Anda di halaman 1dari 22

FINAL PROJECT ACTIVITY

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

“ ASKEP PREMATURE VENTRICLE CONTRACTIONS ”

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Medikal Bedah 2

Dosen Pembimbing : Wiwiek Retti Andriani, M.Kep

Disusun oleh : Kelompok 5 / 2 A

1. Dian Fitri Octavianti (201601015)


2. Khris Witdiati (201601030)
3. Mei Nur Fadilla (201601040)
4. Wahyu Prasetyo (201601060)

PRODI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
KABUPATEN PONOROGO
Jl. Ciptomangunkusumo No.82 A Ponorogo
Tahun Ajaran 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “ Askep Premature Ventricle Contractions“. Makalah
ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 2.

Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta


bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :

1. Dosen mata kuliah Keperawatan medikal bedah 2 yakni Bu Wiwiek Retti


Andriani, M. Kep yang telah banyak meluangkan waktu guna memberikan
bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah ini.

2. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan baik secara moril
maupun materil selama proses pembuatan makalah ini.

3. Teman-teman mahasiswa tingkat 2A Program Studi DIII Keperawatan


Pemerintah Kabupaten Ponorogo angkatan 2016/2017 yang selalu memberikan
dukungan dan saran serta berbagi ilmu pengetahuan demi tersusunnya makalah
ini.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki


banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik
penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Ponorogo, 15 Juli 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Premature Ventricle Contractions ( PVCs ) ......................... 3
B. Penyebab Premature Ventricle Contractions ( PVCs ) ...................... 3
C. Patofisiologi Premature Ventricle Contractions ( PVCs ) ................. 4
D. Etiologi Premature Ventricle Contractions ( PVCs ) ......................... 5
E. Manifestasi Klinis .............................................................................. 8
F. Penatalaksanaan Terapi ...................................................................... 9
G. Konsep Asuhan Keperawatan PVCs .................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 17
B. Saran .................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyebab kematian terbesar didunia adalah karena penyakit
jantung koroner sehingga memerlukan tindakan medis yang cepat dan tepat
untuk menghindari kondisi yang lebih buruk. Gejala abnormalitas pada
jantung seringkali datang secara tiba-tiba. Untuk itu, pengenalan secara dini
terhadap penyakit jantung dengan prosedur dan penanganan lanjutan dapat
mencegah peningkatan resiko fatal dari serangan jantung. Informasi seputar
kerja jantung dapat diperoleh melalui prinsip kelistrikan pada jantung
menggunakan sebuah instrumen medis yang disebut Electrocardiograf
(EKG). Mengetahui cara kerja EKG relatif mudah namun untuk mengetahui
informasi yang terdapat pada data hasil rekaman EKG sangat sulit. Untuk
membaca kertas rekaman atau electrocardiogram(ECG)diperlukan
pengalaman dan pengetahuan mengenai penyakit jantung serta gejala-
gejalanya sehingga bisa terhindar dari kesalahan interpretasi
Rekaman aktifitas listrik yang dihasilkan oleh jantung dan sinyal yang
dihasilkan saat otot jantung depolarisasi, otot-otot berkontraksi dan
memompa darah keseluruh tubuh. Deteksi QRS kompleks merupakan
langkah pertama yang dilakukan untuk melakukan analisis sinyal ECG.
Untuk mendeteksi QRS kompleks secara akurat maka perlu diidentifikasi dan
ditentukan puncak R pada setiap data rekaman ECG dan kemudian
dilanjutkan dengan mendeteksi gelombang P, Q, S dan T jika diperlukan.
Kontraksi prematur adalah satu detak jantung yang muncul lebih awal dari
siklus normal dan bila kondisi ini terlalu sering muncul akan menyebabkan
jantung berdebar(palpitasi) dan ini sebagai tanda kalau jantung sedang
mengalami gangguan kerja. Kontraksi prematur ada dua macam, yaitu

1
Premature Atrial Contractions (PACs) dan Premature Ventricle Contractions
(PVCs).
Pengenalan secara otomatis kelainan PACs dan PVCs merupakan
bagian yang penting untuk mendiagnosa dan memantau kondisi jantung.
Beberapa penelitian sebelumnya pada area wavelet menggunakan pass zero
point untuk mendeteksi puncak R, penggunaan adaptive wavelet untuk
menghilangkan baseline drift. Penelitian mengenai kelainan premature
menggunakan wavelet dan threshold juga telah dilakukan walaupun hasil
belum memuaskan. Sebuah algoritma yang digunakan untuk mendeteksi
kelainan prematur berbasis RR interval, template matching juga
menggunakan wavelet telah menghasilkan proses deteksi yang memerlukan
waktu proses yang agak lama. Pada penelitian ini akan dikembangkan sebuah
algoritma untuk mendeteksi kelainan jantung Premature Ventricle
Contractions ( PVCs ) berbasis kombinasi RR Interval dan Correlation
Coefficience sehingga menghasilkan akurasi deteksi yang baik dan proses
deteksinya sederhana. (Fahruzi, Hardiristanto, & P, 2012).

B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Premature Ventricle Contractions ( PVCs )
dan bagaimana konsep asuhan keperawatannya ?

C. Tujuan Penulisan
Agar dapat membantu mahasiswa untuk mengetahui pengertian dan
konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Premature Ventricle
Contractions ( PVCs ).

D. Manfaat Penulisan
Mahasiswa menjadi lebih tahu mengenai pengertian dan konsep asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit Premature Ventricle Contractions (
PVCs ).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Premature Ventricle Contractions ( PVCs )


Kelainan premature ventricle contractions (PVCs) merupakan denyut
jantung tambahan yang muncul prematur sebelum muncul denyut jantung
yang normal dengan morfologi QRS kompleks yang lebar . Premature
Ventricular Contraction atau Ventrikular Ekstrasistol merupakan suatu beat
prematur yang fokusnya berasal dari jaringan ventrikel.
PVCs biasanya tidak didahului oleh gelombang P dan dapat terjadi
kapan saja sepanjang siklus jantung berdetak. Jika PVCs muncul pada bagian
akhir dari gelombang T ( saat akan berakhirnya proses repolarisasi ) sebagai
akibat dari ventricular tachycardia atau ventricular fibrillation yang detak
jantungnya melebihi 100 kali per menit bisa menyebabkan kematian. Bentuk
lain dari PVCs yang membahayakan jiwa pasien adalah jika menghasilkan
lebih dari satu bentuk morfologi PVCs. (Fahruzi, Hardiristanto, & P, 2012).

B. Penyebab Premature Ventricle Contractions ( PVCs )


1. Serangan jantung
2. Tekanan darah tinggi ( Hipertensi )
3. Cardiomyopathy, termasuk gagal jantung kongestif
4. Hypokalemia ( tingkat – tingkat darah yang rendah dari potassium ), dan
hypomagnesemia ( tingkat – tingkat darah yang rendah dari magnesium ).
Hypokalemia dan hypomagnesemia dapat terjadi, contohnya pada pasien
– pasien yang meminum diuretic ( pil – pil air ).
5. Hypoxia ( jumlah – jumlah oksigen yang rendah dalam darah ). Hypoxia,
contohnya terjadi dengan penyakit paru seperti emphysema atau cronic
obstructive pulmonary disease ( COPD ).
6. Obat-obatan seperti digoxin, aminophyline, tricyclic antidepressants, dan
decongestants ( obat atau barang yang menghilangkan rasa sesak atau

3
kemampatan hidung ) yang mengandung ephedrine. Minum alkohol yang
berlebihan.
7. Minum kafein yang berlebihan
8. Penggunaan obat stimulan, seperti cocain, dan amphetamines
9. Myocarditis ( peeradangan otot jantung ) dan cardiac contusion ( luka otot
jantung )
10. PVCs juga terjadi pada individu-individu yang sehat tanpa penyakit-
penyakit jantung

C. Patofisiologi Premature Ventricle Contractions ( PVCs )


PVC mencerminkan aktivasi ventrikel dari sebuah lokasi di bawah
nodus atrioventrikular (AVN). Mekanisme yang disarankan untuk PVC
adalah reentry, triggered activity, dan enhanced automaticity. Reentry terjadi
bila area blok satu arah di serat Purkinje dan daerah kedua konduksi lambat
ada. Kondisi ini sering terlihat pada pasien dengan penyakit jantung yang
mendasar sehingga menciptakan area konduksi dan pemulihan diferensial
karena jaringan parut myocardial atau ischemia. Selama aktivasi ventrikel,
daerah konduksi lambat mengaktifkan bagian yang diblokir dari sistem
setelah sisa ventrikel telah pulih, menghasilkan denyut ekstra. Reentry dapat
menghasilkan denyut ektopik tunggal, atau dapat memicu takikardia
paroksimal.
Ketukan yang dipicu dianggap karena depolarisasi setelah dipicu oleh
potensi tindakan sebelumnya. Ini sering terlihat pada pasien dengan aritmia
ventrikel akibat toksisitas digoksin dan terapi reperfusi setelah infark miokard
(MI). Peningkatan otomatisitas menunjukkan adanya fokus ektopik pada sel
pacu jantung di ventrikel yang memiliki potensi subthreshold untuk
ditembakkan. Ritme dasar jantung meningkatkan sel-sel ini ke ambang batas,
yang memicu denyut ektopik. Proses ini adalah mekanisme yang mendasari
aritmia karena kelebihan katekolamin dan beberapa kekurangan elektrolit,
terutama hiperkalemia.

4
Erosi ventrikel yang terkait dengan jantung normal secara struktural
paling sering terjadi dari saluran keluar ventrikel kanan di bawah katup
pulmonalis. Mekanisme ini dianggap ditingkatkan otomatisitasnya
dibandingkan aktivitas yang dipicu. Aritmia ini sering diinduksi oleh
olahraga, isoproterenol ( di laboratorium elektrofisiologi ), fase pemulihan
olahraga, atau perubahan hormonal pada pasien wanita ( kehamilan,
menstruasi, menopause ).
Pola EKG karakteristik untuk aritmia ini adalah gelombang R tinggi
yang besar pada inferior lead dengan pola blok cabang kiri pada V1. Jika
sumbernya adalah saluran keluar ventrikel kiri, ada pola blok bundel kanan di
V1. Terapi beta-blocker adalah terapi lini pertama untuk pasien simtomatik.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko PVC termasuk jenis kelamin
laki-laki, usia lanjut, ras Afrika Amerika, hipertensi dan penyakit jantung
iskemik yang mendasarinya, blok cabang bundel pada EKG, protein
hypomagnesemia 12 timbal, hipomagnemia, dan hipokalemia.

D. Etiologi Premature Ventricle Contractions ( PVCs )


Penyebab jantung kontraksi ventrikel prematur meliputi : MI akut atau
iskemia miokard :

1. Miokarditis
Miokarditis adalah penyakit radang pada miokardium dengan berbagai
macam presentasi klinis, dari yang halus sampai yang menghancurkan.
Gambar di bawah menggambarkan banyak limfosit dengan kerusakan
miosit terkait.

5
H dan E, daya rendah, menunjukkan banyak limfosit dengan kerusakan
miosit terkait

H dan E, daya tinggi, menunjukkan toxoplasmosis ( banyak struktur


seperti granular ungu dalam miosit )

H dan E, daya tinggi, menunjukkan limfosit, histiosit dan sel raksasa


multinukleat yang mewakili sarcoidosis ( diagnosis pengecualian )

6
a. Tanda dan gejala miokarditis
Miokarditis biasanya bermanifestasi pada orang yang sehat dan bisa
mengakibatkan gagal jantung dan aritmia yang progresif ( dan
seringkali fatal ). Pasien dengan miokarditis memiliki riwayat klinis
dekompensasi akut pada gagal jantung, namun tidak memiliki
disfungsi jantung lain yang mendasari atau memiliki risiko jantung
rendah.
Pasien dengan miokarditis mungkin hadir dengan tanda dan gejala
berikut ini :
1) Gejala ringan nyeri dada (bersamaan pericarditis)
2) Demam
3) Berkeringat
4) Menggigil
5) Dispnea
6) Pada miokarditis virus : Riwayat terkini ( ≤1-2 wk ) gejala
demam, artralgia, dan malaise atau faringitis, tonsilitis, atau
infeksi saluran pernapasan atas
7) Palpitasi
8) Sinkop atau kematian jantung mendadak akibat aritmia ventrikel
yang mendasari atau blok atrioventrikular ( terutama pada
miokarditis sel raksasa )
9) Gagal jantung
b. Diagnosa
Diagnosis miokarditis akut biasanya diduga, berdasarkan demografi
pasien dan jalur klinis. Karena banyak kasus miokarditis tidak jelas
secara klinis, diperlukan kecurigaan tingkat tinggi.
2. Cardiomyopathy
3. Kontroversi miokard
4. Prolaps katup mitral

7
Penyebab lain dari PVC adalah sebagai berikut :
1. Hipoksia dan / atau hiperkapnia
2. Obat-obatan ( misalnya, digoksin, sympathomimetics, antidepresan
trisiklik, aminofilin, kafein )
3. Zat terlarang ( misalnya kokain, amfetamin, alkohol, tembakau )
4. Hipomagnesemia
5. Hipokalemia
6. Hiperkalsemia

E. Manifestasi Klinis PVCs


Pasien-pasien dengan premature ventriculare contractions yang ringan
dan jarang seringkali melaporkan tidak ada gejala-gejala dan tidak sadar atas
PVCs mereka. Premature Ventriculare Contractions ( PVCs ) mereka
mungkin ditemukan ketika EKG dilakukan untuk evaluasi-evaluasi fisik
rutin, fisik asuransi atau sebelum operasi.
Pasien-pasien dengan PVCs adakalanya melaporkan palpitasi-palpitasi (
jantung yang berdebar-debar ) dalam dada dan di leher. Palpitasi-palpitasi
adalah perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh
denyut-denyut jantung yang kuat. Denyut jantung segera setelah premature
ventriculare contractions biasanya adalah lebih kuat ( bilik jantung
berkontraksi dengan kuat ) dari biasanya. Pasien-pasien dengan PVCs
mungkin melaporkan perasaan-perasaan bahwa jantungnya telah berhenti
singkat. Ini karena biasanya ada selaan ( istirahat ) sigkat pada denyut jantung
setelah PVCs ketika sistim elektrik jantung reset ( memasang kembali ).
Pasien-pasien dengan PVCs yang seringkali seperti bigeminy ( setiap
denyut jantung lainnya adalah PVC ), couplets ( dua PVCs berurutan ), atau
triplets ( tiga PVCs berurutan ) seringkali melaporkan tidak ada gejala-gejala.
Namun pada kejadian-kejadian yang jarang mereka mungkin melaporkan
kelemahan, kepeningan, atau syncope ( pingsan ). Ini karena PVCs yang
seringkali dapat mengurangi kemampuan jantung memompa darah ke organ-

8
organ lain ( mengurangi cardiac output ), berakibat pada tekanan darah
rendah ( Hipotensi ).
Pasien-pasien dengan lebih dari tiga PVCs yang berurutan berturut-
turut mempunyai ventrikular takikardia. Ventrikular takikardia yang
berkepanjangan dapat berakibat pada cardiac output yang rendah, tekanan
darah rendah, dan syncope ( pingsan ). Ventriculare tacicardia dapat juga
berkembang kedalam ventriculare fibrilation, yaitu irama jantung yang fatal.

F. Penatalaksanaan Terapi
Ketika mempertimbangkan perlunya intervensi lebih lanjut dan
perawatan perencanaan untuk pasien dengan VPC, penting untuk
dipertimbangkan :
1. Apakah ada penyakit jantung yang mendasarinya
2. Frekuensi VPC dan jika VT telah didokumentasikan
3. Frekuensi dan tingkat keparahan gejala
Dengan tidak adanya penyakit jantung dan jika VPC jarang atau
mengurangi frekuensi pada tes toleransi latihan, tanpa VT yang
terdokumentasi, pasien harus diyakinkan dan tidak diperlukan perawatan
khusus - terutama jika gejala tersebut relatif asimtomatik. Pasien yang sama
dengan gejala signifikan harus diperiksa tekanan darahnya dan diselidiki dan
diobati jika tinggi. Β – blocker dapat digunakan untuk mengendalikan gejala
pada pasien di mana VPC muncul dari beberapa tempat. Hal ini juga harus
dipertimbangkan pada pasien dengan fungsi sistolik ventrikel terganggu dan /
atau gagal jantung. Tidak ada bukti untuk mendukung penggunaan agen
antiaritmia lainnya hanya untuk menekan VPC, terutama mempertimbangkan
prorarhythmic ( misalnya, flecainide ) dan efek samping lainnya ( misalnya
amiodarone ).
Uji coba medis terapeutik atau ablasi kateter dapat dipertimbangkan
pada pasien dengan disfungsi LV dan sering dilakukan PVC ( kisaran yang
dapat diterima secara umum > 10.000 - 20.000 atau > 10 % dari total detak

9
jantung selama 24 jam ) jika kecurigaan klinis untuk CMP yang diinduksi
oleh PVC adalah Tinggi.

G. Konsep Asuhan Keperawatan Premature Ventricle Contractions / PVCs


1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan umum dan karena kerja
Tanda : perubahan freuensi jantung / TD dengan aktivitas / olahraga
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat IM sebelumnya / akut ( 90 % - 95 % mengalami
distrimia ), kardiomiopatik, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi.
Tanda : Perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi selama
periode distrimia :
1) Nadi : mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat,
pulsus altenan ( denyut kuat tak teratur / denyut lemah
), nadi bigeminal ( denyut kuat tak teratur / denyut
lemah ).
2) Deficit nadi ( perbedaan antara nadi apical dan nadi
radial )
3) Bunyi jantung : irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun.
4) Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh pucat,
siasosis, berkeringan ( gagal jantung, syok )
5) Edema : dependem, umum, DVJ ( pada adanya gagal
jantung menurun berat )
c. Integritas ego
Gejala : Perasaan gugup ( disertai takiaritma ), perasaan terancam,
stessor sehubungan dengan masalah medik
Tanda : Cemas, takut, menolak, marah, gelisah, menangis
d. Makanan / cairan
Gejala :

10
1) Hilang nafsu makan, anoreksia
2) Tidak teloren terhadap makanan (karena adanya obat)
3) Mual / muntah
4) Perubahan berat badan
Tanda :
1) Perubahan berat badan
2) Edema
3) Perubahan pada kelembaban kulit / turgor
4) Pernapasan krekels
e. Neuro Sensori
Gejala : Pusing, berdenyut, sakit kepala
Tanda :
1) Status mental / sensori brubah, contoh disorientasi, bingung,
kehilangan memori, perubahan pada bicara / kesadaran, pingsan,
koma.
2) Perubahan perilaku, contoh menyerang, letargi, halusinasi
3) Perubahan pupil ( kesamaan dan reaksi terhadap sinar )
4) Kehilangan reflek tendon dalam dengan distrimia yang
mengancam hidup ( takikardia ventrikel , bradikardia berat )
f. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada, ringan sampai berat, dimana dapat atau tidak
dapat atau tidak bisa hilang oleh obat anti angina
Tanda : perilaku distraksi, contoh gelisah
g. Pernafasan
Gejala :
1) Penyakit paru kronis
2) Riwayat atau penggunaan tembakau berulang
3) Napas pendek
4) Batuk ( dengan / tanpa produksi sputum )

11
Tanda :
1) Perubahan kecepatan / kedalaman pernapasan selama episode
distrimia
2) Bunyi napas : bunyi tambahan ( krekels, ronki, mengi ) mungkin
ada menunjukkan komplikasi pernapasan, seperti pada gagal
jantung kiri ( edema paru ) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal.
h. Keamanan
Tanda :
1) Demam
2) Kemerahan kulit ( reaksi obat )
3) Inflamasi, eritema, edema ( trombosis superficial )
4) Kehilangan tonus otot / kekuatan
i. Penyuluhan
Gejala :
1) Faktor resiko keluarga contoh, penyakit jantung dan stroke
2) Penggunaan / tak menggunakan obat yang diresepkan, contoh
obat jantung ( digitalis ), anti koagulan ( coumadin ) atau obat
lain yang dijual bebas, contoh sirup batuk dan analgesik berisi
ASA

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas otot jantung
b. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ( misalnya :
infeksi, neoplasma, iskemia jaringan)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nyeri
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, respons frekuensi
jantung abnormal terhadap aktifitas, perubahan elektrokardiogram (
EKG ) misalnya, aritmia, iskemia. (Herdman, 2015-2017).

12
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas otot jantung
Kriteria Hasil :
NOC : Keefektifan Pompa Jantung
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pasien sudah
tidak mengalami penurunan curah jantung
Intervensi :
NIC : Perawatan Jantung : Akut
1) Evaluasi nyeri dada ( intensitas, lokasi, durasi, faktor pemicu, dan
yang mengurangi )
2) Instruksikan pasien akan pentingnya melaporkan segera jika
merasakan ketidaknyamanan di bagian dada
3) Lakukan penilaian secara komprehensif terhadap status jantung
termasuk didalamnya adalah sirkulasi perifer
4) Auskultasi suara jantung
5) Auskultasi paru-paru, adakah ronchi atau suara tambahan lain
6) Monitor penentu pengantaran oksigen ( PaO2, kadar Hb dan curah
jantung ), sebagaimana mestinya
7) Lakukan terapi relaksasi dengan tepat
8) Hindari pasien terlalu kepanasan atau kedinginan
9) Kelola obat-obatan untuk membebaskan atau mencegah nyeri dan
iskemia, sesuai dengan kebutuhan
10) Instruksikan pasien dan keluarga tentang tujuan perawatan dan
bagaimana perkembangan yang bisa diukur
(Nurjannah & Tumanggor, Nursing Interventions Classification (
NIC ), 2016).

b. Diagnosa 2 : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (


misalnya infeksi, neoplasma, iskemia jaringan)
Kriteria hasil :

13
NOC : Kontrol Nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan. Diharapkan nyeri pasien
berkurang dengan skala nyeri 7 / sudah tidak merasakan nyeri
NIC : Manajemen Nyeri
1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi
karakteristik, durasi nyeri, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
2) Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara
efektif
3) Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
4) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap
nyeri
5) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan
akibat prosedur
6) Kurangi faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri ( misalnya :
ketakutan, kelelahan, keadaan monoton, dan kurang pengetahuan )
7) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan
nyeri
8) Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai
kebutuhan
9) Berikan tindakan non farmakologi seperti relaksasi
(Nurjannah & Tumanggor, 2016).

c. Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan nyeri
Kriteria hasil :
NOC : Status Nutrisi

14
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kebutuhan nutrisi
pasien tercukupi dengan baik.
NIC : Manajemen Nutrisi
1) Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki
pasien
2) Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien
3) Beri obat-obatan sebelum makan ( misalnya : penghilang nyeri,
antiemetik ), jika diperlukan
4) Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
( yaitu : untuk pasien dengan penyakit jantung, penyakit ginjal,
pembatasan natrium, kalium, protein, dan cairan )
5) Berikan arahan bila diperlukan
(Nurjannah & Tumanggor, 2016).

d. Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan,


respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktifitas, perubahan
elektrokardiogram (EKG) misalnya, aritmia, iskemia
Kriteria hasil :
NOC : Toleransi Terhadap Aktifitas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pasien dapat
melakukan aktivitas sehari – hari dengan baik.
NIC : Terapi Aktivitas
1) Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui
aktivitas spesifik
2) Pertimbangkan komitmen klien untuk meningkatkan frekuensi
dan jarak aktivitas
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
4) Bantu klien untuk menjadwalkan waktu-waktu spesifik terkait
dengan aktivitas harian
5) Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan dalam
level aktivitas tertentu

15
6) Identifikasi strategi untuk meningkatkan partisipasi terkait dengan
aktivitas yang diinginkan
7) Instruksikan klien dan keluarga untuk mempertahankan fungsi dan
kesehatan terkait peran dalam beraktifitas secara fisik, sosial,
spiritual, dan kognisi
8) Berkoordinasi dalam menyeleksi pasien sesuai dengan umur yang
sesuai dengan aktivitas yang akan dilakukan
(Nurjannah & Tumanggor, 2016)

16
BAB III
PENUTUP

B. Kesimpulan
Kelainan premature ventricle contractions (PVCs) merupakan denyut
jantung tambahan yang muncul prematur sebelum muncul denyut jantung
yang normal dengan morfologi QRS kompleks yang lebar . Premature
Ventricular Contraction atau Ventrikular Ekstrasistol merupakan suatu beat
prematur yang fokusnya berasal dari jaringan ventrikel.
Penyebab premature ventricle contractions ( PVCs ) : anxietas,
penggunaan obat perangsang simpatis, kelebihan kafein, gangguan elektrolit,
iskemia miokardium.
PVC mencerminkan aktivasi ventrikel dari sebuah lokasi di bawah
nodus atrioventrikular (AVN). Mekanisme yang disarankan untuk PVC
adalah reentry, triggered activity, dan enhanced automaticity. Reentry terjadi
bila area blok satu arah di serat Purkinje dan daerah kedua konduksi lambat
ada. Kondisi ini sering terlihat pada pasien dengan penyakit jantung yang
mendasar sehingga menciptakan area konduksi dan pemulihan diferensial
karena jaringan parut myocardial atau ischemia. Selama aktivasi ventrikel,
daerah konduksi lambat mengaktifkan bagian yang diblokir dari sistem
setelah sisa ventrikel telah pulih, menghasilkan denyut ekstra. Reentry dapat
menghasilkan denyut ektopik tunggal, atau dapat memicu takikardia
paroksimal.
Penyebab jantung kontraksi ventrikel prematur meliputi : MI akut atau
iskemia miokard : miokarditis, cardiomyopathy, kontroversi miokard, prolaps
katup mitral. Penyebab lain dari PVC adalah sebagai berikut : hipoksia dan /
atau hiperkapnia, obat-obatan ( misalnya, digoksin, sympathomimetics,
antidepresan trisiklik, aminofilin, kafein ), zat terlarang ( misalnya kokain,
amfetamin, alkohol, tembakau ), hipomagnesemia, hipokalemia,
hiperkalsemia

17
C. Saran
Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep materi Premature
Ventricle Contractions ( PVCs ) beserta konsep asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fahruzi, I., Hardiristanto, S., & P, M. H. (2012). Deteksi Kelainan Premature


Ventricle Contractionc ( PVCs ). Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Informasi, 20.

Herdman, T. (2015-2017). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi


10. Jakarta: EGC.

Nurjannah, I., & Tumanggor, R. D. (2016). Nursing Interventions Classification (


NIC ). Indonesia: Elsevier Inc.

Nurjannah, I., & Tumanggor, R. D. (2016). Nursing Outcomes Classification (


NOC ). Indonesia: Elsevier Inc.

19

Anda mungkin juga menyukai