SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional) PDF
SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional) PDF
Konsep caring
Caring berarti mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab,
dan dilakukan dengan ikhlas (Kozier dan Erbe, 1998), sikap care perawat dalam berkomunikasi
ialah :
Berhenti berbicara atau paling tidak berbicara apabila klien tidak berbicara dan jangan
memotong pembicaraan klien.
Menjauhkan distraksi.
Melihat klien saat berbicara.
Memperhatikan hal-hal yang utama.
Mengevaluasi bagaimana penerimaan pesan yang sudah diberikan.
Mengkaji apa yang diabaikan dalam komunikasi tersebut.
Mengevaluasi intensitas emosi yang ditunjukkan klien.
Konsep otonomi dan mutualitas
Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri atau kemampuan untuk mengatur diri
sendiri. Hal ini berarti bahwa otonomi menghargai manusia sebagai seseorang yang mampu
menentukan sendiri apa yang baik bagi dirinya. Mutualitas berarti kerjasama dengan orang lain.
Konsep tersebut sangat penting dalam hubungan perawat-klien karena mereka akan bekerja
sebagai satu tim.
Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim dalam memberikan asuhan
kesehatan. Sikap saling menghargai antara tenaga kesehatan dan saling memberikan informasi
tentang kondisi klien mengenai tujuan (Hoffart dan Wood, 1996; Wells Jhonson and Sayler,
1998). Dalam hubungan kolaborasi terdapat beberapa elemen penting yaitu:
Komitmen yang tinggi untuk melayani. Keperawatan merupakan layanan untuk membantu
manusia dengan landasan pemebrian layanannnya adalah sense of caring. Sense of caring
mengandung arti adanya perhatian, tanggung jawab terhadap layanan yang diberikan dan
semua itu dilakukan dengan kerelaan, ketulusan, serta tanpa paksaan demi kesejahteraan
manusia.
Penghargaan atas harkat dan martabat klien sebagai manusia. Hal ini berarti bahwa perawat
selalu bertindak melakukan yang terbaik bagi klien, tanpa membeda-bedakan bangsa, suku,
agama, politik, dan ekonomi.
Komitmen terhadap pendidikan. Komitmen ini direfleksikan dengan keinginan untuk belajar
secara berkelanjutan demi mempertahankan dan meningkatkan kemampuan perawat.
Otonomi. Perawat perlu lebih asertif dalam meningkatkan kemampuannya untuk berfungsi
secara independent dalam mengatur pemberian asuhan keperawatan.
Menurut Henderson (1980), "agar perawat yang praktik dipandang sebagai seorang ahli
dibidangnya dan menggunakan pendekatan ilmiah untuk mengembangkan praktik
keperawatan, perawat harus mengikuti pendidikan pada tingkat universitas".
WHO – Expert Committee on Nursing (1982) berpendapat bahwa, " Praktik keperawatan
merupakan kombinasi ilmu kesehatan dan seni tentang care, yang merupakan suatu ilmu
pengetahuan terintegrasi tentang humanistis, falsafah keperawatan, praktik klinik, komunikasi,
dan ilmu sosial.
International Council of Nurses (ICN) (1983) menjelaskan bahwa" program pendidikan
keperawatan" seharusnya sejajar dengan pendidikan profesional lain yang meliputi institusi,
level, penghargaan akademi, pengawasan dan ketetapan standar.
2.2 SP2KP ( Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Professional )
2.2.1 Pengertian
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi
metode tim dan metode keperawatan primer). Penetapan metode ini didasarkan pada beberapa
alasan sebagai berikut :
Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods (1996), secara
sederhana dapat diartikan sebagai berikut :
Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi yang jelas antara PP
dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. PP adalah seorang manajer
asuhan keperawatan yang harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan
sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui tentang perkembangan
klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat sehingga mampu member informasi tentang
kondisi klien kepada profesi lain khususnya dokter. Pemberian informasi yang akurat tentang
perkembangan klien akan membantu dalam penetapan rencana tindakan medic.
Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP bertanggung jawab dan bertanggung
gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada sekelompok pasien mulai dari pasien
masuk sampai dengan bantuan beberapa orang PA. PP dan PA selama kurun waktu tertentu
bekerjasama sebagai suatu tim yang relative tetap baik dari segi kelompok pasien yang dikelol,
maupun orang-orang yang berada dalam satu tim tersebut . Tim dapat berperan efektif jika
didalam tim itu sendiri terjalin kerjasama yang professional antara PP dan PA. selain itu tentu
saja tim tersebut juga harus mampu membangun kerjasama professional dengan tim kesehatan
lainnya.
Ketua dalam tim betugas untuk membuat rencana asuhan keperawatan, mengkoordinir
kegiatan semua staf (PA) yang berada dalam tim, mendelegasikan sebagian tindakan-tindakan
keperawatan yang telah direncanakan pada renpra dan bersama-sama dengan PA
mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan.
Seorang PP harus memiliki kemampuan yang baik dalam membuat renpra untuk klien yang
menjadi tanggungjawabnya. Adanya renpra merupakan tanggung jawab profesional seorang
PP sebagai landasan dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar.
Renpra tersebut harus dibuat sesegera mungkin pada saat klien masuk dan dievaluasi setiap
hari.
PP dituntut untuk memiliki kemampuan mendelegasikan sebagian tindakan keperawatan yang
telah direncanakan pada PA. pembagian tanggung jawab terhadap klien yang menjadi
tanggung jawab tim, didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien dan kemampuan PA
dalam menerima pendelegasian.
Metode tim PP-PA dituntut untuk memiliki keterampilan kepemimpinan. PP bertugas
mengarahkan dan mengkoordinasikan PA dalam memberikan asuhan keperawatan pada
kelompok klien. PP berkewajiban untuk membimbing PA agar mampu memberikan asuhan
keperawatan seuai dengan standar yang ada. Bimbingan tersebut dapat dilaksanakan secara
langsung, misalnya mendampingi PA saat melaksanakan tindakan tertentu pada klien atau
secara tidak langsung pada saat melakukan konferens. PP juga harus senantiasa memotivasi
PA agar terus meningkatkan keterampilannya,misalnya memberikan referensi atau bahan
bacaan yang diperlukan.
Selain terkait dengan bimbingan keterampilan pada PA, sebagai bagian dari peran
kepemimpinan seorang PP, PP seharusnya juga memiliki kemampuan untuk mengatasi konflik
yang mungkin terjadi antar PA. PP harus menjadi penengah yang bijaksana sehingga konflik
bisa teratasi dan tidak mengganggu produktifitas PA dalam membantu memberikan asuhan
keperawatan.
Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai penunjuk perencanaan asuhan
yang diberikan juga berfungsi sebagai media komunikasi PP pada PA. Berdasarkan renpra ini,
PP mendelegasikan PA untuk melakukan sebagian tindakan keperawatan yang telah
direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu, sangat sulit untuk tim PP-PA dapat bekerjasama secara
efektif jika PP tidak membuat perencanaan asuhan keperawatan ( renpra ). Hal ini menunjukan
bahwa renpra sesungguhnya dibuat bukan sekedar memenuhi ketentuan ( biasanya ketentuan
dalam menentukan akreditasi rumah sakit ). Renpra seharusnya dibuat sesegera mungkin,
paling lambat 1 kali 24 jam setelah pasien masuk karena fungsinya sebagai pedoman dan
media komunikasi. Berdasarkan ketentuan tugas dan tanggung jawab PP tidak sedang
bertugas ( misalnya pada malam hari atau hari libur ), PA yang sebelumnya telah didelegasikan
dapat melakukan pengkajian dasar dan menentukan satu diagnosa keperawatan yang terkait
dengan kebutuhan dasar pasien. Selanjutnya segera setelah PP bertugas kembali maka
pengkajian dan renpra yang telah ada harus divalidasi dan dilengkapi.
Penting juga diperhatikan bahwa renpra yang dibuat PP harus dimengerti oleh semua PA.
Semua anggota tim harus memiliki pemahaman yang sama tentang istilah-istilah keperawatan
yang digunakan dalam renpra tersebut. Misalnya dalam renpra, PP menuliskan rencana
tindakan keperawatan ; " monitor I/O ( Intake/Output = pemasukan / pengeluaran ) tiap 24 jam".
Maka harus dipahami oleh semua anggota tim yang dimaksud dengan monitor I/O, contoh lain
dalam perencanaan PP menuliskan "berikan dukungan pada pasien dan keluarganya" , maka
baik PP dan PA dalam timnya harus memiliki persepsi yang sama tentang tindakan yang akan
dilakukan tersebut. Oleh sebab itu PP harus menjelaskan kembali pada PA tentang apa yang
disusunnya tersebut.
Pendelegasian tindakan keperawatan yang berdasarkan pada renpra, PP terlebih dahulu harus
memiliki kemampuan masing-masing PA. Hal yang tidak dapat didelegasikan pada PA adalah
tanggung jawab dan tanggung gugat seorang PP (Dunville dan McCuock, 2004). Tindakan yang
telah didelegasikan pada PA, PP tetap berkewajiban untuk tetap memonitor dan mengevaluasi
tindakan yang dilakukan oleh PA.
Konferensi adalah pertemuan yang direncanakan antara PP dan PA untuk membahas kondisi
pasien dan rencana asuhan yang dilakukan setiap hari. Konferensi biasanya merupakan
kelanjutan dari serah terima shift. Hal-hal yang ingin dibicarakan lebih rinci dan sensitif
dibicarakan didekat pasien dapat dibahas lebih jauh didalam konferensi. Konferensi akan efektif
jika PP telah membuat renpra, dan membuat rencana apa yang akan dibicarakan dalam
konferensi. Konferensi ini lebih bersifat 2 arah dalam diskusi antara PP–PA tentang rencana
asuhan keperawatan dari dan klarifikasi pada PA dan hal lain yang terkait.
Ronde keperawatan yang dilakukan dalam tim ini harus dibedakan dengan ronde keperawatan
yang dilakuan dengan clinical manager (ccm). Tujuan ronde keperawatan dalam tim adalah
agar PP dan PA bersama-sama melihat proses yang diberikan.
2.2.6.1 Kerjasama dengan tim lain
Tim kesehatan lain adalah dokter, ahli gizi, ahli farmasi, fisioterapi, staf laboratorium dll. Peran
PP dalam melakukan kerjasama dengan tim lain tersebut adalah :
Mengkolaborasikan.
Mengkomunikasikan.
Mengkoordinasikan semua aspek perawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
PP dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai baik segi tingkat pendidikan dalam
pengalamannya.
PP bertanggung jawab untuk memberikan informasi kondisi pasien yang terkait dengan
perawatannya. PP dapat memberikan informasi yang akurat bagi tenaga kesehatan lain,
sehingga keputusan medis atau gizi misalnya akan membantu perkembangan pasien selama
dalam perawatan, agar PP melakukan komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan lain
tersebut, maka haruslah disepakati waktu yang tepat untuk mengkomunikasikan pada tim
kesehatan yang lain, misalnya melalui ronde antar profesional.
Kondisi dimana dokter tidak berada di ruang perawatan dapat menyebabkan komunikasi
langsung sangat sulit dilakukan oleh karena itu komunikasi antar tim kesehatan dapat juga
terbina melalui dokumentasi keperawatan. Dokumentasi tersebut dibuat oleh PP tetapi
sebelumnya harus telah disepakati oleh semua tim kesehatan bahwa dokumentasi yang ada
juga dimanfaatkan secara efektif sebagai alat komunikasi.
Terciptanya komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan dari profesi lain, seorang PP harus
memenuhi kepribadian yang baik serta keterampilan berkomunikasi, misalnya memiliki sikap
mampu menghargai orang lain, tidak terkesan memerintah atau menggurui atau bahkan
menyalahkan orang lain dalam hal ini tim kesehatan dari profesi lain, merupakan kemampuan
yang harus dimiliki PP. Melakukan komunikasi antar profesi ini PP dituntut untuk selalu
berpegang pada etika keperawatan.
Seorang PP harus melakukan tugas mengkordinasikan semua kegiatan yang terkait dengan
pengobatan dan perawatan pasien, misalnya dokter menjadwalkan pasien untuk di rontgen
dada dan di USG abdoment sekaligus pemeriksaan mata pada hari yang sama, maka seorang
PP harus mampu mengkoordinasikan semua kegiatan tersebut agar tidak melelahkan dan
membingungkan bagi pasien dan keluarganya. Misalnya dalam hal ini perawat dapat menjadwal
ulang semua kegiatan tadi.
2.3. Tantangan yang dihadapi dalam dinamika tim PP-PA dan tenaga kesehatan lainnya.
Tim PP-PA dapat dipandang sebagai suatu kelompok. Masalah atau tantangan yang dapat
dialami dalam membina kerjasama profesional dalam kelompok dan antar profesi. Tersebut
diantaranya adalah :
PP tidak mampu ( tidak kompeten ) melakukan perannya, misalnya tidak mampu membuat
renpra, atau memberikan pendelegasian kepada PA yang tidak sesuai dengan kemampuan PA
tersebut.
PA tidak mampu menjalankan perannya, misalnya PA tidak mampu melakukan tindakan yang
sesuai dengan tugas yang telah didelegasikan oleh PP.
Sikap tenaga kesehatan lain yang kurang menghargai keberadaan profesi keperawatan.
Adanya friksi diantara sesama PA.
Tantangan seperti disebutkan diatas dapat di pandang sebagai dinamika yang terjadi dalam
kelompok. Menghadapi tantangan tersebut seluruh pihak yang terkait dalam komunikasi
perawat pasien baik secara tidak langsung seperti CCM (Clinical Care Manajer) , kepala
ruangan, dan secara langsung PP dan PA sendiri harus melakukan evaluasi dan mencari
alternatif penyelesaiannya.
2.4. Peran dan Tangguna Jawab Perawat sesuai dengan Jabatannya
Sebelum melakukan sharing dan operan pagi KARU....melakukan ronde keperawatan kepada
pasien yang dirawat.
Memimpin sharing pagi.
Memimpin operan.
Memastikan pembagian tugas perawat yang telah di buat olek Katim dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pagi hari.
Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi : pengisian Askep, Visite
Dokter (Advise), pemeriksaan penunjang (Hasil Lab), dll.
Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan.
Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area tanggung jawabnya.
Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.
Tugas Utama : Mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok pasien oleh Tim keperawatan di
bawah koordinasinya.
Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien oleh Tim keperawatan di bawah
koordinasinya pada saat Pre Croference
Mengidentifikasi seluruh PP membuat rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk
pasiennya.
Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat PP
Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien di bawah koordinasinya pada saat
Post Conference.
Tugas Utama : menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam dan hari libur.
Tugas Utama : Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya, merencakan asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
melakukan evaluasi (follow Up) perkembangan pasien.