Terkom Terapi Seni Melukis
Terkom Terapi Seni Melukis
PENDAHULUAN
Terapi seni adalah bentuk dari terapi gambar, yang dapat digunakan sebagai sarana
curahan ekpresi seseorang. Istilah yang disebut dalam terapi ini adalah terapi seni atau
ekpresif (jarboe, 2004) atau terapi gambar (the american art therapy association, 2003).
Terapi seni bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan penyembuhan pada individu
dengan menggunakan peralatan seni yang dapat diberikan pada semua usia, keluarga, dan
kelompok (malchiodi, 2005). Terapi seni dapat dilakukan dengan kegiatan visual berupa
melukis atau menggambar sebagai sarana utamanya.
1
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian terapi seni : melukis
2. Untuk mengetahui perkembangan terapi seni melukis
3. Untuk mngetahui hasil penelitian terapi seni melukis
4. Untuk mengetahui penggunaan art psychotherapy
5. Untuk mengertahui sarana dan prasarana pada art psychotherapy gambar
6. Untuk mengetahui warna dalam art psychotherapy
7. Untuk mengetahui prosedur dan teknik pelaksanaan art psychotherapy
8. Untuk mengetahui peraturan dalam terapi seni : melukis
9. Untuk mengetahui manfaat dalam art theraphy gambar
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Perkembangan Terapi Seni Lukis
Seni lukis merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah peradaban
manusia. Hal ini terbukti dari berbagai peninggalan sejarah berupa artifak, mural maupun
lukisan-lukisan lainnya, baik yang bersifat prasejarah maupun yang lebih modern berupa
portrait, abstrak, dan lain-lain. Hingga kini, di era yang serba modern, seni lukis semakin
diakui eksistensi dan peranannya. Peran seni lukis sebagai salah satu bagian terapi seni (art
therapy) pun telah diakui dan diterapkan selama ratusan tahun sebagai suatu bentuk
pengobatan non-medis untuk membantu kesehatan emosional maupun fisik berbagai jenis
pasien, mulai dari penderita depresi, alzheimer, acute memory loss, trauma, sakit fisik, dan
lain-lain. Bruce l. Miller, seorang clinical director dari ucsf bahkan menyebutkan bahwa
sekedar duduk dan memandangi lukisan adalah sebuah kegiatan yang jauh lebih aktif
daripada yang diasumsikan oleh banyak orang, dan kegiatan tersebut dapat menimbulkan
efek yang positif terhadap kesehatan otak. Banyak forum yang membicarakan tentang
terapi seni lukis (painting theraphy) dan banyak sekali percakapan dan diskusi mengenai
pengalaman yang dilalui oleh masing-masing individu yang menjalani terapi tersebut.
Psykopaint memaparkan sebuah artikel berisi contoh kasus terapi seni lukis pada
Jackson Pollock, seorang pelukis yang terkenal melalui teknik melukisnya yang khas, yaitu
menyerupai gerakan monyet yang sedang marah. Jackson Pollock adalah seorang alkoholik
yang – atas saran dokter-dokternya – menggunakan seni lukis sebagai bagian dari
psychoteraphy yang dijalaninya untuk membantunya mengendalikan emosi. Akibat dari
keunikan gayanya serta lukisannya, pada tahun 1956 majalah time menamakannya jack the
dripper. Seni lukis juga berperan dalam membantu seseorang melalui masa sulit dalam
hidupnya yang diakibatkan oleh kehilangan seseorang yang dicintai. Pablo picasso adalah
salah satu contohnya. “blue period” merupakan masa di tahun 1901-1904, dimana lukisan-
lukisan yang dihasilkan oleh picasso semuanya berwarna biru gelap dan menimbulkan rasa
sedih dan kelam. Masa ini adalah masa dimana dirinya mengalami kesedihan yang sangat
mendalam atas kepergian sahabatnya yang meninggal dunia.
Contoh yang lain adalah Vincent Van Gogh. Ia adalah penderita depresi dan bipolar
disorder yang juga menggunakan seni lukis sebagai bagian dari terapinya. Salah satu hasil
karya lukisnya yang paling terkenal adalah “starry night” 1889, terinspirasi dari jendela
rumah sakit jiwanya di saint-re`my, perancis. Sebuah artikel yang ditulis oleh Michael
Samuels, md dan Mary Rockwood Lane, Phd. Yang dimuat di utne.com dengan judul art
therapy: painting to heal mengisahkan tentang seorang wanita yang menghadapi masa sulit
dalam hidupnya, dimana ia tak mengenal dirinya sendiri dan menjauhi semua orang yang
dia kenal. Sampai kemudian dia bertemu dengan seorang teman yang memiliki art studio
dan membangkitkan kembali makna kebahagiaan dalam hidupnya. Dia melukis di kanvas
yang besar dan dia sebenarnya tidak tau apa yang dilukis tetapi dia tau bentuk dan warna
yang tergambar adalah ungkapan dari kesedihan dan rasa sakit yang dia alami.terapi seni
lukis pun menjadikannya merasa lebih baik, membuatnya merasa hidup kembali. Melukis
juga melibatkan proses belajar untuk bersabar, memperhatikan setiap detail dalam lukisan,
belajar untuk menjadi lebih baik, untuk memperbaiki kesalahan dan mengatasi rasa kecewa
dengan membangkitkan ide lain dengan tidak merubah pesan dari karya yang ingin
dihasilkan. Melukis pun mendorong seseorang untuk bisa mengatur dan lebih menghargai
4
waktu, memperhatikan kesehatan fisik, serta membuat keputusan melukis juga
mengajarkan untuk merasa puas dengan hasil akhir – dengan segala kekurangan dan
kelebihan lukisan.
Selama ribuan tahun yang lalu, manusia telah menggunakan elemen seni dalam
berbagai bentuk sebagai upaya untuk mencapai kesembuhan jiwa dan raga. Bangsa yunani
kuno, menggunakan keberadaan teater seni yang mementaskan drama satir sebagai sesuatu
yang membawa efek katarsis, yaitu membersihkan atau menyembuhkan jiwa. Elemen
inilah, yang pada prosesnya berperan penting dalam terapi seni. Terapi seni secara harafiah
dapat diartikan sebagai penggabungan dua buah disiplin ilmu, yaitu antara ilmu seni dan
psikologi. Psikologi seni menelaah suatu kegiatan psiko-fisis tertentu dari manusia dan
pelaksanaan kegiatan itu pada penciptaan karya seni. Misalnya menelaah segenap proses
kegiatan mencipta yang dilakukan oleh seniman untuk menghasilkan sesuatu karya seni
yang indah serta bentuk dan ciri-ciri karya yang demikian. Juga ditelaah faktor-faktor sosial
psikologis yang menyangkut proses penilaian seni dan dorongan batin dalam seni. Seni
dapat memberikan berbagai penafsiran yang nyata terhadap macam-macam gejala
kejiwaan dalam diri manusia seperti misalnya gairah, harapannya, khayalannya, atau
kekurangan pribadinya. Psikologi seni mengacu pada seni pada seumumnya. Dalam
lingkungannya kemudian berkembang psikologi dari jenis-jenis seni tertentu seperti
misalnya psikologi kesusasteraan, psikologi musik, dan psikologi seni penglihatan yang
meliputi seni lukis dan seni pahat.
Yohanita t.p.l, s.psi pelaku konseling bagi anak berkebutuhan khusus saat dihubungi
mengatakan, psikologi seni selain dapat dirinci menurut jenis-jenis seni dapat pula
dibedakan menurut teori-teori psikologis yang digunakan untuk menerangkan sesuatu
persoalan yang muncul. “misalnya dengan menerapkan teori sikap dan psikologi
instropeksi, edward bullough melakukan penyelidikan terhadap kesadaran estetis.
Psikoanalisis dengan berbagai teorinya berusaha memberikan penjelasan bahwa karya seni
sebagaimana halnya dengan impian dan mitologi merupakan perwujudan dari keinginan
manusia terdalam yang memperoleh kepuasan lebih besar dalam bentuk seni ketimbang
dalam penghidupan sehari-hari,” jelasnya.
Dalam perkembangan psikologi seni selanjutnya, penggunaan hasil-hasil ilmiah dari
psikologi kanak-kanak dianggap dapat memberikan keterangan-keterangan yang memadai
mengenai pertumbuhan dorongan batin dalam mencipta seni.Sebuah teori tentang sumber
seni ialah teori permainan yang dikemukakan oleh penyair johan schiller (1759-1805) dan
kemudian diperkuat oleh filsuf inggris herbert spencer (1820-1903). Menurut schiller, asal
mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main yang ada dalam diri seseorang. Seni
merupakan semacam permainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia
berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus disalurkan ke luar.
Bagi spencer permainan itu berperanan untuk mencegah kemampuan-kemampuan
mental manusia menganggur dan selanjutnya menciut karena disia-siakan. Seseorang yang
semakin meningkat taraf kehidupannya tidak memakai habis energinya untuk keperluan
sehari-hari. Kelebihan tenaga ini lalu menciptakan kebutuhan dan kesempatan untuk
melakukan rangkaian permainan yang imaginatif dan kegiatan hiburan yang akhirnya
menghasilkan karya seni. “ada lukisan yang menggambarkan kesedihan, keputus-asaan,
kesepian, kemarahan, semangat hidup, ambisi hingga bagaimana manusia meraih impian-
5
impian hidupnya. Semua terbingkai dengan sempurna dalam sebuah lukisan. Lebih
tepatnya membingkai jiwa-jiwa manusia dalam sebuah lukisan,” ujar yohanita yang juga
sering menghasilkan karya rupa.
Tak heran seringkali psikolog dan psikiater merekomendasikan klien yang mengalami
kasus stres, depresi, paranoid, skizofrenia dan gangguan kejiwaan yang lain ke terapi lukis.
Melukis sebagai media terapi. Sebenarnya tidak hanya lukis saja yang bisa sebagai media
terapi. Ada banyak seni yang bisa mereka pergunakan sebagai media, seperti : seni patung,
seni batik, seni musik (piano, biola, gitar), seni menulis, dll. “didalam terapi melukis
mereka akan belajar menarik garis, bentuk, warna, komposisi ruang, dll. Terapi melukis
akan mampu menggali tingkat intelegensi, tingkat emosional, tingkat konsentrasi, dan
kemampuan berpikir mereka. Sehingga mereka akan diajak menyadari masalah-masalah
mereka sambil bereksplorasi dan berkreativitas dalam permainan kuas dan cat.
Harapannya, mereka nanti akan menemukan semangat baru, inspirasi baru, impian-impian
baru, akan menemukan solusi yang tepat pada masalah dirinya dan mampu memulai
lembaran baru yang lebih baik. Dan mereka pun bisa terbebas dari gangguan kejiwaannya,”
tutur yohanita yang sering menangani anak-anak autis.
Bagaimana kita merasa ditentukan oleh apa yang kita pikir adalah dasar dari terapi
kognitif. Misalnya, seseorang yang mengalami depresi akibat dari keyakinan atau pemikiran
yang salah. Jika keyakinan yang salah ini diperbaiki dimungkinkan kondisi emosional klien
akan menjadi lebih baik. Menurut beberapa penelitian, orang depresi sering memiliki
keyakinan yang salah tentang diri mereka sendiri. Mereka menghubungkan kejadian negatif
dengan diri mereka sendiri tanpa bukti apapun, mereka memandang situasi kehidupan secara
absolut (hitam dan putih), dan mereka mungkin hanya melihat aspek negatif dari hal-hal dan
6
umumnya mendistorsi pentingnya peristiwa tertentu. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa
cara berpikir klien mempengaruhi kondisi emosionalnya. Pada art psychotherapy gambar,
proses terapi menggunakan alat dan media yang dirancang secara khusus menjadi sebuah
rangkaian terapeutik.
Terapi menggambar merupakan suatu proses terapeutik verbal-nonverbal yang terdiri dari
dua kegiatan:
1. Kegiatan menggambar
Kegiatan menggambar akan dilakukan pada sesi kedua sampai sesi keenam. Setiap
sesi menggambar akan dilakukan berdasarkan instruksi dan tujuan masing-masing
sesi. Sarana-prasarana yang digunakan masing-masing sesi akan berbeda antara satu
sesi dengan sesi lainnya. Peneliti/terapis berperan sebagai fasilitator yang memandu
subjek selama proses terapi.
2. Konseling
Konseling yang dilakukan merupakan bagian yang pokok yang menyertai art
psychotherapy gambar. Pada bagian ini, terapis memberikan kesempatan kepada
subjek untuk mengekspresikan kondisi psikisnya melalui tulisan dan memberi
konseling terhadap gambar dengan menggunakan skill konseling, antara lain
probing, reflecting, paraphrasing, focusing, clarifying, summarizing, dan
supporting. Kegiatan ini memberi efek terapi seperti proyeksi, katarsis, refleksi, dan
juga introspeksi. Wadeson (1987) menyampaikan bahwa tugas terapis adalah
memfasilitasi subjek untuk mengeksplorasi dan menginterpretasi produk
gambarnya. Sebisa mungkin terapis tidak menyampaikan asumsi dan interpretasinya
sebelum subjek melakukannya. Terapis selanjutnya dapat meminta keterangan
mengenai hambatan yang dialami subjek saat menggambar. Misalnya hambatan
dalam menggunakan alat atau media, hambatan dalam membuat gambar sesuai
harapan, dan seterusnya. Konseling ini dilaksanakan setiap sesi art psychotherapy
gambar, yakni sebelum dan sesudah kegiatan menggambar.
Terapi ini mungkin dapat menjadi alat untuk menangani kasus depresi akibat KDRT.
Seperti yang disampaikan oleh purwandari (2010) bahwa kasus kdrt sulit diungkap secara
verbal. Perempuan depresi korban kdrt mengalami kesulitan mengungkapkan
permasalahannya secara verbal, oleh karena itu bentuk terapi non verbal seperti terapi
menggambar lebih memungkinkan untuk dilakukan sebagai upaya psikologis, baik direktif
maupun non direktif.
Tema-tema gambar hasil karya perempuan korban kdrt merupakan simbolisasi kondisi
psikologis yang dialaminya. Perubahan-perubahan psikologis yang terjadi akan lebih mudah
terlihat melalui media gambar tersebut. Penelitian ini akan menggunakan kombinasi alat
gambar, warna, dan media dengan maksud memperoleh gambaran psikologis subjek.
Kombinasi-kombinasi yang mungkin dilakukan misalnya penggunaan krayon untuk
7
menggambar di salah satu sesi, dan atau cat akrilik + ujung jari tangan. Gambar yang
dihasilkan dengan dari penggunaan cat akrilik + ujung jari tangan akan berbeda dengan
gambar yang dihasilkan menggunakan krayon, demikian pula jika menggunakan alat
gambar lain. Pencapaian tujuan terapi, yakni penurunan simtom akan dilakukan dengan
teknik-teknik terapeutik yang akan dipandu oleh peneliti yang dalam konteks ini berperan
sebagai psikoterapis.
Menurut wadeson (1987), tidak ada standard atau spesifikasi khusus untuk ruangan
yang dipergunakan dalam pelaksanaan art psychotherapy gambar. Pada prinsipnya,
ruang terapi harus memfasilitasi keleluasaan subjek untuk berekspresi melalui
gambar dan konseling. Berikut adalah gambaran ruang terapi yang digunakan dalam
penelitian ini:
a. Privasi terjaga.
b. Pencahayaan dan ruang yang memadai. Ruangan cukup terang, nyaman, bebas
dari barang-barang yang tidak mendukung proses terapi.
c. Terdapat kursi, meja, dan atau alas duduk yang nyaman untuk subjek
menggambar. Sebagian subjek lebih nyaman duduk di kursi dan menggambar di
atas meja, sebagian lainnya memilih untuk duduk di lantai dan melakukan
aktivitas menggambar di sana. Terapis ikut menyesuaikan diri dengan duduk
sama dengan posisi yang dipilih subjek.
d. Ruangan rapi dan terorganisir baik. Perlengkapan terapi seperti alat gambar,
kertas, tempat sampah, lap tangan, dan perlengkapan lain yang mendukung proses
terapi disusun rapi agar mudah dijangkau subjek.
Kertas gambar yang digunakan dalam terapi ini adalah kertas tipe a2 berwarna putih.
Kertas a2 memiliki ukuran 59,4 cm x 42,0 cm. Jenis kertas gambar yang akan digunakan
adalah jenis art paper 220 gsm. Jenis kanvas yang digunakan adalah kanvas cotton
berukuran 50 cm x 60 cm. Spesifikasi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan terapi.
Ukuran yang relatif besar dimaksudkan agar menstimulasi subjek untuk menuangkan
keluhan dalam bentuk gambar secara bebas dan nyaman. Ketebalan kertas dan kanvas
memberi pengaruh pada kemunculan fungsi kontrol dalam proses menggambar
(wadeson, 1987)
Easel adalah sebuah rangkaian kayu yang digunakan untuk menyangga kanvas.
Easel dapat diatur tinggi-rendahnya, sehingga pelukis dapat melukis sambil berdiri atau
duduk. Dalam terapi ini, disiapkan 1 unit easel dan kursi pada sesi terapi yang
menggunakan kanvas. Subjek dibebaskan menentukan apakah ia akan menggambar
dengan posisi berdiri atau duduk.
8
4. Alat gambar krayon (oil pastel)
Krayon adalah salah satu alat menggambar atau melukis yang termasuk ke dalam
media kering. Media kering maksudnya yaitu teknik menggambar menggunakan alat
gambar tanpa adanya campuran atau pengencer dari bahan-bahan cair, misalnya air atau
minyak. Keistimewaan krayon yaitu warna yang dihasilkan bisa cerah dan jelas, seperti
cat minyak tetapi tanpa adanya campuran minyak pencampur cat, sehingga dapat
dengan mudah dipakai dengan menggores atau mencoret pada media gambar tanpa
perantara seperti kuas, kertas, plastik atau yang lainnya. Krayon merupakan media
gambar yang mengandung lilin, sehingga hasil goresannya tampak licin dan mengkilat,
dan mempunyai keterbatasan apabila warna tersebut kita tumpuk/lapisi lagi dengan
warna lain sulit untuk tercampur atau menutupi bagian di bawahnya. Untuk
menghasilkan warna yang bermacam-macam atau bervariasi, teknik yang digunakan
yaitu dengan cara menggores warna satu dengan yang lainnya saling berdampingan,
bukan saling bertumpuk-tumpuk antara warna sebelum dan sesudahnya. Kelicinan
warna yang dihasilkan ini memang lebih sulit apabila digunakan untuk bereksplorasi
dengan warna yang lain, terutama pewarna yang menggunakan pencampuran air atau
warna yang kontradiksi dengan bahan yang mengandung lilin. Krayon mempunyai
kelebihan lain yaitu kaya dengan warna.
Pastel atau krayon merupakan alat gambar yang paling ideal digunakan di awal sesi
menggambar. Selain mudah diaplikasikan, hasil goresan krayon dapat dengan mudah
dimanipulasi menggunakan ujung jari sehingga tercipta biasan warna. Krayon memiliki
sifat ringan dan relatif mudah dikontrol dibanding cat akrilik
5. Cat akrilik
Cat akrilik dibuat dengan bahan dasar air. Pengaplikasiannya dapat dilakukan
menggunakan kuas, kapas, atau ujung jari tangan. Sifat cat akrilik cepat kering, sehingga
memungkinkan subjek untuk menumpuk warna di atas warna lain yang telah
diaplikasikan sebelumnya pada kertas. Meskipun cepat kering, cat akrilik mudah
dibersihkan apabila menempel di tangan. Cat akrilik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah cat akrilik 18 warna, yang masing-masing tube-nya berisi 12 ml cat akrilik.
6. Wadah air
Dalam terapi ini akan disediakan 2 wadah air. Wadah air pertama digunakan untuk
mencuci tangan. Wadah air kedua digunakan untuk mencuci kuas. Wadah air yang
digunakan dalam terapi ini adalah dua buah baskom plastik.
9
2.6 Warna Dalam Art Psychotherapy
Warna memiliki makna tersendiri dalam interpretasi hasil art psychotherapy. Pada
penderita depresi warna-warna yang biasanya muncul dalam gambar adalah warna gelap
seperti hitam dan abu-abu (wadeson, 1987). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh
sharpe (1974) yakni orang-orang yang menderita depresi menyukai warna-warna yang gelap.
Menurut max luscher, pemilihan suatu warna menunjukkan keadaan pikiran dan atau
ketidakseimbangan kelenjar serta dapat digunakan sebagai dasar bagi diagnosa fisik dan
psikologis. Luscher mengemukakan interpretasi untuk warna-warna berikut ini
1. Abu-abu
Warna abu-abu terkesan gelap, tidak bercahaya, tidak berwarna, dan bebas dari stimulus
atau kecenderungan psikologis. Abu-abu adalah warna yang netral, tidak ada subjek
atau objek, tidak ada dalam atau luar, tidak ada ketegangan atau relaksasi. Abu-abu
adalah pembatas, sehingga dimaknai sebagai batas atau penutup dari sesuatu yang ingin
ditutupi.
2. Biru
Warna biru gelap menunjukkan ketenangan. Kontemplasi dari warna biru ini memiliki
efek menenangkan sistem saraf pusat. Secara psikologis, warna ini menunjukkan
kecenderungan untuk menjadi sensitif dan mudah terluka. Biru merupakan representasi
dari kebutuhan biologis dasar—secara fisiologis, ketenangan; secara psikologis,
kepuasan, kepuasan untuk menjadi damai. Biru menunjukkan harmoni, kesetiaan, dan
kedalaman perasaan. Biru juga menunjukkan perasaan santai, merupakan prasyarat
untuk empati, berguna untuk pengalaman estetik, dan untuk kesadaran meditatif
(kesadaran untuk menyembuhkan diri/memperbaiki diri)
3. Hijau
Hijau merupakan representasi fisiologis dari ketegangan elastik yang secara psikologis
mengekspresikan kehendak, sebagai ketekunan dan keuletan. Hijau menunjukkan
keinginan untuk diakui, kebanggaan, dan perasaan benar.
4. Merah
Merah adalah ekspresi dari kekuatan yang sangat penting dari aktivitas saraf dan
kelenjar, dan juga memberi makna dari hasrat dan segala bentuk selera makan. Merah
adalah dorongan untuk mencapai hasil, untuk memenangkan keberhasilan, rakus akan
hal yang menawarkan intensitas hidup dan kesempurnaan pengalaman.
5. Kuning
Kuning adalah warna yang cerah, memberi efek terang dan ceria. Kuning memiliki sifat
reflektif. Warna kuning bermakna pencarian jalan keluar dari kesulitan, mewakili
pengharapan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik.
10
6. Ungu
Ungu adalah percampuran antara warna merah dan biru. Meskipun warna tersebut
berbeda, ungu dapat mempertahankan sifat-sifat baik dari merah-biru. Ungu mencoba
menyatukan antara sifat impulsif merah dan kelembutan biru, yang menjadi representasi
“identifikasi”. Ungu dapat berarti identifikasi sebagai sebuah keintiman, perpaduan
erotis, atau mengarah pada sebuah pemahaman intuitif dan sensitif. Di sisi lain, warna
ungu juga menunjukkan ketidakmatangan emosi dan mental.
7. Coklat
Coklat merupakan campuran warna merah dan kuning yang digelapkan. Sifat impulsif
merah direduksi dan menjadi aktif secara sensoris-reseptif. Coklat merepresentasikan
sensasi yang berlaku bagi indera tubuh. Pemilihan warna ini dapat berarti individu
menginginkan perbaikan kondisi fisik. Warna coklat juga mengindikasikan kebutuhan
akan rasa aman yang diperoleh dalam relasi dekat, misalnya relasi keluarga.
8. Hitam
Hitam adalah warna yang paling gelap, dan faktanya merupakan negasi dari warna itu
sendiri. Hitam juga mewakili batas mutlak di luar kehidupan yang tidak ada lagi, hitam
juga mengekspresikan ide ketiadaan dari kepunahan. Pemilihan warna hitam mewakili
kekecewaan terhadap hidup dan takdirnya.
11
3. Terapis tidak diperkenankan mengekspresikan hubungan profesional antara pasien
dan terapis seperti intimasi seksual, hubungan cinta, meminjamkan uang.
4. Terapis tidak dibenarkan untuk mengarahkan pasien sesuai dengan keinginan terapis,
atau mengarahkan kepada hal yang tidak baik.
5. Pelanggaran terhadap peraturan ini dianggap melanggar disiplin
Peneliti sekaligus psikolog dari Institute for Psychology Universitas Leipzig, Jerman,
Evelin Witruk, mengatakan bahwa terapi seni efektif dikembangkan di Indonesia. Terapi ini
juga berdampak besar karena mampu memberikan pelayanan psikologi bagi mereka yang
tengah mengalami problem dan tekanan hidup. Terapi seni yang dikembangkan oleh Witruk
sebelumnya telah dilakukan terhadap anak-anak korban tsunami di Aceh. Pengembangan
terapi seni untuk anak lebih menekankan kepada melukis dan menggambar. Terapi ini cukup
berhasil untuk memulihkan kembali (recovery) kondisi psikis mereka pasca tsunami.
Menurut Ketua Program Studi Magister Psikologi Profesi Fakultas Psikologi UGM
Adiyanti, terapi seni cukup terbuka untuk dikembangkan di indonesia mengingat sifatnya
yang bebas budaya (free culture). Ia memberi contoh untuk dapat menilai dan memberi
solusi kepada seseorang yang tengah menghadapi persoalan psikologi bisa dilihat dari
kemampuannya menggambar “bisa terhadap anak-anak, remaja hingga orang tua.
Misalnya mereka yang bisa menggambar dan tidak bisa menggambar akan terlihat
persoalan psikologi yang tengah dihadapi sehingga segera dicari pemecahannya” tegas
Adiyanti. Terapi seni bisa menjadi sarana untuk menggambarkan emosi dan perasaan
tersakiti yang terlalu menyakitkan jika diungkapkan dengan kata-kata. Berikut beberapa
manfaat positif dari terapi seni, penyembuhan pribadi, pencapaian pribadi, menguatkan,
relaksasi, serta meredakan sakit dan stres. Manfaat terapi ini sendiri telah dibuktikan secara
ilmiah. Sebuah studi dari University Of Granada di Spanyol membuktikan jika terapi ini
bisa membantu mengatasi gangguan mental.
12
3. Bar-Sela, Atid, Danos, Gabay et al (2007) menyatakan bahwa terapi seni menurunkan
depresi dan fatiq pada pasien kanker yang mendapatkan kemoterapi.
4. Thyme, Sundin, Wilberg, et al (2009) bahwa terapi seni dapat menurunkan depresi,
cemas dan gejala-gejala fisik pada pasien dengan kanker payudara.
5. Beebe, Gelfand, Bender, (2010) membuktikan bahwa terapi seni dapat menurunkan
kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup pasien anak dengan asma.
6. Madden, Mowry, Gao, et al (2010) bahwa terapi seni dapat meningkat mood,
menurunkan ketegangan pada pasien anak dengan tumor otak yang mendapatkan
kemoterapi.
3. Penurunan trauma
Tiap orang ketika menghadapi peristiwa besar yang memilukan akan sangat
mungkin akan mengalami perasan traumatis. Anak-anak dan remaja yang pernah
mengalami kekerasan seksual dilaporkan mengalami penurunan trauma dan
kecemasan setelah mengikuti terapi seni. Di lain hal, remaja yang pernah
mengalami mengalami peristiwa traumatis setelah mengikuti terapi seni selama 2
tahun mengalami penurunan gejala trauma dan cenderung mengurangi kondisi
kesendirian mereka.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Art psychotherapy atau terapi seni merupakan salah satu treatment yang menggunakan
media seni, gambar-gambar, proses kreatif seni, dan respon-respon klien terhadap produk seni
yang dihasilkannya, sebagai refleksi dari perkembangan individu, kemampuan-kemampuan,
kepribadian, ketertarikan-ketertarikan, pusat perhatian, dan konflik-konfliknya.
Peran seni lukis sebagai salah satu bagian terapi seni (art therapy) pun telah diakui dan
diterapkan selama ratusan tahun sebagai suatu bentuk pengobatan non-medis untuk membantu
kesehatan emosional maupun fisik berbagai jenis pasien, mulai dari penderita depresi,
alzheimer, acute memory loss, trauma, sakit fisik, dan lain-lain.
3.2 Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan, maka kami dapat memberikan saran kepada
pembaca untuk mencoba mengaplikasikan terapi seni ini karena selain peralatan yang mudah
didapatkan, pelaksanannya pun mudah dilakukan, dan dapat diberikan ke berbagai kalangan
usia.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://alfiahth.blogspot.co.id/2016/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
(diakses pada tanggal 20 September 2017)
http://trivia.id/post/ini-dia-manfaat-terapi-seni-secara-psikologis-yang-telah-teruji-
1470209670
(diakses pada tanggal 20 September 2017)
https://ipekajatim.files.wordpress.com/2016/11/resume-untuk-ipk-art-psychotherapy-
gambar.pdf
(diakses pada tanggal 20 September 2017)
http://danielkrisiwidianto.blogspot.co.id/2012/10/art-therapy-terapi-seni.html
(diakses pada tanggal 20 September 2017)
http://www.icmi-na.org/2016/04/peran-seni-lukis-sebagai-bagian-terapi-seni/
(diakses pada tanggal 20 September 2017)
16