Anda di halaman 1dari 6

BENTUK BENTUK STRATIFIKASI SOSIAL

Dalam masyarakat terdapat berbagai bentuk stratifikasi sosial. Bentuk itu akan dipengaruhi oleh
kriteria atau faktor apa yang dijadikan dasar. Berikut ini akan kita pelajari beberapa bentuk
stratifikasi sosial menurut beberapa kriteria, yaitu ekonomi, sosial, dan politik.
a. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Stratifikasi sosial dalam bidang ekonomi akan membedakan penduduk atau warga masyarakat
menurut penguasaan dan pemilikan materi. Dalam hal ini ada golongan orang-orang yang
didasarkan pada pemilikan tanah, serta ada yang didasarkan pada kegiatannya di bidang ekonomi
dengan menggunakan kecakapan. Dengan kata lain, pendapatan, kekayaan, dan pekerjaan akan
membagi anggota masyarakat ke dalam berbagai lapisan atau kelas-kelas sosial dalam
masyarakat.

Menurut Max Webber, stratifikasi sosial berdasarkan criteria ekonomi membagi masyarakat ke
dalam kelas-kelas yang didasarkan pada pemilikan tanah dan benda-benda. Kelaskelas tersebut
adalah kelas atas (upper class), kelas menegah (middle class), dan kelas bawah (lower class).
Satu hal yang perlu diingat bahwa stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi ini bersifat
terbuka. Artinya memungkinkan seseorang yang berada pada kelas bawah untuk naik ke kelas
atas, dan sebaliknya memungkinkan seseorang yang berada pada kelas atas untuk turun ke kelas
bawah atau kelas yang lebih rendah. Hal ini tergantung pada kecakapan dan keuletan orang yang
bersangkutan. Salah satu contoh stratifikasi sosial berdasarkan factor ekonomi adalah pemilikan
tanah di lingkungan pertanian pada masyarakat Indonesia. Wujud stratifikasi sosialnya adalah
petani pemilik tanah, petani penyewa dan penggarap, serta buruh tani.

1) Petani pemilik tanah dibagi dalam lapisan-lapisan berikut ini.


a) Petani pemilik tanah lebih dari 2 hektar.
b) Petani pemilik tanah antara 1–2 hektar.
c) Petani pemilik tanah antara 0,25–1 hektar.
d) Petani pemilik tanah kurang dari 0,25 hektar.
2) Petani penyewa dan petani penggarap, yaitu mereka yang menyewa dan menggarap tanah
milik petani pemilik tanah yang biasanya menggunakan sistem bagi hasil.

3) Buruh tani, yaitu tenaga yang bekerja pada para pemilik tanah, petani penyewa, petani
penggarap, atau pedagang yang biasanya membeli padi di sawah.

b. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial

Pada umumnya, stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ini bersifat tertutup. Stratifikasi sosial
demikian umumnya terdapat dalam masyarakat feodal, masyarakat kasta, dan masyarakat rasial.

1) Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Feodal


Masyarakat feodal merupakan masyarakat pada situasi praindustri, yang menurut sejarahnya
merupakan perubahan dari ikatan budak atau hamba sahaya dengan tuan tanah. Hubungan antara
kedua golongan itu menjadi hubungan antara yang memerintah dengan yan diperintah, dan
interaksinya sangat terbatas. Kemudian semangat feodalisme ini oleh kaum penjajah diterapkan
di Indonesia dan terjadilah perpecahan antargolongan, sehingga pada masyarakat feodal terjadi
stratifikasi social sebagai berikut.

a) Golongan atas, terdiri dari keturunan raja dan ningrat.


b) Golongan menengah, terdiri dari golongan prajurit dan pegawai pemerintahan.
c) Golongan bawah, terdiri dari golongan rakyat biasa.

2) Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Kasta


Masyarakat kasta menuntut pembedaan antargolongan yang lebih tegas lagi. Hubungan
antargolongan adalah tabu, tertutup, bahkan dapat dihukum masyarakatnya. Hal demikian terjadi
pada masyarakat kasta di India. Istilah untuk kasta di India adalah yati, dan sistemnya disebut
dengan varna. Menurut kitab Reg Weda dalam masyarakat India Kuno dijumpai empat varna
yang tersusun secara hierarkis dari atas ke bawah, yaitu brahmana, ksatria, vaisya, dan sudra.
Kasta brahmana adalah kasta yang terdiri atas para pendeta dan dipandang sebagai kasta
tertinggi. Ksatria merupakan kasta yang terdiri atas para bangsawan dan tentara, serta dipandang
sebagai kelas kedua. Vaisya merupakan kasta yang terdiri atas para pedagang, dan dipandang
sebagai lapisan ketiga.

Sedangkan sudra merupakan kasta yang terdiri atas orangorang biasa (rakyat jelata). Di samping
itu terdapat orangorang yang tidak berkasta atau tidak termasuk ke dalam varna. Mereka itu
adalah golongan paria.

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasikan bahwa ciri-ciri kasta adalah sebagai berikut.

a) Keanggotaan berdasarkan kewarisan atau kelahiran. Dalam kasta, kualitas seseorang tidak
menjadi sebuah perhitungan.

b) Keanggotaan berlangsung seumur hidup, kecuali jika dikeluarkan dari kastanya.


c) Perkawinan bersifat endogen dan harus dipilih orang yang sekasta. Seorang laki-laki dapat
menikah dengan perempuan yang kastanya lebih rendah, tetapi tidak dapat menikah dengan
perempuan yang memiliki kasta lebih tinggi.

d) Hubungan antarkasta dengan kelompok sosial lainnya sangat terbatas.

e) Kesadaran keanggotaan suatu kasta tampak nyata antara lain pada nama kasta, identifikasi
anggota pada kastanya, dan penyesuaian yang ketat terhadap norma kasta.

f) Terikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional ditetapkan. Artinya kasta yang
lebih rendah kurang mendapatkan akses dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan, apalagi
menduduki jabatan penting dalam pemerintahan.

g) Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.

h) Kasta yang lebih rendah merupakan bagian dari kasta yang lebih tinggi, sehingga dalam
kesehariannya dapat dikendalikan secara terus-menerus.

Di Indonesia, stratifikasi sosial berdasarkan kasta dapat kita jumpai pada masyarakat Bali.
Namun demikian, pengkastaannya tidak terlalu kaku dan tertutup seperti halnya di India.
Pengkastaan di Bali disebut dengan wangsa. Adapun stratifikasi sosialnya adalah sebagai
berikut.

a) Brahmana,
merupakan tingkatan kasta tertinggi di Bali. Biasanya kasta ini diduduki oleh para pemuka
agama. Gelar bagi orang-orang yang termasuk dalam kasta ini adalah Ida Bagus untuk laki-laki
dan Ida Ayu untuk perempuan.

b) Ksatria,
merupakan tingkatan kedua setelah brahmana. Biasanya yang menduduki kasta ini adalah para
bangsawan. Gelar bagi orang-orang yang termasuk dalam kasta ini adalah Cokorda, Dewa, atau
Ngahan.

c) Waisya,
merupakan tingkatan ketiga setelah ksatria. Biasanya yang menduduki kasta ini adalah para
pedagang. Gelar bagi orang-orang yang termasuk dalam kasta ini adalah Bagus atau Gusti.

d) Sudra,
merupakan tingkatan paling rendah dalam sistem kasta di Bali. Biasanya kasta ini diduduki oleh
para pekerja atau buruh. Gelar bagi orang-orang yang termasuk dalam kasta ini adalah Pande,
Kbon, atau Pasek.

3) Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Rasial


Masyarakat rasial adalah masyarakat yang mengenal perbedaan warna kulit. Sistem stratifikasi
ini pernah terjadi di Afrika Selatan, di mana ras kulit putih lebih unggul jika dibandingkan
dengan ras kulit hitam. Perbedaan warna kulit di Afrika Selatan pada waktu itu memengaruhi
berbagai bidang kehidupan yang kemudian disebut dengan politik apartheid. Dalam politik
apartheid, seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatan, pendidikan, perumahan, bahkan
pekerjaan ditentukan apakah orang itu termasuk kulit putih ataukah kulit hitam. Walaupun ras
kulit putih termasuk golongan minoritas, namun mereka menduduki posisi yang terhormat
dibandingkan dengan ras kulit hitam yang mayoritas. Untuk mempertahankan dominasi
kekuasaan ekonomi dan politik, ras kulit putih mengembangkan teori rasisme disertai dengan
tindakan di luar perikemanusiaan.

c. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik

Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik berhubungan dengan kekuasaan yang dimiliki oleh
anggota masyarakat, di mana ada pihak yang dikuasai, dan ada pihak yang menguasai. Bentuk-
bentuk kekuasaan pada masyarakat tertentu di dunia ini beraneka ragam dengan polanya masing-
masing. Tetapi, pada umumnya ada satu pola umum yang ada dalam setiap masyarakat.
Meskipun perubahan yang dialami masyarakat itu menyebabkan lahirnya pola baru, namun pola
umum tersebut akan selalu muncul atas dasar pola lama yang berlaku sebelumnya.

Bentuk dan sistem kekuasaan selalu menyesuaikan diri dengan adat istiadat dan pola perilaku
yang berlaku pada masyarakat. Batas yang tegas antara yang berkuasa dengan yang dikuasai
selalu ada, dan batas-batas itulah yang menyebabkan lahirnya stratifikasi atau pelapisan dalam
masyarakat.

Mac Iver dalam bukunya yang berjudul “The Web of Government” menyebutkan ada tiga pola
umum system lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu tipe kasta, oligarkis, dan
demokratis.

1) Tipe Kasta
Tipe kasta adalah tipe atau sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan yang tegas dan
kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta yang hampir tidak terjadi
mobilitas sosial vertikal. Garis pemisah antara masing-masing lapisan hampir tidak mungkin
ditembus.

Puncak piramida diduduki oleh penguasa tertinggi, misalnya maharaja, raja, dan sebagainya,
dengan lingkungan yang didukung oleh kaum bangsawan, tentara, dan para ahli agama. Lapisan
berikutnya berturut-turut adalah para tukang, pelayan, petani, buruh tani, dan budak.
2) Tipe Oligarkis
Tipe ini memiliki garis pemisah yang tegas, tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan
oleh kebudayaan masyarakat tersebut. Tipe ini hampir sama dengan tipe kasta, namun individu
masih diberi kesempatan untuk naik lapisan. Di setiap lapisan juga dapat dijumpai lapisan yang
lebih khusus lagi, sedangkan perbedaan antara satu lapisan dengan dengan lapisan lainnya tidak
begitu mencolok..

3) Tipe Demokratis
Tipe ini menunjukkan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya mobil (bergerak) sekali.
Dalam hal ini kelahiran tidak menentukan kedudukan seseorang, melainkan yang terpenting
adalah kemampuannya dan kadang-kadang faktor keberuntungan.

Anda mungkin juga menyukai