Anda di halaman 1dari 16

Kewajiban Orang Tua terhadap Anak

2.1.1.05.009 | Hadits

Tujuan Umum
Menguatkan ikatan dengan sunnah Rasulullah Saw, berdasarkan pada landasan fahm (pemahaman) ,
cinta, mengerti akan pikiran-pikiran pokoknya, dan ikatan dengan petunjuk-petunjuknya, beramal
dengan hukumnya diiringi dengan pemahaman yang baik, merumuskan sasaran-sasaran yang tepat
sebagai petunjuk untuk segala zaman dan tempat, dan kembali kepadanya dalam segala hal lebih-lebih
ketika terjadi pertentangan.

Tujuan-tujuan Kognitif
1. membaca nash hadits dengan baik
2. menghafalkan hadits-hadits yang sudah ditentukan
3. menyebutkan perawi hadits, pentakhrijnya, dan derajatnya.
4. menyebutkan tema hadits
5. menjelaskan arti kosa kata hadits
6. membuktikan arti hadits dengan ayat-ayat al Qur`an sedapat mungkin
7. Menjelaskan tentang ajaran Islam yang memuliakan Keluarga
8. Menjelaskan tentang hak anak perempuan
9. Allah sangat menyayangi anak melebihi kasih sayang ibu terhadap anaknya
10. Meletakkan Anak dalam pelukan atau Pangkuan
11. Menerangkan urgensi kasih sayang kepada anak, terutama yang masih kecil, yaitu dengan
menciumnya, mengecupnya dan meletakkannya di pelukan atau pangkuan
12. Menerangkan bahwa rizki itu ada di tangan Allah swt, dan bahwa tidak ada anak yang
dilahirkan kecuali ia membawa rizkinya
13. Menerangkan larangan Nabi tentang membunuh anak karena takut miskin
14. Menyimpulkan nilai-nilai tarbiyah dari hadits ini

Tujuan Afektif dan Psikomotorik


1.berinteraksi dengan bagus terhadap hadits-hadits Rasulullah Saw
2.tekun menghafal matan (isi) hadits
3.komitmen dengan arti dan arahan hadits tersebut
4.komitmen dengannya dalam kehidupan nyatanya
5.punya kepedulian menyebarkannya dan menyeru orang lain kepadanya, dimulai dari keluarga,
kerabat dekatnya dan orang yang berhak mendapatkannya
6.berusaha untuk teliti (selektif) dalam menyebarkannya pada orang lain
7.menegaskan keshohihan hadits tersebut sebelum meriwayatkannya
8.pintar mengambilnya sebagai dalil dalam kesempatan yang berbeda-beda

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


9.saling mengasihi antara kita
10. wanti-wanti terhadap sikap gampang marah dan emosi
11. bahwa Allah Swt sangat mengasihi hamba-hamba-Nya
12. kasih sayang terhadap manusia dan lemah lembut terhadap hewan
13. seorang mukmin mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri
14. aktif untuk menyatukan orang-orang mukmin dan menyuruh untuk menolong mereka
15. menghormati hak-hak kaum muslimin
16. menganjurkan untuk belajar sunnah
17. memperdalam pelajaran yang telah lalu melalui buku-buku hadits dan syarahnya
18. studi analisa dan tematik untuk menyimpulkan sasaran hadits, baik dilalah dakwah,
tarbiyah, harokah ataupun fikroh
19. menambah hadits yang berhubungan dengan bab itu (pemahaman dan hafalan)
20. bersikap lembut kepada anak laki-laki atau wanita
21. bertawakkal kepada Allah dalam mencari rizki

Pilihan Kegiatan
Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah:

Kegiatan Pembuka
Mengkomunikasikan tema dan tujuan kajian Kewajiban Orang tua terhadap anak

Kegiatan Inti:
a. Kajian tentang tema Kewajiban Orang tua terhadap anak
b. Berdikusi dan tanya jawab tema tersebut (lihat tujuan Kognitif, afektif dan psikomotor)
c. Penekanan dari Murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalam kajian tersebut

Kegiatan Penutup:
a. Kesimpulan (lihat Tugas mandiri dan lihat kegiatan pendukung)
b. Evaluasi

Kegiatan-kegiatan Penunjang
1. Menyiapkan acara televisi yang edukatif untuk menerangkan urgensi menyayangi anak dan
cara yang cocok untuk mendidik anak
2. Menulis cerita yang mengungkapkan bahwa rizki ada di tangan Allah, dan anak itu dilahirkan
dengan membawa rizkinya.
3. Menulis makalah yang membahas tentang bahaya pembatasan keturunan dengan berargumen
pada berkurangnya sumber daya alam.

Tujuan Tarbiyah Dzatiyah


1. menerangkan luasnya rahmat Allah Swt
2. menjelaskan maksud dari rahmat itu
3. memberi bukti mengapa Nabi Saw memilih kuda, yang melaluinya dapat menjelaskan betapa
luasnya rahmat Allah Swt

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


4. menyimpulkan hakikat-hakikat dan nilai-nilai tarbawi yang dituju oleh hadits itu
5. Menerangkan pentingnya seorang muslim memperhatikan halal dan haram dalam urusannya
6. Menjelaskan hubungan seorang muslim dengan kerabatnya yang bukan muslim
7. Menyimpulkan hakikat-hakikat dan nilai-nilai tarbawi yang dituju oleh dua hadits mulia
tersebut
8. Menerangkan faidah dari hadits tersebut

Sarana-sarana Evaluasi dan Mutabaah


1. dialog dan diskusi
2. pencatatan untuk menegaskan ketelitian membaca nash hadits, memahami dan
mempraktekkannya
3. berbaur melalui kunjungan-kunjungan, rihlah dan aktifitas yang berbeda-beda
4. menyiapkan formulir untuk menegaskan tercapainya sasaran
5. wirid muhasabah pada bidang yang dituju oleh hadits
6. memberi kesempatan untuk mengutarakan apa yang terbetik dalam hati yang berhubungan
dengan arti hadits

Maroji` Tarbiyah Dzatiyah


1. Buku-buku hadits yang terpercaya (mu`tamad) (Shohih Bukhori – Shohih Muslim-Riyadlus
Sholihin)
2. Buku-buku syarah hadits (Fathul Bari – an Nawawi dalam syarah Muslim – Dalilul Falihin fi
Syarhi Riyadis Sholihin)
3. Taujihat Nabawiyah karya Dr. Sayyid Nuh.
4. Riyadush Sholihin Karya Imam Nawawi
5. Targib dan Tarhib Karya Mundziri

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


Muhtawa

Penjelasan Rasmul Bayan:


Hadits dalam hak-hak anak terhadap Orang tua:
1. Menyayanginya, merangkulnya dan menciumnya
2. Meletakkan anak di atas paha
3. Dilarang membunuh anak, karena takut rizkinya dimakan anak

Pendahuluan
Islam turun sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, sebagaimana yang disebutkan Allah Taala kepada
Rasulullah saw.
‫إ إ‬
‫مومماَ أملرمسلمناَمك إلل مرلحمة للمعاَلمم م‬
‫ي‬
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(Al-Anbiya: 107)
Dengan misi yang sangat mulia itulah, dapat dipahami bahwa syariat Islam akan memberikan
perhatian yang sangat tinggi terhadap segala hal yang terkait dengan tindakan-tindakan yang akan
membuahkan hasil berupa rahmatan lil ‘alamin.

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


Sebagai salah satu dari implementasi misi rahmatan lil ‘alamin Islam sangat memperhatikan pola
hubungan antar manusia (mu’amalah insaniyah) .
Dalam makalah yang ringkas ini, akan dibahas bagaimana Islam memerintahkan umatnya untuk
memuliakan keluarga sebagai bagian dari upaya mewujudkan tata kehidupan sosial yang penuh
dengan kedamaian dan sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan.

A. Memuliakan Keluarga

1. Hubungan suami-istri
Perhatian terhadap keutuhan dan keharmonisan keluarga diingatkan dengan sangat jelas dalam Al-
Qur’an mengenai hakikat dan tujuan pembentukan keluarga itu sendiri. Perhatikan firman Allah Taala
dalam Ar-Rum: 21

‫موإمملن ءماَيممماَتإإه أملن مخلمممق لمكك ملم إم ملن أمنَلمكفإس مككلم أملزمواَةجمماَ لإتملس مككنكوُاَ إلمليَممهمماَ مومجمع ممل بممليَمنمكك ملم مم مموُلدة مومرلحممة إلن إفم‬
‫ت لإمقلوُتم يممتمممفلككرومن‬
‫ك ملياَ ت‬
‫مذل م م‬
‫إ‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir.”
Dengan demikian, sakinah, mawaddah dan rahmah merupakan suatu kondisi yang hendaknya
diciptakan oleh pasangan suami isteri di dalam rumah tangganya.Dan ini memerlukan suatu upaya
yang sistematis dan konstruktif dari kedua belah pihak. Tuntunan interaksi harmonis suami isteri dapat
kita lihat dalam beberapa pesan Al-Qur’an dan Hadis:

‫ل‬ ‫ل‬
‫س لبهكمم بوأبنَمنتهمم لبباَ س‬
‫س لبههنن‬ ‫ههنن لبباَ س‬
“… mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka…” (Al-Baqarah:
187)

َ‫ف فمإلن مكإرلهتككموُكهلن فمممعمسىَ أملن تملكمركهوُاَ مشليَةئاَ مومليمعمل اَللهك فإيَإه مخليَمةراَ مكثإةيا‬
‫وعاَإشروهلن إباَلمعرو إ‬
‫م م ك ك م لك‬
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak. “ - (An Nisaa: 19)

‫ب إ مباَ محإف م‬
‫ظ اَللهك‬ ‫ت لإلغمليَ إ‬ ‫إ‬
‫ت محاَفمظاَ ت‬
‫صاَإلاَ إ‬
‫ت مقاَنَمتاَ ت‬
‫مفاَل ل م ك‬
“…Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka...” ( An-Nisaa: 34)

َ‫صاَللبحةه إلبذا نَبظببر إلبملينبهاَ بسنرمتهْه بوإلبذا أببمبربها‬


‫أببل أهمخبلهربك بلبخميلر بماَ يبمكنلهز المبممرءه المبممرأبةه ال ن‬
‫ب بع مننبهاَ بحلفظبمتهْه‬‫أببطاَبعمتهْه بوإلبذا بغاَ ب‬
“Tidakkah mau aku kabarkan kepada kalian tentang sesuatu yang paling baik dijadikan bekal
seseorang? Wanita shalihah: jika dilihat (suami) menyenangkan dan jika (suami) meninggalkannya ia
menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Abu Dawud dan Nasa’i)

“ Janganlah seorang (suami) mukmin membenci seorang (istri) mu’minah. Jika ia tidak suka dengan
salah satu perilakunya, ia dapat menerima perilakunya yang lain (Muslim)

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


“Takutlah kepada Allah dalam (memperlakukan) wanita karena kamu mengambil mereka dengan
amanat Allah, dan engkau halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Dan kewajibanmu adalah
memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan baik”
“Sesungguhnya aku berdandan untuk istriku, sebagaimana dia berdandan untukku” (Perkataan Ibnu
Abbas RA)

2. Memuliakan anak
Memuliakan keluarga juga berarti meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua dan anak. Dalam
hal ini, patokan paling utama adalah perintah Allah Taala kepada orang-orang beriman untuk menjaga
keselamatan keluarganya dari api neraka

َ‫س بوالملحبجاَبرةه بع بملينبها‬ َ‫نا‬


‫ن‬ ‫ال‬ َ‫ها‬ ‫د‬
‫ه‬ ُ‫قو‬
‫ه‬ ‫و‬ ‫ا‬‫ر‬ َ‫نَا‬
‫ب‬ ‫م‬ ‫ك‬
‫ه‬ ‫ياَ أبينهاَ النلذين بآمهنوُا هقوُا أبنَمنهفسهكم وأبمه ل‬
‫لي‬
‫ه‬ ‫ب‬ ‫م ر ب‬ ‫ب مب‬ ‫ب ب‬ ‫ب ب‬
‫صوُبن اللنهْب بماَ أببمبرههمم بويبنمفبعهلوُبن بماَ يهنمؤبمهروبن‬ ‫مبلئلبكةس لغبل س ل‬
‫ظ شبداسد بل يبنمع ه‬ ‫ب‬
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6) .

Sungguh menjadi kewajiban orang tua untuk menjadikan anak-anak mereka orang-orang yang
beriman dan beramal saleh. Memuliakan anak berarti memenuhi hak-hak mereka, bahkan sejak awal
kehidupan mereka dimulai yakni:

a. Menerima kelahiran
Menerima kelahiran mereka dengan penuh sukacita, tidak boleh menolaknya. Sabda Nabi:

‫ب اللنهْه لممنهْه بوفب ب‬


‫ضبحهْه بعبلىَ هرهءو ل‬
‫س‬ ‫ل‬
‫بوأبيبماَ برهجلل بجبحبد بولببدهَه بوههبوُ يبنمنظههر إللبميهْ امحتببج ب‬
‫البنولليبن بواللخلريبن‬
Barang siapa yang mengingkari anaknya, sedang anak itu mengetahuinya maka Allah akan menutup
diri dari orang itu. dan keburukannya akan ditunjukkan di hadapan orang-orang terdahulu dan
kemudian (Ad Darami) .

b. Melantunkan adzan di telinga kanan saat lahir ke dunia.

Aku melihat Rasulullah saw azan di telinga Husein ketika dia baru saja dilahirkan oleh Fatimah ra.
(Al-Hakim)

c. Tahnik,
Yaitu sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW berupa pemberian makanan manis dan lembut di saat-
saat pertama kehidupan anak (bisa dengan kurma atau madu)

d. Menyusuinya dalam waktu yang cukup (2 tahun) .


‫إ‬ ‫ي مكاَإملم إ إ‬
‫ت يمكرإضلعن أملوملمدكهلن محوُلم ل إ‬ ‫إ‬
‫ي لمملن أممراَمد أملن يكتلم اَللر م‬
‫ضاَمعةم‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫مواَلموُاَلمداَ ك ل م‬

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan” ( Al-Baqarah: 233)

e. Memberi nama yang baik.


Imam Ibnu Qayim mengatakan bahwa ada hubungan yang erat antara nama dengan kualitas anak.
Pemberian nama yang baik akan mendorong yang punya nama untuk berbuat baik sesuai dengan
makna yang terdapat di dalam namanya, karena nama yang diberikan orang tua mengandung do’a dan
harapan. Sebaliknya seorang anak akan merasa malu dan rendah diri apabila nama yang disandangnya
buruk, atau tiada makna.

f. Aqiqah:
Menyembelih hewan qurban untuk kelahiran mereka pada hari ketujuh. Rasulullah saw. bersabda,

“Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua ekor kambing yang memenuhi syarat dan bayi perempuan cukup
dengan satu ekor kambing.” (Ad-Darami)

g. Cukur rambut:
Pada hari yang ketujuh pula dilakukan pencukuran rambut, dan menimbang rambut tersebut lalu
dikonversi dalam satuan emas atau perak yang selanjutnya disedekahkan kepada faqir miskin.

َ‫صندلقيِ بللزنَبلة بشمعلرله‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫بياَ بفاَطبمةب امحلبقيِ برأمبسهْه بوتب ب‬
“Wahai Fatimah Timbanglah rambut al Husain dan sedekahkanlah perak seberat itu” (Al-Hakim)

h. Khitan:
Dari segi medis khitan jelas bermanfaat bagi kesehatan. Dengan khitan berarti sejak kecil ia sudah
dipelihara harga diri, kehormatan dan kesehatannya.
Selanjutnya memuliakan anak berarti juga memberikan pendidikan yang baik kepada mereka. Al
Qur’an secara monumental telah mengisyaratkan pentingnya pendidikan anak ini melalui kisah
Lukman ketika sedang mendidik anaknya:

‫ن مل تكلشإرلك إباَللإه إلن اَلششلرمك لمظكلتم معإظيَتم‬ ‫إ‬ ‫إ إإ‬


‫موإلذ مقاَمل لكلقمماَكن لبلنه موكهموُ يمعظكهك مياَبمك مل‬
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar.” ( Luqman: 13)
Dengan pendidikan yang benar menurut apa yang diajarkan Allah Taala, maka anak akan menjadi
individu yang mature dewasa dan bertanggung jawab, serta mampu memberikan kontribusi yang
optimal bagi kemaslahatan umat.
Kewajiban orang tua pada akhirnya disempurnakan dengan membantu mereka dalam membangun
keluarga dengan menikahkannya. Orang tua berperan dalam memilih siapa calon suami/istri putra-
putri mereka menurut ukuran kebaikan Islam.

3. Memuliakan orang tua


Sedangkan bagaimana anak bersikap kepada orangtuanya, juga sangat jelas diperintahkan Allah Taala:

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


‫هاَ أملو كإملكهممماَ فممل‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬
‫ك أملل تمملعبككدواَ إلل إلياَهك موإباَلموُاَلمديلإن إلحمساَةنَاَ إلماَ يملمبملكغمملن علنممدمك اَلكبم ممر أممحمكد كم‬ ‫ضىَ مرب م‬ ‫موقم م‬
‫ض ملكمممماَ مجنممماَمح اَل مبذشل إمممن اَللرلحممإة موقكملل مر ش‬ ‫إ‬
‫ب‬ ‫ مواَلخف م ل‬.َ‫ف مومل تمملنممهلركهممماَ موقكملل ملكمممماَ قم ملوُةل مكإريمةما‬
‫تممكقملل ملكمممماَ أك ف‬
َ‫صغإةيا‬‫اَلرمحلكهمماَ مكمماَ مربملميَاَإن م‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia.Dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” ( Al-Isra: 23-24)
Bahkan Allah selalu mensejajarkan perbuatan mengabdi kepada-Nya dan bertauhid dengan berbuat
baik kepada orang tua:

َ‫مواَلعبككدواَ اَللهم مومل تكلشإرككوُاَ بإإه مشليَةئاَ موإباَلموُاَلإمديلإن إلحمساَةنَا‬


“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak, ….” (An Nisa 36)
Ini menunjukkan bahwa memuliakan kedua orangtua bukan perkara sepele. Rasulullah SAW bahkan
menegaskan bahwa memuliakan kedua orangtua terus berlanjut meskipun keduanya telah tiada:

‫ل‬ ‫ل‬ ‫ساَلعلد ي‬ ‫بعن أبلبيِ أهسميدل ماَلل ل‬


‫ي بقاَبل بب منينبناَ نَبمحهن عمنبد برهسوُلل اللنهْ ب‬
َ‫صنلى‬ ‫ك بملن برلبيبعةب ال ن‬ ‫ب ب‬ ‫م‬
‫اللنهْه بعلبميلهْ بوبسلنبم إلمذ بجاَءبهَه برهجسل لممن ببلنيِ بسلببمةب فبنبقاَبل بياَ برهسوُبل اللنلهْ بهمل ببلقبيِ لممن‬
َ‫صبلةه بعلبميلهبماَ بواللمستلغمبفاَهر لبههبما‬‫ي بشميِءس بأببنيرههبماَ بللهْ ببنمعبد بمموُتللهبماَ بقاَبل نَبنبعمم ال ن‬ ‫بلير بأببنبوُ ن‬
‫صهل إلنل بللهبماَ بوإلمكبراهم‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫لل ل لل‬
‫بوإلنَمنبفاَذه بعمهدهبماَ ممن ببنمعدهبماَ بوصلبةه النرحلم النتيِ بل هتوُ ب‬
َ‫صلديلقلهبما‬ ‫ب‬

Abu Usaid (Malik) bin Rabi’ah Assa’diyah berkata: Ketika kami duduk di sisi Rasulullah SAW
mendadak datang seorang dari Bani Salimah dan bertanya: Ya Rasulullah apakah masih ada jalan
untuk berbakti terhadap ayah bundaku sesudah mati keduanya? Jawab Nabi: Ya, men-sholatkan
atasnya, membacakan istighfar atas keduanya dan melaksanakan janji (wasiat) nya, serta
menghubungkan ikatan yang tidak dapat dihubungkan melainkan karena keduanya, dan menghormati
teman-teman keduanya (Abu Dawud)
Di antara tindakan-tindakan praktis membina hubungan yang baik kepada orangtua dalam konteks
memuliakan mereka adalah:
b. Selalu menjaga silaturahim dengan cara mengunjungi mereka secara rutin (berkala) sesuai
kemampuan. Bila jarak tempat tinggal jauh, dapat dilakukan melalui telpon atau surat. Tanyailah
keadaan kesehatan mereka, masalah-masalah mereka.
c. Memenuhi kebutuhan mereka, terutama tentu saja kebutuhan hidup sehari-hari berupa sandang,
pangan dan papan.

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


c. Memelihara kesehatan mereka dengan cara memonitor kesehatan mereka, menganjurkan bahkan
membantunya berobat ke dokter. Menganjurkan mereka untuk memperbaiki pola makan, pola
kerja dan pola hidup agar menjadi sehat.
d. Memberi mereka hadiah sesuatu yang menyenangkan mereka, meskipun cuma sebuah bingkisan
kecil. Janganlah lupa memberikan mereka buah tangan apabila kita pulang dari bepergian jauh.
e. Menganjurkan mereka meningkatkan ibadah, memperbanyak dzikir dan menghadiri atau
mendengarkan ceramah atau majelis ta’lim yang baik buat mereka. Berikan pula buku atau
majalah yang patut mereka baca.
f. Mendidik anak-anak untuk menghormati dan menggembirakan mereka (kakek-nenek)
g. Pamit kepada mereka ketika hendak bepergian jauh.
h. Bila memiliki rezeki yang cukup, patutlah kita memberangkatkan mereka ke tanah suci Mekkah
untuk ibadah Haji.
i. Sesekali ajaklah mereka rihlah bersama ke suatu tempat yang baik.
Sungguh indah bagaimana Islam memberikan pedoman-pedoman yang jelas dan rinci bagaimana
sebuah keluarga dibangun dengan cara-cara yang bersahaja dan penuh nilai-nilai luhur.

B. Menyayangi Anak dan Menciuminya

‫ بفبقنببلهْه‬، ‫ أببخذب النبلبيِ ن صلىَ ال عليهْ وسلم ن إبراهيم‬:‫ ن عن أنَس بن ماَلك ن رضيِ ال عنهْ ن قاَل‬1
ْ‫وشمنهه‬
Dari Anas bin Malik –ra. Berkata: Rasulullah saw menggendong Ibrahim dan menciuminya. (Al-
Bukhari)
Ibnu Al Baththal berkata:

‫ مباَلب بلمم بيكهمن‬، ‫ماَء‬


‫أكبثهلر العهبل ل‬
‫وكذا الكبيره عند م‬، ‫ضوُ لممنهْه‬
‫كل بع ي‬
‫الوُلبلد الصغيرل فيِ ي‬
‫يل ب‬ ‫جوُز بتقملب ب‬
‫يب ه‬
‫الوُلبلد‬
‫ فل هتقبلبهل عوُرة ب‬، ‫بعموُلرهة‬
Diperbolehkan mencium anak kecil, di semua anggota badannya. Demikian juga orang dewasa –
menurut mayoritas ulama-, kecuali auratnya. Maka tidak boleh hukumnya mencium aurat anak.

‫اهيَْم‬
ِ َ‫سّلَم ـ إِْبر‬
َ ‫عَلْيهِ َو‬
َ ُ‫ي ـ صَّلى ا‬
ّ ِ‫النب‬
ّ ‫خَذ‬
َ ‫َأ‬
Rasulullah mengambil anaknya –Ibrahim- dari ibunya Mariyah Al Qibthiyah,

ُ‫ َفقَّبَله‬Mencium dengan mulutnya, ‫ه‬


ُ ‫شّم‬
َ ‫ َو‬mencium dengan hidungnya, sepertinya ia adalah ُ َ‫ِريحان‬
‫ة‬: pengharumnya
Anak-anak itu diciumi serasa parfum – sepertinya. Rasulullah saw menerangkan dua cucunya Al
Hasan dan Al Husain, dua putera Fatimah dengan kalimat:
‫الدْنَيا‬
ّ ‫ن‬ َ ‫انَتايّ ِم‬
َ ‫ح‬َ ‫ ُهَما رَْي‬Keduanya adalah keharumanku di dunia. HR Al Bukhari dari Ibnu Umar –ra.
Kalimat, ‫الدنيا‬ ‫ ريحانتاي من‬berarti bagian parfum duniawiku.
Itulah ciuman yang Rasulullah saw lakukan kepada cucunya, menunjukkan cinta dan kasih sayangnya.
Hadits ini menunjukkan cinta anak dan menciumnya.

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


‫صنلىَ اللنهْه بعلبميلهْ بوبسلنبم‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫ ـ عن بأبيِ ههبريمنبربة برضبيِ اللنهْه بعمنهْه بقاَبل قبنبنبل برهسوُهل اللنهْ ب‬2
ِ‫ساَ فبنبقاَبل املبقمنبرعه إلنن للي‬ ‫س التنلميلمييِ جاَلل‬
‫ب‬ ‫ل‬ ‫المبحسن بمن بعللييِ ولعمنبدهَه املبقمنرعه بمن بحاَبل‬
‫ر‬ ‫ب ه‬ ‫ب‬ ‫بب ب‬
ْ‫صنلىَ اللنهْه بعلبميله‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫شررة لمن الموُبلدل ماَ قبنبننمل ه ل‬
‫ت م مننههمم أببحردا فبننبظببر إللبميهْ برهسوُهل اللنهْ ب‬ ‫بع ب ب م ب ب‬
‫بوبسلنبم ثهنم بقاَبل بممن بل يبنمربحهم بل يهنمربحهم‬
Dari Abu Hurairah ra- berkata: Rasulullah saw menciumi Al Hasan bin Ali, di hadapan Al Aqra’ bin
Habis At Tamimiy yang sedang duduk. Lalu Al Aqra’ berkata: Sesungguhnya aku memiliki sepuluh
anak, dan aku belum pernah menciumi seorang pun. Lalu Rasululahn saw memandanginya dan
bersabda: “Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi” (Al Bukhari)

Penjelasan:
Rasulullah saw mencium Al Hasan bin Ali –ra. Putra Fathimah –ra.
Al Hasan lahir pada tahun 2 (dua) Hijriyah.
Ketika itu Al Aqra’bin Habis At Tamimiy sedang duduk berada di hadapan Rasulullah saw. Ia seorang
mu’allaf, sehingga Islamnya menjadi baik.
Rasulullah saw melihatnya dengan pandangan yang kurang menyenangkan karena ia tidak pernah
mencium anaknya.
Kemudian Rasulullah saw bersabda, untuk merubah sikapnya terhadap anak-anaknya, sehingga
anaknya merasakan kasih sayangnya dengan menciuminya.

‫حُم‬
َ ‫ل ُيْر‬
َ ‫حْم‬
َ ‫ل َيْر‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ َم‬Barang siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak disayangi.
‫حُم‬
َ ‫ل ُيْر‬
َ ‫حْم‬
َ ‫ل َيْر‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ َم‬Huruf ya pertama di baca fathah dan ya’ kedua dibaca dlammah. Boleh juga
kedua ya’ dibaca rafa’ (huruf mim dibaca dlammah) dengan menstatuskan kata “Man” sebagai isim
Maushul. Atau keduanya dibaca jazm (mim dibaca sukun/mati) dan kata Man berstatus syarat. Namun
pada umumnya para rawi membacanya dengan rafa’.
Jawaban Rasulullah kepada Al Aqra menunjukkan bahwa mencium anak itu bertujuan untuk
menunjukkan kasih sayang dan perhatian, bukan kelezatan atau syahwat.
Kata “rahmat” kasih sayang dari sesama makhluk adalah kelembutan hati yang membuat seseorang
memuliakan, dan ihsan (berbuat baik) . Rahmat dari sesama makhluk adalah termasuk dalam amal
shalih, sedangkan rahmat dari Allah swt adalah balasan atas amal shalih yang dilakukan.
Sesungguhnya orang yang berfikir dan bersemangat untuk membuat kebaikan pada dirinya sendiri
akan berusaha agar rasa kasih sayang itu menjadi akhlak dan kepribadiannya, agar mendapatkan
rahmat Allah dan kasih sayang sesama manusia. Barang siapa yang menyayangi ia akan disayangi, dan
sebaliknya; barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak disayangi.
Dari hadits di atas dapat disimpulkan antara lain:
1. Masyru’iyyah (disyariatkannya) mencium anak, dan hal ini adalah sunnah Nabi yang mulia.
2. Orang yang tidak menyayangi sesama manusia dan makhluk hidup lainnya akan terhalang dari
rahmat Allah, dan kasih sayang sesama manusia. Karena balasan itu serupa dengan amalnya.
3. Orang yang menyayangi orang lain mendapatkan keberuntungan rahmat Allah dan kasih
sayang sesama manusia yang akan menjadi penolong di kala sempit dan pembela pada saat
yang dibutuhkan.

C. Hak Anak Perempuan


Dan orang yang mendapatkan rahmat Allah, ia akan hidup dengan kehidupan yang baik, mendapatkan

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


nikmat lahir batin, dan akan berakhir dengan kebaikan (husnul khatimah) .

‫ت اممبرأبةس بمبعبهاَ ابمننببتاَلن لببهاَ تبمسأبهل فبنلبمم‬ ‫ت بدبخلب م‬ ‫شةب ر ل‬


‫ضبيِ اللنهْه بع مننبهاَ بقاَلب م‬ ‫ل‬
‫ ـ بعمن بعاَئ ب ب‬3
‫ل‬ ‫ل ل‬
‫سبم متنبهاَ ببنميبن ابمنبنتب منينبهاَ بولبمم تبأمهكمل‬ ‫ل‬
‫غينبر تبممبرة فبأبمعطبميتهنبهاَ إنياَبهاَ فبنبق ب‬‫تبلجمد عمندي بشميرئاَ بم‬
‫صنلىَ اللنهْه بعلبميلهْ بوبسلنبم بع بملينبناَ فبأبمخببنمرتههْه‬ ‫ت فببدبخبل النبلييِ ب‬ ‫ت فببخبربج م‬ ‫لم مننبهاَ ثهنم بقاَبم م‬
‫شميِلء هكنن لبهْه لس متنررا لممن النناَلر‬ ‫ت بل ب‬ ‫فبنبقاَبل من ابمنتهلليِ لمن بهلذلهَ املبنبناَ ل‬
‫ب‬ ‫بم ب م‬
Dari Aisyah –isteri Rasulullah saw- berkata: Telah datang padaku seorang wanita bersama dengan dua
orang anaknya meminta sesuatu kepadaku. Aku hanya memiliki sebutir korma, lalu aku berikan
padanya. ibu itu kemudian membaginya untuk kedua anaknya, lalu pergi. Kemudian Rasulullah
saw datang dan aku ceritakan kepadanya. Nabi bersabda: barangsiapa yang dikaruniai anak-anak
perempuan lalu berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak itu akan menjadi penghalangnya
dari neraka. HR Al Bukhari, Muslim dan At Tirmidzi

Penjelasan:
‫معها ابنتان‬Membawa dua anaknya
‫طْيُتَها‬
َ ‫ع‬
ْ ‫احَدًة َفَأ‬
ِ ‫عْنِدي تَْمَرًة َو‬
ِ ‫جْد‬
ِ ‫سَأُلِني فََلْم َت‬
ْ ‫ َت‬Ia memintaku, lalu aku tidak temukan kecuali sebutir
kurma, lalu aku berikan kepadanya. Hal ini menunjukkan kedermawanan Ummul Mukminin Aisyah –
ra. Ketika tidak ada sesuatupun yang bisa diberikan kecuali sebutir kurma, ia lebih prioritaskan untuk
wanita itu, daripada dirinya sendiri.

‫ن ْابَنَتْيَها‬
َ ‫سَمْتَها بَْي‬
َ ‫ َفَق‬Kemudian wanita itu membaginya untuk kedua anaknya. Secara tekstual hadits
ini menerangkan bahwa ibu itu tidak makan sedikitpun. Seorang ibu yang memprioritaskan anaknya
daripada dirinya adalah bentuk kasih sayang yang tidak diragukan lagi.

ْ ‫ج‬
‫ت‬َ ‫خَر‬
َ ‫ت َف‬
ْ ‫ام‬
َ ‫ ُثّم َق‬Kemudian wanita itu bangkit dan keluar, bersama dengan kedua anaknya dari
rumah Aisyah –ra.

" ‫حّدْثُتُه‬
َ َ‫سّلَم ـ ف‬
َ ‫عَلْيِه َو‬
َ ُ‫ي ـ صَّلى ا‬
ّ ‫النِب‬
ّ ‫ل‬ َ ‫خ‬
َ ‫ َفَد‬Kemudian Rasulullah saw masuk, lalu Aisyah –ra
menceritakan hal ini kepadanya.

Lalu Rasulullah saw bersabda: ‫َيِلي‬ْ‫ " َمن‬dari kata: ‫لَيُة‬


َ ِ‫الو‬: menguasai. Dalam riwayat lain ‫ن ُبلى‬
ْ ‫َم‬
huruf ba’ dibaca dhammah, dari kata: ‫ء‬
ُ ‫ل‬
َ ‫ْالَب‬: ujian.
Dalam riwayat lain ‫ابُْتِلى‬ ْ ‫َم‬: barang siapa yang diuji.
‫ن‬
Artinya barang siapa yang diuji seperti ujian anak-anak ini; untuk dinilai; apakah akan
memperlakukan mereka dengan baik atau tidak baik. Maka pahala akan diberikan kepada pelaku
kebaikan kepada satu anak perempuan sebagaimana balasan kebaikan itu akan diperoleh pelaku
kebaikan kepada lebih dari satu anak perempuan. Berbuat baik kepada anak antara lain dengan infaq
(membiayai) ta’dib (mendidik) dsb.
Secara zhahir; pahala yang disebutkan di atas itu akan diperoleh pelaku kebaikan sehingga anak itu
mandiri dengan menikah atau lainnya.

" ً‫سْترا‬
ِ ‫ن َلُه‬
ّ ‫ " ُك‬Mereka menjadi penghalang. Dalam riwayat lain: ً ‫ كن له حجابا‬mereka menjadi hijab
(penutup) . Kata satr dan hijab memiliki makna yang sama.
Hadits ini menegaskan tentang hak anak perempuan. Karena pada umumnya mereka lemah dalam
memenuhi kebutuhan pribadinya. Berbeda dengan laki-laki, yang secara fisik lebih kuat, lebih cair
dalam berfikir, mampu memenuhi kebutuhannya, pada umumnya.

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


Dari hadits ini dapat diambil pelajaran:
1. Orang yang sangat membutuhkan diperbolehkan meminta-minta. Seperti yang dilakukan oleh
ibu dari dua anak perempuan tadi kepada Aisyah ra
2. Sebaiknya bersedekah dengan apa yang ada, sedikit atau banyak. Seperti yang dilakukan oleh
Aisyah ra, dengan sebutir kurma. Kurang berharganya sebutir kurma itu tidak menghalanginya
dari bersedekah.
3. Diperbolehkan menceritakan kebaikan yang dilakukan, selama tidak bertujuan untuk
membanggakan diri dan membangkit pemberian. Seperti yang dilakukan oleh Ummul
Mukminin Aisyah ra dalam bercerita kepada Rasulullah tentang wanita itu dan kedua anaknya.
4. Sesungguhnya menyayangi anak perempuan dan berbuat baik kepadanya akan menjaga dari
apai neraka, yang menjadi pekerjaan orang-orang baik untuk berusaha terlindung dan selamat
darinya.

D. Allah sangat menyayangi anak melebihi kasih sayang ibu terhadap anaknya

‫صنلىَ اللنهْه بعلبميلهْ بوبسلنبم‬ ‫ل‬


‫ب برضبيِ اللنهْه بعمنهْه قبدبم بعبلىَ النبلييِ ب‬
‫ ن بعن عهمر بملن المبخنطاَ ل ل‬4
‫م بب‬
‫صبليياَ لفيِ ال ن‬
ِ‫سمبلي‬ ‫ت ب‬ ‫ب ثبمديبنبهاَ تبمسلقيِ إلبذا بوبجبد م‬‫سمبليِ قبمد تبمحله ه‬ ‫بسمبسيِ فبلإبذا اممبرأبةس لممن ال ن‬
‫صنلىَ اللنهْه بعلبميلهْ بوبسلنبم أبتهنبرموبن‬ ‫صبقمتهْه بلببطمنلبهاَ بوأبمر ب‬
‫ضبعمتهْه فبنبقاَبل لببناَ النبلييِ ب‬ ‫أببخبذتمهْه فبأبلم ب‬
‫ل‬ ‫ل‬
‫بهلذهَ بطاَلربحةر بولببدبهاَ لفيِ النناَلر قهنملبناَ بل بوهبيِ تبنمقلدهر بعبلىَ أبمن بل تبطمبربحهْه فبنبقاَبل لبلنهْه‬
َ‫أبمربحهم بللعبباَلدلهَ لممن بهلذلهَ بلبوُلبلدبها‬

Dari Umar bin Al Khaththab ra- berkata: Didatangkanlah para tawanan perang kepada Rasulullah saw.
Maka di antara tawanan itu terdapat seorang wanita yang susunya siap mengucur berjalan tergesa-gesa
–sehingga ia menemukan seorang anak kecil dalam kelompok tawananan itu- ia segera menggendong,
dan menyusuinya. Lalu Nabi Muhammad saw bersabda: Akankah kalian melihat ibu ini melemparkan
anaknya ke dalam api? Kami menjawab: Tidak, dan ia mampu untuk tidak melemparkannya. Lalu
Nabi bersabda: Sesungguhnya Allah lebih sayang kepada hamba-Nya, melebihi sayangnya ibu ini
kepada anaknya, (Al Bukhari dan Muslim).

Penjelasan:
‫ َقِدَم‬Qaf dibaca dhammah, berbentuk Mabni Majhul (didatangkan)
‫سّبى‬
َ Tawanan dari Hawazin
ُ ‫حُل‬
‫ب‬ ْ ‫ َت‬Ha’ dibaca fathah dan lam diberi tasydid. ‫ ثديها‬Berbentuk mufrad (kata tunggal) dibaca rafa’
sebagai fa’il; telah mengalir air susu darinya. Al Hafizh Ibnu Hajar berkata –dalam Fathul Bari- siap
mengeluarkan susu.

‫سَعى‬
ْ ‫ َت‬A’in dibaca fathah, dari kata sa’i (berjalan cepat) mencari anaknya yang hilang.

‫صبقمتهْه بلببطمنلبهاَ بوأبمر ب‬


‫ضبعمتهْه‬ ‫صبليياَ لفيِ ال ن‬
‫سمبليِ أببخبذتمهْه فبأبلم ب‬ ‫إلبذا بوبجبد م‬
‫ت ب‬ Ia dapatkan seorang
anak kecil dalam kelompok tawanan itu, ia mengambilnya lalu memeluknya dan menyusuinya. Al
Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam Fathul-Bari, setelah kalimat itu –

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


‫صبليياَ لفيِ ال ن‬
ِ‫سمبلي‬ ‫إلبذا بوبجبد م‬
‫ت ب‬
Artinya: Wanita itu bergegas berjalan mencari anaknya yang hilang. Ia resah dengan air susunya yang
telah terkumpul di buah dadanya –ketika ia menemukan anak kecil ia ambil dan ia susuinya, untuk
meringankan air susunya, lalu menemukan anak kecil lagi –dan itulah anaknya sendiri- ia ambil dan ia
peluk dalam perutnya dan menyusuinya. Lalu Rasulullah saw bersabda: ‫ أترون‬ta’ dibaca fathah
artinya: apakah kamu menyangka wanita itu melemparkan anaknya ke dalam api. Kami jawab. Tidak
mungkin ia lemparkan anaknya ke dalam api.

Lalu Rasulullah saw bersabda: ‫ ل‬lam pertama dibaca, lam taukid (penegasan) . Sesungguhnya Allah
lebih sayang kepada hamba-Nya melebihi wanita itu sayang kepada anaknya. Allah tidak akan
melemparkannya ke neraka karena sangat sayang kepada mereka.

‫ العباد‬Para hamba yang dimaksudkan adalah kaum mukminin yang bertaqwa yang beramal shalih.
Seperti firman Allah:

‫ب‬ ‫ل ل‬
‫ك بقاَبل بعنبذابيِ أهصنني ه‬ ‫سنبةر بولفيِ املبلخبرلة إلننَاَ ههمدبنَاَ إللبمي ب‬ ‫ل لل‬
‫ب لببناَ فيِ بهذهَ اليدنَمنبياَ بح ب‬ ‫بوامكته م‬
‫سنأبمكهتبهنبهاَ لللننلذيبن يبنتننهقننوُبن بويهنمؤتهنوُبن النزبكنناَبة‬ ‫ف‬
‫ب‬ ‫ت هكننل بشنيِ ل‬
‫ء‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫بللهْ من أببشاَء ورحملتيِ و ل‬
‫س‬
‫م ب‬ ‫ب‬ ‫ب م ه بب م ب ب‬
‫ل‬
‫ الننلذيبن يبنتنبلعهننوُبن النرهسننوُبل النبلننيِ املهيمننيِ الننلذي يبلجنهدونَبهْه‬.‫بوالننلذيبن ههنمم بلبآبياَتلنبنناَ يهنمؤمننهنوُبن‬
‫بممكهتوُرباَ لعمنبدههمم لفيِ التننموُبرالة بوا مللنَملجيلل‬
“Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia Ini dan di akhirat; Sesungguhnya kami kembali
(bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku
kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-
orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami".
(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di
dalam Taurat dan Injil....(Al A’raf:156-157)
hadits ini dikuatkan pula oleh riwayat Imam Ahmad dan Al Hakim dari Anas, ra, berkata:

ِ‫صبلييِ لفي‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫صبحاَبلهْ بو ب‬ ‫صنلىَ اللنهْه بعلبميهْ بوبسلنبم فيِ نَبنبفلر ممن أب م‬ ‫س بقاَبل بمنر النبلييِ ب‬ ‫بعمن أبنَب ل‬
‫ت تبمسبعىَ بوتبنهقوُهل‬ ‫ت بعبلىَ بولبلدبهاَ أبمن هيوُبطأب فبأبقمنببنلب م‬ ‫ت أهيمهْه المبقموُبم بخلشيب م‬ ‫الطنلريلق فبنلبنماَ برأب م‬
َ‫ت بهلذلهَ للتهنمللقبيِ ابمننبنبها‬ ‫ت فبأببخبذتمهْه فبنبقاَبل المبقموُهم بياَ برهسوُبل اللنلهْ بماَ بكاَنَب م‬ ‫ابملنيِ ابملنيِ بوبسبع م‬
‫صنلىَ اللنهْه بعلبميلهْ بوبسلنبم فبنبقاَبل بوبلءه اللنلهْ بعنز بوبجنل‬ ‫ضههمم النبلييِ ب‬ ‫لفيِ النناَلر بقاَبل فببخنف ب‬
‫بل يهنمللقيِ بحلبيببهْه لفيِ النناَلر‬
Dari Nabi saw: Rasulullah saw melintasi sekelompok sahabatnya –ada seorang anak kecil di tengah
jalan. Ketika ibunya melihat hal itu, ibu itu ketakutan bahwa anaknya akan jatuh, lalu ia bergegas
menghampiri dan memanggil-manggil: anakku-anakku, ibu itu berjalan cepat, dan mengambilnya.
Para sahabat bertanya: Ibu ini tidak akan melemparkan anaknya ke dalam api. Rasulullah saw
bersabda: Dan Allah tidak akan melemparkan kekasihnya ke dalam api neraka. Dan Allah tidak akan
melemparkan kekasihnya ke dalam api neraka.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran:
Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H
1. Tidak ada seorangpun yang lebih sayang melebihi Allah. Allah swt lebih sayang dibandingkan
dengan orang yang harus menyayangi. Tidak pernah ada dalam makhluk Allah yang lebih
sayang dari ibunya. Dan Rasulullah saw bersabda: Allah lebih sayang dari pada ibu itu
menyayangi anaknya.
2. Boleh melihat tawanan wanita. Rasulullah saw tidak melarang melihat wanita dalam hadits di
atas. Bahkan dalam hadits tadi termuat pembolehan melihatnya.
3. Penggunaan contoh sebagai alat bantu, sehingga bisa ditangkap secara fisik untuk hal-hal yang
tidak mudah difahami, agar mendapatkan pengertian yang tepat, meskipun yang dijadikan
contoh sesuatu yang tidak akan dapat terjangkau hakekatnya. Itulah rahmat Allah yang tidak
akan terjangkau oleh akal. Walau demikian Rasulullah saw mendekatkan pemahaman itu
kepada para pendengar dengan keadaan wanita tersebut.
4. Pemanfaatan kesempatan untuk menyampaikan dakwah. Rasulullah saw memanfaatkan
kesempatan perhatian para sahabat terhadap fenomena kasih sayang ibu kepada anaknya, lalu
dialihkan kepada kasih sayang yang lebih besar, untuk memenuhi kebutuhannya, dan menjadi
tempat bergantung dalam semua urusan.

E. Meletakkan Anak dalam pelukan atau Pangkuan

‫صبليياَ لفيِ بحمجلرهَل يهبحنيهكهْه فبنبباَبل‬ ‫صنلىَ اللنهْه بعلبميلهْ بوبسلنبم بو ب‬


‫ضبع ب‬ ‫شةب أبنن النبلنيِ ب‬ ‫بعمن بعاَئل ب‬
‫ل‬
‫بعلبميلهْ فببدبعاَ بلبماَء فبأبتمنببنبعهْه‬
Dari Aisyah ra, bahwa Nabi Muhammad saw meletakkan anak kecil di pelukannya kemudian
mentahniknya (menyuapi dengan kurma yang telah dukunyahnya) , lalu anak itu kencing di
pelukannya, lalu meminta air dan mengguyurnya. (Al-Bukhari)

Penjelasan:

‫ـ‬ ‫ بعمن بعاَئل ب‬Isteri Nabi Muhammad saw


‫شةب‬
َ‫صبلييا‬
‫ضبع ب‬ ‫صنلىَ اللنهْه بعلبميلهْ بوبسلنبم بو ب‬
‫ أبنن النبلنيِ ب‬Sesungguhnya Nabi Muhammad saw
meletakkan anak kecil, yaitu Abdullah bin Az Zubair, seperti yang diriwayatkan oleh Ad Daru
Quthniy, atau anak itu adalah Al Husain bin Ali seperti dalam riwayat Al Hakim.

‫ بحمجلرهَل‬Ha’ dibaca kasrah, ada pula yang membacanya fathah, dan jim dibaca sukun/mati. Keterangan
keadaan ketika Nabi ‫ ُيحنكه‬mentahniknya, yaitu menyuapinya kurma setelah kurma itu dikunyahnya,
untuk mendapatkan berkah ludah Nabi Muhammad saw, yang bercampur dengan rasa kurma yang
manis.

ْ‫ فبنبباَبل بعلبميله‬Lalu anak itu mengencingi bajunya, ‫ فببدبعاَ بلبماَلء فبأبتمنببنبعهْه‬lalu Nabi mengguyur bekas
kencing itu dengan air.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran, antara lain:
1. Menyayangi anak kecil, dan memperhatikannya. Nabi Muhammad saw meletakkan anak itu
dalam pelukannya dan mentahniknya
2. Bersabar menghadapi prilakunya, tidak membalasnya, karena belum mukallaf (bertanggung
jawab) .

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


‫صنلىَ اللنهْه بعلبميلهْ بوبسلنبم‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬
‫بعمن أهبساَبمةب بملن بزيمد برضبيِ اللنهْه بع مننههبماَ بكاَبن برهسوُهل اللنهْ ب‬
‫سبن بعبلىَ فبلخلذلهَ املهمخبرىَ ثهنم‬ ‫ب‬ ‫ح‬‫ب‬ ‫م‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫د‬‫ه‬ ‫يأمهخهذلنَيِ فبنينمقلعهدلنَيِ بعبلىَ فبلخلذلهَ وينمق ل‬
‫ع‬ ‫به‬ ‫ه‬ ‫ب‬
َ‫ضيمههبماَ ثهنم يبنهقوُهل اللنههنم امربحممههبماَ فبلإينَيِ أبمربحهمههبما‬ ‫يب ه‬
Dari Usamah bin Zaid –ra, berkata: Rasulullah saw pernah mengangkatku dan mendudukkan aku di
atas pahanya, dan Hasan bin Ali duduk di paha yang lain, kemudian Rasulullah saw memeluk kami
berdua, dan bersabda: Ya Allah sayangilah keduanya, karena sesungguhnya aku menyayanginya. (Al
Bukhari)

Penjelasan:

‫ بعمن أهبساَبمةب بملن بزيملد‬Dari Usamah bin Zaid bin Haritsah, dipanggil pula
ّ‫حِب‬
ُ ْ‫ن ال‬
ُ ‫الِْحُبّ ْاب‬
kesayangan putra kesayangan Rasulullah saw, -lalu Rasulullah mendudukkan aku
di atas pahanya dan Al Hasan bin Ali duduk di paha lainnya. Hal ini menunjukkan perhatian dan cinta
Rasulullah kepada keduanya.
Usamah lebih tua dari Al Hasan. Mayoritas pendapat tentang umur Al Hasan adalah ketika Rasulullah
saw wafat ia berusia 8 (delapan) tahun, sedangkan Usamah ketika itu berusia 19 (sembilan belas)
tahun. Rasulullah saw memeluk keduanya kemudian berdoa: ”Ya Allah sayangilah keduanya, karena
sesungguhnya kami menyayanginya dan mengasihinya.
Hadits ini berisi tentang keutamaan Usamah bin Zaid dan Hasan bin Ali, dengan curahan cinta
Rasulullah saw kepada keduanya.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran, antara lain:
Bahwa meletakkan anak kecil di pangkuan adalah salah satu bentuk rahmat dan kasih sayang. Hal ini
membuktikan rasa cinta.

F. Larangan Membunuh Anak Karena takut berkurang makananannya

‫ب أبمعظبهم بقاَبل أبمن تبمجبعبل لللنلهْ نَليدا‬ ‫ت بياَ برهسوُبل اللنلهْ أب ي‬


‫ي النذنَم ل‬ ‫بعمن بعمبلد اللنلهْ بقاَبل قهنمل ه‬
‫ي بقاَبل أبمن تبنمقتهبل بولببدبك بخمشيبةب أبمن يبأمهكبل بمبعكب بقاَبل ثهنم أب ي‬
‫ي‬ ‫ت ثهنم أب ي‬
‫ك قهنمل ه‬
‫بوههبوُ بخلببق ب‬
‫صنلىَ اللنهْه بعلبميلهْ بوبسلنبم‬ ‫بقاَبل أبمن تهنزانَليِ حلليلبةب جاَلربك وأبنَمنزبل اللنهْه تب ل‬
‫صديبق قبنموُلل النبلييِ ب‬
‫م‬ ‫ب ب ب‬ ‫ب ب ب‬
Dari Abdullah bin Mas’ud –ra berkata: Aku bertanya: Ya Rasulallah, dosa apakah yang paling besar?
Rasulullah saw menjawab: Engkau menjadikan sekutu bagi Allah –padahal Allah yang telah
menciptakanmu. Kemdian apa lagi? Jawabnya: Engkau membunuh anakmu karena takut ia makan
makananmu. Kemudian apa lagi? Jawabnya: Engkau berzina dengan isteri tetanggamu. Dan Allah
turunkan ayat yang membenarkan ungkapan Rasulullah ini:

‫س النتلننيِ بحن ننربم اللنن نهْه إلنل‬ ‫ن‬ ‫ن‬


‫ف‬ ‫م‬ ‫ن‬‫ن‬ ‫ال‬ ‫ن‬
‫ب‬ ُ‫نو‬ ‫ن‬‫ه‬‫ل‬‫ن‬ ‫قت‬
‫م‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ب‬‫و‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫خ‬ ‫ب‬ ‫آ‬
‫ب‬ َ‫نا‬ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫ل‬
‫ب‬ ‫ل‬
‫إ‬ ‫والنن نلذين بل ين نمدهعوُبن من نع اللنن ن ل‬
ْ‫ه‬
‫ب‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ب ب‬ ‫ر‬ ‫بب‬ ‫ب ب ب‬
َ‫ك يبنملبق أببثاَرما‬‫لباَلمبحيق بوبل يبنمزهنَوُبن بوبممن يبنمفبعمل بذلل ب‬
Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H


siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya) , QS. AL
Furqan: 68)

Penjelasan:
" ‫ل َمَعُه‬
َ ‫ن َيأُْك‬
ْ َ‫شَيًة أ‬
ْ ‫خ‬
َ ‫ل الَْمْرِء َولََدُه‬
ِ ‫ن َقْت‬
ْ ‫ع‬
َ ‫ي‬
ِ ‫النْه‬
ّ ُ‫" َباب‬
Membunuh anak adalah perbuatan terlarang secara umum, tidak hanya karena takut makan bersama
saja. Akan tetapi jika ada larangan membunuh anak karena takut makan bersama, maka karena alasan
lainnya, lebih harus dilarang.
ً‫ ِندا‬sekutu, ‫ك‬
َ ‫خَلَق‬
َ ‫ َوُهَو‬Hanya Allah yang telah menciptakanmu, lalu bagaimana mungkin kamu
mensekutukannya? Maha suci Allah dari apa yang mereka sekutukan. Lalu Ibnu Mas’ud menanyakan
dosa apa lagi yang lebih besar. Rasulullah saw menjawab:

َ ‫ن َيأُْكَل َمَع‬
‫ك‬ ْ ‫شَيًة َأ‬
ْ ‫خ‬
َ ‫ك‬
َ ‫ل َوَلَد‬
َ ‫ن َتْقُت‬
ْ ‫ َأ‬Engkau bunh anakmu karena takut makan bersamamu. Kenapa
ada ketakutan seperti ini, yang menyebabkan dosa yang sangat besar? Sedangkan Allah menjamin:

َ‫بوبل تبنمقتهنلهننوُا أبموبلبدهك نمم بخمش نيبةب إلممبللق نَبمح نهن نَبنمرهزقهنهه نمم بوإليننناَهكمم إلنن قبن متنلبهه نمم بكنناَبن لخطمئرننا‬
‫بكلبيررا‬
”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi
rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar”. (Al-Isra’:31)
Ibnu Mas’ud bertanya lagi: Lalu dosa apa lagi yang sangat besar? Jawab Nabi: Kamu berzina dengan
isteri tetanggamu. Karena perbuatan ini mengandung penodaan besar kepada orang yang seharusnya
dihormati, yaitu tetangga.
Allah swt menurunkan ayat yang membenarkan ungkapan Rasulullah ini dalam surah Al-Furqan: 68

‫س النتلننيِ بحن ننربم اللنن نهْه إلنل‬ ‫نلل‬ ‫نل‬


‫بوالن نذيبن بل ينب نمدهعوُبن بمن نبع اللن نهْ إلبرهنناَ بآبخن نبر بوبل يبنمقتهنلهننوُبن الننمفن ن ب‬
‫لباَلمبحيق بوبل يبنمزهنَوُبن بوبممن يبنمفبعمل بذلل ب‬
َ‫ك يبنملبق أببثاَرما‬
”Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang
siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)”. (Al-
Furqan:68)
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran antara lain:
Larangan mensekutukan Allah, membunuh anak, dan berzina dengan isteri tetangga. Dan diterangkan
dengan adanya dosa yang sangat besar.

Modul Tarbiyah Muayyid – Edisi 01-1430 H

Anda mungkin juga menyukai