Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kursi kosong merupakan salah satu teknik terapy Gestalt yang banyak diterapkan
dalam terapy ini di kembangkan oleh Frederick “Fritz” Pearls (Ramya, 2007). Teknik kursi
kosong merupakan teknik permainan peran dimana klien memerankan dirinya sendiri dan
peran orang lain atau beberapa aspek kepribadiannya sendiri yang dibayangkan duduk/berada
dikursi kosong. Menurut Joyce & Sill (dalam Safaria, 2005), teknik ini dapat digunekan
sebagai suatu cara untuk memperkuat apa yang ada di pinggir kesadaran klien, untuk
mengeksplorasi polaritas, proyeksi-proyeksi, serta introyeksi dalam diri klien .
Teknik ursi kosong sebagai alat biasanya digunakan untuk membantu klien dalam
memecahkan konfli-konflik interpersonal, seperti kemarahan pada seseorang, merasa
diperlakukan tidak adil, dan sebagainya. Tujuan pemakaian teknik ini adalah untuk
mengakhiri konflik-konflik dengan jalan memutuskan urusan-urusan yang tidak selesai yang
berasal dari masa lampau klien (Safaria, 2005:117). Dalam teknik ini, konselor menggunakan
dua kursi sebagai media pelaksananya. Konseloa meminta klien untuk duduk dikursi menjadi
under dog dimana under dog adalah pihak yang lemah, defensif, membela diri, tidak berdaya,
dan tidak berkuasa. Kemudian pindah ke kursi satunya sebagai top dog dimana top dog
adalah pihak yang berkuasa, otoriter, moralistik, menuntut, berlaku sebagai majikan, dan
manipulatif. Teknik kursi kosong merupakan permainan peran dimana klien memerankan
dirinya sendiri dan peran orang lain atau beberapa aspek kepribadian sendiri yang
dibayangkan berada dikursi kosong.

Menurut sejarah teknik desensitisasi sitematis, Corey (2005) mengemukakan tentang


latar belakang teknik ini melihat bahwa rasa takut dipelajari lewat pengkondisian, demikian
juga sebaliknya rasa takut dapat dihilangkan lewat pusat pengkondisiannya. Tahun 1920-an
Johannes Schulz, psikolog Jerman, mengembangkan teknik “Autogenic Training” yang
mengkombinasikan diagnosis, relaksasi dan autosugesti untuk konseli yang mengalami
kecemasan. Tahun 1935 Guthrie mengemukakan beberapa teknik untuk menghapus
kebiasaan maladaptive termasuk kecemasan; dengan menghadapkan individu yang
mengalami phobia pada stimulus yang tidak dapat menimbulkan kecemasan secara gradual
ditingkatkan ke stimulus yang lebih kuat menimbulkan ketakutan.

1
Desensitisasi sistematis dikembangkan dalam tradisi behavioristik pada awal tahun
1950 oleh Joseph Wolpe. Asumsi dasar teknik ini adalah respon ketakutan merupakan
perilaku yang dipelajari dan dapat dicegah dengan menggantikan aktivitas yang berlawanan
dengan respon ketakutan tersebut. Respon khusus yang dihambat oleh proses
perbaikan (treatment) ini adalah kecemasan-kecemasan atau perasaan takut yang kurang
beralasan; dan respon yang sering dijadikan pengganti atas kecemasan tersebut adalah
relaksasi atau penenangan. Prinsip dasar Desensitisasi adalah memasukkan suatu respon yang
bertentangan dengan kecemasan yaitu relaksasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kursi kosong?
2. Bagaimana kelemahan dan kelebihan teknik kursi kosong?
3. Bagaimana contoh teknik kursi kosong?
4. Apa pengertian teknik Desensitisasi?
5. Bagaimana kelemahan dan kelebihan teknik Desensitisasi?
6. Bagaimana contoh teknik Desensitisasi?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian teknik kursi kosong.
2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan teknik kursi kosong.
3. Mengetahui contoh teknik kursi kosong.
4. Mengetahui pengertian teknik Desensitisasi
5. Mengetahui kelemahan dan kelebihan teknik Desensitisasi.
6. Mengetahui contoh teknik desensitisasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

31 KURSI KOSONG

A. PENGERTIAN
Teknik kursi kosong merupakan teknik yang digunakan untuk mengajak klien agar
dapa tmengungkapkan perasaan yang terdalam dalam diriny amelalui proyeksi dengan
bermain peran. Pada sadarnya teknik ini adalah teknik bermain peran yang keseluruhan
perannya dilakukan oleh satu orang. Melalui teknik ini diharapka nproyeksi pada permainan
peran dapat dimunculkan kepermukaan sehingga klien biasa mengalami konflik lebih penuh.
Teknik ini akan menyuarakan pengalaman klien dan sebagai salah satu cara untuk
memahami dan memiliki kualitas dari diri klien yang selama ini dilingkarinya. Sebagai
sebuah eksperimen teknik kursi kosong sebagai sarana untuk memperkuat eksperimentasi
dan menaruh perhatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi kepribadian. Yang paling
utama dari pemisahannya itu adalah antara top dog dan under dog yang difokuskan pada
pertentangan keduanya.

B. TUJUAN DARI KURSI KOSONG


1. Sebagai alat untuk membantu klien agar memperoleh kesadaran secara penuh dalam
menginternalisasikan konflik yang ada pada dirinya.
2. Untuk mengekspolarisikan dan memperkuat konflik atau menyadarkan klien pada
situasi top dog dan under dog dalam diri klien.
3. Untuk melakukan pemahaman terhadap urusan-urusan klien yang belum selesai
dimana lampau yang membebani klien sehingga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan klien selanjutnya.
4. Mengusahakan fungsi yang terpadu dan menerima atas aspek kepribadian yang
dibadingkan oleh klien.
5. Mendorong klien agar biasa belajar dan melakukan penerimaan terhadap kehidupan
yang berpolaritas.

C. MANFAAT
1. Memberikan kesempatan pada klien untuk mnegungkapkan pikiran, perasaan, dan
sikapnya.

3
2. Menyadarkan klien untuk melihat kenyataan bahwa perasaan itu merupakan bagian
dari dirinya yang tidak biasa diingkari olehnya.
3. Membantu klien agar bias mengerti perasaan dan sisi lain dari dirinya sendiri yang
diinginkan.
4. Membantu klien untuk mengungkapkan perasaan yang bertentangan dengan dirinya
sepenuh hati.

D. KARAKTERISTIK
1. Mengekpresikan perasaaan dari klien.
2. Focus utama pada pertentangan antara top dog dan under dog.
3. Peranan to dog diibaratkan sebagai seorang yang sarakah, otoriter, menuntut dengan
seharusnya dan memanipulasi dengan ancaman dan malapetaka yang ditujukan pada
under dog.
4. Peranan under dog merupakan peran yang berkarakterpasif, suka bertahan dan tidak
biasa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

E. KELEBIHAN
1. Jika klien mempunyai potensi diri yang dimiliki bagus, maka hal tersebut dapat
memotivasi klien untuk menjadi seorang yang lebih baik.
2. Keberhasilan tergantung bagaimana individu untuk mengenali potensi yang
dimilikinya dan seberapa besar dia ingin merubahnya.

F. KEKURANGAN
1. Apabila klien tidak biasa melakukan eksternalisasikan peranan yang dimainkan
dengan maksimal tanpa penuh penghayatan, kemungkinan besar dia akan sulit untuk
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengambilan nilai dan bersifat dalam permainan peran ini sangat dibutuhkan, jika
seseorang berkecenderungan selalu menerima nilai orang dengan tidak kritis, maka
akan menyebabkan ia menjadi seorang pribadi yang tidak mandiri. Hal ini terjadi
karena kesadaran intriyeksi merupakan hal esensial terutama pada introyeksi yang
dapat meracuni system dan menghambat integrasi kepribadian.
3. Klien menjadi terpecah oleh dua situasi, baik itu sebagai pengendali atau pun orang
yang dikendalikan, oleh sebab itu peran saudaraan tarake dua peran yang demikian

4
tidak sepenuhnya biasa berakhir, karena kedua sisi saling berjuang demi
keberadaannya baik sebagai top dog dan under dog.

G. TIPE-TIPE TEKNIK KURSI KOSONG


1. Teknik kursi kosong yang diarahkan untuk berbicara dengan orang lain. Dalam teknik
ini klien diarahkan untuk mengeksperasitan ketegangan, berbicara dengan orang lain
yang dibayangkannya sedang duduk di sebuah kursi di sekitarnya, kemudian terapi
meminta klien untuk duduk berganti tempat dan menjawab seolah-olah dia adalah
orang lain tersebut. Dalam hal ini terapis berperan dengan cara mengarahkan
pembicaraan antara klien dengan tokoh yang diimajinasikan oleh klien dengan
bertukar tempat duduk. Dengan ini diharapkan dan mengerti perasaan dengan lebih
baik.
2. Teknik kursi kosong yang diarahkan untuk berbicara dengan dirinya sendiri. Dalam
teknik ini klien dituntut untuk memerankan dua karakteriktik yang berbeda.

H. CONTOH
Klien datang pada konselor dan menceritakan masalahnya, klien adalah seorang istri
yang lemah dan tak berdaya yang benci dan dendam terhadap suaminya yang otoriter dan
selalu mau menang sendiri, tetapi di lain pihak dia juga takut kehilangan suaminya dan
menggunakan suaminya sebagai daliah ketidakmampuannya.
Dengan masalahnya ini klien dan konselor sepakat untuk menggunakan teknik kursi
kosong. Konselor menjelaskan aturan dan cara penerapan teknik kursi kosong. Konselor
meminta klien agar benar-bena rmemainkan perannya sesuai dengan konsisi yang dialami
klien yang dihadapkan pada suatu situasi, dimana dan kapan dia harus berperan sebagai top
dog dan under dog, setelah permainan peran berakhir konselor meminta klien untuk
melakukan diagnosis akan perasaan yang dialaminya sebelum dan sesudah memainkan teknik
kursi kosong.

5
32. DESENSITISASI

A. PENGERTIAN

Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku melalui perpaduan


beberapa teknik yang terdiri dari memikirkan sesuatu, menenangkan diri dan membayangkan
sesuatu. Dalam hal ini penyuluh berusaha memberikan “suntikan” bagi klien untuk
menanggulangi ketakutakuan ataupun kebimbangan yang mendalam dalam suasana tertentu.
Penyuluh melakukan teknik ini dengan memanfaatkan ketenangan jasmaniah klien untuk
melawan ketegangan jasmaniah yang timbul bila klien berada pada suasana yang menakutkan
atau menegangkan.

Dalam proses ini ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dan ada
beberapa tahap yang perlu dilalui:

1. Teknik desentisasi sebaiknya digunakan bagi klien yang merasa takut terhadap satu
hal tertentu saja, seperti takut menghadapi ujian, takut naik pesawat terbang, takut
melihat darah dan sebagainya.
2. Sebelum memulai, klien harus iberi penjelasan secara tuntas tentang proses
desentisasi itu. Proses pengubahan tingkah laku itu tidak mungkin berhasil jika klien
sendiri tidak yakin bahwa ketakutan itu merupakan hasil belajar dan cara
menghilangkannya pun dapat melalui proses belajar. Klien hendaknya diyakinkan
bahwa teknik desentisasi akan memberikan hasil yang cukup baik.
3. Terlebih dahulu klien harus berada dalam keadaan yang benar-benar tenang.
Ketenangan ini dapat terjadi melalui latihan yang diatur oleh penyuluh atau atas
kesukarelaan klien sendiri.
4. Selanjutnya penyuluh dan klien bersama-sama menyusun suatu daftar kejadian-
kejadian yang berhubungan dengan ketakutan itu. Kejadian-kejadian ini kemudian
diurutkan mulai dari yang kurang menakutkan sampai kepada yang paling
menakutkan. Hal yang kurang menakutkan biasanya adalah kejadian-kejadian yang
paling jarang dijumpai dan tidak begitu besar pengaruhnya terhadap keluhan utama
klien.
Penyusun urutan hal-hal yang menakutkan berkenaan dengan misalnya “takut ujian”
mungkin dapat dimulai dengan “memikirkan ujian sejak tiga minggu sebelumnya”,
dan berakhir dengan “duduk dalam ruangan ujian dan mngerjakan soal-soal ujian”.
Oleh karena urutan seperti ini penting, penyuluh harus berusaha mengungkapkan

6
sekurang-kurangnya sepuluh kejadian seperti itu dari klien. Pengurutan ini akan lebih
baik jika didahului dengan pemberian angka untuk masing-masing kejadian itu.
Misalnya dengan memberikan angka nol untuk kejadian yang paling menakutkan, dan
angka-angka antara untuk kejadian-kejadian lainnya.
5. Dalam tingakt berikutnya penyuluh terlebih dahulu membantu klien mencapai suatu
keadaan benar-benar tenang secara jasmaniah. Keadaan tenang ini dilengkapi dengan
peningkatan sebanyak mungkin bayangan ketenangan secara mental. Kemudian
penyuluh menguraikan butir (kejadian) yang paling rendah dalam urutan ketakutan itu
kepada klien. Jika klien merasa bahwa hal yang dikemukakan penyuluh itu
menimbulkan banyangan yang menyusahkan (sebagai tanda misalnya klien disuruh
mengangkat tangan), maka penyuluh membantu klien untuk tenang dan penyuluh
memusatkan usahanya pada kesan-kesan lain yang lebih menyenangkan klien sampai
klien merasa mampu mengatasinya. Jika klien mengangkat tangan itu berarti dia
mampu menguasai bayangan yang ditimbulkan oleh apa yang dikemukakan oleh
penyuluh. Jika keadaan seperti ini tercapai penyuluh meningkat pada kejadian-
kejadian lain yang tingkat menakutkannya lebih tinggi.
6. Dengan demikian klien bersama penyuluh menangani kejadian-kejadian itu secara
bertahap. Penyuluh mendorong klien untuk menerapkan hal-hal yang dilatihkan itu di
dalam kehidupannya, dan melakukan hal-hal yang perlu untuk menolong diri sendiri
bilamana ketegangan atau kebingungan terjadi (misalnya melalui bernapas dalam-
dalam, penenangan sebagaian, menghentikan pemikiran yang sedang berlangsung).

B. KELEBIHAN TEKNIK DESENSITISASI


1. Mengurangi maladaptasi kecemasan yang dipelajari lewat conditioning (seperti
phobia) tapi juga dapat diterapkan pada masalah lain.
2. Dapat melemahkan atau mengurangi perilaku negatifnya tanpa menghilangkannya.
3. Konseli mampu mengaplikasikan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari tanpa
harus ada konselor yang memandu.
4. Menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon
yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian
klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.
5. Menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon
yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.

7
C. KELEMAHAN TEKNIK DESENSITISASI
Terdapat Konselor yang masih mendasarkan konseling dengan menggunakan teknik
yang berakar pada hukum-hukum belajar
1. Tidak semua konselor mampu berperan propagandist dalam penerapan teknik
konseling Desensitisasi Sistematis.
2. Dalam teknik desensitisasi sistematis perlu melibatkan teknik-teknik lain untuk
membantu konseli . Contoh: relaksasi
3. Teknik ini memerlukan waktu yang lama untuk penerapannya sebab terdapat tahap-
tahap atau tingkatan yang berkelanjutan dalam membantu konseli. Misalnya:
Tahap I : menghilangkan kecemasan tingkat rendah
Tahap II : menghilangkan kecemasan tingkat sedang
Tahap III : menghilangkan kecemasan tingkat tinggi
4. Konselor perlu membuat format-format tertentu yang sangat detail mengenai masalah
konseli sesuai dengan tingkatan atau tahapan-tahapan teknik ini.

D. CONTOH KASUS
No. SUBJEK DIALOG TAHAP/ TEKNIK
1. konseli Assalamualaikum……………..
2. konselor Waalaikumsalam Wr.Wb. PENYAMBUTAN
Sita, mari silahkan masuk…, silahkan duduk opening
pilih tempat duduk mana yang paling nyaman
disini atau disana?
3. konseli Disini saja Bu, lebih nyaman….
4. konselor Oh ya Sita, jam ini kan seharusnya masih ada TOPIK NETRAL
kelas?
5. konseli Benar Bu, jam ini seharusnya masih ada jam
pelajaran akan tetapi saya diminta untuk ke
ruang BK oleh wali kelas.
6. konselor Wali kelasmu meminta kamu datang
kemari…
7. konseli Benar Bu, kemarin saya menceritakan
permasalahan saya ke Wali kelas. Kemudian

8
beliau menyuruh saya untuk menemui ibu.
8. konselor Ibu senang sekali kamu telah bersedia datang PENGALIHAN
kemari. Namun demikian, ibu tidak akan tahu TOPIK INTI
permasalahan yang kamu hadapi sebelum Confidentiality limit
kamu bercerita pada ibu. Jangan khawatir,
semua yang akan kamu ceritakan, tidak akan
diketahui oleh siapapun. Ibu akan menjaga
kerahasian masalahmu.
9. konseli Diam….(menunduk cemas)
Begini Bu, saya selalu merasa cemas yang
berlebihan terutama saat akan menjelang
ujian. Seringkali saya terpaksa mengikuti
ujian susulan karena saya jatuh sakit sebelum
ujian dilaksanakan.
10. konselor Sita merasa cemas menjelang ujian… Analisis Perilaku
Yang Menimbulkan
Masalah
11. konseli Iya Bu.. saya seringkali mengalami
kecemasan tersebut sejak SMP. Tetapi selama
ini, saya tidak pernah berani mengungkapkan
masalah saya pada orang lain.
12. konselor Sita telah mengalami kecemasan itu sejak restatement
SMP…
13. konseli Ya… (diam sambil menunduk)
Saya sering takut jika saya tidak bisa
mengerjakan soal ujian dengan benar,
akibatnya nilai saya bisa jelek. Sehingga saya
bisa menjadi yang terjelek nilainya di kelas.
14. konselor Nada-nadanya, sita sangat khawatir dan malu Reflection of feeling
jika hal tersebut terjadi
15. konseli Saya memang akan sangat malu bu..
Sebab, saya selalu mendapat peringkat 3

9
besar di kelas. Apa kata teman-teman di kelas
jika nilai saya turun dan saya tidak bisa
mendapat peringkat 3 besar lagi di kelas.
16. konselor Jadi, selama pembicaraan kita tadi, intinya Clarification
Sita lebih mencemaskan apa yang dikatakan Penyusunan
oleh teman-teman di kelas terhadap Sita.. Hierarkhi Situasi
Jika Ibu simpulkan, susunan situasi yang Yang Menimbulkan
menimbulkan kecemasan pada diri Sita yaitu: Masalah Dari
 Sita cemas jika tidak bisa Tingkat Yang
mengerjakan soal ujian dengan benar Rendah Hingga
 Sita cemas jika nilainya menjadi jelek Yang Tinggi
 Sita cemas tidak bisa mendapat
peringkat 3 besar lagi di kelas
 Dan yang terakhir, Sita cemas menjadi
yang terjelek nilainya di kelas karena
akan dicemooh oleh teman-teman
sekelas.
17. konseli …… (diam)
Ya bu, memang benar seperti itu..
(diam kembali)
18. konselor Ibu memahami apa yang kamu Acceptance
rasakan….(sambil menepuk pundak Sita)
19. konseli Beberapa minggu ini, saya merasa kecemasan
yang saya alami sangat mengganggu terutama
karena sebentar lagi saya akan mengikuti
ujian kenaikan kelas. Saya khawatir jika tidak
dapat menghadapi masalah ini saya akan
tidak naik kelas.
20. konselor Dengan kata lain, Sita ingin mengurangi Clarification
kecemasan yang Sita alami..
21. konseli Ya Bu, Saya sangat ingin kecemasan yang
saya alami berkurang karena itu sangat
mengganggu saya. Selama ini saya telah

10
mencoba untuk mengurangi kecemasan saya
dengan berlatih pernafasan ketika kecemasan
itu datang.
22. konselor Sita berlatih pernafasan untuk mengurangi restatement
kecemasan…
23. konseli Ya, saya pernah membaca sebuah artikel
tentang cara mengurangi kecemasan dengan
berlatih pernafasan. Namun, upaya yang saya
lakukan kurang berhasil karena kecemasan itu
masih sering muncul secara berlebihan.
24. Konselor Pada intinya, Sita telah melakukan upaya clarification
untuk mengurangi kecemasan dan belum
berhasil. Sedangkan Sita belum mengetahui
cara lain yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kecemasan.
25. konseli Ya itu Bu, saya tidak mengetahui cara lain
untuk mengatasi permasalahan saya.
26. konselor Ya, Ibu mengerti apa yang kamu rasakan. Acceptance, lead
Namun sebelumnya, sudahkah Sita tahu
tentang arti dari kecemasan itu sendiri?
27. konseli Belum Bu, saya merasakannya tapi belum
mengerti definisinya. Saya cemas biasanya
ketika mendengar akan ujian.
28. konselor Bagus sekali Sita, Sita ternyata telah approval
mengenali kapan kecemasan yang Sita alami
muncul. Kecemasan itu sendiri adalah
kekhawatiran yang berlebihan akan sesuatu
yang kemungkinan belum pasti terjadi.
Bukankah begitu Sita?
29. konseli Ya Bu, memang sesuatu yang saya cemaskan
itu belum pasti terjadi tetapi tetap saja
mengganggu saya dan saya tidak bisa

11
menghilangkannya.
30. konselor Baik-baik, Sita telah memahami betul tentang Advice, lead
kecemasan yang kamu alami. Salah satu cara
mengatasi kecemasan adalah dengan latihan
pernafasan seperti yang telah Sita lakukan.
Dan yang perlu Sita tahu, sebelum Sita
melakukan latihan pernafasan kondisi Sita
harus rileks terlebih dahulu. Adapun cara
yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah
merilekskan anggota tubuh kita dengan
relaksasi otot. Sudahkah Sita melakukannya?
31. konseli Belum Bu, selama ini saya langsung
melakukan latihan pernafasan ketika rasa
cemas itu muncul.
32. konselor Baiklah, sekarang kita bisa melatih cara Latihan relaksasi
relaksasi otot. Kita akan mulai relaksasi dari otot
lengan hingga kaki. Sekarang perhatikan dan
ikuti gerakan relaksasi otot yang Ibu
lakukan. (Konselor memberikan contoh
gerakan relaksasi)
33. konseli (Menirukan gerakan konselor)
34. konselor Bagaimana Sita? Apa yang kamu rasakan? lead
Apakah kamu sudah merasa relaks sekarang?
35. konseli Sudah Bu, saya merasa lebih relaks sekarang.
36. konselor Baiklah, sekarang silahkan kamu duduk Tahap
kembali dan carilah posisi yang paling membayangkan
nyaman menurut kamu. Selanjutnya, situasi yang
pejamkan matamu dan bayangkan situasi menyenangkan.
yang menyenangkan menurut kamu.
Bayangkan situasi apa saja yang membuat
kamu merasa senang dan nyaman.
37. konseli (memejamkan mata dan mengikuti instruksi

12
yang diberikan konselor)
38. konselor CUKUP…. Tapi tetaplah dalam kondisi Tahap
memejamkan mata. membayangkan
(Konselor memberikan instruksi kepada situasi yang
konseli untuk membayangkan situasi yang menimbulkan
menimbulkan kecemasan dari tahap ke tahap kecemasan.
mulai dari yang taraf terendah sampai taraf
yang paling tinggi sambil mengamati mimik
muka konseli, dan jika ada tanda-tanda
munculnya kecemasan maka konseli diminta
untuk mengehentikan bayangan tentang
kecemasan yang muncul kemudian konseli
diarahkan untuk membayangkan situasi yang
menyenangkan kembali. Hal ini diulangi
sampai konseli dapat mangatasi masalah
kecemasannya hingga taraf yang paling
tinggi)
39. konseli (memejamkan mata dan mengikuti instruksi
yang diberikan konselor)
40. konselor Heeeem…Sita telah mengikuti instruksi Acceptance, lead
dengan benar. Apakah yang Sita rasakan
setelah latihan yang kita lakukan tadi?
41. konseli Saya sudah merasakan adanya perubahan Bu,
tetapi sepertinya belum maksimal.
42. konselor Baguslah, berarti kamu sudah dapat approval
menerapkan latihan tersebut untuk
mengurangi masalah kecemasan yang kamu
hadapi. Memang latihan ini tidak dapat
dilakukan hanya sekali, perlu ada
pengulangan latihan tersebut agar
mendapatkan hasil yang maksimal.
43. konseli Iya Bu.
44. konselor Baiklah Sita, apabila masalah kecemasan aproval

13
yang kamu alami muncul kembali Sita bisa
membayangkan situasi yang menyenangkan
untuk menghilangkan rasa kecemasan
tersebut. Namun, jangan lupa untuk
melakukan latihan relaksasi otot terlebih
dahulu.
45. konseli Ya Bu, terimakasih. tetapi saya harus kembali
ke kelas untuk mengikuti pelajaran
selanjutnya.
46. konselor Ibu rasa konseling pada pertemuan kali ini Tahap penyusunan
bisa diakhiri tetapi Sita perlu hadir kembali tingkatan
untuk proses konseling selanjutnya pada hari kecemasan
Kamis waktu istirahat pertama. Namun (tertulis)
sebelum Sita keluar dari ruangan ini, kita
perlu menyusun jenjang kecemasan yang Sita
alami dan menuliskannya pada selembar
kertas.
47. konseli Ya Bu.
(konseli bersama konselor menulis jenjang
kecemasan di selembar kertas yang diberikan
konselor)
48. konselor Kertas ini akan Ibu simpan agar memudahkan
proses konseling selanjutnya.
49. konseli Kalau begitu saya permisi sekarang Bu.
50. konselor Ya, silahkan Sita. Jangan lupa kita bertemu Termination
lagi hari Kamis pada waktu istirahat.
(mengantar Sita ke pintu)

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teknik kursi kosong merupakan teknik yang digunakan untuk mengajak klien agar
dapa tmengungkapkan perasaan yang terdalam dalam diriny amelalui proyeksi dengan
bermain peran. Pada sadarnya teknik ini adalah teknik bermain peran yang keseluruhan
perannya dilakukan oleh satu orang. Melalui teknik ini diharapka nproyeksi pada permainan
peran dapat dimunculkan kepermukaan sehingga klien biasa mengalami konflik lebih penuh.

Pendekatan Desensitisasi untuk mengubah tingkah laku melalui perpaduan beberapa


teknik yang terdiri dari memikirkan sesuatu, menenangkan diri dan membayangkan sesuatu.
Dalam hal ini penyuluh berusaha memberikan “suntikan” bagi klien untuk menanggulangi
ketakutakuan ataupun kebimbangan yang mendalam dalam suasana tertentu. Penyuluh
melakukan teknik ini dengan memanfaatkan ketenangan jasmaniah klien untuk melawan
ketegangan jasmaniah yang timbul bila klien berada pada suasana yang menakutkan atau
menegangkan.

15

Anda mungkin juga menyukai