Anda di halaman 1dari 3

Etiologi

Proses terbentuknya hemangioma disebut hemangiogenesis. Patogonesis dan


terbentuknya hemangioma masih belum sepenuhnya diketahui, tapi terdapat beberapa literatur
medis yang menjelaskan faktor ekstrinsik dan instrinsik yang berperan penting pada proliferasi
sel endotel. Pengetahuan mengenai pertumbuhan pembuluh darah dan proses angiogenesis
dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui penyebab timbulnya hemangioma.

Terdapat beberapa teori terjadinya hemangioma, meliputi :

1. Placental origin theory


Teori ini menyebutkan bahwa hemangioma berasal dari trophoblast sel plasenta. Hipotesa
ini berdasarkan pada terdapat kesamaan endhotelial markers seperti GLUT1, Feγ RII, a2-
laminin, lewis γ antigen, iodothyronine deiodonisae tipe III, indoleamine 2,3-deoxygenase
dan insulin-like growth factor 2 pada plasenta dan hemangioma. Insidensi hemangioma
juga lebih sering terjadi pada bayi yang lahir dari ibu dengan kelainan plasenta seperti
preeclampsia dan placenta previa.
2. Estrogen signaling theory
Teori ini dikemukakan karena meningkatnya insidensi hemangioma pada perempuan,
membuktikan bahwa estrogen receptor (ER) pada sel endotel berperan pada proliferasi
hemangioma, dan peningkatan level sirkulasi 17-β estradiol ( yang diketahui melindungi
sel dari apoptosis yang diinduksi oleh hipoksia) pada anak-anak yang terkena. Estrogen
kemungkinan berperan pada hemangioma yang terdapat bayi.
3. Teori hipoksia
Teori ini menyebutkan kondisi hipoksia menyebabkan upregulasi faktor proliferasi
endothelial progenitor cells. Faktor ini diantaranya hypoxia inducible factor-1alpha (HIF-
1alpha), stromal cell derived factor-1alpha (SDF-1alpha) dan vascular endothelial growth
factor (VEGF). Pada teori ini terdapat hubungan antara hipoksia dan kontribusi estrogen
dalam pembentukan hemangioma. Peningkatan hormon estrogen pada postpartum
meningkatkan pembentukan sel darah yang baru dan pertumbuhan lesi.
4. Teori angiogenesis yang melibatkan growth factors
Faktor pertumbuhan berperan dalam angiogenesis seperti endothelial growth factor
(VEGF), insulin-like growth factor-2 (IGF-2)) dan tissue growth factor beta (TGF-beta)
meningkat pada fase proliferasi pada pertumbuhan hemangioma. Vascular endothelial
growth factor (VEGF) diidentifikasi sebagai faktor pertumbuhan sel spesifik pada
angiogenesis dan permeabilitas vaskular. Penelitian menyebutkan pada pasien dengan
hemangioma proliferasi, kadar serum vascular endothelial growth factor lebih tinggi dari
pada pasien dengan hemangioma involuting, malformasi vaskular dan pasien yang sehat.
Insulin-like growth factor-2 (IGF-2) diketahui tinggi pada hemangioma kongenital.
Hubungan antara faktor ini dan angiogenesis adalah IGF-2 menginduksi hypoxia-inducible
factor 1-α (HIF-1α), dan HIF-ia diketahui mengatur glucose trasporter-1 (GLUT-1).
GLUT-1 spesifik hanya pada hemangioma infantile. Tissue growth factor beta (TGF-beta)
pada hemangioma proliferatif lebih tinggi dibandingkan hemangioma pada stage lainnya.
5. Teori genetik
Teori ini menyebutkan komponen herediter sebagai penyebab hemangioma. Hemangioma
bisa diturunkan dari orang tua kepadda anak sebagai autosom dominan. Meskipun gen
yang berperan pada pembentukan hemangioma/malformasi belum diketahui, terdapat
opini bahwa gen yang berperan adalah kromosom 5q. Genetik dan ras dapat berperan
sebagai faktor penting terjadinya hemangioma, berdasarkan fakta bahwa kasus
hemangioma sering terjadi pada bayi ras Kaukasia dan jarang terjadi pada ras Asia dan
hampir tidak pernah terjadi pada Afrika-Amerika.
(Fočo dan Brkić, 2013).

Patogenesis
Pada awalnya tumor muncul sebagai sebuah sel, kemudian tumbuh dan mulai membelah
membentuk sel-sel baru. Awalnya sel-sel ini mendapatkan nutrisi dari pembuluh darah yang
ada didekatnya. Akan tetapi, karena sel terus membelah, maka sel yang berada di tengah
menjadi berada jauh dari pembuluh darah, sehingga sel harus mempunyai pembuluh darah
sendiri. Tanpa pembentukan pembuluh darah yang baru, tumor tidak akan bisa tumbuh lebih
besar dari 1 milimeter. Agar tumor dapat berkembang, diperlukan pembentukan pembuluh
darah melalui angiogenesis. Untuk proses angiogenesis tersebut antara lain diperlukan
Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang merupakan peptida angiogenik yang sangat
berpotensi dalam mengendalikan perkembangan hematopoetic stem cell dan perubahan
matriks ekstrasel. In vitro VEGF merangsang degradasi matriks ekstrasel dan proliferasi,
migrasi dan pembentukan rongga pembuluh pada sel endotel pembuluh darah. In vivo
mengatur permeabilitas dinding kapiler yang merupakan hal penting dalam proses awal
angiogenesis.
Faktor angiogenik seperti VEGF mempunyai peranan pada fase proliferasi involusi
hemangioma dan bekerja melalui dua cara. Pertama, secara langsung mempengaruhi mitosis
endotel pembuluh darah. Kedua, secara tidak langsung mempengaruhi makrofag, sel mast, dan
limfosit T helper. Makrofag menghasilkan stimulator ataupun inhibitor angiogenesis. Pada fase
proliferasi, jaringan hemangioma diinfiltrasi oleh makrofag dan sel mast, sedangkan pada fase
involusi terdapat infiltrasi mmonosit. Diperkirakan infiltrasi makrofag dipengaruhi oleh
monocyte chemoattractan protein-1 (mcp-1), suatu glikoprotein yang berperan sebagai
keotaksis mediator. Zat yang dihasilkan oleh sel otot polos pembuluh darah pada fase
proliferasi, tetapi tidak dihasilkan oleh hemangioma pada fase involusi (Fočo dan Brkić, 2013).

Sumber
Fočo, F., & Brkić, A., 2013, Vascular anomalies of the maxillofacial region: Diagnosis and
management, In A Textbook of Advanced Oral and Maxillofacial Surgery, InTech.

Anda mungkin juga menyukai