Tugas Sosbud Kel 1 - Final
Tugas Sosbud Kel 1 - Final
Disusun Oleh:
KELOMPOK I
Citra Br Aritonang 1606944375
Gusrini Apon 1606944690
Laili Nova Malini 1606944873
Mina Septiani 1606945094
Noralisa 1606945150
Rika Fianti 1506786895
Rini Kurniawati 1606945333
A. LATAR BELAKANG
Dalam setiap kehidupan masyarakat, selalu terdapat perbedaan antar
individu maupun kelompok yang merupakan fenomena umum dalam ilmu
sosial. Perbedaan tersebut dapat bersifat horizontal maupun vertikal. Perbedaan
horizontal dikenal pula sebagai diferensiai sosial, merupakan perbedaan antar
individu tanpa adanya peringkat atau jenjang. Seluruh unsur bersifat setara,
tidak ada yang lebih tinggi ataupun rendah, seperti etnis, agama, ras, jenis
kelamin dan lain sebagainya. Sedangkan perbedaan antar secara vertikal
merupakan perbedaan individu dalam lapisan-lapisan sosial yang bersifat
hirarkis. Terdapat peringkat atau jenjang yang membedakan posisi sosial
seseorang dengan yang lain dalam masyarakat. Perbedaan seperti ini disebut
pula pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (Pattinasarany, 2016).
Indonesia adalah negeri yang sangat kaya, bukan hanya kekayaan
alamnya saja tetapi juga ragam suku, bahasa, agama, kepercayaan, dan adat
istiadat. Indonesia memiliki ratusan nama suku bahkan ribuan jika dirinci
hingga subsukunya. Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) 2010 terdapat
setidaknya 1331 kategori suku yang ada di Indonesia. Sejumlah 1331 kategori
tersebut termasuk nama suku, nama lain/alias suatu suku, nama subsuku,
bahkan nama sub dari sub suku. Dari 1331 kategori tesebut kemudian
diidentifikasi menjadi 633 kelompok suku besar. Pengelompokan suku
dilakukan berdasarliteratur seperti buku ensiklopedi suku maupun dari
pengetahuan para jejaring yang tersebar di seluruh Nusantara (BPS, 2010).
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri
atas 33 kabupaten/ kota yang juga memiliki keanekaragaman etnik dan agama,
topografi dan kondisi sumber daya manusianya tersendiri. Sumatera Utara
dihuni oleh masyarakat dari berbagai etnis lokal maupun internasional seperti
melayu, batak, minang, jawa, aceh, tionghoa india, dan india tamil. Suku batak
sendiri yang merupakan etnis asli Sumatera Utara terdiri dari beberapa sub
suku, diantaranya Batak Alas Kluet, Batak Angkola/ Angkola, Batak
Dairi/Dairi/Pakpak/Pakpak Dairi, Batak Pak-Pak, Batak Karo, Batak
Mandailing, Batak Pesisir, Batak Samosir, Batak Simalungun/ Simelungun
Timur, Nias dan Batak Toba (BPS, 2010). Masing masing etnis memiliki
bahasa, kesenian, budaya, maupun stratifikasi sosial yang berbeda.
Kondisi keberagaman sosial budaya di Sumatera Utara ini merupakan
potensi sekaligus dapat menjadi hambatan dalam pembangunan, khususnya
sektor kesehatan. Pemerintah dan berbagai sektor terkait pembangunan
kesehatan harus lebih jeli dalam mengenali potensi serta hambatan dari aspek
budaya masyarakat tersebut. Sehingga aspek budaya yang memiliki selaras
dengan pesan pembangungan kesehatan dapat dijadikan sarana potensial dalam
mempercepat pembangunan kesehatan sekaligus melestarikan kebudayaaan
lokal. Namun apabila kebudayaan tersebut justeru bertentangan dan menjadi
hambtan bagi perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka harus bersama-
sama mencari strategi yang paling tepat dalam membangun kesadaran
masyarakat mengenai pola hidup sehat tanpa mengurangi nilai budaya yang
terkandung didalamnya.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang pola sosial
masyarakat dan kebudayaan dari daerah Sumatera Utara yang berkaitan dengan
kesehatan serta bentuk-bentuk stratifikasi sosial yang ada.
B. Rumusan Masalah
Apa saja ragam sosial budaya yang berpotensi meningkatkan/ menurunkan
kesehatan dan stratifikasi sosial di Provinsi Sumatera Utara?
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui ragam sosial budaya yang berpotensi meningkatkan/menurunkan
kesehatan dan stratifikasi sosial di wilayah Provinsi Sumatera Utara.
D. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan nilai kebudayaan
dengan kesehatan di Sumatera Utara sehingga mampu mengaplikasikannya.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Kondisi Geografis
Provinsi Sumatera Utara beribu kota di Medan, Terletak antara 10 - 40
Lintang Utara dan 980 - 1000 Bujur Timur (BPS Sumatera Utara, 2014). Batas
wilayahnya sebelah utara provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Selat
Sumatera, sebelah Timur di batasi oleh Selat Malaka, sebelah Selatan dibatasi
oleh Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan sebelah Barat berbatasan dengan
Samudera Hindia (Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Utara, 2015).
Daerahnya terdiri atas pantai dan dataran rendah di sebelah timur dan
barat provinsi ini, dan dataran tinggi yang terdapat di dataran tinggi Karo, Toba
dan Humbang. Gunung-gunungnya antara lain Sibayak, Sinabung,
Martimbang, Sorik Marapi dan lain-lain. Kemudian sungai-sungainya adalah
sungai Wampu, Batang Serangan, Deli, Asahan dan lain-lainnya. Kekayaan
alam yang dimiliki Sumatera Utara adalah minyak bumi, batu bara, belerang,
emas dan sebagainya yang merupakan hasil tambang. Dan kini provinsi ini lebih
dikenal lagi dengan bendungan raksasa Asahan dengan air terjun Sigura-gura
yang merupakan proyek besar pembangkit tenaga listrik. Flora ada bermacam-
macam, dari tanaman yang ada di hutan dengan hasil hutan kayu, damar dan
rotan, juga tanaman yang diusahakan oleh penduduk seperti padi, sayur-sayuran
dan tanaman perkebunan lainnya (BPKP, 2014).
Perkembangan wilayah Provinsi Sumatera Utara mengikuti dinamika
kehidupan sosial ekonomi dan perpolitikan di Indonesia. Sampai dengan akhir
tahun 2009, secara administratif wilayah Provinsi Sumatera terdiri dari 25
Kabupaten dan 8 Kota, 436 Kecamatan, 692 Kelurahan dan 5418 Desa
(Pusdatin Kemenkes, 2017). Dengan luas daratan 71.680 km2. Peta wilayah
Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar2.1.
Gambar 2.1. Peta wilayah Provinsi Sumatera Utara
B. Kependudukan
Penduduk Sumatera Utara menurut golongan etnis terdiri dari
penduduk asli Sumatera Utara, penduduk asli pendatang dan penduduk asing.
Yang termasuk penduduk asli ialah: suku Melayu, Batak Karo, Simalungun,
Fak-fak/Dairi, Batak Toba, Mandailing, Pesisir dan Nias. Golongan pribumi
pendatang adalah suku: Jawa, Sunda, Bali, Ambon, Minahasa, Banjar,
Palembang, Riau, Minangkabau dan lain-lain, sedangkan penduduk asing
adalah orang-orang Arab, India, Cina dan bangsa-bangsa lain. Penduduk
Sumatera Utara sekitar 80% tinggal di desa-desa sebagai petani dan lainnya
tinggal di kota sebagai pedagang, pegawai, tukang dan sebagainya (BPKP,
2017).
Susunan masyarakat di daerah Sumatera Utara adalah berdasarkan
genealogis-teritorial atau suatu keturunan daerah dan wilayah, misalnya suku
Batak Toba, Mandailing dan Nias. Sedangkan di wilayah Sumatera Timur atau
Melayu adalah berdasarkan teritorial. Bila ditinjau dari kekerabatan dari segi
garis keturunannya, maka suku Batak dan Nias adalah patrinileal yaitu garis
keturunan yang dipandang dari garis keturunan Batak, dan suku Melayu adalah
parental, yaitu garis keturunan yang dipandang dari kedua belah pihak, bapak
dan ibu. Kelompok kekerabatan Nias disebut Sangabato yakni keluarga batih
dan keluarga luas yang disebut sangabato sehua. Gabungan dari sangabato
sehua dari satu leluhur disebut mado yang dapat disamakan dengan marga pada
suku Batak, yakni klen besar patrilokal.
Sumatera Utara merupakan provinsi keempat yang terbesar jumlah
penduduknya di Indonesia. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk Sumatera Utara tahun 2014 tercatat
sebesar 13.766.851 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 192 per
km2 (Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Utara, 2015).
C. Kondisi Kesehatan
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
AKB adalah jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun,
yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran hidup. AKB di Sumatera Utara tahun
2014 adalah 4,4 / 1000 Kelahiran Hidup (KH). Rendahnya angka ini
mungkin disebabkan karena kasus-kasus yang melaporkan adalah kasus
kematian yang terjadi di sarana pelayanan kesehatan, sedangkan kasus
kematian yang terjadi di masyarakat belum seluruhnya terlaporkan (Dinas
Kesehatan Sumatera Utara, 2015).
2. Angka Kematian Balita (AKABA)
AKABA adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5
tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
diperoleh bahwa AKABA di Sumatera Utara sebesar 54/1000 KH (Dinas
Kesehatan Sumatera Utara, 2015).
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
AKI adalah jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan
dan pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu.
Berdasarkan laporan dari profil kabupaten / kota, AKI di Sumatera Utara
adalah 75/100.000 KH. Namun ini belum bisa menggambarkan AKI yang
sebenarnya di populasi. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, AKI di
Sumatera Utara sebesar 328/ 100.000 KH (Dinas Kesehatan Sumatera
Utara, 2015).
4. Penyakit Menular dan Tidak Menular
Berikut adalah tabel tentang jumlah kasus terjadinya penyakit menular
maupun penyakit tidak menular di Sumatera Utara pada tahun 2014 (Dinas
Kesehatan Sumatera Utara, 2015).
Tabel 2.1. Jumlah Kasus Penyakit Menular dan Tidak Menular di
Sumatera Utara Tahun 2014
JenisPenyakit JumlahKasus (orang)
Diare 294.611
Pneumonia 157.625
TB Paru 22.026
HIV 4.020
AIDS 4.889
Kusta 1,3/ 100.000
DBD 7.140
Filariasis 19
PD3I: Difteri 5
Tetanus 13
Tetanus Neo 2
Campak 268
Polio 1
2. Tenaga Kesehatan
Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk adalah 1 : 100.000.
Berikut adalah tabel perbandingan jumlah tenaga kesehatan dan penduduk
di Provinsi Sumatera Utara (Kemenkes RI, 2016).
Jumlah Fasyankes 902
Dokter Umum 1 : 21
Dokter Gigi 1:6
Perawat 1 : 112
Bidan 1 : 116
Farmasi 1 : 12
Kesehatan Masyarakat 1 : 11
Kesehatan Lingkungan 1:4
Gizi 1:7
Ahli Teknologi Laboratorium 1:6
Medik
BAB II
KERAGAMAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN
A. Kebudayaan
1. Pengertian Kebudayaan
Menurut Clifford Geertz merujuk kepada Klukhohn (seorang
antropologi) berasumsi bahwa kebudayaan itu sebagai cermin bagi
manusia (mirror of man) sehingga dia mengajukan interpretasi terhadap
makna budaya, bahwa kebudayaan itu merupakan:
a. Keseluruhan pandangan hidup dari manusia
b. Sebuah warisan sosial yang dimiliki oleh individu dari kelompoknya
c. Cara berfikir, perasaan dan mempercayai
d. Abstraksi dan perilaku
e. Bagian penting dari teori para antropolog tentang cara-cara di mana
sebuah kelompok orang menyatakan kelakuannya
f. Sebuah gudang pusat pembelajaran
g. Sebuah unit standarisasi orientasi untuk mengatasi berbagai masalah
yang berulang-ulang
h. Perilaku yang dipelajari
i. Sebuah mekanisme bagi pengaturan regulatif atas perilaku
j. Kesimpulan teknik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan lain
dan orang lain
k. Lapisan atau endapan dari sejarah manusia
l. Peta perilaku, matriks perilaku dan saringan perilaku
Budaya adalah “metakomunikasi sistem” dimana tidak hanya kata
yang diucapkan yang memberi makna, tetapi segala sesuatu yang lain juga
(Matsumoto & Matsumoto, 1989). Budaya adalah pikiran, komunikasi,
tindakan, keyakinan, nilai, dan lembaga-lembaga ras dan etnik, agama atau
kelompok sosial (OMH,2001). Budaya adalah segala sesuatu yang
dihasilkan dari kehidupan individu dan kelompoknya.
2. Wujud kebudayaan
Berbagai macam wujud kebudayaan antara lain:
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Merupakan
wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau
dilihat. Letaknya ada di dalam pikiran warga masyarakat dimana
kebudayaan bersangkutan itu hidup. Dikenal dengan adat istiadat atau
sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis
warga masyarakat bersangkutan.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat, disebut juga sistem sosial.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi, berhubungan, bergaul yang berdasarkan adat sosial tata
kelakuan. Sistem sosial ini bersifat konkrit, serta terjadi di keliling kita
sehari-hari, bisa diobservasi, dilihat dan didokumentasikan.
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut
kebudayaan fisik, dan tak banyak memerlukan penjelasan. Merupakan
seluruh total dari hasil fisik dan aktifitas, perbuatan dan karya semua
manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat di raba, dilihat, dan difoto. Hasil
karya manusia seperti candi, computer, pabrik baja, kapal, batik
sampai kancing baju.
3. Nilai Budaya
Nilai merupakan unsur penting dalam kebudayaan, nilai
membimbing manusia untuk menentukan sesuatu itu boleh dilakukan atau
tidak, nilai bersifat abstrak dan nilai membentuk sikap kita tentang sesuatu
apakah itu bermoral dan tidak bermoral, baik atau buruk, benar atau salah,
dan indah atau buruk.
4. Norma Budaya
Nilai dapat dibedakan dari norma, nilai hanya meliputi penilaian
tentang baik buruknya objek, peristiwa, tindakan atau kondisi, sedangkan
norma lebih merupakan standar prilaku. Norma merupakan nilai-nilai
budaya yang merupakan standar kelompok, dasar dari kehidupan sebuah
kelompok, jika nilai memperkenalkan kita bagaimana berprilaku
sepantasnya maka norma secara khusus menggariskan kontrol terhadap
perilaku. Sebuah norma adalah aturan yang mengatur tentang hukuman
atau ganjaran dalam berbagai bentuk sesuai dengan variasi posisi sosial
orang dalam relasi antar manusia. Semua tindakan manusia memiliki
akibat tertentu dan norma secara khusus memberi akibat sosial bagi
seseorang yang melangar aturan tersebut. Bentuk-bentuk norma antara
lain:
a. Cara
Merujuk pada suatu bentuk perbuatan, norma ini memeiliki kekuatan
yang lemah, merupakan perbuatan yang diulang-ulang. Contohnya:
Menghirup kopi panas dengan bunyi, jika dilakukan tidak ada saksi apa-
apa.
b. Kebiasaan
Menurut Sumnner kebiasaan sebagai aturan adat istadat yang dapat
dilihat dalam belbagai situasi, namun tidak cukup kuat mengatur
kelompok. Misalnya: Bercakap-cakap sebelum rapat, hal ini juga tidak
melanggar apa-apa.
c. Tata Kelakuan
Tata kelakuan berisi perintah dan larangan sehingga anggota
masyarakat menyesuaikan perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut.
Contohnya: Perihal antara hubungan pria dan wanita
d. Adat Istiadat
Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan menerima saksi
yang keras . Contohnya : Perkawinan antar strata di Sumba dan Bali,
akan mendapat sanksi yang keras misalnya dikeluarkan dari strata
tersebut. Nilai dan norma diperlukan sebagai kontrol perilaku
kehidupan manusia sehari-hari.
B. Upacara Adat
Beberapa contoh upacara adat di daerah Sumatera Utara yang terkait kehamilan
dan persalinan, yaitu:
1. Upacara Kehamilan (Mangirdak atau Mangganje atau Mambosuri boru)
Upacara adat Mangirdak adalah upacara yang diterima oleh
seorang ibu yang usia kandungannya tujuh bulan. Pihak keluarga membawa
makanan seperti ikan mas dan nasi untuk diberikan kepada Ibu yang
mengandung dengan harapan anak yang dilahirkan sehat begitu pula ibu
yang melahirkan.
2. Upacara Kelahiran (Mangharoan)
Setelah ibu melahirkan dukun akan memotong tali pusat bayi
dengan sisik bambu yang tajam dengan beralaskan buah ubi rambat dengan
ukuran 3 jari bayi. Kemudian ari-ari bayi ditanam di sawah. Ari-ari
dimasukkan dalam tandok kecil yang dianyam dari pandan bersama dengan
1 biji kemiri, 1 buah jeruk purut dan 7 lembar daun sirih. Dukun akan
memecah kemiri dan mengunyahnya kemudian memberikannya kepada
bayi baru lahir dengan tujuan membersihkan kotoran yang dibawa bayi dari
kandungan dan membersihkan perjalanan pencernaan makanan yang
pertama yang disebut tilan (kotoran pertama).
Dukun memberikan kalung yang berwarna merah, putih, hitam
bersama soit dan hurungan tondi. Soit adalah sebuah anyaman kalung yang
terbuat dari kayu. Hurungan Tondi adalah buah kayu yang bernama kayu
Hurungan Tondi, buah kayu yang bertuliskan tulisan batak. Kalung ini
mempunyai kegunaan agar jauh dari segala mara bahaya, tekanan angin,
petir dan seluruh setan jahat.
Untuk perawatan ibu yang baru melahirkan, diberikan makanan
dugu-dugu, yaitu sebuah makanan ciri khas Batak Toba pada saat
melahirkan, yang terbuat dari bangun-bangun, daging ayam, kemiri dan
kelapa. Makanan ini berfungsi untuk melancarkan peredaran darah bagi ibu
yang baru melahirkan, membersihkan darah kotor, menambah produksi ASI
dan memberikan kekuatan melalui ASI kepada anaknya.
Mangharoan adalah upacara adat setelah 2 minggu kelahiran bayi
dalam kepercayaan masyarakat Batak. Dalam upacara Mangharoan ini akan
dilakukan perjamuan makan bersama yang dilakukan oleh pihak keluarga
dengan para tetangga. Ibu akan diberikan asupan makanan yang diharapkan
bisa memperlancar ASI. Upacara Mangharoan ini bertujuan mendekatkan
diri secara lebih antara anak dengan ayah dan ibunya agar keterikatan
mereka bisa terjaga dengan baik untuk ke depannya.
3. Upacara Permandian dan Pemberian Nama (Martutu aek)
Martutu aek adalah pembaptisan, pada tradisi Batak kuno, dengan
air kepada seorang anak yang baru lahir (sekitar usia tujuh hari) dengan
membawanya ke homban (mata air di tengah ladang). Upacara ritual ini
dimulai dengan doa yang disampaikan oleh Ulu Punguan kepada Mulajadi
na Bolon. Kemudian sang Ulu Punguan membentangkan ulos ragi idup di
atas pasir. Lalu Ulu Punguan meneteskan minyak kelapa ke dalam cawan
yang telah berisi jeruk purut untuk memastikan bahwa tondi si bayi tersebut
berada di dalam badan.
Setelah itu, bayi yang akan diberi nama dimandikan di mata air.
Ulu Punguan lalu menyapukan kunyit ke tubuh bayi dan menguras bayi
tersebut degan jeruk purut. Setelah diuras, Ulu Punguan mengoleskan
minyak kelapa ke dahi bayi. Lalu, Ulu Punguan mencabut pisau Solam
Debata yang dibawanya untuk memberkati bayi tersebut. Dengan memohon
kepada Mulajadi Na Bolon, Ulu Punguan menarikan kain putih agar kain
putih tersebut diberkati oleh Mulajadi Na Bolon sebagai pembungkus bayi
agar mereka di kemudian hari jauh dari marabahaya.
a. Daun sirih
Daun sirih mengandung zat antiseptik yang biasa digunakan untuk
menyembuhkan luka atau mimisan. Selain itu, terdapat minyak atsiri
dari daun sirih yang mengandung minyak terbang (betIephenol),
seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang
memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti
jamur.
b. Pinang
Bahan kimia yang terkandung dalam tanaman pinang adalah alkaloid
arekolin. Bahan ini mengandung racun dan penenang sehingga tidak
dianjurkan untuk pemakaian dalam jumlah besar
c. Gambir
Kandungan yang utama dan juga yang banyak dikandung oleh gambir
adalah flavonoid, katekin (15%), zat penyamak (22-50%), dan sejumlah
alkaloid. Gambir dijadikan obat-obatan modern yang diproduksi negara
Jerman dan juga sebagai pewarna cat pakaian.
d. Kapur
(Nicotiana spp) Nikotin merupakan komponen penting dalam sirih
karena sifatnya yang menimbulkan ketagihan atau adiksi
e. Tembakau
Penggunaan kapur sirih dapat mengakibatkan penyakit periodontal.
Penyebab terbentuknya penyakit periodontal adalah karang gigi akibat
stagnasi saliva pengunyah sirih karena adanya kapur Ca(OH)2.
BAB III
STRATIFIKASI SOSIAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA
A. Stratifikasi Sosial
1. Definisi stratifikasi sosial
Kata Stratifikasi sosial dalam hal ini berasal dari bahasa latin, yaitu
stratum yang memiliki arti tingkatan dan socius yang berarti teman atau
masyarakat. Jadi dalam hal ini secara umum dapat kita katakan bahwa
pengertian stratifikasi sosial merupakan tingkatan sosial yang ada dalam
masyarakat.
Stratifikasi sosial berasal dari kiasan yang menggambarkan
keadaan kehidupan masyarakat. Stratifikasi sosial “sosial stratifikasion”
ialah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingakt “hierarkis”. Dengan kata lain, perbedaan kedudukan akan
menimbulkan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial. Yang dalam
perwujudan dari adanya stratifikasi sosial atau pelapisan sosial ialah
adanya perbedaan golongan tingkat kedudukan atau kelas.
Berikut ini beberapa pengertian stratifikasi sosial menurut para
ahli, diantaranya sebagai berikut:
a. Menurut Robert M. Z. Lawang
Menurutnya stratifikasi sosial ialah penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan
hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilege dan prestise.
b. Menurut Horton Dan Hunt
Menurutnya stratifikasi sosial berarti sistem perbedaan status yang
berlaku dalam suatu masyarakat.
c. Menurut Soerjono Soekanto
Menurutnya stratifikasi sosial ialah perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
d. Menurut Bruce J. Cohen
Menurutnya stratifikasi sosial ialah sistem yang menempatkan
seseorang sesuai dengan kualitas yang dimiliki dan menempatkan
mereka pada kelas sosial yang sesuai.
e. Menurut Astrid S. Susanto
Menurutnya Stratifikasi sosial ialah hasil kebiasaan hubungan antar
manusia secara teratur dan tersusun sehingga setiap orang setiap saat
mempunyai situasi yang menentukan hubungannya dengan orang
secara vertikal maupun horizontal dalam masyarakat.
f. Menurut Pitirim A. Sorokin
Menurutnya stratifikasi sosial ialah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat “hierarkis”.
Perwujudannya ialah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat,
setiap lapisan itu disebut dengan strata sosial. Ditambahkan bahwa
stratifikasi sosial merupakan ciri yang tetap pada setiap kelompok
sosial yang teratur. Lapisan-lapisan di dalam masyarakat memang
tidak jelas batas-batasnya, tetapi tampak bahwa setiap lapisan akan
terdiri atas individu-individu yang mempunyai tingkatan atau strata
sosial yang secara relatif adalah sama.
g. Menurut P.J. Bouman
Menurutnya stratifikasi sosial ialah golongan manusia dengan
ditandai suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hal istimewa
yang tertentu dan karena itu menuntut gengsi kemasyarakatan.
h. Menurut Soerjono Soekanto
Menurutnya stratifikasi sosial ialah pembedaan posisi seseorang atau
kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
i. Menurut Paul B. Horton Dan Chester L. Hunt
Menurutnya stratifikasi sosial ialah sistem perbedaan status yang
berlaku dalam suatu masyarakat.
j. Menurut Max Weber
Menurutnya stratifikasi sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan
hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
2. Jenis Stratifikasi Sosial
a. Berdasarkan sifatnya, stratifikasi sosial dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Stratifikasi sosial tertutup atau pelapisan sosial tertutup.
Stratifikasi ini bersifat tetap (tidak dapat berpindah ke tingkat
yang lebih atas ataupun tingkatan bawah). Satu-satunya cara
untuk berada di posisi tersebut adalah melalui kelahiran.
Stratifikasi tertutup adalah sistem pelapisan merupakan jalan
masuk menjadi anggota atau warga suatu lapisan tertentu hanya
melalui kelahiran. Contoh pelapisan pada masyarakat berkasta,
pada masyarakat dengan sistem feudal, atau pada masyarakat
yang masih menggunakan kriteria ras sebagai dasar pelapisan
sosialnya.
2) Stratifikasi sosial terbuka atau pelapisan terbuka.
Artinya seseorang dapat masuk ke dalam kelas sosial tertentu
yang diinginkan ataupun keluar setelah mencapai tingkatan sosial
yang lebih tinggi. Seseorang dapat dikeluarkan apabila tidak
sanggup melaksanakan kewajiban yang sesuai kelas sosialnya.
Stratifikasi terbuka adalah setiap anggota masyarakat mempunyai
kesempatan untuk naik ke pelapisan sosial yang lebih tinggi
karena kemampuan dan kecakapannya sendiri atau turun ke
pelapisan sosial yang lebih rendah bagi mereka yang tidak cakap
dan tidak beruntung. Contoh masyarakat di negara industri maju
atau masyarakat pertanian yang telah mengalami gelombang
modernisasi.
3) Stratifikasi Campuran
Stratifikasi campuran adalah stratifikasi gabungan antara
stratifikasi terbuka dan tertutup. Contoh kehidupan masyarakat
bali, walaupun budaya masyarakatnya tertutup, tetapi secara
ekonomi sistem pelapisan sosialnya bersifat terbuka.
b. Berdasarkan cara memperolehnya, yaitu:
1) Stratifikasi dalam pendidikan.
2) Stratifikasi dalam bidang ekonomi.
3) Stratifikasi dalam bidang pekerjaan.
4) Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin.
5) Stratifikasi yang diperoleh secara alami.
6) Stratifikasi berdasarkan perbedaan usia.
7) Stratifikasi sosial berdasarkan senioritas.
8) Stratifikasi berdasarkan sistem kekerabatan.
9) Stratifikasi berdasarkan keanggotaan dan kelompok tertentu.
3. Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial
a. Sistem Kasta
Kasta adalah golongan atau tingkatan manusia. Dalam masyarakat
beragama Hindu, ada 5 tingkatan di antaranya:
1) Brahmana: golongan pendeta dalam masyarakat Hindu.
2) Kesatria: golongan bangsawan dan prajurit dalam masyarakat
Hindu.
3) Paria: golongan rakyat jembel (yang hina-dina) dalam
masyarakat Hindu.
4) Sudra: golongan rakyat biasa dalam masyarakat Hindu.
5) Waisya: golongan pedagang, petani, dan tukang dalam
masyarakat Hindu
b. Sistem Kelas Sosial
Sistem ini merujuk pada perbedaan hierarkis antara insa atau
kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya. Status dalam
sistem kelas ini bisa diperoleh dengan memanfaatkan kepandaian
seseorang.
c. Sistem Feodal
Sistem ini merupakan pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang
dijalankan oleh kalangan bangsawan guna mengendalikan berbagai
wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-
pemimpin lokasi sebagai mitra. Dalam sistem ini stratifikasi
didasarkan pada empat tingkatan dalam masyarakat, yang disebut
estate. Semua penduduk bersumpah untuk mengabdi kepada raja.
d. Sistem Apartheid
Sistem apartheid merupakan pemisahan antara kaum kulit putih dan
hitam. Sisitem ini pernah diterapkan si Afrika Selatan, latar belakang
adanya sistem apartheid ini didasarkan pada 3 kelompok ras besar
yaitu, kulit putih, hitam, dan kulit berwarna.
4. Cara Memperoleh Status Sosial
a. Tanpa usaha atau otomatis sejak lahir (ascribed status) pada
masyarakat dengan sistem lapisan tertutup.
b. Dengan cara berusaha atau diraih achieved status pada masyarakat
dengan sistem lapisan terbuka.
c. Dengan cara kombinasi nyata diraih dan otomatis assihned status
karena adanya pemberian penghargaan atau gelar atas perjuangan.
5. Dasar Stratifikasi dalam Masyarakat
Dasar stratifikasi sosial dalam masyarakat disebabkan oleh adanya sesuatu
yang berharga yaitu sebagai berikut:
a. umur.
b. pekerjaan.
c. keturunan.
d. pendidikan.
e. kekuasaan.
f. Fisik dan jenis kelamin.
g. Kekayaan dan penghasilan.
h. Kemampuan atau kepandaian.
6. Proses dan Pendorong Terciptanya Stratifikasi Sosial
a. Terjadi secara otomatis karena ada faktor-faktor yang dibawa individu
sejak lahir. Misalnya kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, dan
sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
b. Terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama yang dilakukan dalam
pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi
organisasi formal, seperti pemerintah, partai politikum perusahaan,
perkumpulan dan angkatan bersenjata.
c. Menurut Huky, pendorong terciptanya stratifikasi sosial sebagai
berikut:
1) Perbedaan ras, budaya, dan ciri-ciri biologis seperti warna
kulit dan latar belakang etnis
2) Pembagian tugas yang terspesialisai yang berkaitan dengan
fungsi kekuasaan dan status dalam stratifikasi sosial.
A. Kesimpulan
1. Sosial budaya suku di Sumatera Utara memiliki banyak ragam dan
bervariasi
2. Sosial budaya yang ada sangat erat berhubungan dengan kesehatan
keluarga
3. Tradisi suku di Sumatera Utara ada berdampak positif untuk kesehatan
namun ada juga yang merugikan untuk kesehatan
B. Saran
Petugas kesehatan perlu mengkritisi dan mengantisipasi dengan
pendekatan-pendekatan multidisipliner sehingga dalam penyampaian promosi
kesehatan terhadap suatu masyarakat tertentu dilakukan dengan sopan dan
modifikasi khusus yang akhirnya sedikit demi sedikit kita bisa meminimalisir
dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebudayaan yang ada di Sumatera
Utara.
DAFTAR PUSTAKA