BAB I
PENDAHULUAN
A. Intracerebral Hemorrhage (ICH)
1.1 Definisi
Perdarahan intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang terjadi di otak yang
disebabkan oleh pecahnya (ruptur) pada pembuluh darah otak. Perdarahan
dapat terjadi hanya pada satu hemisfer (lobar intracerebral hemorrhage), atau
dapat pula terjadi pada struktur dari otak, seperti thalamus, basal ganglia,
pons, ataupun cerebellum (deep intracerebral hemorrhage).1
1.2 Gejala
Pada PIS yang akut dapat dijumpai :3
- Kimia Darah
- Lumbal pungsi
1
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
- EEG
- CT SCAN
- Arterografi
1.4 Diagnosis
Kebanyakan perdarahan intraserebral juga dapat terjadi basal ganglia,
lobus otak, otak kecil, atau pons. Perdarahan intraserebral juga dapat terjadi di
bagian lain dari batang otak atau otak tengah. Sindroma utama yang menyertai
stroke hemoragik menurut Smith dapat dibagi menurut tempat perdarahannya
yaitu putaminal hemorrhage, thalamic hemorrhage, pontine hemorrhage,
cerebellar hemorrhage, lobar hemorrhage.3,4
Peringatan sebelumnya - ++
Nyeri Kepala ++ -
Muntah ++ -
Kejang-kejang ++ -
Perdarahan di Retina ++ -
Papil Edema + -
Ptosis ++ -
2
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Kesadaran Menurun ++
Kejang General -
Hemiparase ++ +/-
1.5 Penatalaksanaan
- Terapi Umum2,3
3
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
f. Body skin, bone : apakah ada dekubitus, bila ditemukan dekubitus bisa
dilakukan rawat luka
-
Terapi Khusus3
Operatif
Non operatif
4
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkat keparahan stroke dan lokasi serta
volume dari perdarahan. Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah dapat
berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang tinggi.
Adanya darah dalam ventrikel bisa meningkatkan resiko kematian dua kali lipat.
Pasien yang menggunakan antikoagulan oral yang berhubungan dengan
perdarahan intraserebral juga memiliki outcome fungsional yang buruk dan
tingkat mortalitas yang tinggi.2,3
B. Hipertensi Emergency
2.1 Definisi
Krisis hipertensi merupakan keadaan klinis dimana tekanan darah meningkat
secara progresif melebihi tekanan diastolik 120 mmHg dengan atau tanpa
ancaman kerusakan organ target. Dikelompokan dalam urgensi dan emergensi atas
dasar adanya kerusakan organ target yang karakteristik pada hipertensi emergensi
dan belum terdapat kerusakan organ target pada urgensi. Sebagian besar keadaan
ini dapat dicegah, umumnya disebabkan oleh karena pengobatan hipertensi yang
tidak adekuat.5
Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah secara progresif yang
disertai kerusakan organ target dan dalam penanganannya memerlukan penurunan
tekanan darah dalam beberapa menit untuk mencegah berlanjutnya kerusakan
organ target tersebut. Keadaan klinis berupa ensefalopati hipertensif, perdarahan
intra-cranial,stroke, angina pectoris tak stabil atau infark miokard akut, payah
jantung kiri dengan edema paru, aneurisma aorta disekan, krisis adrenal, epistaksis
yang hebat, eklampsia.6
Hipertensi urgensi adalah peningkatan tekanan darah tanpa adanya kerusakan
organ target dan dalam penaganannya memerlukan penurunan tekanan darah
dalam beberapa jam. Keadaan klinis berupa edema papil akut, sakit kepala yang
hebat (severe headache), sesak nafas, pedal edema.6
Peningkatan tekanan darah semata (asymptomatic chronic hypertension) tidak
merupakan krisis hipertensi.6
5
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
1. Akselerasi tekanan darah secara tiba-tiba pada orang yang hipertensi esensial
2. Hipertensi renovaskular
3. Glomerulonefritis akut
4. Eklampsia
5. Feokromositoma
6. Sindroma putus obat antihipertensi
7. Trauma kepala berat
8. Tumor yang mensekresikan renin
9. Penggunaan katekolamin pada penderita yang menggunakan MAO inhibitor
6
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
2.2 Etiologi
Krisis hipertensi sering diperkirakan karena masalah sekunder dari keadaan
lain, ternyata penyebab yang tersering adalah tidak adekuatnya pengobatan
hipertensi sebelumnya, penyebab lain adalah hipertensi reno-vaskular, hipertensi
reno-parenkim, feokromositoma, hiperaldosteronisme primer .5,6
2.3 Patofisiologi
Terjadinya akibat peningkatan secara mendadak resistensi perifer sistemik
(systemic vascular resistance) yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan
hormone vasokonstriktor sistemik ( angiotensin II, vasopressin, norepinephrin )
Organ yang terlibat karena hipertensi :5,6
Susunan saraf pusat (memiliki peranan autoregulasi )
Ginjal ( punya peranan autoregulasi )
Jantung
Pankreas dan usus
7
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
8
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
palpiltasi
Obat yang Sakit kepala, Takikardia Riwayat
berhubungan palpiltasi penggunaan obat
dengan
katekolamin
Preeklamsi / Sakit kepala, Edema, Perlu petunjuk
eklamsia uterus yang hiperrefleksia pengobatan /
sensitif protocol
9
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
10
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Bila diagnosa hipertensi emergensi telah ditegakkan maka tekanan darah perlu
segera diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah rawat di ICU,
pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada
indikasi). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume
intravaskuler.7,8
1. Anamnesis singkat dan pemeriksaan fisik.
- Tentukan penyebab krisis hipertensi
- Tentukan adanya kerusakan organ sasaran
2. Tentukan tekanan darah yang diinginkan didasari dari lamanya tingginya
tekanan darah sebelumnya, cepatnya kenaikan dan keparahan hipertensi,
masalah klinis yang menyertai dan usia pasien.
11
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
- Penurunan tekanan darah diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, tekanan
darah sistolik tidak kurang dari 160 mmHg, ataupun Mean Arterial
Pressure tidak kurang dari 120 mmHg selama 48 jam pertama, kecuali pada
krisis hipertensi tertentu (misal : disecting aortic aneurysm). Penurunan
tekanan darah tidak lebih dari 25% dari Mean Arterial Pressure ataupun
tekanan darah yang didapat.
- Penurunan tekanan darah secara akut ke tekanan darah normal / subnormal
pada awal pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusi ke ke
otak, jantung dan ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari
permulaan, kecuali pada keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma
aorta.
- Tekanan darah secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu
atau dua minggu
Pada kasus ini, terapi yang diberikan adalah nitrogliserin, hal ini mengacu
pada literatur Harrison’s principles of Internal Medicine seperti tabel dibawah:7
12
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
3.2 Etiologi9,10
13
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Simpatomimetik Hipomagnesia
CHF Alkohol
3.3 Tatalaksana
Penyebab yang mendasari harus diatasi. Tidak ada terapi khusus pada denyut
prematur tunggal yang asimptomatik dan pada pasien sehat.
Bila muncul banyak (> 6x/menit), multifokal atau bigemini atau fenomena R
on T, berkaitan dengan gangguan hemodinamik memiliki kecenderungan menjadi
aritmia yang lebih buruk (VT atau VF), memerlukan terapi dengan segera.9,10
Dapat diberikan lidokain dengan bolus awal 1,5 mg/kg intravena di ikuti infus
1 – 4 mg/menit. Obat-obatan lain dari kelas I, II dan III dapat diberikan sebagai
terapi. Jika ada kecenderungan untuk menjadi VT atau VF maka perlu persiapan
kardioversi atau defibrillator.9,10
Obat yang paling berhasil untuk menekan denyut ventrikel prematur adalah
golongan β blocker. Seperti metoprolol 3 – 5 mg iv. Jika terjadi bradikardi
dibawah 50 kali permenit, PVC yang terjadi merupakan escape beats dari
ventrikel, trial antikolinergik seperti SA dapat diberikan.11
14
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Pada setiap pasien yang menjalani operasi dan anestesi harus diperiksakan
EKG dan di pasang monitor EKG ketika di ruang operasi. Dipastikan EKG
merupakan suatu artefak atau aritmia. Langkah berikutnya menentukan
kedaruratan penanganan . Bila pasien kehilangan kesadaran atau kondisi
hemodinamik tidak stabil dengan adanya takiaritmia yang bukan sinus takikardi,
kardioversi harus segera dilakukan. Bila kondisi pasien stabil akan lebih banyak
waktu untuk menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang lebih tepat.11
15
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Kelas I
Menghambat fast sodium channel selama depolarisasi (fase 0) dari potensial
aksi jantung menyebabkan penurunan laju depolarisasi dan konduksi
a. Kelas IA (Quinidine, procainamide, disopyramide, moricizine)
Memperpanjang durasi potensial aksi dan periode refrakter yang efektif
menggambarkan hambatan pada sodium channel
Menghambat dan memperpanjang repolarisasi oleh karena blockade dari
potassium channel
Kelas II
16
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Kelas III
(Amiodarone, sotalol, bretylium)
Menghambat potassium channel menghasilkan pemanjangan depolarisasi
jantung, durasi potensial aksi dan periode refrakter efektif. Efek menguntungkan
dalam mencegah aritmia dengan menurunkan proporsi dari siklus jantung dimana
sel miokard dapat tereksitasi.
Sebagai tambahan efek dari obat-obatan golongan ini, amiodarone
memperlihatkan blok sodium channel (kelas I), β blocker (kelas II) dan calcium
channel blockade (kelas IV). Sotalol memiliki isomer L dan D, dimana isomer L
bertindak sebagai β blocker sementara isomer D dapat meningkatkan angka
kematian pasien dengan disfungsi ventrikel dan infark miokard baru. Efek
prodisrtimia terlihat pada amiodarone dan sotalol.12
Kelas IV
(Verapamil, diltiazem)
Obat-obatan golongan ini menghambat calcium channel. Hanya
Verapamil dan diltiazem yang efektif sebagai antiaritmia. Efektif terhadap
berbagai bentuk takikardi atrium.12,13
17
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
BAB II
PROFIL PENDERITA
18
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Diagnosa :
Tanggal Diagnosis
6/12/18 Stroke ICH + HT Emergency + PCV
HASIL KONSUL
Tanggal Bagian Kesimpulan dan Saran
6/12/18 Paru Hasil Foto Thorax: Elongasi Aorta, adanya peradangan
paru
6/12/18 Jantung EKG: PVC
6/12/18 Paru Hasil CT Scan: Chronic Skemik infusion cerebral
19
Makalah Draft Kasus
K
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
DATA KLINIK
Data Klinik 6/12 7/12 8/12 9/12 10/12 11/12 12/12 13/12 14/12
Tekanan Darah 180/120 160/90 140/80 140/70 160/55 160/100 150/95 140/90 140/90
Nadi (x/ menit) 86 95 88 80 97 90 90 80 78
RR (x/ menit) 22 25 24 23 25 20 20 18 18
Suhu badan (oC) 37,1 37,0 36,0 37,0 37,0 36,9 36,5 36,8 36,5
GCS E4V5M6 E4V5M6 E4V5M6 E4V5M6 E4V5M6 E4V5M6 E4V5M6 E4V5M6 E4V5M6
KU lemah lemah Lemah lemah lemah lemah baik baik baik
Kelemahan
(+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+)
sebelah kiri
Nyeri Kepala (+) - - - - - - - -
Mual (+) - - - - - - - -
Kekuatan
5/5/4/4 5/5/4/4 5/5/4/4 5/5/4/4 5/5/4/4 5/5/4/4 5/5/4/4 5/5/4/4 5/5/4/4
Motorik
7
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
DATA LAB
8
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
BAB III
PROFIL PENGOBATAN
Dosis Tanggal Pemberian
Nama Obat
Regimen 6/12 7/12 8/12 9/12 10/12 11/12 12/12 13/12 14/12
1000 ml/24 v v v v v v v v v
NaCl 0,9%
jam
Metamizol 3x1 gr v v v v v v v v v
v v v v v v v v v
Inj ranitidin 2x50mg/IV
Syringe Pump v v v v v v v v v
500mg/IV
Diltiazem
v v v
Bisoprolol tab 1x2,5 mg
Amlodipin tab 1x5 mg v v v
9
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Makalah Draft Kasus
BAB IV
PEMBAHASAN
18
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Makalah Draft Kasus
Pasien dengan PVC yang simptomatis dan tanpa kelainan jantung
organik dapat diberikan beta blocker. Misalnya Atenolol ( 25 – 100 mg/ hari ) atau
metoprolol ( 50 – 200 mg/ hari ). Selain itu pada pasien tanpa kelainan jantung
organik ini, terapi ditujukan pada yang non farmakologi,seperti menghentikan
kebiasaan minum kopi, merokok, stres, dll. Pada pasien PVC yang simptomatis,
selain dapat diberi Beta blocker, dapat juga diberi CCB (Verapamil,diltiazem).
Jika aritmia disertai dengan hipertensi dapat digunakan beta blocker atau
golongan CCB yang chronotropic negatif seperti diltiazem.14
Untuk mengatasi keluhan simptomatik berupa rasa nyeri dan rasa mual
diberikan Inj metamizole dan Inj ranitidin. Pasien dilakukan observasi hingga
kondisi pasien benar-benar stabil. Pasien dirawat selama 9 hari dan diperbolehan
unuk rawat jalan. Khusus pengobatan jangka panjang nya diberiksan Bisoprolol
dan Amlodipin. Bisoprolol adalah obat penghambat beta (beta blockers) yang
digunakan untuk mengobati beberapa jenis penyakit, seperti hipertensi atau
tekanan darah tinggi, angina pektoris, aritmia, dan gagal
jantung. Bisoprolol bekerja dengan cara mengurangi frekuensi detak jantung dan
tekanan otot jantung saat berkontraksi. Sedangkan amlodipin termasuk golongan
CCB yang bekerja dengan cara melemaskan dinding dan melebarkan diameter
pembuluh darah. Efeknya akan memperlancar aliran darah menuju jantung dan
mengurangi tekanan darah dalam pembuluh. Obat ini juga menghalangi kadar
kalsium yang masuk ke sel otot halus di dinding pembuluh darah jantung.
Kalsium akan membuat otot dinding pembuluh darah berkontraksi. Dengan
adanya penghambatan kalsium yang masuk, dinding pembuluh darah akan
menjadi lebih lemas.14
Pada kasus dari hasil CT Scan dan keluhan pasien berupa adanya
kelemahan pada bagian tubuh sebelah kiri didapatkan diagnosa perdarahan
intraserebral (ICH). Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah yang
sangat tinggi ( > 180/120 mmHg) sehingga mengakibatkan kerusakan organ target
yang pprogresif (eg ensefalopati, kerusakan jantung dan insufisiensi ginjal).
Hipertensi emergensi terjadi pada 22,5% pasien stroke. Sedangkan 77,8% pasien
19
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Makalah Draft Kasus
stroke mengalami hipertensi akut (Tekanan Darah Sistolik > 140 mmHg pada satu
jam pertama setelah serangan stroke.
20
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Makalah Draft Kasus
Ada dua golongan obat anti-hipertensi intravena yang sering dipakai pada stroke
fase akut dengan hipertensi emergensi
21
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Makalah Draft Kasus
akut, diltiazem sebaiknya diberikan secara intravena secara kontinyu
(menggunakan pump) dengan dosis 5-15 ug/kgBB/menit. Efek samping diltiazem
minimal, namun diltiazem tidak boleh diberikan pada pasien dengan blok
sinoatrial.14,15
Selain itu, karena pada kasus ini pasien mengalami aritmia berupa didapatkan dari
hasil PVC maka penggunaan diltiazem sangatlah tepat. Hal ini sesuai teori bahwa
Pada pasien stroke ICH dengan takikardia, alternatif yang dapat dipertimbangkan
adalah diltiazem. Dosisnya bisa diberikan 5-20 mcg/kgBB/menit. Namun, heart
rate tetap perlu dimonitoring ketat karena penggunaan diltiazem memiliki efek
samping bradikardia yang berat.
22
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Makalah Draft Kasus
BAB V
MONITORING DAN INFORMASI
23
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Makalah Draft Kasus
Encerkan 1 monovial (100 mg) dalam 100 mL pengencer (1
mg/mL larutan)
Encer 2 monovials (200 mg) dalam 250 ml pengencer (0,8
mg/mL larutan)
Encer 2 monovials (200 mg) dalam 500 mL pengencer (0,4
mg/mL larutan)
Administrasi IV
Berikan bolus lebih dari 2 menit dengan pemantauan EKG dan
pemantauan tekanan darah terus menerus
Respon bolus mungkin memerlukan beberapa menit untuk
mencapai maksimum; Respon dapat bertahan selama beberapa
jam setelah infus dihentikan
infus kontinu dilakukan melalui pompa infus
Infus untuk> 24 jam tidak dianjurkan
Penyimpanan
Dinginkan botol injeksi cair; lindungi dari pembekuan
Dapat disimpan pada suhu kamar selama 1 bulan
Bubuk injeksi: Simpan pada suhu kamar; jangan membeku
Dilarutkan pada larutan stabil pada suhu kamar untuk 24 jam
24
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Makalah Draft Kasus
selama 15-20 menit. Infus IV kontinu: diberikan dengan
kecepatan 6,25 mg/jam dan titrasi dosis berdasarkan pH
lambung selama 24 jam.
- Penyimpanan dan Stabilitas: Vial injeksi disimpan pada suhu
antara 4°-30°C. Terlindung dari cahaya. Larutan jernih tak
berwarna sampai berwarna kuning; warna yang agak tua tidak
mempengaruhi potensi. Kantung premixed disimpan pada
suhu antara 2°-25°C, terlindung dari cahaya. Sirup disimpan
pada suhu antara 4°-25°C, terlindung dari cahaya. Tablet
disimpan di tempat kering pada suhu antara 15°-30°C,
terlindung dari cahaya.
25
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Makalah Draft Kasus
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
- Perdarahan intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang terjadi di otak yang
disebabkan oleh pecahnya (ruptur) pada pembuluh darah otak. Perdarahan
dapat terjadi hanya pada satu hemisfer (lobar intracerebral hemorrhage),
atau dapat pula terjadi pada struktur dari otak, seperti thalamus, basal
ganglia, pons, ataupun cerebellum (deep intracerebral hemorrhage)
- Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah secara progresif
yang disertai kerusakan organ target dan dalam penanganannya
memerlukan penurunan tekanan darah dalam beberapa menit untuk
mencegah berlanjutnya kerusakan organ target tersebut. Keadaan klinis
berupa ensefalopati hipertensif, perdarahan intra-cranial,stroke, angina
pectoris tak stabil atau infark miokard akut, payah jantung kiri dengan
edema paru, aneurisma aorta disekan, krisis adrenal, epistaksis yang hebat,
eklampsia
- PVC termasuk golongan aritmia dimana sering terjadi bahkan pada pasien
sehat dan sering tanpa gejala dan jinak. Denyut ventrikel prematur berasal
dari fokus ektopik timbul dari bawah AV node dan membentuk komplek
QRS yang lebar dan aneh. Sering terjadi pada pasien yang sedang dalam
pembiusan, terutama pasien yang memiliki penyakit jantung sebelumnya.
26
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Makalah Draft Kasus
Onset baru dapat muncul pada pasien dengan insufisiensi arteri koroner,
infark miokard, toksisitas digitalis dengan hypokalemia dan hipoksemia.
- Pada stroke akut baik berupa ICH pasti diiringi dengan hipertensi
emergensi. Jika stroke ICH tersebut disertai dengan takikardia, alternatif
yang dapat dipertimbangkan adalah diltiazem. Dosisnya bisa diberikan 5-
20 mcg/kgBB/menit. Namun, heart rate tetap perlu dimonitoring ketat
karena penggunaan diltiazem memiliki efek samping bradikardia yang
berat.
6.2 Saran
- Pemberian syring pump diltiazem hendaknya diiringi dengan pengawasan ketat
baik dari tanda vital serta EKG nya karena efek samping diltiazem paling
sering adalah bradikardi berat.
- Pemberian Citicolin sebagai neuroprotektor pada pasien dengan stroke akut
dapat menjadi pertimbangan. Sitikoline aman digunakan dan mungkin
memiliki efek yang menguntungkan pada pasien stroke ICH bisa digunakan
untuk semua usia namun pada usia lansia efek pengobatannya mulai
berkurang.
27
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Makalah Draft Kasus
DAFTAR PUSTAKA
Lange, McPhee, S.J., Papadakis, M.A., 2009. Current Medical Diagnosis &
Treatment: fourty-eighth edition. New York: The McGraw-Hill
Companies. pp.376.
28
Makalah Draft Kasus
Program Studi Magister Farmasi
Universitas Surabaya
Makalah Draft Kasus
Robert K. Stoelting, Simon Hill ; Pharmacology & physiology in anesthetic
practice 4th ed., 2006.
29