Anda di halaman 1dari 31

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA BAKU SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARKET PLACE ACTIVITY

KELAS XI IPS 3 DI SMA NEGERI 2 PADALARANG

Disusun oleh

RULLY SILVIA, S. Pd

SMA NEGERI 2 PADALARANG

JL. G. A. MANULANG NO 165, PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG


BARAT, JAWA BARAT , No. Telp (022)6807895
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA BAKU SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARKET PLACE ACTIVITY

KELAS XI IPS 3 DI SMA NEGERI 2 PADALARANG

DATA DIRI GURU

NAMA : RULLY SILVIA, S. Pd

ALAMAT : JL. G. A. MANULANG NO 165 A

NO TELP SEKOLAH : (022)6807895

KABUPATEN : BANDUNG BARAT

KOTA : BANDUNG

PROVINSI : JAWA BARAT

ALAMAT EMAIL : sinthyaazzahra@gmail.com

NO HP : 081322727130
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada tanggal 28 Oktober 1926 pemuda Indonesia mengikrarkan sumpah
pemuda. Salah satu ikrar tersebut menyatakan Bahasa indonesia adalah Bahasa
nasional bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia dimasukkan dalam program
intrakurikuler di sekolah mulai dari SD sampai Perguruan tinggi. Mata pelajaran
Bahasa Indonesia terbagi dua bagian dalam mengembangkan kemampuan siswa,
antara lain kemampuan berbahasa dan bersastra. Kemampuan berbahasa mencakup
empat aspek keterampilan berbahasa yaitu membaca, menulis, berbicara dan
menyimak.
Berbicara adalah salah satu keterampilan dalam Bahasa Indonesia.
Keterampilan tersebut memerlukan kemampuan kosa kata, pengetahuan luas dan
percaya diri yang tinggi. Keberanian berbicara merupakan hal yang termasuk sulit
ditanamkan dalam diri siswa. Siswa yang prestasinya rendah maupun prestasi
tinggi pun, terkadang mereka menghindari kegiatan berbicara di kelas. Siswa lebih
bersifat pasif dalam pelajaran. Walaupun nilai akademik bagi sebagian siswa baik.
Apalagi kemampuan berbicara ini dimasukkan aturan penggunaan bahasa baku
dalam penyampaiannya. Siswa akan lebih sulit untuk menyampaikan pendapatnya.
Jadi, hal ini mengakibatkan penggunaan Bahasa Indonesia kurang baik digunakan
oleh siswa. Kondisi ini tentu saja sangat bertentangan dengan ikrar sumpah pemuda
yang harus melestarikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa nasional dan persatuan.
Semua kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia dari tingkat dasar
sampai tertinggi melibatkan kemampuan berbicara. Semua kompetensi pada proses
pembelajaran yang aktif harus melibatkan empat aspek keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara adalah salah satu komponen dasar yang wajib dimiliki di
dunia kerja sebagai profesi apapun. Siswa dalam situasi apapun jarang
menggunakan bahasa baku dalam kegiatan berbicara. Akibatnya dalam proses
pembelajaran, siswa tidak aktif karena malu atau takut melakukan kesalahan
berbicara. Sehingga kemampuan siswa dalam menyampaiakan pendapat kurang
baik. Siswa dominan menggunakan bahasa tidak baku atau bahasa sehari-hari
dalam kegiatan formal dan nonformal .
Adapun materi-materi kelas XI berdasarkan kurikulum KTSP 2006 yang
melibatkan kemampuan berbicara antara lain:
2.1 Menjelaskan secara lisan uraian topik tertentu dari hasil membaca (artikel atau
buku)
2.2 Menjelaskan hasil wawancara tentang tanggapan narasumber terhadap topik
tertentu
6.1 Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik , sesuai dengan watak
tokoh
6.2 Mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh protagonis dan atau antagonis
10.1 Mempresentasikan hasil penelitian secara runtut dengan menggunakan bahasa
yang baik dan benar
10.2 Mengomentari tanggapan orang lain terhadap presentasi penelitian
14.1 Mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama
14.2 Menggunakan gerak-gerik, mimik dan intonasi sesuai dengan watak tokoh
dalam pementasan drama
Faktor-faktor di atas menjadi daya tarik atau memotivasi peneliti untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara. Selain itu, menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif dan menarik berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Untuk menciptakan suasana yang aktif dan menarik dalam pembelajaran,
peneliti akan menggunakan metode market place activity. Metode market place
activity ini menginspirasi peneliti karena hampir keseluruhan tahapnya, siswa harus
mempromosikan karya kepada orang lain. Dengan metode ini diharapkan
kemampuan berbicara dengan menggunakan kata baku siswa lebih baik.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kemampuan berbicara siswa kelas XI IPS 3?
2. Apa yang menyebabkan kemampuan berbicara bahasa baku siswa kurang?
3. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan berbicara bahasa baku siswa?
4. Bagaimana penggunaan metode market place activity dapat meningkatkan
kemampuan berbicara baku siswa?

C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan kemampuan berbicara siswa XI IPS 3;
2. Meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa baku siswa terutama dalam situasi
formal;
3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa yang baku baik situasi
formal dan nonformal;
4. Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dengan menggunakan
metode market place activity;
5. Menciptakan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

D. Pembatasan masalah
Penelitian ini saya batasi pada siswa kelas XI IPS 3 karena materi tersebut
terdapat dalam kompetensi dasar kelas XI. Kompetensi dasar yang akan dijadikan
dalam penelitian adalah Mempresentasikan hasil penelitian secara runtut dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kompetensi dasar tersebut ada pada
semester genap ini. Selain itu, untuk mempermudah peneliti dalam melaksanakan
penelitian dan sesuai dengan beban tugas yang diberikan sekolah. Tempat yang
dijadikan lokasi penelitian adalah di SMA Negeri 2 Padalarang.

E. Manfaat penelitian
Penelitian ini bermanfaat antara lain:
1. Bagi sekolah dapat membantu menyukseskan program kurikulum dan
membantu memberikan pelayanan terbaik kepada siswa.
2. Bagi guru dapat membantu kenaikan pangkat
3. Bagi guru dapat membantu tujuan pencapaian pembelajaran yang ditentukan
4. Bagi guru dan siswa dapat membantu meningkatkan kemampuan berbicara
bahasa baku
5. Bagi guru dan siswa dapat menciptakan pembelajaran yang aktif dan menarik
6. Bagi siswa dapat membantu memudahkan pemahaman pada materi yang
dipelajari

F. Asumsi dan Hipotesis Tindakan


1. Asumsi
a. Metode MPA (Market Place Activity) adalah MPA membantu
membangkitkan motivasi peserta didik untuk berkreasi dalam aktivitas
pembelajaran.
b. Metode MPA (Market Place Activity) meningkatkan semangat siswa
dalam belajar, memperbaiki interaksi antara guru dan siswa juga antar siswa,
melatih berpikir kritis dan melatih pula para siswa untuk saling bertanya dan
menjawab permasalahan menurut Akhmad Faozan.
2. Hipotesis Tindakan
Metode Market Place Activity dapat meningkatkan kemampuan berbicara
Bahasa baku siswa kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 2 Padalarang.

G. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian kegiatan ini adalah
Tempat : SMA Negeri 2 Padalarang
Alamat : Jl. G. A. Manulang no 165, Padalarang
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Meningkatkan
Menurut seorang ahli bernama Adi S, peningkatan berasal dari kata tingkat.
Yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan.
Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti
kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat,
tingkat, dan kualitas maupun kuantitas. Peningkatan juga dapat berarti penambahan
keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga
berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.
Kata peningkatan biasanya digunakan untuk arti yang positif. Contoh
penggunaan katanya adalah peningkatan mutu pendidikan, peningkatan prestasi
siswa, serta peningkatan keterampilan. Peningkatan dalam contoh di atas memiliki
arti yaitu usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Suatu usaha untuk tercapainya suatu peningkatan biasanya diperlukan perencanaan
dan eksekusi yang baik. Perencanaan dan eksekusi ini harus saling berhubungan
dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan.
Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan atau
sifat yang negatif berubah menjadi positif. Sedangkan hasil dari sebuah
peningkatan dapat berupa kuantitas dan kualitas. Kuantitas adalah jumlah hasil dari
sebuah proses atau dengan tujuan peningkatan. Sedangkan kualitas
menggambarkan nilai dari suatu objek karena terjadinya proses yang memiliki
tujuan berupa peningkatan. Hasil dari suatu peningkatan juga ditandai dengan
tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu. Dimana saat suatu usaha atau proses
telah sampai pada titik tersebut maka akan timbul perasaan puas dan bangga atas
pencapaian yang telah diharapkan.
Peningkatan dapat berarti pula menaikkan derajat sesuatu atau seseorang,
serta dapat pula berarti mempertinggi dan memperhebat. Peningkatan yang
memiliki arti menaikkan derajat dalam penggunaannya dalam kalimat “Peningkatan
jabatan dari staff menjadi kepala ”. Untuk peningkatan yang berarti mempertinggi,
contoh penggunaan kalimatnya adalah “Peningkatan standar pelayanan guru
terhadap siswa”. Sedangkan untuk peningkatan yang berarti memperhebat, contoh
kalimatnya adalah “Sekolah itu sedang melakukan perbaikan sarana prasarananya
agar terlihat lebih indah dan lebih nyaman”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan merupakan
menciptakan, membuat sesuatu menjadi lebih baik. Jadi, peningkatan adalah
memperbaiki sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya.

B. Kemampuan
Kemampuan merupakan hal yang telah ada dalam diri kita sejak lahir.
Kemampuan yang ada pada diri manusia juga bisa disebut dengan potensi. Potensi
yang ada pada manusia pada dasarnya bisa diasah. Dalam hal ini banyak para ahli
mengartikan kemampuan secara bervariasi akan tetapi pada dasarnya masih
memiliki konteks yang sama. Salah satunya ialah Mohammad Zain, ia berpendapat
bahwa kemampuan merupakan potensi yang ada berupa kesanggupan, kecakapan,
kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri
Hadiati lebih mendefinisikan kemampuan lebih pada keefektifan orang tersebut
dalam melakukan segala macam pekerjaan. Yang artinya kemampuan merupakan
dasar dari seseorang tersebut melakukan sebuah pekerjaan secara efektif dan
tentunya efisien.
Hal tersebut didukung oleh pendapat Robbin yang mengartikan bahwa
kemampuan merupakan sebuah kapasitas yang dimiliki oleh tap-tiap individu untuk
melkasanakan tugasnya. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan
merupakan suatu penilaian atau ukuran dari apa yang dilakukan oleh orang
tersebut.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan
kecakapan setiap individu untuk menyelesaiakn pekerjaannya atau menguasa hal-
hal yang ingin dikerjakan dalam suatu pekerjaan, dan kemampuan juga dapat
dilihat dari tindakan tiap-tiap individu.
Kemampuan sendiri terbagi menjadi beberapa kelompok antara lainnya:
1. Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
melakukan aktivitas yang membutuhkan kemampuan berfikir
2. Kemampuan fisik merupakan kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut
tenaga atau stamina berupa keterampilan, kekuatan, atau karakteristik serupa.
Menurut Mohammda Zain dalam Milman Yusdi (2010:10)mengartikan
bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha
dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34)
mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.
Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang
individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut
Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini
atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Kemampuan (abilities) seseorang akan turut serta menentukan perilaku dan
hasilnya. Yang dimaksud kemampuan atau abilities ialah bakat yang melekat pada
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara phisik atau mental yang iaperoleh
sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman (Soehardi,2003:24).
Menurut Stepen P. Robbins dalam bukunya Perilaku Organisasi (2003:52)
kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk melaksanakan tugas dalam
pekerjaan tertentu. Selain itu Stephen P. Robins (2006,46) Kemampuan (ability)
adalah kapasitas individu untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan
tertentu. Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua
perangkat factor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan phisik.
Soelaiman (2007:112) kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau
dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya,
baik secara mental ataupun fisik. Karyawan dalam suatu organisasi, meskipun
dimotivasi dengan baik, tetapi tdak semua memiliki kemampuan untuk bekerja
dengan baik. Kemampuan dan keterampilan memainkan peranan utama dalam
perilaku dan kinerja individu. Keterampilan adalah kecakapan yangberhubungan
dengan tugas yang di miliki dan dipergunakan oleh seseorang padawaktu yang
tepat.

Menurut Robert Kreitner (2005:185) yang dimaksud dengan kemampuan


adalah karakteristik stabil yang berkaitan dengan kemampuan maksimum phisik
mental seseorang.
Menurut Mc Shane dan Glinow dalam Buyung (2007:37) ability the natural
aptitudes and learned capabilities required to successfullycomplete a task
(kemampuan adalah kecerdasan-kecerdasan alami dan kapabilitas dipelajari yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas). Kecerdasan adalah bakat alami yang
membantu para karyawan mempelajari tugas-tugas tertentu lebih cepat dan
mengerjakannya lebih baik.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(Ability)adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai
keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.

C. Berbicara
Henry Guntur Tarigan1 (1983:15) dalam bukunya Berbicara Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa mengemukakan bahwa keterampilan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, mengatakan serta menyatakan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan
persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka ditambah lagi dengan
gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara.
Selain itu menurut Henry Guntur Tarigan2 (2008:3) dalam buku Berbicara
menjelaskan bahwa
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan
anak yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.
Haryadi dan Zamzani mengemukakan hal yang sama dengan Tarigan, Arsjad
dan Mukti mengenai pengertian berbicara. Namun Haryadi dan Zamzani
menekankan bahwa dalam penyampaian gagasan, pikiran dan perasaan
menggunakan bahasa lisan dengan tujuan agar maksud dari pembicara dapat
dipahami oleh pendengar. Menurut Tarigan, berbicara di muka umum terdiri dari
empat jenis.
1. Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau bersifat
informatif
2. Berbicara dalam situasi kekeluargaan dan persahabatan
3. Berbicara dalam situasi mengajak, membujuk, mendesak, dan meyakinkan
4. Berbicara dalam situasi yang bersifat berunding dengan hati-hati dan tenang
Hartono berpendapat bahwa keterampilan berbicara dikelompokkan menjadi
dua, yakni berbicara perorangan dan berbicara kelompok baik secara langsung
maupun tidak langsung. Keterampilan berbicara juga dapat dikelompokkan
berdasarkan kegiatan yang dilakukan, yakni memberi perintah, berpidato, memberi
nasehat, mengajar, memberi saran, serta berunding. Dalam berbicara, seseorang
pasti memiliki tujuan, yaitu untuk memberi dorongan, bertindak dan berbuat,
menanamkan keyakinan, memberi informasi dan memberikan kesenangan.
Memberikan kesenangan berarti pembicara bermaksud untuk membangkitkan
suasana dan menimbulkan keceriaan ketika berada dalam suatu pertemuan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
Berbicara adalah kecakapan seseorang individu untuk menyampaikan pendapatnya,
baik lisan maupun tulisan.

D. Bahasa Baku
Pengertian bahasa baku menurut para ahli- Bahasa baku adalah bahasa yang
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pedomanyang digunakan
adalah kamus bahasa Indonesia, Ejaan yang Disempurnakan (EYD), pedoman
pembentukan istilah dan tata bahasa baku bahsa Indonesia. Bahasa yang tidak
mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia disebut bahasa tidak baku.
Pengertian Bahasa Baku Menurut Para Ahli
Menurut Plato, Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang
melalui onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (kata) yang merupakan
refleksi dari ide seseorang dalam arus udara melalui mulut.
Menurut W.F. Syarif Hidayatullah Mackey pada tahun 2009, Bahasa adalah
bentuk dan bukan negara (bahasa dapat membentuk dan tidak peduli) atau sesuatu
yang terdengar sistem simbol yang sewenang-wenang, atau terlalu banyak dari
sistem,perintah sistem atau perintah dalam sistem.
Menurut Sudaryono, Bahasa adalah alat komunikasi yang efektif, meskipun
ketidaksempurnaan tidak sempurna bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi
salah satu sumber kesalahpahaman.
Menurut Ferdinand de Saussure, Bahasa adalah ciri pembeda yang paling
menonjol karena bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai entitas yang
berbeda dari kelompok lain.

Menurut Mc. Carthy, Bahasa adalah praktek yang paling tepat untuk
mengembangkan kemampuan berpikir.
Fungsi Bahasa Baku
Fungsi bahasa baku adalah sebagai pemersatu, pemberi kekhasanpembawa
kewibawaan, dan kerangka acuan. Ciri-ciri ragam bahasa baku.
1. Digunakan dalam situasa normal, wacana teknis, dan forum-forum resmi
seperti seminar atau rapat.
2. Memiliki kemantapan dinamis artinya kaidah dan aturannya tetap dan tidak
dapat berubah.
3. Bersifat bercendekiaan, artinya wujud dalam kalimat, paragraf, dan suatu
bahasa yang lain mengungkapkan penerapan yang teratur.
4. Memiliki keseragaman kaidah artinya kebakuan bahasa bukan penyamaan
ragam bahasa, melainkan kesamaan kaidah.
5. Dari segi pelafalan, tidak memperlihatkan unsur kedaerahan atau asing. Lafal
ialah cara seseorang atau kelompok penutur bahasa mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa, secara umum fonem fokal dalam bahasa Indonesia dilafalkan menjadi
delapan bunyi ujaran, walaupun penulisannya hannya lima. Delapan bunyi
ujaran itu adalah ( a,i,u,e,o).
Tekanan adalah panjang-pendek, tinggi-rendah, atau keras lembutnya
pengucapan.Intonasi adalah tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat.Jeda
adalah penghentian atau kesenyapan yang secara tertulis di tanda leh spasi, garis
miring (/), tanda koma (,), tanda titik kkoma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung
(-), tanda pisah.
Ciri bahasa Indonesia Baku adalah Formal, dimamis, cendikia, memiliki
kesamaan kaidah, dan pelafalan yang tidak mencerminkan kedaerahan atau asing.
Kaidah yang dibakukan. Kaidah standar yang diamaksud dapat berupa
pedoman ejaan (EYD). Kriteria kata baku atau Baku tidaknya sebuah kata dapat
dilihat dari segi lafal, ejaan, gramatika, dan “kenasionalan-nya (Chaer, 2011: 131).
a. Baku dari Segi Lafal
Lafal baku bahasa Indonesia adalah lafal yang tidak “menampakkan” lagi
ciri-ciri bahasa daerah atau bahasa asing (Moeliono dalam Chaer, 2011:131). Lafal
yang tidak baku dalam bahasa lisan pada gilirannya akan muncul pula dalam
bahasa tulis karena penulis terpengaruh oleh lafal bahasa lisan itu.
Perhatikan contoh berikut! Kata-kata sebelah kiri adalah kata-kata yang
tidak baku di sebelah kanan adalah kata yang baku.
Tidak Baku Baku
atep atap
anem, enem enam
semangkin semakin
dengen dengan
menggunaken menggunakan
rapet rapat
cuman Cuma
dudu’ duduk
gubug gubuk

b. Baku dari Segi Ejaan


Ejaan bahasa Indonesia yang baku telah diberlakukan sejak 1972. Nama
Ejaan Bahasa Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (disingkat EYD). Oleh
karena itu, semua kata yang tidak ditulis menurut kaidah yang diatur dalam EYD
adalah kata yang tidak baku. Yang ditulis sesuai dengan aturan EYD adalah kata
yang baku.
Berikut merupakan sejumlah kata yang ejaannya tidak baku, yang seperti
sering kita jumpai dalam berbagai tulisan di masyarakat. Lalu sebelah kanannya
diberikan yang ditulis sesuai dengan pedoman EYD.
Tidak Baku Baku
ekpres, espres ekspres
komplek kompleks
sistim system
do’a doa
jum’at, jumahat Jumat
jadual jadwal
nasehat nasihat
apotik apotek
kwalitas, kwalitet kualitas
kosa kata kosakata
walikota wali kota
aktip aktif
standarisasi standardisasi
sub-judul subjudul
ber-lari berlari-lari

c. Baku dari Segi Gramatika


Secara gramatikal kata-kata baku ini harus dibentuk menurut kaidah-kaidah
gramatika. Perhatikan kata-kata ngontrak, sekolah, tinjau, kedudukkan, dan bikin
bersih pada kalimat-kalimat berikut!
(1) Beliau ngontrak rumah di Rawamangun
(2) Anaknya sekolah di luar negeri
(3) Gubernur tinjau daerah longsor
(4) Dia punya kedudukkan penting di kantor itu
(5) Tolong bikin bersih ruangan ini
Bentuk baku kata ngontrak pada kalimat (1) adalah mengontrak. Bentuk
baku kata sekolah pada kalimat (2) adalah bersekolah. Mengapa? Karena sekolah
adalah kata benda, sedangkan predikat harus sebuah kata kerja, yaitu kata
bersekolah. Bentuk baku kata tinjau adalah kata meninjau; sebuah awalan me-
harus digunakan secara konsisten. Bentuk baku kata kedudukkan (satu k). Lalu,
bentuk baku kata bikin bersih adalah bersihkan.

d. Baku dari Segi Nasional


Kata-kata yang masih bersifat kedaerahan, belum bersifat “nasional”
hendaknya jangan digunakan dalam karangan ilmiah. Kalau kata-kata dari bahasa
daerah itu sudah bersifat nasional, artinya, sudah menjadi bagian dari kekayaan
kosakata bahasa Indonesia boleh saja digunakan. Simak dan bandingkan kedua
deret kosakata berikut! Sebelah kiri yang tidak baku dan sebelah kanan yang baku.
Tidak Baku Baku
lempeng lurus
ndak, nggak tidak
banget sekali, sangat
semrawut kacau
manut menurut
mudun landai
ngomong bicara

e. Baku dari Bahasa Asing


Kata serapan dari bahasa asing disebut baku kalau ejaannya telah dibuat
menurut pedoman penyesuaian ejaan bahasa asing seperti yang disebutkan dalam
EYD maupun dalam buku Pedoman Pembentukan Istilah (Depdikbut dalam Chaer,
2011:134). Simak dan perhatikan deretan kata berikut! Di sebelah kiri yang tidak
baku, dan di sebelah kanan yang baku.
Tidak Baku Baku
standard standar
standarisasi standardisasi
kolektip kolektif
certifikat sertifikat
analisa analisis
kwantitas kuantitas
konsekwen konsekuen
kondite konduite
hirarki hierarki
Namun, perlu diperhatikan penyesuaian dari bahasa asing yang tidak ditulis
dengan huruf latin (seperti bahasa Arab dan bahasa cina) ada yang disebut
transkripsi dan tranliterasi. Transkripsi adalah penulisan sesuai dengan “bunyi”,
sedangkan transliterasi adalah penyesuaian huruf demi huruf. Umpamanya, dari
bahasa Arab secara transkripsi ditulis attakwa, arrahman, annisa; dan secara
transliterasi ditulis al-taqwa, al-rahman, dan al-nisa.
Kata baku adalah kata yang digunakan sudah sesuai dengan pedoman atau
kaidah bahasa yang telah di tentukan. Kata baku merupakan kata yang sudah benar
dengan aturan maupun ejaan kaidah bahasa Indonesia dan sumber utama dari
bahasa baku yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata baku umumnya
sering digunakan pada kalimat yang resmi, baik itu dalam suatu tulisan maupun
lisan.
Kata-kata baku yaitu kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang sudah di tentukan sebelumnya. Dan suatu kata dapat disebut dengan
kata tidak baku jika kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Ketidakbakuan suatu kata bukan hanya ditimbulkan oleh salah penulisan
saja, akan tetapi disebabkan oleh pengucapan yang salah dan penyusunan suatu
kalimat yang tidak benar. Biasanya kata tidak baku selalu muncul dalam
percakapan kita sehari-hari.
Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang paling sering kita
gunakan dalam percakapan sehari-hari. Namun, Bahasa percakapan sehari-hari
lebih banyak menggunakan kata tidak baku. Kata tidak baku adalah kata yang tidak
sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. Dalam berbahasa, sangat penting untuk
memperhatikan penggunaan kata-kata yang merangkai bahasa tersebut. Bahasa
Indonesia yang baik adalah bahasa yang kalimatnya tersusun dari kata-kata baku
yang sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan. Meskipun memang harus diakui
juga bahwa tidak semua dari kita yang terampil menerapkan kata baku dalam
bahasa.
Berdasarkan teori-teori dari berbagai ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
Bahasa baku adalah Bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia baik
penulisan maupun pengucapan. Bahasa baku berkaitan dengan kata dan kalimat.

E. Metode Market Place Activity

Metode yang dikembangkan di sekolah-sekolah binaan Oxford University di


Inggris yakni Market Place Activity (MPA). MPA membantu membangkitkan motivasi
peserta didik untuk berkreasi dalam aktivitas pembelajaran. MPA adalah sebuah
metode yang berbasis active learning. Pembelajaran aktif. Cirinya siswa aktif mencari
dan mengumpulkan pengetahuan dari satu kelompok ke kelompok lain. Istilahnya
saling belanja atau `jual beli` pengetahuan. Dalam hal ini dibutuhkan pula kerjasama
antar siswa, karenanya MPA juga layak disebut cooperative learning. "Peran guru
hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memantau jalannya pembelajaran",
jelas Mudzakkir, alumni Oxford asal Surabaya. Akhmad Faozan, alumni dari
Yogyakarta lebih lanjut menambahkan tentang tujuan dari MPA yakni meningkatkan
semangat siswa dalam belajar, memperbaiki interaksi antara guru dan siswa juga antar
siswa, melatih berpikir kritis dan melatih pula para siswa untuk saling bertanya dan
menjawab permasalahan.

Strategi MPA memberikan siswa tanggung jawab atas rencana dan


kemajuan pembelajaran mereka sendiri pada topik tertentu. Hal ini sangat baik untuk
meningkatkan kemandirian dan rasa percaya diri. Selain itu membangun bekerja sama
dalam kelompok, misalnya dapat menanamkan kerja sama, rasa percaya diri,
kemampuan menjelaskan dan lain-lain.

Metode ini dapat digunakan pada semua tingkatan dari tingkat yang rendah sampai
tingkat yang lebih tinggi. Di universitas –universitas metode ini masih digunakan
secara informal selama beberapa dekade.

Langkah pelaksanaan metode MPA (Market Place Activity) antara lain:

1. Siapkanlah sebuah topik yang dibagi menjadi subtopik A, B, C, D, dan E.


2. Bagilah kelas ke dalam lima kelompok, masing-masing kelompok mengambil satu
subtopik.
3. Setiap kelompok mempresentasikan secara garis besar subtopik yang mereka
peroleh sesuai kemampuan yang mereka miliki.
4. Setiap kelompok mengerjakan tugas dengan bahan-bahan yang mereka peroleh.
5. Salah satu dari kelompok ditugaskan untuk mengunjungi kelompok lain. Carilah
informasi berkaitan dengan hasil kerja kelompok lain sebanyak-banyaknya. Cara
kerjanya, semua kelompok dapat berpencar untuk mendapat informasi atau
bersama-sama mendapat informasi dari satu kelompok. Anggota kelompok yang
lain menunggu di kursinya masing-masing untuk menyampaikan hasil kerjanya
kepada kelompok lain yang berkunjung.
6. Perwakilan dari kelompok kembali lagi ke kelompok asal dengan membawa
informasi, pengetahuan dari subtopik yang dibahas kelompo lain.
7. Setiap orang harus membangun pengetahuannya masing-masing informasi dari
setiap kelompok. Guru memberi penilaian terhadap penjelasan siswa.
8. Metode ini sebaiknya digunakan minimal satu kali sehingga memeroleh hasil
terbaik.
Metode ini melibatkan semua keterampilan berbahasa dalam Bahasa Indonesia
yaitu membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK atau Classroom Action Research) yang belakangan ini menjadi trend para
guru pendidikan yang akhir-akhir ini banyak yang menaruh perhatian yang cukup
besar terhadap penelitian tindakan kelas. Peneltian kelas ini merupakan jenis
penelitian yang prosedurnya mudah, tidak ribet, tidak mengganggu waktu proses
belajar mengajar.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk inquiry melalui refleksi diri
yang dilakukan oleh peneliti yang terlibat dalam situasi yang diteltitnya yang
bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, serta untuk meningkatkan
kinerja sistem pendidikan. Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh
Striger (Mulyasa, 2010: 33) mengartikan tindakan kelas sebagai ”diciplined inquiry
(research) which focused efforts to improve the quality of people’s organizational,
comunity and familly lives.”
Suhardjono (Mohammad Asrori, 2008:5) mendefenisikan” penelitian tindakan
kelas adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas dengan tujuan
memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran.”
Sedangkan David Hopkins (Kardiman, 2007:16) berpendapat PTK adalah: a
form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including
educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own
social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c)
the situations in which practices are carried out
Dari tiga pernyataan di atas dengan jelas pada dasarnya menegaskan bahwa
dengan peneltian dapat meningkatkan kualitas individu ataupun lembaga terutama
dunia pendidikan menuju ke arah yang lebih baik.
Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis menggunakan metode deskriftif
kualitatif adalah suatu metode yang digunakan guru agar dapat memecahkan
permasalahan pembelajaran yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan setiap hari untuk menuju pembelajaran yang kondusif.
Menurut Sugiyono (2010:15) penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berdasarkan pada filsapat postpostivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai insutrumen kunci.
Pengambilan sumber data atau sampling dilakukan secara Purposive dan Snowball.
Menurut Gerry Tri Virgin Herman, Purposive Sampling adalah teknik penentuan
sampling dengan pertimbangan tertentu. Dan Snowball Sampling adalah teknik
pengumpulan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar.
Teknik pengumpulan data trianggulasi (gabungan), analisa data bersifat
induktif/kualitatif. Dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.
Atas dasar itulah peneliti menggunakan metode ini karena tidak ada rekayasa
dan guru sendiri sebagai instrumen dalam hal meneliti kondisi kelas.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang


tampaknya tidak terlalu sulit untuk dilaksanakan oleh seorang guru di kelas adalah
penelitian tindakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart
(Mohammad Asrori. 2008:68)
Dalam model Kemmis dan Mc.Taggart ini penelitian menggunakan dan
mengembangkan siklus (cycle) ini mengandung empat komponen yaitu :
1. Rencana (Planning)
Pada komponen ini, guru sebagai peneliti merumuskan rencana tindakannya
yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran,
perilaku, sikap dan prestasi belajar siswa.

2. Tindakan (Action)
Pada komponen ini, guru melaksanakan tindakan, berdasarkan rencana
tindakan yang telah direncanakan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau
perubahan proses pembelajaran, perilaku, sikap dan prestasi belajar siswa yang
diinginkan
3. Pengamatan (Observing)

Pada komponen ini, guru mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan pada siswa. Apakah berdasarkan tindakan yang
dilaksanakan itu memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan
peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak.

4. Refleksi (Reflection)

Pada komponen ini, guru mengkaji dan mempertimbangkan secara


mendalam tentang hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan itu dengan
mendasarkan pada berbagai criteria yang telah dibuat. Berdasarkan hasil refleksi
ini, guru dapat melakukan perbaikan terhadap rencana awal yang telah dibuatnya
jika masih terdapat kekurangan sehingga belum memberikakn dampak perbaikan
dan peningkatan yang meyakinkan.
JADWAL PENELITIAN

Jadwal penelitian dirinci dengan tabel berikut:


No. Kegiatan Penelitian Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3
1 Persiapan PTK:
- Observasi/pra tindakan; √
- Penyusunan tindakan; √
- Penyusunan instrumen √
pembelajaran dan
pengumpulan data.
2 Pelaksanaan(siklus PTK):
- Pelaksanaan siklus 1. √
- Refleksi siklus 1. √
- Pelaksanaan siklus 2. √
- Refleksi siklus 2 √
- Pelaksanaan siklus 3 √
(jika diperlukan).
- Refleksi siklus 3. √
3 Pelaporan PTK √
DAFTAR PUSTAKA

www.dunia pelajar.com

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-cooperative
learning.html

http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-tebak-kata/

http://tu.laporanpenelitian.com/2014

http://gerrytri.blogspot.co.id/2013/06

https://idtesis.com/pengertian-kemampuan/

http://milmanyusdi.blogspot.co.id/2011/07/pengertian-kemampuan.html

http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-kemampuan-ability-
menurut.html

http://www.jelajahinternet.com/2015/05/1001-pengertian-bahasa-baku-menurut.html?m=0

http://ridwankreatif.blogspot.co.id/2013/05/kata-baku.html

http://www.duniapelajar.com/2014/07/08/pengertian-berbicara-menurut-para-ahli/

http://www.mediapustaka.com/2014/05/pengertian-dan-hakekat-berbicara.html

http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=7518#.VpN1Pfm1PIU

http://www.thinkinghistory.co.uk/ActivityModel/ActModMarketPlace.html

http://ridwan-sm3t.blogspot.co.id/2013/05/contoh-proposal-penelitian-tindakan.html

www.google.com
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Program : XI/IPA/IPS
Semester : Genap
Jumlah Pertemuan : 4 x 45 menit

I. Standar Kompetensi :
10. Menyampaikan laporan hasil penelitian dalam diskusi atau seminar

II. Kompetensi Dasar :


10.1Mempresentasikan hasil penelitian secara runtut dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar
III. Indikator Pencapaian Kompetensi :
1. Menyebutkan pokok-pokok hasil penelitian
2. Menjelaskan laporan hasil penelitian
3. Menyimpulkan hasil penelitian dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar

IV. Nilai Karakter


1. Rasa ingin tahu
2. kreatif

V. Tujuan Pembelajaran :
1. Melalui kegiatan mengidentifikasi, siswa menyebutkan pokok-pokok hasil penelitian
2. Melalui kegiatan diskusi, siswa mampu menjelaskan laporan hasil penelitian
3. Melalui kegiatan diskusi/tanya jawab, siswa mampu menyimpulkan hasil penelitian
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar

VI. Materi Ajar :


1. Sistematika penelitian
2. Langkah-langkah penelitian
3. Mempresentasikan hasil penelitian secara runtut dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar

VII. Metode Pembelajaran :


Market Place Activity (MPA)

VIII. Kegiatan Pembelajaran


PERTEMUAN PERTAMA
Langkah-langkah: model pembelajaran
A. Kegiatan Awal : 10 menit
Orientasi : Berdoa (religius), mengabsen (disiplin)
Motivasi : meningkatkan kemampuan berbicara, dapat
membuat penelitian dan menyampaikan hasil
penelitian tersebut dengan menggunakan bahasa yang
runtut, baik dan benar
Apersepsi : tanya jawab
Pemberian Acuan : menyimak, mencatat, tanya jawab dan diskusi

B. Kegiatan Inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) : 70 menit


1. Memilih tema penelitian yang dianggap paling menarik (eksplorasi)
2. Melakukan penelitian sesuai prosedur (elaborasi)
3. Menyusun laporan penelitian (elaborasi)
4. Hasil laporan disusun dalam bentuk mind mapping dalam kertas besar (elaborasi)
5. Laporan yang dibuat mind mapping ditempel di dinding (elaborasi)
6. Tim ahli dari Kelompok lain berkunjung ke kelompok yang ditentukan untuk
memeroleh informasi dari laporan penelitian yang telah dibuat (elaborasi)
7. Tim ahli kembali ke kelompok asalnya dan menyampaikan hasil kunjungannya
tersebut kepada anggota lain (elaborasi)
8. Menyusun simpulan penelitian (konfirmasi)

C. Kegiatan Akhir : 10 menit

Resume :
Rangkuman hasil presentasi penelitian (pokok-pokok hasil penelitian)

Refleksi :
Penelitian memerlukan waktu yang cukup lama, apalagi jika objek yang diteliti tidak
sesuai dengan hasil yang diinginkan. Selain itu kesulitan siswa dalam menjelaskan hasil
penelitian dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Tindak lanjut :
Siswa perlu mengatur waktu dengan baik. Apabila hasil penelitian tidak sesuai dengan
yang diinginkan. Siswa dapat menemukan hal yang menyebabkan kegagalan. Hal ini justru
menjadi pelajaran/pengalaman yang baik bagi peneliti. Dan siswa dapat menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar yaitu dengan cara sering menggunakannya
dalam setiap kesempatan.

Rencana Pembelajaran berikut :


Mempresentasikan hasil penelitian secara runtut dengan menggunakan bahasa yang baik
dan benar tahap II (lanjutan)
Penugasan Terstruktur :
Mencatat pokok-pokok pembicaraan dalam presentasi penelitian tiap kelompok
PERETEMUAN KEDUA
Langkah-langkah: model pembelajaran
A. Kegiatan Awal : 10 menit
Orientasi : Berdoa (religius), mengabsen (disiplin)
Motivasi : dapat membuat penelitian dan menyampaikan hasil
penelitian tersebut dengan menggunakan bahasa yang
runtut, baik dan benar
Apersepsi : tanya jawab
Pemberian Acuan : menyimak, mencatat, tanya jawab dan diskusi

B. Kegiatan Inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) : 70 menit


1. Hasil laporan disusun dalam bentuk mind mapping dalam kertas besar (eksplorasi)
2. Laporan yang dibuat mind mapping ditempel di dinding (eksplorasi)
3. Tim ahli dari Kelompok lain berkunjung ke kelompok yang ditentukan untuk melihat
hasil laporan yang telah dibuat (eksplorasi)
4. Tim ahli kembali ke kelompoknya dan menyampaikan hasil kunjungannya tersebut
kepada anggota lain
5. Mempresentasikan hasil penelitian kelompok lain secara runtut dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar (baku) (elaborasi)
6. Siswa lain menilai presentasi kelompok lain dan menghitung jumlah kesalahan
penggunaan kata baku yang digunakan.
7. Merevisi laporan penelitian dari hasil tanya jawab (konfirmasi)
8. Menyusun simpulan penelitian (konfirmasi)

C. Kegiatan Akhir : 10 menit

Resume :
Rangkuman hasil presentasi penelitian (pokok-pokok hasil penelitian)

Refleksi :
Penelitian memerlukan waktu yang cukup lama, apalagi jika objek yang diteliti tidak
sesuai dengan hasil yang diinginkan. Selain itu kesulitan siswa dalam menjelaskan hasil
penelitian dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar karena faktor kedaerahan.

Tindak lanjut :
Siswa perlu mengatur waktu dengan baik. Apabila hasil penelitian tidak sesuai dengan
yang diinginkan, siswa dapat menemukan hal yang menyebabkan kegagalan. Hal ini justru
menjadi pelajaran/pengalaman yang baik bagi peneliti. Dan siswa dapat menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar yaitu dengan cara sering menggunakannya
dalam setiap kesempatan.
Rencana Pembelajaran berikut :
Mengomentari tanggapan orang lain terhadap presentasi hasil penelitian

Penugasan Terstruktur :
Mencatat pokok-pokok pembicaraan dalam presentasi penelitian tiap kelompok
IX. Penilaian :
Teknik : Observasi, Penugasan, Tes
Bentuk : Format observasi, Tertulis, Tertulis/lisan
Instrumen :
a. Penugasan
1) Buatlah sebuah penelitian yang kamu anggap menarik!
2) Tulislah hasil penelitian tersebut dengan menggunakan sistematika penulisan
penelitian yang benar!
3) Buatlah laporan penelitian tersebut dengan menggunakan mind mapping!
4) Tentukan tim ahli dalam kelompok Anda untuk menanyakan hasil laporan yang
dibuat kelompok lain!
5) Sampaikan hasil temuan yang diperoleh tim ahli kepada anggota kelompoknya!
6) Jelaskan proses penelitian tersebut dengan kalimat yang mudah dipahami!
7) Presentasikan rangkuman hasil penelitian kelompok lain yang kalian kunjungi!
8) Diskusikan komentar terhadap hasil penelitian teman yang telah dipresentasikan
dengan argumen yang kuat

Kunci jawab :
Berdasarkan kebijakan guru

Pedoman penskoran :
Format Penilaian 1 (Presentasi)

Aspek yang dinilai


No Nama Kelompok Pengunaan Pilihan Volume Jumlah
Ekspresi
kata baku kata suara

Kesimpulan Penilaian:
Nilai maksimal tiap aspek : 100
Nilai minimal tiap aspek : 10

Baik = 80 – 100 Cukup = 60 – 79 Kurang = 35 – 59 tidak baik= 0-35

Format Penilaian 2 (Laporan hasil penelitian)

Aspek yang dinilai


Sistematika
No Nama Kelompok Kualitas isi Struktur Jumlah
penyusunan Ejaan
laporan kalimat
laporan

Kesimpulan Penilaian:
Nilai maksimal tiap aspek : 100
Nilai minimal tiap aspek : 10

Baik = 80 – 100 Cukup = 60 – 79 Kurang = 35 – 59 tidak baik= 0-35


Format (observasi) penilaian 3

Nama Peserta Keseriusan Kerja sama Keberanian Keaktifan


No
Didik 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1
2
3
4
5

Keterangan :
Sangat baik = 5 Baik = 4 Cukup = 3 Kurang = 2 Sangat kurang = 1

X. Alat/sumber/bahan belajar :
Alat : Alat-alat penelitian, kamera
Sumber : Somad, Adi Abdul. 1999. Aktif Kreatif Berbahasa
Indonesia XI. Jakarta : Depdiknas/BSE.
Bahan Belajar : Objek penelitian, gambar/foto hasil penelitian

Padalarang, Januari 2016


Guru Mata Pelajaran,

Rully Silvia, S. Pd
NIP. 19790704 200901 2 003

Anda mungkin juga menyukai