Inkompetensia serviks merupakan salah satu penyebab terjadi persalinan dengan bayi prematur yang sulit untuk
ditegakkan diagnosisnya. Bila didapatkan rekam medis yang baik dan terdapat riwayat yang khas yang
menunjukkan adanya inkompetensia serviks, memanglah tidak sulit. Tetapi saat ini sulit untuk mendapatkan
rekam medis yang baik. Untuk mendiagnosis perlu suatu kriteria atau ultrasonografi yang membantu
memutuskan dilakukannya cerclage.
Pada penderita ini, riwayat inkompetensia serviks tidak khas, tetapi dengan ultrasonografi didiagnosis sebagai
inkompetensia serviks. Pada tanggal 30 Januari 2018 dilakukan pemeriksaan panjang serviks. Pada penderita
yang diduga terdapat kecurigaan inkompetensia serviks pemeriksaan panjang serviks dengan transvaginal
ultrasonografi merupakan cara yang baik untuk menilai serviks. Dengan mengukur panjang serviks diharapkan
dapat mengenali adanya risiko terjadinya persalinan prematur.
Pengukuran panjang serviks dengan menggunakan transvaginal ultrasonografi telah dipakai sebagai patokan
untuk menilai kemampuan serviks cerclage. Dibanding dengan transabdominal, pengukuran panjang serviks
menggunakan transvaginal ultrasonografi lebih akurat, oleh karena pada transvaginal ultrasonografi tidak
tergantung pada pengisian kandung kemih.
Althuisius menggunakan batasan 25 mm pada kehamilan < 27 minggu sebagai batas dimana dilakukan cerclage.
Dengan panjang serviks kurang dari 25 mm, kemungkinan terjadinya persalinan prematur meningkat 3,3 kali.9
Dengan panjang serviks kurang dari 22 mm mempunyai kemungkinan terjadi persalinan prematur kira-kira 9,5
kali.6 Bila kita menemukan panjang serviks antara 25–35 mm dapat dilakukan pemeriksaan ulang panjang serviks
selang 1 bulan. Bila dalam pemeriksaan ulang selang satu bulan panjang serviks berkurang 1 cm dari panjang
maka kemungkinan terjadinya persalinan prematur meningkat menjadi 6,8 kali.
Pada penderita ini dilakukan cerclage pada kehamilan 21 minggu di kamar operasi. Teknik yang dipakai pada
penderita ini menggunakan teknik McDonald. Pertimbangan pemakaian suatu teknik tergantung dari operator,
dimana teknik McDonald ini lebih sederhana, cepat, dan tidak perlu menyisihkan kandung kemih.
Penelitian oleh Fejgn dkk (1994) melaporkan 52 kasus tanpa dilakukan seklase mempunyai umur kehamilan lebih
lama dan relatif melahirkan bayi lebih besar serta relatif sedikit mengalami komplikasi dibandingkan dengan 58
kasus yang dilakukan serklase. Rush dkk (1984) meneliti 506 penderita pada uji coba multisenter di perancis
melaporkan bahwa serklase tidak memperpanjang umur kehamilan maupun memperbaiki angka mortalitas
perinatal, namun justru meningkatkan kejadian persalinan preterm, ketuban pecah dini dan perawatan lebih
lama pada kelompok yang mendapatkan serklase
Kontraindikasi cerclage :
1. Adanya bukti dari pemeriksaan USG adanya kelainan janin, plasenta dan polihidramnion
2. Adanya tanda – tanda persalinan dengan kontraksi uterus yang kuat atau perdarahan pervaginam
3. Adanya tanda – tanda abruptio plasenta dengan gejala perdarahan pervaginam, rasa nyeri uterus,
trombositopenia, hipofibrinogenemia
4. Adanya korioamnionitis dan pecah ketuban]
5. Adanya infeksi aktif pada vagina, terutama jika dilakukan serklase transvaginal