Liat S1 S1
agak Berdebu
halus kasar
agak
kasa sangat
sedang (-) r halus
Bahan kasar
(%)
Kedalaman 75- 50- >50 S3 S2
tanah (cm) >100 100 75 <50
Gambut
Retensi hara
(nr)
KTK liat ≤
(cmol) > 16 16
Kejenuhan ≤
basa (%) > 20 20
pH H2O 7 S3 S2
C organik
(%)
Toksisitas
(xc)
Sodisitas
(xn)
Bahaya
Sulfik (cm)
Bahaya erosi
(eh)
Lereng (%) 8- 16- 18 S3 S2
<8 16 30; > 30;
16-
50 >50
Bahaya erosi sanga rend Sedang S2 S1
t ah –
renda seda sangat
h ng berat berat
Bahaya
banjir (fh)
Genangan F0 F0 F1 > F1 Tanpa S1 S1
Penyiapan
lahan (lp)
Ordo S S
Kelas S3 S2
Sub Kelas S3oa,r S2oa,rc,
c,nr,eh nr,eh
Berdasarkan hasil pencocokan data tanaman kopi dengan karakteristik
tanah dapat diketahui bahwa kelas kesesuaian aktual tanaman kopi pada titk G2.2
yakni termasuk dalam sub kelas S3oa,rc,nr,eh yang menunjukkan bahwa
keberadaan kopi pada lahan titik tersebut masuk pada ordo S (sesuai), kelas S3
(sesuai marginal) dengan faktor pembatas drainase, kedalaman tanah, pH, dan
lereng. drainase agak terhambat, kedalaman tanah >50 cm, pH 7, dan lereng 18%.
Sedangkan menurut Supriadi (2017) kondisi tanah yang sesuai dengan kopi
robusta yakni drainase baik, kedalaman tanah >100, pH antara 5,5-6,5, dan lereng
kurang dari 30%. Sehingga dari semua pembatas dapat diperbaiki dengan resiko
mengurangi produktivitas dan keuntungan (Rayes, 2007).

Kondisi pembatas drainase dapat diperbaiki dengan penggunaaan bahan


organik karena berpengaruh pada sifat fisik dan kimia tanah terutama drainase
bagi tanaman (Hakim et al., 1986). Sehingga kelas drainase dari S3 bisa
meningkat menjadi S2. Sedangkan pada kedalaman tanah memerlukan
pengolahan yang tinggi untuk perbaikan dari kelas S3 menjadi S2. Kondisi pH
dapat ditingkatakan perbaikan dengan pengapuran. Menurut Aji (2017) dosis
penggunaan kapur pertanian selisih pH 1,5 jumlah kapur yang digunakan 5,23
ton/hektar sebagaimana bambar dibawah. Kondisi lereng masih bisa diperbaiki
menjadi naik satu tingkat dengan dari S3 menjadi S2 karena melihat karakteristik
kopi robusta yang dapat tumbuh pada kemiringan dibawah 30%. Sehingga terjadi
kenaikan satu kelas dari S3oa,rc,nr,eh menjadi S2oa,rc,nr,eh dengan faktor
pembatas yang masih sama.
Gambar Dosis Penggunaan Kapur Pertanian
5.4.2.2 Kesesuaian Lahan aktual dan potensial G 2.2 tanaman Mangga
(Mangifera indica)
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial pada titik G2.2
komoditas tanaman Mangga (Mangifera indica) yang berada pada desa Bocek.
Tabel . Kesesuaian Lahan G2.2 tanaman Mangga (Mangifera indica)

Kualitas/ Kelas Kesesuaian Lahan Data Aktua Poten


l sial
Karakteristik S1 S2 S3 N Pengam
atan
Temperatur
(tc)
Temperatur 22 - 28 28 - 34 34 – 40 > 40 24 S1 S1
rerata (oC) 18 - 22 15 - 18 < 15

Ketersedian
air (wa)
Curah hujan 1.250 - 1.750 - 2.000 - > 2188 S3 S2
(mm) 1.750 2.000 2.500 2.50
0

1.000 - 750 - <


1.250 1.000 750
Ketersedian
oksigen (oa)
Drainase Baik Agak Terham Sang Agak S2 S1
Terham bat at terham
bat Terh bat
amb
at
Sedang Agak Cepa
Cepat t
Media
perakaran
(rc)
Tekstur agak sedang agak kasa Liat S1 S1
halus, kasar r Berdeb
u
halus
Bahan kasar
(%)
Kedalaman < 50 50 - 100 - >200 >50 S3 S2
tanah (cm) 100 200
Gambut
Retensi hara
(nr)
KTK liat
(cmol)
Kejenuhan > 35 20 - 35 < 20 7 S1 S1
basa (%)
pH H2O
C organik
(%)
Toksisitas
(xc)
Sodisitas
(xn)
Bahaya
Sulfik (cm)
Bahaya erosi
(eh)
Lereng (%) <8 8 - 15 15 - 30 > 30 18 S3 S2
Bahaya erosi sangat ringan - berat sang Sedang S2 S1
ringan sedang at
berat

Bahaya
banjir (fh)
Genangan - - - <7 Tanpa S1 S1
(hari)
Penyiapan
lahan (lp)
Ordo S S
S3 S2
Kelas
Sub kelas S3wa, S2wa,
rc, eh rc,eh
Berdasarkan hasil pencocokan data tanaman manga dengan karakteristik
tanah dapat diketahui kelas kesesuaian actual tanaman manga pada titik G2.2
yakni termasuk dalam kelas S3wa, rc, eh yang menunjukan bahwa keberadaan
manga pada lahan titik tersebut masuk pada ordo S (sesuai), kelas S3 (sesuai
marginal) dengan faktor pembatas curah hujan, kedalaman tanah, dan lereng.
Curah hujan 2.188, kedalaman tanah > 50 cm, dan lereng 18 %. Sedangkan
menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau (2018) kondisi tanah yang
sesuai dengan manga adalah curah hujan antara 750 – 2.250 mm per tahun.
Sehingga dari semua pembatas dapat diperbaiki dengan resiko mengurangi
produktivitas dan keuntungan (Rayes, 2007).
Kondisi pembatas curah hujan (ketersediaan air), kedalaman tanah, dan
lereng dapat diperbaiki. Ketersediaan air dapat diperbaiki bukan hanya dari curah
hujan tetapi kondisi air, yakni dengan menyediakan penyediaan air berupa sistem
irigasi dan pengairan (Rayes, 2007). Ketersediaan air tanah, yakni selisih infiltrasi
dan kebutuhan air tanah. Ketersediaan air tanah merupakan jumlah air yang dapat
tersimpan ke dalam tanah dan keluar dalam kurun waktu tertentu (Purbawa dan
Wiryajaya, 2009). Kedalaman tanah dapat diperbaiki dengan pengolahan yang
tingi (Rayes, 2007). Sedangkan pada kondisi lereng dapat dilakukan perbaikan
dengan membuat lereng lebih datar (Wirosoedarmo, dkk. 2011). Sehingga terjadi
kenaikan satu kelas dari S3wa, rc, eh menjadi S2wa, rc, eh dengan faktor
pembatas yang masih sama.
5.4.2.3 Kesesuaian Lahan aktual dan potensial G 2.2 tanaman Bawang putih
(Allium sativum LINN)
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial pada titik G2.2
komoditas tanaman Bawang putih (Allium sativum LINN) yang berada pada desa
Bocek.
Tabel . Kesesuaian Lahan G2.2 tanaman Bawang putih (Allium sativum LINN)

Kualitas/ Kelas Kesesuaian Lahan Data Aktual Potensial


Karakteristik S1 S2 S3 N Pengamatan
Temperatur
(tc)
Temperatur 16 - 18 - 20 - > 23 24 N N
rerata (oC) 18 20 23

Ketersedian 14 - 12- < 12


air (wa) 16 16

Curah hujan 2188 N S3


(mm)
Ketersedian 350 - 600 - 800 >
oksigen (oa) 600 800 - 1.600
1.60
0

Drainase 300 - 230 < 250 Lambat S3 S2


350 -
500

Media
perakaran
(rc)
Tekstur baik, agak terh sanga Liat S1 S1
agak cepat amb t
, at terha
mbat,

Bahan kasar terha seda terha 0


(%) mbat ng mbat,
cepat

Kedalaman >15 S1 S1
tanah (cm)
Gambut halus halus aga kasar
, , k
agak agak kas
ar

Retensi hara halus halus


(nr) , ,
seda seda
ng ng

KTK liat
(cmol)
Kejenuhan > 50 30 - 20 - < 20
basa (%) 50 30

pH H2O 7 S1 S1
C organik
(%)
Toksisitas
(xc)
Sodisitas
(xn)
Bahaya 6,0 - 5,8 - <
Sulfik (cm) 7,8 6,0 5,8

Bahaya erosi 7,8 - >


(eh) 8,0 8,0

Lereng (%) <3 3-8 8 - > 15 32 N N


15

Bahaya erosi Sang Rin Berat- Berat N S3


at gan sanga
ringa - t
n sed berat
ang

Bahaya
banjir (fh)
Genangan - - - <7 Tanpa S1 S1
Penyiapan
lahan (lp)
Ordo N N
Kelas N1 N1
Sub kelas N1tc, N1tc
wa, eh
Berdasarkan hasil pencocokan data tanaman bawang putih dengan
karakteristik tanah di atas, dapat diketahui kelas kesesuaian aktual tanaman
bawang putih pada titik G2.2 yakni termasuk dalam kelas N1tc,wa,eh yang
menunjukkan bahwa keberadaan bawang putih pada lahan di titik tersebut
termasuk pada ordo N (tidak sesuai), kelas N1 (tidak sesuai saat ini) dengan faktor
pembatas temperatur, ketersediaan air, dan erosi. Diketahui bahwa apabila lahan
tersebut termasuk ordo N berarti lahan tersebut memiliki faktor pembatas yang
sangat berat yang dimana secara ekonomi tidak sesuai (Rayes, 2007).

Kondisi faktor pembatas berupa temperatur rerata termasuk kondisi faktor


pembatas yang tidak dapat dilakukan. Sedangkan untuk faktor pembatas
ketersediaan air masih dapat dilakukan perbaikan dengan jenis usaha perbaikan
seperti menerapkan sistem irigasi/pengairan dengan tingkat pengelolaan sedang
maupun tinggi sehingga kelas dapat berubah dari N menjadi S3. Kemudian untuk
faktor pembatas berupa bahaya erosi yaitu kondisi lereng sebesar 18% dapat
dilakukan usaha perbaikan seperti sistem penanaman sejajar kontur maupun usaha
pembuatan teras (Balittanah Litbang, 2004) sehingga kelas dapat berubah dari N
menjadi S3, sedangkan untuk bahaya erosi dapat dilakukan usaha perbaikan
berupa pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, usaha pengurangan laju erosi
dan penanaman tanaman penutup tanah sehingga kelas dapat berubah dari S3
menjadi S2. (Rayes, 2007). Tanaman penutup tanah dapat memperbaiki kondisi
tanah dan juga melindungi tanah dari kemungkinan terjadinya erosi. Peranan
penutup tanah antara lain; (1) menahan air hujan yang langsung jatuh ke tanah
yang dapat merusak permukaan tanah, (2) memberikan sumber bahan organik dari
bagian tanaman yang mati dan jatuh ke tanah, (3) menyerap air. Tanaman penutup
tanah yang akan digunakan haruslah mempunyai sistem perakaran yang tidak
akan menyebabkan kompetisi bagi tanaman utama. (Budiwati, 2013)
5.4.2.4 Kesesuaian Lahan aktual dan potensial G 2.2 tanaman Talas (Colocasia
esculenta SCHOTT)
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial pada titik G2.2
komoditas tanaman Talas (Colocasia esculenta SCHOTT) yang berada pada desa
Bocek.
Tabel . Kesesuaian Lahan G2.2 tanaman Talas (Colocasia esculenta SCHOTT)
Kualitas/ Kelas Kesesuaian Lahan Data Aktual Potensial
Karakteristik S1 S2 S3 N Pengamatan
Temperatur
(tc)
Temperatur 25 - > 32 20 - < 20 24 S1 S1
rerata (oC) 32 22

22 -
25
Ketersedian
air (wa)
Curah hujan 2188 S3 S2
(mm)
bulan ke-1 > 45 30 - 20 - < 20
45 30
bulan ke-2 > 80 65 - 50 - < 50
dan ke-3 80 65
bulan ke-4 > 20 ≤ 20

Ketersedian
oksigen (oa)
Drainase baik, agak terha sangat Agak S2 S1
agak cepat, mbat terham terhambat
bat,

terha sedan cepat


mbat g

Media
perakaran
(rc)
Tekstur agak halus agak kasar Liat Berdebu S1 S1
halus, kasar
sedan
g
Bahan kasar
(%)
Kedalaman > 75 50 - 25 - < 25 >50 S2 S1
tanah (cm) 75 50
Gambut
Retensi hara
(nr)
pH H2O 5,5 - 5,0 - < 5,0
6,5 5,5
6,5 - > 7,5 7 S2 S1
7,5
Bahaya erosi
(eh)
Lereng (%) <3 3-8 8 - 15 > 15 18 N S3
Bahaya erosi sanga ringa berat - Sedang S3 S2
t n - sangat
ringa sedan berat
n g
Bahaya
banjir (fh)
Genangan - <7 7-14 >14 Tanpa S1 S1
Penyiapan
lahan (lp)
Ordo N S
Kelas N1 S3
Sub kelas N1 eh S3 eh
Berdasarkan hasil pencocokan data tanaman talas dengan karakteristik
tanah dapat diketahui kelas kesesuaian aktual tanaman talas pada titik G2.2 yakni
termasuk dalam kelas N1 eh yang menunjukkan bahwa keberadaan talas pada
lahan titik tersebut masuk pada ordo N (tidak sesuai), kelas N1 (tidak sesuai saat
ini) dengan faktor pembatas lereng. Namun pembatas ini masih mungkin untuk
diatasi dan hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini
dengan biaya rasional (Rayes, 2007). Adapun faktor pembatas pada titik ini adalah
eh (bahaya erosi) yang memiliki kelerengan 18%

Kelas lereng tidak dapat dilakukan perubahan karena presentase


kelerengan yang ada dititik cukup miring , sehingga jika diadakan perbaikan maka
biaya yang dikeluarkan sangat tinggi. Namun dapat dilakukan perbaikan bahaya
erosi dengan melakukan perbaikan dari kelas N menjadi kelas S3 berupa
pemotongan lereng dengan sisitem teras gulud. Pada kondisi ini perlu adanya
perbaikan kondisi tanah yang ada meskipun tidak mengalami perubahan kelas dan
pembatas. tetapi perbaikan pada pembatas lain dapat memberikan dampak yang
lebih baik dari pada sebelum perbaikan.
5.4.3 Kesesuaian Lahan G 2.3
5.4.3.1 Kesesuaian Lahan aktual dan potensial G 2.3 tanaman padi sawah tadah
hujan (Oryza sativa)
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial pada titik G2.3
komoditas Ttanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa) yang berada pada
desa Bocek.
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial pada titik G2.3
komoditas tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa) yang berada pada desa
Bocek.

Tabel . Kesesuaian Lahan tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa)
Kualitas/ Nilai Aktual Potensi
Kelas Kesesuaian Lahan al
Karakterist
ik S1 S2 S3 N
Temperat
ur (tc)
Temperatu 24-29 22-24 18-22 <18 24 S1 S1
r rerata
o
( C)
33-90 29-32 32-35 >35
Ketersedi
an air
(wa)
Curah 2188
hujan
(mm)
Ketersedi
an
oksigen
(oa)
Drainase agak terhamb sangat Cepat Agak S3 S2
terhamb at, baik terhamb Cepat
at, at,
sedang
gak
cepat
Media
perakara
n (rc)
Tekstur Halus, Halus, Agak Kasar Liat S1 S1
Agak Agak Kasar Berpas
Halus Halus ir
Sedang Sedang
Bahan
kasar (%)
Kedalama >50 40-50 25-40 <25 >50 S2 S1
n tanah
(cm)
Gambut
Retensi
hara (nr)
KTK liat
(cmol)
Kejenuhan
basa (%)
pH H2O 5,5-8,2 5,0-5,5 <5,0 6 S1 S1
8,2-1,2 >8,5
C organik
(%)
Toksisitas
(xc)
Sodisitas
(xn)
Bahaya
Sulfik
(cm)
Bahaya
erosi (eh)
Lereng <3 3-8 8-15 >15 12 S3 S2
(%)
Bahaya Sangat Ringan Sedan Ringan S2 S1
erosi Ringan g
Berat
Bahaya
banjir
(fh)
Genangan tanpa <7 7-14 >14 Kadan S1 S1
(hari) g-
kadang
Penyiapa
n lahan
(lp)
Ordo S S
Kelas S3 S3
Sub Kelas S3oa,e S2oa,e
h h
Berdasarkan hasil pencocokan data tanaman padi dengan karakteristik
tanah dapat diketahui sub kelas S3oa,eh yang menunjukkan bahwa keberadaan
tanaman padi masuk dalam ordo S (sesuai), kelas S3 (sesuai marginal) dengan
faktor pembatas drainase dan lereng. Lahan pembatas yang sangat berat untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan. Pembatas akan
mengurangi produktivitas dan keuntungan. Perlu ditingkatkan masukan yang
diperlukan (Rayes, 2007). Adapun faktor pembatas pada titik ini drainase agak
cepat dan bahaya erosi dengan lereng 12%.

Kondisi pembatas berupa drainase agak cepat dapat diperbaiki dengan


pembuatan saluran drainase dengan tingkat pengelolaan sedang dan tinggi
sehingga dapat naik kelas satu tingkat dari S3 menjadi S2 (Rayes, 2007).
Sedangkan pada kondisi lereng dapat dilakukan perbaikan dengan membuat
lereng lebih datar dan perbaikan bahaya erosi dengan penanaman tutupan tanah,
penanaman sejajar dengan kontur, dan membuat teras.
5.4.3.2 Kesesuaian Lahan aktual dan potensial G 2.3 tanaman Mangga
(Mangifera indica)
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial pada titik
G2.3komoditas tanaman Mangga (Mangifera indica) yang berada pada desa
Bocek.

Tabel . Kesesuaian Lahan G2.3 tanaman Mangga (Mangifera indica)


Kualitas/ Kelas Kesesuaian Lahan Data Aktua Poten
l sial
Karakteristik S1 S2 S3 N Pengam
atan
Temperatur
(tc)
Temperatur 22 - 28 28 - 34 34 – 40 > 40 24 S1 S1
rerata (oC) 18 - 22 15 - 18 < 15

Ketersedian
air (wa)
Curah hujan 1.250 - 1.750 - 2.000 - > 2188 S3 S2
(mm) 1.750 2.000 2.500 2.50
0

1.000 - 750 - <


1.250 1.000 750
Ketersedian
oksigen (oa)
Drainase Baik Agak Terham Sang Agak S3 S2
Terham bat at Cepat
bat Terh
amb
at
Sedang Agak Cepa
Cepat t
Media
perakaran
(rc)
Tekstur agak sedang agak kasa Liat S1 S1
halus, kasar r Berpasi
r
halus
Bahan kasar
(%)
Kedalaman < 50 50 - 100 - >200 >50 S3 S2
tanah (cm) 100 200
Gambut
Retensi hara
(nr)
KTK liat
(cmol)
Kejenuhan
basa (%)
pH H2O 5,5-7,8 5,0-5,5 <5,0 6 S1 S1
7,8-8,0 >8,0
C organik
(%)
Toksisitas
(xc)
Sodisitas
(xn)
Bahaya
Sulfik (cm)
Bahaya erosi
(eh)
Lereng (%) <8 8 - 15 15 - 30 > 30 12 S2 S1
Bahaya erosi sangat ringan - berat sang Ringan S2 S1
ringan sedang at
berat

Bahaya
banjir (fh)
Genangan - - - <7 Kadang S1 S1
(hari) -kadang
Penyiapan
lahan (lp)
Ordo S S
S3 S2
Kelas
Sub kelas S3wa, S2wa,
oa, rc oa, rc
Berdasarkan hasil pencocokan data tanaman manga dengan karakteristik
tanah dapat diketahui kelas kesesuaian actual tanaman manga pada titik G2.3
yakni termasuk dalam kelas S3wa, oa, rc yang menunjukan bahwa keberadaan
manga pada lahan titik tersebut masuk pada ordo S (sesuai), kelas S3 (sesuai
marginal) dengan faktor pembatas curah hujan, drainase, dan kedalaman tanah.
Curah hujan 2.188, drainase agak cepat, dan kedalaman tanah > 50 cm.
Sedangkan menurut Asaad, 2007) kondisi tanah yang sesuai dengan manga pada
umumnya adalah tanah yang gembur, jenis lempung sampai lempung berpasir
dengan kedalaman air tanah 1 m atau lebih dan didukung oleh drainase yang
baik. Sehingga dari semua pembatas dapat diperbaiki dengan resiko mengurangi
produktivitas dan keuntungan (Rayes, 2007).
Kondisi pembatas curah hujan (ketersediaan air), drainase, dan kedalaman
tanah dapat diperbaiki. Kondisi pembatas berupa drainase dapat dilakukan
perbaikan dengan cara memperbaiki kondisi sistem drainase, seperti saluran
drainase (Wirosoedarmo, dkk. 2011). Sehingga terjadi kenaikan satu kelas dari
S3wa, oa, rc menjadi S2wa, oa, rc dengan faktor pembatas yang masih sama.
5.4.3.3 Kesesuaian Lahan aktual dan potensial G 2.3 tanaman Bawang putih
(Allium sativum LINN)
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial pada titik G2.3
komoditas tanaman Bawang putih (Allium sativum LINN) yang berada pada desa
Bocek.

Tabel . Kesesuaian Lahan G2.3 tanaman Bawang putih (Allium sativum LINN)
Kualitas/ Kelas Kesesuaian Lahan Data Aktual Potensial
Karakteristik S1 S2 S3 N Pengamatan
Temperatur
(tc)
Temperatur 16 - 18 - 20 - > 23 24 N N
rerata (oC) 18 20 23

Ketersedian 14 - 12- < 12


air (wa) 16 16

Curah hujan 2188 N S3


(mm)
Ketersedian 350 - 600 - 800 >
oksigen (oa) 600 800 - 1.600
1.60
0

Drainase 300 - 230 < 250 Agak Cepat S2 S1


350 -
500

Media
perakaran
(rc)
Tekstur baik, agak terh sanga Liat S1 S1
agak cepat amb t Berpasir
, at terha
mbat,

Bahan kasar terha seda terha


(%) mbat ng mbat,
cepat

Kedalaman >50 S1 S1
tanah (cm)
Gambut halus halus aga kasar
, , k
agak agak kas
ar
Retensi hara halus halus
(nr) , ,
seda seda
ng ng

KTK liat
(cmol)
Kejenuhan > 50 30 - 20 - < 20
basa (%) 50 30

pH H2O 6 S1 S1
C organik
(%)
Toksisitas
(xc)
Sodisitas
(xn)
Bahaya 6,0 - 5,8 - <
Sulfik (cm) 7,8 6,0 5,8

Bahaya erosi 7,8 - >


(eh) 8,0 8,0

Lereng (%) <3 3-8 8 - > 15 12 S3 S2


15

Bahaya erosi Sang Rin Berat- Ringan S3 S2


at gan sanga
ringa - t
n sed berat
ang

Bahaya
banjir (fh)
Genangan - - - <7 Kadang- N S3
kadang
Penyiapan
lahan (lp)
Ordo N N
Kelas N1 N1
Sub kelas N1tc, N1tc
wa, fh
Berdasarkan hasil pencocokan data tanaman bawang putih dengan
karakteristik tanah dapat diketahui bahwa kelas kesesuaian aktual tanaman
bawang putih pada titik G2.3 yakni termasuk dalam sub kelas N1tc,wa,fh yang
menunjukkan bahwa keberadaan bawang putih pada lahan titik G2.3 termasuk
pada ordo N (tidak sesuai), kelas N1 (tidak sesuai saat ini) dengan faktor
pembatas temperatur, ketersediaan air, dan bahaya banjir. Diketahui bahwa
apabila lahan tersebut termasuk ordo N berarti lahan tersebut memiliki faktor
pembatas yang sangat berat yang dimana secara ekonomi tidak sesuai (Rayes,
2007).

Kondisi faktor pembatas berupa temperatur rerata termasuk kondisi faktor


pembatas yang tidak dapat dilakukan. Sedangkan untuk faktor pembatas
ketersediaan air masih dapat dilakukan perbaikan dengan jenis usaha perbaikan
seperti menerapkan sistem irigasi/pengairan dengan tingkat pengelolaan sedang
maupun tinggi sehingga kelas dapat berubah dari N menjadi S3. Kemudian untuk
faktor pembatas banjir dapat dilakukan penanggulangannya seperti kelebihan air
hujan dapat ditampung dengan membuat atau membangun dam parit bertingkat
(channel reservoir cascade) sehingga dapat dilakukan pendistribusian air dan
mencegah kurangnya air. Kelebihan air yang ditampung dalam dam parit pada
bagian atas dapat didistribusikan ke area yang memerlukan air. Selanjutnya
kelebihan air pada dam parit kedua akan ditampung di dam parit ketiga, sehingga
sebagian besar air dapat tertampung dan tidak menjadi banjir sehingga laju erosi
dan kecepatan aliran permukaan dapat ditekan sehingga kelas yang awalnya N
dapat berubah menjadi S3 (Irianto, 2003).
5.4.3.4 Kesesuaian Lahan aktual dan potensial G 2.3 tanaman Talas (Colocasia
esculenta SCHOTT)
Berikut hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial pada titik G2.3
komoditas tanaman Talas (Colocasia esculenta SCHOTT) yang berada pada desa
Bocek.
Tabel . Kesesuaian Lahan G2.3 tanaman Talas (Colocasia esculenta SCHOTT)
Kualitas/ Kelas Kesesuaian Lahan Data Aktual Potensial
Karakteristik S1 S2 S3 N Pengamatan
Temperatur
(tc)
Temperatur 25 - > 32 20 - < 20 24 S1 S1
rerata (oC) 32 22

22 -
25
Ketersedian
air (wa)
Curah hujan 2188 S3 S2
(mm)
bulan ke-1 > 45 30 - 20 - < 20
45 30
bulan ke-2 > 80 65 - 50 - < 50
dan ke-3 80 65
bulan ke-4 > 20 ≤ 20

Ketersedian
oksigen (oa)
Drainase baik, agak terha sangat Agak Cepat S2 S1
agak cepat, mbat terham
bat,

terha sedan cepat


mbat g

Media
perakaran
(rc)
Tekstur agak halus agak kasar Liat Berpasir S1 S1
halus, kasar
sedan
g
Bahan kasar
(%)
Kedalaman > 75 50 - 25 - < 25 >50 S2 S1
tanah (cm) 75 50
Gambut
Retensi hara
(nr)
pH H2O 5,5 - 5,0 - < 5,0 6 S1 S1
6,5 5,5
6,5 - > 7,5
7,5
Bahaya erosi
(eh)
Lereng (%) <3 3-8 8 - 15 > 15 12 S3 S2
Bahaya erosi sanga ringa berat - Ringan S3 S2
t n - sangat
ringa sedan berat
n g
Bahaya
banjir (fh)
Genangan - <7 7-14 >14 Kadang- S1 S1
kadang
Penyiapan
lahan (lp)
Ordo S S
Kelas S3 S2
Sub kelas S3 wa, S2 wa, eh
eh
Berdasarkan hasil pencocokan data tanaman talas dengan karakteristik
tanah dapat diketahui kelas kesesuaian aktual tanaman talas pada titik G2.3 yakni
termasuk dalam kelas S3 wa, eh yang menunjukkan bahwa keberadaan talas pada
lahan titik tersebut masuk pada ordo S (sesuai), kelas S3 (sesuai marginal) dengan
faktor pembatas curah hujan dan bahaya erosi. Lahan yang mempunyai pembatas
yang sangat berat untuk mepertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan.
Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan (Rayes, 2007). Adapun
faktor pembatas pada titik ini adalah wa (ketersediaan air) yang memiliki curah
hujan 2188 mm dan eh (bahaya erosi) yang memiliki kelerengan 12%

Kondisi pembatas lereng tidak dapat dilakukan perubahan jika diadakan


perbaikan maka biaya yang dikeluarkan sangat tinggi, sehingga secara ekonomi
akan kurang menguntungkan.. Namun dapat dilakukan perbaikan bahaya erosi
dengan melakukan perbaikan dari kelas S3 menjadi kelas S2 berupa penanaman
tanaman dengan perakaran yang kuat. Dengan adanya perbaikan kelas tanpa
mengubah pembatas masih dapat memberikan dampak yang lebih baik dari pada
sebelum perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Waryana. 2017. Rumus Menentukan Dosis Kapur Dolomite Pada Lahan
Pertanian. Diperoleh 25 November 2018. https://kabartani.com

Asaad, M. 2007. Rekomendasi Teknologi Budidaya Jeruk dan Mangga. Buletin 1


(1). Diakses pada tanggal 25 November 2018.
http://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/buletin/50-
buletin-volume-i-nomor-i-tahun-2007/203-rekomendasi-teknologi-
budidaya-jeruk-dan-mangga

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau. 2018. Petunjuk Teknis: Mangga.


Diakses pada tanggal 25 November 2018.
http://riau.litbang.pertanian.go.id/kopitani/images/pdf/juknis/mangga.pdf?
secure=true

Balittanah Litbang. 2014. Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering


Berlereng. Bogor: Departemen Pertanian Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Budiwati. 2013. Tanaman Penutup Tanah. Yogyakarta: Fakultas MIPA


Universitas Negeri Yogyakarta.

Eva, Carolina Nita, dkk. 2015. Pengaruh Pengolahan Tanah Dan Pemberian
Bahan Organik (Blotong Dan Abu Ketel) Terhadap Porositas Tanah Dan
Pertumbuhan Tanaman Tebu Pada Ultisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan Vol 2 No 1: 119-127, 2015. Fakultas Pertanian. Univesitas
Brawijaya. Malang
Hakim et al. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Penerbit Universitas
Lampung.

Irianto, G. Bagaimana Menanggulangi Banjir dan Kekeringan? (Sebuah


Pengalaman Nyata). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian – Balitbangtan.
Purbawa, I Gede Agus dan I Nyoman Gede Wiryajaya. 2009. Analisis Spasial
Normal Ketersediaan Air Tanah Bulanan Di Provinsi Bali. Buletin
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Vol. 5 No. 2 Juni 2009.

Rayes, Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta: C.V
Andi Offset

Supriadi, Handi. 2017. Pemilihan lahan. Balittri (Balai Penenlitian Tanaman


Industri dan Penyegaran)

Wirosoedarmo, Ruslan et al. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman


Jagung Menggunakan Metode Analisis Spasial. Agritech, Vol. 31, No. 1,
Februari 2011

Anda mungkin juga menyukai