Proposal Gizi PDF
Proposal Gizi PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
nasional status gizi penduduk umur 6-14 tahun (usia sekolah) kategori kurus
menurut jenis kelamin adalah laki-laki 13,3% dan perempuan 10,9%. Bila
dilihat dari konsumsi energi dan protein, secara nasional persentase rumah
tangga dengan konsumsi energi rendah sebesar 59,0% dan konsumsi protein
usia 6-14 tahun kategori kurus adalah laki-laki 15,5% dan perempuan 13,4%,
provinsi dengan persentase konsumsi energi dan protein rendah lebih tinggi di
1
Bila dilihat per kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, prevalensi status
gizi penduduk umur 6-14 tahun kategori kurus di atas prevalensi nasional,
satu kabupaten dengan persentase konsumsi energi dan protein kurang di atas
Terdapat kaitan yang sangat erat antara status gizi dengan konsumsi
makanan. Tingkat status gizi yang optimal akan tercapai apabila memenuhi
kebutuhan zat gizi. Namun demikian, status gizi seseorang dalam suatu masa
tidak hanya ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada saat itu, tetapi lebih
banyak ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh
sebelum masa itu. Ini berarti bahwa konsumsi zat gizi masa kanak-kanak
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), gizi, imunisasi dan penanggulangan diare
dapat digunakan sebagai upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan
2
dapat mencapai masyarakat dengan perekonomian yang rendah. Posyandu
sebaiknya dilakukan secara rutin kembali seperti pada masa orde baru karena
daerah Indonesia. Permasalahan gizi buruk pada anak balita, kekurangan gizi,
busung lapar, dan masalah kesehatan lainnya termasuk kesehatan ibu dan
anak dapat dicegah apabila posyandu dapat diaktifkan kembali melalui lima
terutama ibu balita terdorong aktif ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
rencana atau program yang disusun sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
3
masyarakat, berarti dalam penyusunan program ditentukan prioritas, dengan
umumnya anggota keluarga lainnya sangat kecil inisiatifnya. Hal ini juga
masyarakat yaitu faktor sosial yaitu dilihat dari adanya ketimpangan sosial
Menurut Kartini dkk (2005), dukungan kepada ibu balita dapat diberikan oleh
4
informasi dan dukungan penilaian agar ibu balita mau berpartisipasi dalam
tersebut. Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang
bersifat tradisional statis dan tertutup terhadap perubahan. Faktor politik yaitu
masyarakat, pengetahuan dan sikap merupakan hal yang sangat penting untuk
beberapa tahun terakhir ini, di beberapa daerah kinerja dan partisipasi kader
posyandu dirasakan menurun, hal ini disebabkan antara lain: krisis ekonomi,
kejenuhan kader karena kegiatan rutin, kurang dihayati peran sebagai kader
dikunjungi ibu-ibu balita. Penurunan kinerja posyandu ini dapat dilihat dari
data pada tahun 2005 dari 245.154 posyandu di Indonesia hanya 3,1 yang
mandiri, pada tahun 2006 kader yang aktif hanya 43,3% dan posyandu yang
buka setiap bulan dan cakupan penimbangan 43,3%. Program Posyandu juga
kurang berkembang, hal ini disebabkan karena para petugas lapangan sebagai
kesehatannya secara terus menerus. Faktor dari masyarakat yaitu kader juga
5
mempengaruhi peran serta masyarakat, apabila kader aktif mengajak ibu
balita untuk ikut dalam kegiatan posyandu maka diharapkan ibu balita pun
buruk nasional menurun dari 5,4 % tahun 2007 menjadi 4,9 % tahun 2010.
Sulawesi Selatan 6,4 %, Nusa Tenggara Barat 10,6 % dan Nusa Tenggara
Timur 9 % (Jahari,2000).
UNICEF dalam Katitira, 2008, ada dua penyebab langsung terjadinya kasus
gizi buruk. Pertama, kurangnya asupan yang berasal dari makanan. Hal ini
tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi
infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh
sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik. Rendahnya status
gizi jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Oleh karena status
oleh pemerintah sejak krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1998.
6
intervensi secara langsung dilakukan dengan program suplementasi gizi
dan perkembangan anak balita dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan
imunisasi bagi balita dan pentingnya air susu ibu (ASI) bagi pertumbuhan dan
melalui wadah PKK, KB, dan posyandu. Melalui gerakan PKK, wanita
7
meningkatkan keadaan gizi anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui
(Depkes,2000).
pemberian makanan anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui, tujuan
sarana penyususnan diberikan setiap hari, tetapi harus secara periodik agar
mengatasi masalah dalam jangka pendek, atau ketika program itu masih
berlangsung. Ketika program itu sudah berakhir, maka prevalensi gizi buruk
jawab bahkan cenderung tidak meneruskan apa yang telah dirintis oleh
2013 adalah 97.7 % dan pada tahun 2014 sebesar 85,4 % meskipun menurun
8
dari tahun sebelumnya keadaan ini masih lebih tinggi dari target nasional
posyandu sudah baik. Demikian pula program upaya perbaikan gizi keluarga
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
9
D. Manfaat Penelitian
ke posyandu.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pertumbuhan anak dan makanan yang berlebihan juga tidak baik karena
yang optimal, dan dapat pula menimbulkan penyakit gangguan gizi, baik
berikut : pertama, jenis dan jumlah makanan yang diberikan. Jenis dan jumlah
tepat pemberian makanan. Waktu yang tepat pemberian makanan pada anak
Ketiga, umur anak pada saat makanan padat tambahan dini biasa diberikan.
Pada umur berapa makanan padat tambahan biasanya diberikan kepada anak
11
Makanan tambahan merupakan makanan yang diberikan kepada balita
untuk memenuhi kecukupan gizi yang diperoleh balita dari makanan sehari-
hari yang diberikan ibu. Makanan tambahan yang memenuhi syarat adalah
makanan yang kaya energi, protein dan mikronutrien (terutama zat besi, zink,
kalsium, vitamin A, vitamin C dan fosfat), bersih dan aman, tidak ada bahan
kimia yang berbahaya, tidak ada potongan atau bagian yang keras hingga
membuat anak tersedak, tidak terlalu panas, tidak pedas atau asin, mudah
Makanan tambahan diberikan mulai usia anak enam bulan, karena pada usia
ini otot dan syaraf di dalam mulut anak sudah cukup berkembang untuk
suka memasukkan sesuatu kedalam mulutnya dan suka terhadap rasa yang
Karena kebutuhan zat gizi tidak bisa dipenuhi hanya dengan satu jenis
bahan makanan. Pola hidangan yang dianjurkan harus mengandung tiga unsur
gizi utama yakni sumber zat tenaga seperti nasi, roti, mie, bihun, jagung,
misalnya ikan, daging, telur, susu, kacang-kacangan, tempe dan tahu. Serta
makanan pada bayi dan anak sangat berpengaruh pada kecukupan gizinya.
Gizi yang baik akan menyebabkan anak bertumbuh dan berkembang dengan
12
Makin bertambahnya usia anak makin bertambah pula kebutuhan
kebutuhannya tidak cukup dari susu saja. Di samping itu anak mulai
penyakit. Oleh karena itu untuk mencapai kesehatan yang optimal disusun
rujukan WHO/FAO (2002) dimana AKG untuk energi dan protein disesuaikan
dengan ukuran berat dan tinggi badan rata-rata penduduk sehat di Indonesia
(Almatsier, 2009).
13
Pola makan yang diberikan yaitu menu seimbang sehari-hari, sumber
zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Jadwal
pemberian makanan bagi bayi dan balita adalah tiga kali makanan utama
(pagi, siang dan malam) dan dua kali makanan selingan (diantara dua kali
makanan utama).
makanan dari bahan yang ada di sekitar (lokal) untuk bayi, balita, ibu hamil
sasaran adalah penderita gizi kurang, baik itu balita, anak usia sekolah, ibu
Dalam program ini memerlukan dana yang tidak sedikit dan sangat
diperlukan kerjasama pihak terkait (lintas program dan lintas sektor) dan yang
14
PMT ada 2 (dua) macam yaitu PMT Pemulihan dan PMT Penyuluhan.
contoh pemberian makanan tambahan yang baik bagi ibu balita. PMT
Pemulihan adalah PMT yang diberikan selama 60 hari pada balita gizi kurang
dan 90 hari pada balita gizi buruk dengan tujuan untuk meningkatkan status
gizi balita tersebut. Dalam hal jenis PMT yang diberikan harus juga
memperhatikan kondisi balita karena balita dengan KEP berat atau gizi buruk
balita tersebut.
buruk dan gizi kurang menjadi membaik dalam satu periode 60 s/d 90 hari
Kesehatan dalam hal ini Puskesmas yang diawali dengan penimbangan berat
badan balita di posyandu. Pada anak usia 6 bulan s/d 11 bulan diberi makanan
tambahan berupa bubur susu, pada anak usia 12 s/d 23 bulan dan pada anak
usia 25 s/d 59 bulan diberi susu formula. PMT pada prinsipnya adalah untuk
15
Untuk usia 6-11 bulan diberi Cerelac dimana takaran saji 5 sendok
makan (50 gr). Nilai gizi persajian adalah Energi Total 210 kkal, Lemak
4,5gr, Protein 8gr, Natrium 65mg. Untuk usia 12-24 bulan diberi SGM
Eksplor dimana takaran saji 1 sendok makan (35gr). Nilai gizi persajian
adalah Energi Total 160 kkal, Lemak 5gr, Protein 6 gr, Karbohidrat 21gr.
Untuk usia 25-59 bulan diberi SGM Aktif dimana takaran saji 3 sendok
makan (32,5gr). Nilai gizi persajian adalah Energi Total 140 kkal, Energi dari
lemak 35 kkal, Protein 5gr, Natrium 100gr dan Karbohidrat total 21gr.
Intervensi pangan dan gizi berupa PMT bagi balita penderita gizi
buruk dan gizi kurang serta Pemberian PMT penyuluhan yang dilakukan di
mampu akan efektif jika disertai bantuan pangan berupa makanan tambahan.
16
seseorang untuk mencukupi kebutuhannya akan zat - zat gizi agar dapat
serta masyarakat, agar hasil yang diperoleh dapat maksimal. Kegiatan ini
memerlukan kerja sama baik antar lintas sektoral (Rumah Sakit, PKK,
Dinsos, LSM dll) dan lintas program, yang sejak tahun 2006 Pemerintah
tambahan balita gizi buruk/kurang adalah : (a) Apabila anak belum mancapai
umur 2 tahun maka ASI tetap diberikan, (b) Balita gizi buruk/kurang perlu
gizi antara lain dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai, (c) Anak
perhatian khusus.
bayi/anak selain ASI. MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan, merupakan
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan
17
Menurut Nasution (2009), dalam penelitiannya tentang PMT pada
mendapatkan hasil bahwa PMT selama 90 hari memberikan hasil positif yaitu
sementara sisanya 30 % tetap bertahan di status gizi kurang. Ada dibuat suatu
gizi buruk yang melanda anak balita di Nusa Tenggara Timur (NTT), ternyata
tidak cukup hanya dengan program PMT selama 90 hari. Alasannya adalah
bahwa anak balita setelah diintervensi PMT selama 90 hari, kondisi gizi
buruk anak tetap saja terjadi karena dalam keluarga tidak ada lagi makanan
bergizi yang tersedia untuk dikonsumsi. Cara efektif untuk menangani kasus
hubungan kuat dengan kondis gizi buruk pada balita. Ia menambahkan kalau
B. Partisipasi Ibu
18
monitoring dan evaluasi serta pengembangan. Perilaku masyarakat yang
Undang nomor 9 tahun 1960 tenteng pokok – pokok kesehatan, Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) dan juga Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah
(Depkes,1985).
dan penentuan perioritas masalah; (2) Partisipasi dalam tahap penentuan cara
penyediaan sumber daya ; (4) Partisipasi dalam dalam tahap penilaian dan
pemantapan.
19
Dalam metode partisipasi dikenal lima dasar program yaitu :
b. Perencanaan kegiatan
d. Pemantauan kegiatan
e. Evaluasi kegiatan
individu dalam melakukan kegiatan diatas inisiatif dan keinginan dari yang
diminta atau digerakkan oleh orang lain atau kelompoknya. Depkes RI (2000)
anak balita didaerah kerja posyandu (S) dengan jumlah balita yang ditimbang
20
Faktor-faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
dijelaskan dengan contoh yaitu pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil dimana
posyandu membawa anak balitanya, akan dipermudah jika ibu tahu apa
dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk perilaku sehat,
21
pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang periksa kehamilan ke tenaga
kehamilan saja, melainkan ibu hamil tersebut dengan mudah harus dapat
sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para
baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para
22
posyandu adalah faktor pendidikan ibu, faktor pengetahuan ibu, faktor status
pada kegiatan di posyandu adalah faktor umur balita, faktor jarak ke rumah ke
ibu balita dalam kegiatan penimbangan di posyandu adalah faktor usia ibu,
C. Posyandu
masyarakat, utamanya yaitu: bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui serta Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan posyandu pada hari
disebut sistem 5 (lima) meja. Kelompok sasaran yang selama ini dilayani
23
dalam kegiatan yang ada di posyandu, yaitu 3 (tiga) kelompok rawan yaitu di
bawah dua tahun (baduta), di bawah lima tahun (balita), ibu hamil dan ibu
gizi yang cukup bermakna yang umumnya terjadi pada anak baduta yang bila
perhatian yang khusus bagi anak baduta agar dapat tercakup dalam
1. menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), dan angka kematian ibu (ibu
1. meja pertama
Kader mendaftar balita dan menulis nama balita pada satu lembar
kertas kecil dan diselipkan pada KMS. Peserta yang baru pertama kali
lembar kertas kecil yang bertuliskan nama bayi atau balita pada KMS.
24
Kader juga mendaftar ibu hamil dengan menulis nama ibu hamil pada
formulir atau register ibu hamil. Ibu hamil yang datang ke posyandu,
2. meja kedua
3. meja ketiga
Kader mencatat hasil timbangan yang ada pada satu lembar kertas kecil
dipindahkan ke dalam buku KIA atau KMS. Cara pengisian buku KIA
4. meja keempat
c. sakit (diare, busung lapar, lesu, badan panas tinggi, batuk 100 hari
dan sebagainya);
25
5. meja kelima
secara sukarela atas diri mereka sendiri dalam membentuk perubahan yang
mereka sendiri.
badan pada KMS tidak pernah putus (hadir dan ditimbang setiap bulan di
turut, dan kurang apabila garis grafik pada KMS tidak terbentuk atau tidak
hadir dan tidak ditimbang setiap bulan di posyandu (Madanijah & Triana,
2007).
kohort anak balita dan prasekolah, buku KIA atau KMS, atau buku pencatatan
dan pelaporan lainnya. Ibu dikatakan aktif ke posyandu jika ibu hadir dalam
26
dikatakan tidak aktif ke posyandu jika ibu hadir dalam mengunjungi
27
BAB III
KERANGKA KONSEP
berpengaruh besar terhadap derajat kesehatan, dalam hal ini peneliti ingin
28
Keterangan :
Variable independen
Variable dependen
Kriteria Objektif
lengkap porsi kecil,. Diberikan oleh puskesmas kepada semua balita, yang
PMT penyulhan siap saji berupa makanan lengkap porsi kecil diantaranya
Sup, Bubur Ayam dan Telur ayam rebus serta memberikan penyuluhann
29
3. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
a. (0), tidak mendapat PMT yang memenuhi standar energi dan protein
sebulan
dalam sebulan
B. Hipotesis
30
c. Tidak ada hubungan pemberian makanan tambahan (PMT)
penyluhan siap saji sup, telur ayam rebus dan bubur kacang hijau
saji sup, telur ayam rebus dan bubur ayam dengan partisipasi ibu ke
Kabupaten Maros.
31
BAB IV
METODE PENELETIAN
A. Jenis Penelitian
Kabupaten Maros.
Mei 2015.
a. Populasi
b. Sampel
32
c. Responden
1. Data primer
2. Data sekunder
F. Instrumen Penelitian.
1. Kuisioner
2. Timbangan Bayi
1. Pengolahan Data
33
2. Penyajian dan analisa data
H. Personalia Penelitian
3. Peneliti :
a. Nama : Rosmiati
b. NIM : 1320013
34