Anda di halaman 1dari 40

Referat

Mioma uteri

Oleh :
 
 Putri Lara Sati 1610070100008
Mely Wulandari 1610070100022

 
  
Preseptor :
dr. H. Erman Ramli, Sp. OG
 
Uterus

Organ reproduksi rahim berfungsi untuk menampung sel


telur yang telah dibuahi dan menjadi janin. Organ rahim
sendiri berbentuk serupa buah pir dengan ukuran yang
kecil. Rahim sendiri terletak di antara dubur dan juga
kandung kemih. Penghubung antara rahim dan juga
vagina disebut leher rahim. 

Rahim akan menebal saat ovulasi atau masa subur untuk


mempersiapkan calon janin. Lapisan endometrium rahim
yang telah menebal ini kemudian akan meluruh saat
tidak terjadi pembuahan pada rahim. Kondisi luruhnya
dinding endometrium ini disebut dengan fase menstruasi.
Mioma uteri

 Mioma uteri atau sering disebut fibroid merupakan tumor jinak yang berasal dari otot polos
rahim. Sel tumor terbentuk karena mutasi genetik, berkembang akibat induksi hormon
estrogen dan progesteron
 Sifat pertumbuhannya dipengaruhi hormonal, tumor ini jarang mengenai usia prapubertas
serta progresivitasnya akan menurun pada masa menopause.
 Mioma uteri mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut rahim.
Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang dikenal
dengan intramural mioma
 Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh kedalam mukosa rahim, keluhan
yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus haid.
 Tumor ini sering menjadi penyebab subfertilitas wanita dan pada kehamilan dapat menyebabkan abortus
dan prematuritas. Gejala paling sering adalah perdarahan vagina.
 Pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang dikenal dengan tipe subserosa tidak memberikan
keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan
didaerah perut dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah
sangat besar.
Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial.
Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari
sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15.
Faktor terjadinya mioma uteri

1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih
dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas

Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui
apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil.
3. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi.
Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita
mioma.
4. Fungsi ovarium

Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri
muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
Patofisiologi
Hormonal

Mutasi kadar estrogen menjadi me


Produksi reseptor estrogen di bagian dalam
genetik miometrium bertambah signifikan akibat aktivitas aromatase
yang tinggi.

Meproliferasi sel
merangsang produksi dengan cara Enzim aromatase ini membantu
sitokin, PDGF dan EGF menghambat jalur proses aromatisasi androgen
apoptosis menjadi estrogen.

Estrogen juga akan merangsang terbentuknya


reseptor progesteron terutama di bagian luar
miometrium. PDGF :Platelet derived growth factor
EGF : Epidermal growth factor
Proses Inflamasi

 Masa menstruasi merupakan proses inflamasi ringan yang ditandai dengan hipoksia dan kerusakan
pembuluh darah yang dikompensasi tubuh berupa pelepasan zat vasokonstriksi.
 Proses peradangan yang berulang kali setiap siklus haid akan memicu percepatan terbentuknya matriks
ekstraseluler yang merangsang proliferasi sel.
Growth Factor

• Beberapa growth factor yang melandasi tumorigenesis adalah epidermal growth factor (EGF), insulin like
growth factor (IGF I-II), transforming growth factor-B, platelet derived growth factor, acidic fibroblast growth
factor (aFGF), basic fibroblast growth factor (bFGF), heparin-binding epidermal growth factor (HBGF), dan
vascular endothelial growth factor (VEG-F).
• Mekanisme kerjanya adalah dengan mencetak DNA-DNA baru, induksi proses mitosis sel dan berperan dalam
angiogenesis tumor. Matriks ekstraseluler sebagai tempat penyimpanan growth factor juga menjadi faktor
pemicu mioma uteri karena dapat mempengaruhi proliferasi sel.
Klasifikasi Mioma Uteri

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan


lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
• Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah
vagina menyebabkan infeksi.
• Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri
dan gangguan traktus urinarius.
• Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim,
dan seringkali tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus,
sesuai dengan lokasi dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu :
• Mioma Uteri Submukosa
• Mioma Uteri Subserosa
• Mioma Uteri Intramural
Gejala Klinis

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan pada pemeriksaan ginekologik.


Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks,
intramural, submukus, subserus, Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
- Pengaruh ovarium sehingga terjadi hyperplasia endometrium sampai adeno karsinoma endometrium.
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma diantara serabut miometrium, sehingga
menjepit pembuluh darah.
2) Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada mioma,
yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan
dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga
dismenore.
3) Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan
poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmus, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe
dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul
4) Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis tuba, sedangkan mioma
submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
Diagnosis

Diagnosis mioma uteri ditegakkan melalui :


Anamnesis : gangguan siklus haid
Pemeriksaan fisik: pembesaran perut.
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang rutin untuk konfirmasi diagnosis.
 Anamnesis
Keluhan berupa lama haid memanjang dan perdarahan vagina di luar siklus haid biasanya lebih berat
terutama pada mioma tipe submukosa.
Gejala lain adalah nyeri perut dan pinggang bawah saat menstruasi, sensasi kenyang, sering berkemih,
sembelit, dan nyeri saat berhubungan seksual.
Keluhan penting adalah seringnya abortus spontan atau sulit hamil terutama pada mioma submukosa. Mioma
intramural dengan ukuran > 2,5 cm dapat mengganggu proses persalinan normal.
 Pemeriksaan Fisik

• Dijumpai konjungtiva anemis


• tangan dan kaki pucat
• Volume tumor akan menyebabkan keluhan pembesaran perut.
 Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang yang
paling direkomendasikan untuk diagnosis mioma uteri.
Dibanding USG abdominal, USG transvaginal lebih sensitif
namun kurang direkomendasikan jika pasien belum menikah
dan mengalami mioma submukosa.
Selain USG, diperlukan pemeriksaan laboratorium
darah untuk menentukan status anemia. Untuk
menyingkirkan potensi maligna, dianjurkan biopsi
endometrium dan MRI.
Tatalaksana
Penatalaksaaan mioma uteri atau tumor jinak otot rahim mencakup observasi, medikamentosa, atau
pembedahan.

Observasi
Observasi dilakukan jika pasien tidak mengeluh gejala apapun karena diharapkan saat menopause,
volume tumor akan mengecil.

Medikamentosa
Diberikan untuk mengurangi perdarahan, mengecilkan volume tumor, dan sebagai prosedur pre-operatif.
 Agonis Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH)
Mekanisme kerjanya adalah melalui down regulation reseptor GnRH, sehingga terjadi penurunan produksi
FSH dan LH yang akan menurunkan produksi estrogen.
Obat ini direkomendasikan pada mioma jenis submukosa. Durasi pemberian yang dianjurkan adalah selama
3-6 bulan; pemberian jangka panjang > 6 bulan harus dikombinasi dengan progesteron dengan atau tanpa
estrogen.
Pada pemberian awal bisa terjadi perburukan keluhan akibat efek samping obat. Analog GnRH juga dapat
digunakan pre-operatif selama 3-4 bulan sebelum pembedahan.
 Preparat Progesteron
Preparat progesteron antara lain antagonis progesteron atau selective progesterone receptor modulator
(SPRM). Suatu studi prospektif acak menyimpulkan bahwa pemberian mifepristone 25 mg sehari selama 3
bulan akan menurunkan ukuran tumor sebesar 40 %.
Ukuran tumor menurun jauh lebih besar, sebesar 50 %, pada pemberian ulipristal 10 mg dengan durasi
pengobatan yang sama.
Berdasarkan farmakodinamikanya, golongan obat ini juga digunakan pre-operatif. Setelah 2-4 siklus
pengobatan dianjurkan menggunakan levonorgestrelintrauterine devices (LNG IUS) untuk mencegah relaps.
IUD jenis ini juga direkomendasikan sebagai terapi mioma intramural.
 Aromatase Inhibitor
Aromatase inhibitor terbagi dua jenis, yaitu aromatase inhibitor kompetitif yakni anastrazole dan letrozole,
dan senyawa inaktivator yakni exemestane. Kerja keduanya hampir sama yakni menghambat proses aromatisasi
yang merupakan dasar patogenesis mioma.
 Asam Traneksamat
Asam traneksamat berfungsi membantu mengatasi perdarahan. Durasi pemberian adalah selama 3-4 hari
dalam sebulan.
 NSAID
Golongan NSAID digunakan untuk mengurangi nyeri dan perdarahan.
Pembedahan
Jenis pembedahan mencakup histerektomi dan miomektomi. Pilihan operasi disesuaikan dengan kondisi
dan keinginan pasien.

 Histerektomi
Direkomendasikan untuk pasien berusia di atas 40 tahun dan tidak berencana memiliki anak lagi.
Histerektomi dapat dilakukan dengan metode laparotomi, mini laparotomi, dan laparoskopi. Histerektomi
vagina lebih dipilih karena komplikasi lebih rendah serta durasi hospitalisasi lebih singkat.
 Miomektomi
Miomektomi direkomendasikan pada pasien yang menginginkan fertility sparing. Miomektomi dapat dengan
teknik laparotomi, mini laparotomi, laparoskopi, dan histeroskopi.
Teknik laparotomi dan mini laparotomi adalah tindakan yang paling sering dilakukan, sedangkan laparoskopi
paling jarang dilakukan karena lebih sulit.
Histeroskopi direkomendasikan pada mioma submukosa dengan ukuran tumor < 3 cm yang 50 % nya berada
dalam rongga rahim dan pada mioma multipel. Selain pembedahan, juga digunakan teknik non-invasif
radioterapi, yakni embolisasi dan miolisis.
 Embolisasi Arteri Uterina
Metode ini dilakukan dengan embolisasi melalui arteri femoral komunis untuk menghambat aliran darah ke
rahim. Efek yang diharapkan adalah iskemia dan nekrosis yang secara perlahan membuat sel mengecil.
Teknik ini direkomendasikan pada pasien yang menginginkan anak dan menolak transfusi, memiliki
penyakit komorbid, atau terdapat kontraindikasi operasi.
Di sisi lain, teknik ini dikontraindikasikan pada kehamilan, jika terdapat infeksi arteri atau adneksa dan
alergi terhadap bahan kontras. Selain pembedahan, juga digunakan teknik non-invasif radioterapi, yakni
embolisasi dan miolisis.
 Miolisis/Ablasi Tumor
Teknik ini bekerja langsung menghancurkan sel tumor dengan media radiofrekuensi, laser, atau Magnetic
Resonance Guided Focused Ultrasound Surgery (MRgFUS). Metode terakhir menggunakan gelombang
ultasonik intensitas tinggi yang diarahkan langsung ke sel tumor.
Gelombang ini akan menembus jaringan lunak dan menyebabkan denaturasi protein, iskemia, dan nekrosis
koagulatif. Teknik ini tidak direkomendasikan pada mioma uteri saat kehamilan.
Diagnosis Banding

• Kehamilan
• Kehamilan ektopik
• Adenomiosis
• Polip endometrium
• Endometriosis
• Karsinoma endometrium
Komplikasi

 Komplikasi mioma yang paling meresahkan adalah infertilitas.


 Berdasarkan data di Amerika Serikat, infertilitas dapat terjadi pada 2-3% kasus mioma uteri.
 Pada kehamilan, tumor akan memicu keguguran, gangguan plasenta dan presentasi janin, prematuritas
serta perdarahan pasca persalinan.
 Komplikasi pembedahan meliputi perdarahan, infeksi, dan trauma pada organ sekitar. Akibat embolisasi
dapat terjadi sindrom pasca-embolisasi yang ditandai dengan keluhan nyeri, demam, dan ekspulsi tumor
dari vagina. Setelah miolisis dapat terjadi nyeri dan perdarahan.
Prognosis

Prognosis mioma asimptomatis umumnya baik karena tumor akan mengecil dalam 6 bulan sampai 3
tahun, terutama saat menopause. Mioma simptomatis sebagian besar berhasil ditangani dengan pembedahan
tetapi rekurensi dapat terjadi pada 15- 33 % pasca-tindakan miomektomi.
Setelah 5-10 tahun, 10 % pasien akhirnya menjalani histerektomi. Pasca-embolisasi, tingkat
kekambuhan mencapai 15-33% kasus dalam 18 bulan sampai 5 tahun setelah tindakan.
Edukasi
Edukasi meliputi anjuran kontrol ulang berkala pada pasien asimptomatis dan yang menginginkan fertility
sparing. Tindakan preventif umum berupa pengaturan diet dan olahraga. Di samping itu, menyusui dan merokok
ternyata dapat menghambat tumorigenesis mioma uteri.

Upaya Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit Seperti penyakit lainnya, upaya pencegahan mioma uteri dilakukan dengan pengaturan diet dan
olahraga. Selain itu, merencanakan kehamilan dan memberikan ASI eksklusif, merokok, dan produk kecantikan
ternyata dapat memberikan efek profilaksis.
• Diet
Rekomendasi paling penting adalah diet menjaga berat badan ideal untuk mengurangi faktor risiko
obesitas.
• Olahraga
Olahraga teratur dengan intensitas sedang membantu menjaga keseimbangan hormonal dan menjaga
agar berat badan tetap stabil.
• Merokok
Merokok dapat mengurangi risiko mioma dengan cara menurunkan kadar estrogen melalui dua jalur
berbeda, yakni: menghambat enzim aromatase yang berperan penting pada proses aromatisasi androgen dan
stimulasi jalur 2-hidroksilase yang menurunkan bioavailabilitas estrogen.
Multipara
Saat hamil akan terjadi perubahan matriks ekstraseluler, growth factor, dan hormon seks yang akan
menurunkan insidens mioma uteri. Makin sering hamil, risiko mioma uteri juga akan menurun karena setelah
kehamilan jumlah reseptor estrogen dalam endometrium berkurang.
• Menyusui
Menyusui terutama ASI eksklusif akan menghentikan siklus haid dan mengurangi paparan hormon seks pada
sel/jaringan rahim.
• Produk Kecantikan
Ada hubungan antara phthalate dan kejadian mioma uteri. Hal ini karena senyawa tersebut merupakan
antiandrogen, sehingga menyebabkan peningkatan hormon estrogen. Senyawa lain yang diduga dapat
mengganggu metabolisme hormonal adalah paraben dan bisphenol A
KESIMPULAN

 Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Tumor ini paling sering

ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan

wanita post menopause.

 Salah satu gejala yang paling sering pada mioma uteri adalah menometroragia. Diagnosis pasti mioma

uteri dengan USG dan penanganan mioma utieri adalah dengan konservatif dan operatif.

 Keluhan utama hiperplasia endometrium adalah perdarahan uterus yang abnormal. penatalaksanaan

hyperplasia endometrium salah satunya dengan curettage bertingkat Curettage bertingkat sangat

bermanfaat dalam menentukan diagnostik dan terapi.


 Penanganan mioma uteri bergantung pada usia pasien, ukuran, jumlah dan lokasi tumor, serta ada
tidaknya keluhan dan keinginan memperoleh keturunan.
 Metode konservatif observasi merupakan pilihan jika pasien tidak ada keluhan, sedangkan pembedahan
direkomendasikan jika terdapat gejala yang membuat pasien tidak nyaman.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai