Disusun oleh
RULLY SILVIA, S. Pd
KOTA : BANDUNG
NO HP : 081322727130
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kemampuan berbicara siswa kelas XI IPS 3?
2. Apa yang menyebabkan kemampuan berbicara bahasa baku siswa kurang?
3. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan berbicara bahasa baku siswa?
4. Bagaimana penggunaan metode market place activity dapat meningkatkan
kemampuan berbicara baku siswa?
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan kemampuan berbicara siswa XI IPS 3;
2. Meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa baku siswa terutama dalam situasi
formal;
3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa yang baku baik situasi
formal dan nonformal;
4. Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dengan menggunakan
metode market place activity;
5. Menciptakan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
D. Pembatasan masalah
Penelitian ini saya batasi pada siswa kelas XI IPS 3 karena materi tersebut
terdapat dalam kompetensi dasar kelas XI. Kompetensi dasar yang akan dijadikan
dalam penelitian adalah Mempresentasikan hasil penelitian secara runtut dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kompetensi dasar tersebut ada pada
semester genap ini. Selain itu, untuk mempermudah peneliti dalam melaksanakan
penelitian dan sesuai dengan beban tugas yang diberikan sekolah. Tempat yang
dijadikan lokasi penelitian adalah di SMA Negeri 2 Padalarang.
E. Manfaat penelitian
Penelitian ini bermanfaat antara lain:
1. Bagi sekolah dapat membantu menyukseskan program kurikulum dan
membantu memberikan pelayanan terbaik kepada siswa.
2. Bagi guru dapat membantu kenaikan pangkat
3. Bagi guru dapat membantu tujuan pencapaian pembelajaran yang ditentukan
4. Bagi guru dan siswa dapat membantu meningkatkan kemampuan berbicara
bahasa baku
5. Bagi guru dan siswa dapat menciptakan pembelajaran yang aktif dan menarik
6. Bagi siswa dapat membantu memudahkan pemahaman pada materi yang
dipelajari
G. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian kegiatan ini adalah
Tempat : SMA Negeri 2 Padalarang
Alamat : Jl. G. A. Manulang no 165, Padalarang
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Meningkatkan
Menurut seorang ahli bernama Adi S, peningkatan berasal dari kata tingkat.
Yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan.
Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti
kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat,
tingkat, dan kualitas maupun kuantitas. Peningkatan juga dapat berarti penambahan
keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga
berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.
Kata peningkatan biasanya digunakan untuk arti yang positif. Contoh
penggunaan katanya adalah peningkatan mutu pendidikan, peningkatan prestasi
siswa, serta peningkatan keterampilan. Peningkatan dalam contoh di atas memiliki
arti yaitu usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Suatu usaha untuk tercapainya suatu peningkatan biasanya diperlukan perencanaan
dan eksekusi yang baik. Perencanaan dan eksekusi ini harus saling berhubungan
dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan.
Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan atau
sifat yang negatif berubah menjadi positif. Sedangkan hasil dari sebuah
peningkatan dapat berupa kuantitas dan kualitas. Kuantitas adalah jumlah hasil dari
sebuah proses atau dengan tujuan peningkatan. Sedangkan kualitas
menggambarkan nilai dari suatu objek karena terjadinya proses yang memiliki
tujuan berupa peningkatan. Hasil dari suatu peningkatan juga ditandai dengan
tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu. Dimana saat suatu usaha atau proses
telah sampai pada titik tersebut maka akan timbul perasaan puas dan bangga atas
pencapaian yang telah diharapkan.
Peningkatan dapat berarti pula menaikkan derajat sesuatu atau seseorang,
serta dapat pula berarti mempertinggi dan memperhebat. Peningkatan yang
memiliki arti menaikkan derajat dalam penggunaannya dalam kalimat “Peningkatan
jabatan dari staff menjadi kepala ”. Untuk peningkatan yang berarti mempertinggi,
contoh penggunaan kalimatnya adalah “Peningkatan standar pelayanan guru
terhadap siswa”. Sedangkan untuk peningkatan yang berarti memperhebat, contoh
kalimatnya adalah “Sekolah itu sedang melakukan perbaikan sarana prasarananya
agar terlihat lebih indah dan lebih nyaman”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan merupakan
menciptakan, membuat sesuatu menjadi lebih baik. Jadi, peningkatan adalah
memperbaiki sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya.
B. Kemampuan
Kemampuan merupakan hal yang telah ada dalam diri kita sejak lahir.
Kemampuan yang ada pada diri manusia juga bisa disebut dengan potensi. Potensi
yang ada pada manusia pada dasarnya bisa diasah. Dalam hal ini banyak para ahli
mengartikan kemampuan secara bervariasi akan tetapi pada dasarnya masih
memiliki konteks yang sama. Salah satunya ialah Mohammad Zain, ia berpendapat
bahwa kemampuan merupakan potensi yang ada berupa kesanggupan, kecakapan,
kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri
Hadiati lebih mendefinisikan kemampuan lebih pada keefektifan orang tersebut
dalam melakukan segala macam pekerjaan. Yang artinya kemampuan merupakan
dasar dari seseorang tersebut melakukan sebuah pekerjaan secara efektif dan
tentunya efisien.
Hal tersebut didukung oleh pendapat Robbin yang mengartikan bahwa
kemampuan merupakan sebuah kapasitas yang dimiliki oleh tap-tiap individu untuk
melkasanakan tugasnya. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan
merupakan suatu penilaian atau ukuran dari apa yang dilakukan oleh orang
tersebut.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan
kecakapan setiap individu untuk menyelesaiakn pekerjaannya atau menguasa hal-
hal yang ingin dikerjakan dalam suatu pekerjaan, dan kemampuan juga dapat
dilihat dari tindakan tiap-tiap individu.
Kemampuan sendiri terbagi menjadi beberapa kelompok antara lainnya:
1. Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
melakukan aktivitas yang membutuhkan kemampuan berfikir
2. Kemampuan fisik merupakan kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut
tenaga atau stamina berupa keterampilan, kekuatan, atau karakteristik serupa.
Menurut Mohammda Zain dalam Milman Yusdi (2010:10)mengartikan
bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha
dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34)
mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.
Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang
individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut
Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini
atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Kemampuan (abilities) seseorang akan turut serta menentukan perilaku dan
hasilnya. Yang dimaksud kemampuan atau abilities ialah bakat yang melekat pada
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara phisik atau mental yang iaperoleh
sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman (Soehardi,2003:24).
Menurut Stepen P. Robbins dalam bukunya Perilaku Organisasi (2003:52)
kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk melaksanakan tugas dalam
pekerjaan tertentu. Selain itu Stephen P. Robins (2006,46) Kemampuan (ability)
adalah kapasitas individu untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan
tertentu. Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua
perangkat factor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan phisik.
Soelaiman (2007:112) kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau
dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya,
baik secara mental ataupun fisik. Karyawan dalam suatu organisasi, meskipun
dimotivasi dengan baik, tetapi tdak semua memiliki kemampuan untuk bekerja
dengan baik. Kemampuan dan keterampilan memainkan peranan utama dalam
perilaku dan kinerja individu. Keterampilan adalah kecakapan yangberhubungan
dengan tugas yang di miliki dan dipergunakan oleh seseorang padawaktu yang
tepat.
C. Berbicara
Henry Guntur Tarigan1 (1983:15) dalam bukunya Berbicara Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa mengemukakan bahwa keterampilan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, mengatakan serta menyatakan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan
persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka ditambah lagi dengan
gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara.
Selain itu menurut Henry Guntur Tarigan2 (2008:3) dalam buku Berbicara
menjelaskan bahwa
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan
anak yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.
Haryadi dan Zamzani mengemukakan hal yang sama dengan Tarigan, Arsjad
dan Mukti mengenai pengertian berbicara. Namun Haryadi dan Zamzani
menekankan bahwa dalam penyampaian gagasan, pikiran dan perasaan
menggunakan bahasa lisan dengan tujuan agar maksud dari pembicara dapat
dipahami oleh pendengar. Menurut Tarigan, berbicara di muka umum terdiri dari
empat jenis.
1. Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau bersifat
informatif
2. Berbicara dalam situasi kekeluargaan dan persahabatan
3. Berbicara dalam situasi mengajak, membujuk, mendesak, dan meyakinkan
4. Berbicara dalam situasi yang bersifat berunding dengan hati-hati dan tenang
Hartono berpendapat bahwa keterampilan berbicara dikelompokkan menjadi
dua, yakni berbicara perorangan dan berbicara kelompok baik secara langsung
maupun tidak langsung. Keterampilan berbicara juga dapat dikelompokkan
berdasarkan kegiatan yang dilakukan, yakni memberi perintah, berpidato, memberi
nasehat, mengajar, memberi saran, serta berunding. Dalam berbicara, seseorang
pasti memiliki tujuan, yaitu untuk memberi dorongan, bertindak dan berbuat,
menanamkan keyakinan, memberi informasi dan memberikan kesenangan.
Memberikan kesenangan berarti pembicara bermaksud untuk membangkitkan
suasana dan menimbulkan keceriaan ketika berada dalam suatu pertemuan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
Berbicara adalah kecakapan seseorang individu untuk menyampaikan pendapatnya,
baik lisan maupun tulisan.
D. Bahasa Baku
Pengertian bahasa baku menurut para ahli- Bahasa baku adalah bahasa yang
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pedomanyang digunakan
adalah kamus bahasa Indonesia, Ejaan yang Disempurnakan (EYD), pedoman
pembentukan istilah dan tata bahasa baku bahsa Indonesia. Bahasa yang tidak
mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia disebut bahasa tidak baku.
Pengertian Bahasa Baku Menurut Para Ahli
Menurut Plato, Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang
melalui onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (kata) yang merupakan
refleksi dari ide seseorang dalam arus udara melalui mulut.
Menurut W.F. Syarif Hidayatullah Mackey pada tahun 2009, Bahasa adalah
bentuk dan bukan negara (bahasa dapat membentuk dan tidak peduli) atau sesuatu
yang terdengar sistem simbol yang sewenang-wenang, atau terlalu banyak dari
sistem,perintah sistem atau perintah dalam sistem.
Menurut Sudaryono, Bahasa adalah alat komunikasi yang efektif, meskipun
ketidaksempurnaan tidak sempurna bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi
salah satu sumber kesalahpahaman.
Menurut Ferdinand de Saussure, Bahasa adalah ciri pembeda yang paling
menonjol karena bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai entitas yang
berbeda dari kelompok lain.
Menurut Mc. Carthy, Bahasa adalah praktek yang paling tepat untuk
mengembangkan kemampuan berpikir.
Fungsi Bahasa Baku
Fungsi bahasa baku adalah sebagai pemersatu, pemberi kekhasanpembawa
kewibawaan, dan kerangka acuan. Ciri-ciri ragam bahasa baku.
1. Digunakan dalam situasa normal, wacana teknis, dan forum-forum resmi
seperti seminar atau rapat.
2. Memiliki kemantapan dinamis artinya kaidah dan aturannya tetap dan tidak
dapat berubah.
3. Bersifat bercendekiaan, artinya wujud dalam kalimat, paragraf, dan suatu
bahasa yang lain mengungkapkan penerapan yang teratur.
4. Memiliki keseragaman kaidah artinya kebakuan bahasa bukan penyamaan
ragam bahasa, melainkan kesamaan kaidah.
5. Dari segi pelafalan, tidak memperlihatkan unsur kedaerahan atau asing. Lafal
ialah cara seseorang atau kelompok penutur bahasa mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa, secara umum fonem fokal dalam bahasa Indonesia dilafalkan menjadi
delapan bunyi ujaran, walaupun penulisannya hannya lima. Delapan bunyi
ujaran itu adalah ( a,i,u,e,o).
Tekanan adalah panjang-pendek, tinggi-rendah, atau keras lembutnya
pengucapan.Intonasi adalah tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat.Jeda
adalah penghentian atau kesenyapan yang secara tertulis di tanda leh spasi, garis
miring (/), tanda koma (,), tanda titik kkoma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung
(-), tanda pisah.
Ciri bahasa Indonesia Baku adalah Formal, dimamis, cendikia, memiliki
kesamaan kaidah, dan pelafalan yang tidak mencerminkan kedaerahan atau asing.
Kaidah yang dibakukan. Kaidah standar yang diamaksud dapat berupa
pedoman ejaan (EYD). Kriteria kata baku atau Baku tidaknya sebuah kata dapat
dilihat dari segi lafal, ejaan, gramatika, dan “kenasionalan-nya (Chaer, 2011: 131).
a. Baku dari Segi Lafal
Lafal baku bahasa Indonesia adalah lafal yang tidak “menampakkan” lagi
ciri-ciri bahasa daerah atau bahasa asing (Moeliono dalam Chaer, 2011:131). Lafal
yang tidak baku dalam bahasa lisan pada gilirannya akan muncul pula dalam
bahasa tulis karena penulis terpengaruh oleh lafal bahasa lisan itu.
Perhatikan contoh berikut! Kata-kata sebelah kiri adalah kata-kata yang
tidak baku di sebelah kanan adalah kata yang baku.
Tidak Baku Baku
atep atap
anem, enem enam
semangkin semakin
dengen dengan
menggunaken menggunakan
rapet rapat
cuman Cuma
dudu’ duduk
gubug gubuk
Metode ini dapat digunakan pada semua tingkatan dari tingkat yang rendah sampai
tingkat yang lebih tinggi. Di universitas –universitas metode ini masih digunakan
secara informal selama beberapa dekade.
A. Jenis Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK atau Classroom Action Research) yang belakangan ini menjadi trend para
guru pendidikan yang akhir-akhir ini banyak yang menaruh perhatian yang cukup
besar terhadap penelitian tindakan kelas. Peneltian kelas ini merupakan jenis
penelitian yang prosedurnya mudah, tidak ribet, tidak mengganggu waktu proses
belajar mengajar.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk inquiry melalui refleksi diri
yang dilakukan oleh peneliti yang terlibat dalam situasi yang diteltitnya yang
bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, serta untuk meningkatkan
kinerja sistem pendidikan. Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh
Striger (Mulyasa, 2010: 33) mengartikan tindakan kelas sebagai ”diciplined inquiry
(research) which focused efforts to improve the quality of people’s organizational,
comunity and familly lives.”
Suhardjono (Mohammad Asrori, 2008:5) mendefenisikan” penelitian tindakan
kelas adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas dengan tujuan
memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran.”
Sedangkan David Hopkins (Kardiman, 2007:16) berpendapat PTK adalah: a
form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including
educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own
social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c)
the situations in which practices are carried out
Dari tiga pernyataan di atas dengan jelas pada dasarnya menegaskan bahwa
dengan peneltian dapat meningkatkan kualitas individu ataupun lembaga terutama
dunia pendidikan menuju ke arah yang lebih baik.
Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis menggunakan metode deskriftif
kualitatif adalah suatu metode yang digunakan guru agar dapat memecahkan
permasalahan pembelajaran yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan setiap hari untuk menuju pembelajaran yang kondusif.
Menurut Sugiyono (2010:15) penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berdasarkan pada filsapat postpostivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai insutrumen kunci.
Pengambilan sumber data atau sampling dilakukan secara Purposive dan Snowball.
Menurut Gerry Tri Virgin Herman, Purposive Sampling adalah teknik penentuan
sampling dengan pertimbangan tertentu. Dan Snowball Sampling adalah teknik
pengumpulan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar.
Teknik pengumpulan data trianggulasi (gabungan), analisa data bersifat
induktif/kualitatif. Dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.
Atas dasar itulah peneliti menggunakan metode ini karena tidak ada rekayasa
dan guru sendiri sebagai instrumen dalam hal meneliti kondisi kelas.
B. Prosedur Penelitian
2. Tindakan (Action)
Pada komponen ini, guru melaksanakan tindakan, berdasarkan rencana
tindakan yang telah direncanakan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau
perubahan proses pembelajaran, perilaku, sikap dan prestasi belajar siswa yang
diinginkan
3. Pengamatan (Observing)
Pada komponen ini, guru mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan pada siswa. Apakah berdasarkan tindakan yang
dilaksanakan itu memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan
peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak.
4. Refleksi (Reflection)
www.dunia pelajar.com
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-cooperative
learning.html
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-tebak-kata/
http://tu.laporanpenelitian.com/2014
http://gerrytri.blogspot.co.id/2013/06
https://idtesis.com/pengertian-kemampuan/
http://milmanyusdi.blogspot.co.id/2011/07/pengertian-kemampuan.html
http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-kemampuan-ability-
menurut.html
http://www.jelajahinternet.com/2015/05/1001-pengertian-bahasa-baku-menurut.html?m=0
http://ridwankreatif.blogspot.co.id/2013/05/kata-baku.html
http://www.duniapelajar.com/2014/07/08/pengertian-berbicara-menurut-para-ahli/
http://www.mediapustaka.com/2014/05/pengertian-dan-hakekat-berbicara.html
http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=7518#.VpN1Pfm1PIU
http://www.thinkinghistory.co.uk/ActivityModel/ActModMarketPlace.html
http://ridwan-sm3t.blogspot.co.id/2013/05/contoh-proposal-penelitian-tindakan.html
www.google.com
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Program : XI/IPA/IPS
Semester : Genap
Jumlah Pertemuan : 4 x 45 menit
I. Standar Kompetensi :
10. Menyampaikan laporan hasil penelitian dalam diskusi atau seminar
V. Tujuan Pembelajaran :
1. Melalui kegiatan mengidentifikasi, siswa menyebutkan pokok-pokok hasil penelitian
2. Melalui kegiatan diskusi, siswa mampu menjelaskan laporan hasil penelitian
3. Melalui kegiatan diskusi/tanya jawab, siswa mampu menyimpulkan hasil penelitian
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
Resume :
Rangkuman hasil presentasi penelitian (pokok-pokok hasil penelitian)
Refleksi :
Penelitian memerlukan waktu yang cukup lama, apalagi jika objek yang diteliti tidak
sesuai dengan hasil yang diinginkan. Selain itu kesulitan siswa dalam menjelaskan hasil
penelitian dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Tindak lanjut :
Siswa perlu mengatur waktu dengan baik. Apabila hasil penelitian tidak sesuai dengan
yang diinginkan. Siswa dapat menemukan hal yang menyebabkan kegagalan. Hal ini justru
menjadi pelajaran/pengalaman yang baik bagi peneliti. Dan siswa dapat menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar yaitu dengan cara sering menggunakannya
dalam setiap kesempatan.
Resume :
Rangkuman hasil presentasi penelitian (pokok-pokok hasil penelitian)
Refleksi :
Penelitian memerlukan waktu yang cukup lama, apalagi jika objek yang diteliti tidak
sesuai dengan hasil yang diinginkan. Selain itu kesulitan siswa dalam menjelaskan hasil
penelitian dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar karena faktor kedaerahan.
Tindak lanjut :
Siswa perlu mengatur waktu dengan baik. Apabila hasil penelitian tidak sesuai dengan
yang diinginkan, siswa dapat menemukan hal yang menyebabkan kegagalan. Hal ini justru
menjadi pelajaran/pengalaman yang baik bagi peneliti. Dan siswa dapat menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar yaitu dengan cara sering menggunakannya
dalam setiap kesempatan.
Rencana Pembelajaran berikut :
Mengomentari tanggapan orang lain terhadap presentasi hasil penelitian
Penugasan Terstruktur :
Mencatat pokok-pokok pembicaraan dalam presentasi penelitian tiap kelompok
IX. Penilaian :
Teknik : Observasi, Penugasan, Tes
Bentuk : Format observasi, Tertulis, Tertulis/lisan
Instrumen :
a. Penugasan
1) Buatlah sebuah penelitian yang kamu anggap menarik!
2) Tulislah hasil penelitian tersebut dengan menggunakan sistematika penulisan
penelitian yang benar!
3) Buatlah laporan penelitian tersebut dengan menggunakan mind mapping!
4) Tentukan tim ahli dalam kelompok Anda untuk menanyakan hasil laporan yang
dibuat kelompok lain!
5) Sampaikan hasil temuan yang diperoleh tim ahli kepada anggota kelompoknya!
6) Jelaskan proses penelitian tersebut dengan kalimat yang mudah dipahami!
7) Presentasikan rangkuman hasil penelitian kelompok lain yang kalian kunjungi!
8) Diskusikan komentar terhadap hasil penelitian teman yang telah dipresentasikan
dengan argumen yang kuat
Kunci jawab :
Berdasarkan kebijakan guru
Pedoman penskoran :
Format Penilaian 1 (Presentasi)
Kesimpulan Penilaian:
Nilai maksimal tiap aspek : 100
Nilai minimal tiap aspek : 10
Kesimpulan Penilaian:
Nilai maksimal tiap aspek : 100
Nilai minimal tiap aspek : 10
Keterangan :
Sangat baik = 5 Baik = 4 Cukup = 3 Kurang = 2 Sangat kurang = 1
X. Alat/sumber/bahan belajar :
Alat : Alat-alat penelitian, kamera
Sumber : Somad, Adi Abdul. 1999. Aktif Kreatif Berbahasa
Indonesia XI. Jakarta : Depdiknas/BSE.
Bahan Belajar : Objek penelitian, gambar/foto hasil penelitian
Rully Silvia, S. Pd
NIP. 19790704 200901 2 003