Anda di halaman 1dari 15

STRATIFIKASI SOSIAL

A. Pengertian Stratifikasi Sosial


Pelapisan sosial merupakan terjemahan dari istilah stratifikasi sosial (social
stratification). Kata stratification berasal dari kata stratum (jamaknya: strata, yang berarti
lapisan atau berlapis-lapis).
Beberapa ahli sosiologi memberikan definisi stratifikasi sosial sebagai berikut.
1. Peter Berger
Stratifikasi sosial adalah penjenjangan masyarakat menjadi hubungan atasan-bawahan
atas dasar kekuasaan, kekayaan, dan kehormatan.
2. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
Stratifikasi sosial berarti system perbedaan status yang berlaku dalam masyarakat.
3. Robert M.Z. Lawang
Stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem
social tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan dan
prestise.
4. Karl Marx
Stratifikasi sosial adalah penggolongan dalam masyarakat yang berdasarkan pada
orientasi ekonomi.
5. Pitirim A. Sorokin
Social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-
kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi
dan kelas rendah. Dasar dan inti lapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya
keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban serta tanggung jawab nilai-nilai
sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan
anggota masyarakat berdasarkan status yang diwujudkan dalam tingkatan masyarakat dari
yang paling tinggi sampai yang paling rendah. Pelapisan masyarakat menurut Hassan
Shadily, bahwa pelapisan masyarakat pada umumnya menunjukkan.
1. keadaan senasib, misalnya lapisan rakyat dan lapisan pengemis;
2. persamaan batin dan keparidaian, seperti lapisan terpelajar.
Lapisan sosial dalam masyarakat mulai ada sejak manUsia mengenal adanya
kehidupan bersaina. Dalam masyarakat tradisional pelapisan sosial mula-mula didasarkan
pada perbedaan seks, perbedaan antara yang dipimpin dan pemimpin, serta keturunan.
Bentuk-bentuk lapisan sosial dalam masyarakat berbeda-beda dan banyak sekali. Baik
dalam masyarakat kapitalis, demokratis, maupun komunis. Makin rumit dan maju teknologi
suutu inasyarakat, makin kompleks pula sistem pelapisan masyarakatnya.
B. Bentuk-Bentuk Stratifikasi Sosial
Pelapisan atau stratifikasi sosial bersifathierarkis atau bertingkat dari atas ke bawah.
Hal ini berarti bahwa lapisan yang lebih tinggi itu lebih besar maknanya daripaila lapisan
yang di bawahnya.
Setiap lapisan dalam suatu susunan tertentu mempunyai sifat dan kesatuannya
sendiri. Namun demikian, setiap lapisan memiliki sifat yang menghubungkan suatu lapisan
dengan lapisan yang berada di bawah atau di atasnya.
Secara sederhana, pelapisan sosial dapat dibagi ke dalam tiga lapisan, yaitu lapisan
atas (upper), lapisan menengah (middle), dan lapisan bawah (lower).
Pelapisan sosial senantiasa ada dalam setiap kelompok atau masyarakat, namun
bentuknya bisa berbeda-beda, seperti stratifikasi ekonomi, stratifikasi sosial, dan
stratifikasi politik.
1. Stratifikasi Ekonomi
Stratifikasi sosial dalam
bidang ekonomi akan
membedakan penduduk atau
warga masyarakat menurut
penguasaan dan pemilikan
materi. Dalam hal ini ada
golong-an orang-orang yang
didasarkan pada pemilikan
tanah, serta ada yang
didasarkan pada kegiatannya
di bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapan. Dengan kata lain, pendapatan,
kekayaan, dan pekerjaan akan riiembagi anggota masyarakat ke dalam sial
berdasarkan (criteria berbagai lapisan atau kelas-kelas sosial dalam masyarakat.
Menurut Max Weber, stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi membagi
masyarakat ke dalam kelas-kelas yang didasarkan pada pemilikan tanah dan benda-
benda. Kelaskelas tersebut adalah kelas atas (upper class), kelas menegah (middle
class), dan kelas bawah (lower class). Satu hal yang perlu diingat bahwa stratifikasi
sosial berdasarkan kriteria ekonomi ini bersifat terbuka. Artinya memungkinkan
seseorang yang berada pada kelas bawah untuk naik ke kelas atas, dan sebaliknya
memungkinkan seseorang yang berada pada kelas atas untuk turun ke kelas bawah
atau kelas yang lebih rendah. Hal ini tergantung pada kecakapan dan keuletan orang
yang bersangkutan. Salah satu contoh stratifikasi sosial berdasarkan faktor ekonomi
adalah pemilikan tanah di lingkungan pertanian pada masyarakat Indonesia. Wujud
stratifikasi sosialnya adalah petani pemilik tanah, petani penyewa dan penggarap,
serta buruh tani.
a. Petani pemilik tanah dibagi dalam lapisan-lapisan berikut ini.
1) Petani pemilik tanah lebih dari 2 hektar.
2) Petani pemilik tanah antara 1-2 hektar.
3) Petani pemilik tanah antara 0,25-1 hektar.
4) Petani pemilik tanah kurang dari 0,25 hektar.
b. Petani penyewa dan petani penggarap, yaitu mereka yang menyewa dan
menggarap tanah milik petani pemilik tanah yang biasanya menggunakan sistem
bagi hasil.
c. Buruh tani, yaitu tenaga yang bekerja pada para pemilik tanah, petani penyewa,
petani penggarap, atau pedagang yang biasanya membeli padi di sawah.

Dalam stratifikasi ekonomi ini setiap orang memungkinkan untuk bisa naik ke
lapisan yang lebih tinggi jika dia mampu berprestasi, misalnya seseorang yang tadinya
miskin karena bekerja keras bisa menjadi kaya raya. Sebaliknya, bisa terjadi pula orang
yang tadinya menduduki lapisan dtas di bidang ekonomi karena mengalami
kebangkrutan usaha, bisa jatuh miskin ehingga turun ke iapisan menengah atau
bawah. Jadi, stratifikasi atau pelapisan ekonomi ini bersifat terbuka yang bisa
memungkinkan seseorang pindah dari satu lapisan ke lapisan lainnya.
2. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial yang dimaksud di sini adalah dalam arti yang lebih khusus,
misalnya stratifikasi berdasarkan kasta, tingkat pendidikan dan jenis pendidikan,
sertajenis pekerjaan.
Sistem stratifikasi sosial berdasarkan sistem kasta dapat Mta jumpai pada
masyarakat India. Sistem kasta dalam masyarakat India bersifat sangat kaku. Sistem
kasta ini didasarkan pada kepercayaan agama Hindu. Masyarakat India dibagi ke
dalam empat kasta yang tersusun dari atas ke bawah, yaitu kasta Brahmana, Ksatria,
Waisya, dan Sudra. Kasta Brahmana adalah kasta dari pendeta-pendeta yang
dipandang sebagai lapisan tertmggi. Kasta Ksatria merupakan kasta orang-orang
bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan kedua. Kasta Waisya
merupakan kasta para pedagang yang dianggap sebagai lapisan menengah (ketiga).
Kasta Sudra merupakan kasta orang-orang biasa (rakyat jelata).
Sementara itu, ada juga orang-orang tidak berkasta yang dise'but golongan Paria.
Kasta merupakan suatu pelapisan sosial yang bersifat tertutup dan kecil sekali
kemungkinan bagi seseorang untuk dapat pindah dari lapisan bawah ke alas ataupun
dari atas ke bawah.
Stratifikasi sosial lainnya adalah berupa stratifikasi di bidang pendidikan. Secara
sederhana, kita dapat mengelompokkan orang berdasarkan pendidikannya pada
kelompok pandai, sedang, dan bodoh. Secara lebih terpcrinci dapat kita jumpai
stratifikasi pendidikan sebagai berikut:
a. pendidikan sangai linggi (profesor, doktor);
b. pendidikan tinggi (sarjana, mahasiswa):
c. pendidikan menengah (SMA);
d. pendidikan rendah (SD dan SMP);
e. tidak berpendidikan (buta huruf).
Slratifikasi di bidang pendidikan ini bersifat terbuka, artinya seseorang dapat
naik pada lapisan pendidikan yang lebih tinggi jika dia mampu berprestasi. Stratifikasi
ini tidak ditentukan berdasarkan faktor kcturunan. Dengan kata lain, seseorang yang
lahir dari keluarga rakyat biasa pan jika mampu dapat mencapai lapisan pendidikan
tertinggi.
Di daerah tempat tinggalmu, kamu dapat mengamati bentuk pelapisan sosial
berdasarkan tingkat pendidikan ini. Pada lapisan pendidikan manakah jumlah
kebanyakan warga masyarakat di lingkunganmu?
Pelapisan yang berbentuk pelapisan sosial dapat kita temukan piila dalam
pelapisan sosial berdasarkan bidang pekerjaan. Hal ini bisa terjadi apabila dalam suatu
masyarakat atau negara yang demokratis yang dimiliki seseorang. Pelapisan sosial
berdasarkan bidang pekerjaan berpatokan pada keahlian, kecakapan, dan
keterampilan.
Seorang ahli sosiologi, Astrid S. Susanto menentukan pelapisan sosial
berdasarkan ukuran keahlian sebagai berikut.
a. Elite adalah orang kaya dan orang-orang yang menempati kedudukan atau
pekerjaan yang oleh masyarakat sangat dinilai (dihargai).
b. Profesional adalah orang yang berijazah serta bergelar dari dunia pendidikan
yang berhasil.
c. Semi profesional, misalnya pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan
menengah, dan mereka yang tidak berhasil mencapai gclar.
d. Tenaga terampil, misalnya orang-orang yang mempunyai keterampilan mekanik
teknik, pekerja pabrik yang terampil, dan pemangkas rambut.
e. Tenaga semi terampil, misalnya pekerja pabrik tanpa keterampilan, pengemudi
truk, dan pelayan restoran.
f. Tenaga tidak terlatih atau tidak terdidik, misalnya pembantu rumah tangga,
tukang kebun, dan penyapu jalan.
Stratifikasi sosial didesa-desa pada masa lalu yang umumnya merupakan
masyarakat petani terutama didasarkan pada hak milik atas tanah, sawah, kebun, dan
rumah. Di desa-desa di Jawa Tengah terdapat stratitikasi sosial berdasarkan
kepemilikan tanah. Stratifikasi itu adalah sebagai berikut.
a. Golongan priyayi, yaitu golongan pegawai pemerintah desa atau para pemimpin
formal di desa.
b. Golongan kuli kenceng, yaitu golongan pemilik sawah yang juga berperan sebagai
pedagang perantara.
c. Golongan kuli gundul, yaitu golongan penggarap sawah dengan sistem maro (bagi
hasil).
d. Golongan kuli Karang Kopek, yaitu golongan buruh tani yang mempunyai tempat
tinggal dan pekarangan saja. Mereka tidak mempunyai tanah pertanian sendiri.
e. Golongan indung telosor, yaitu kelas buruh tani yang tidak mempunyai tempat
tinggal. Mereka juga tidak memiliki tanah pekarangan serta sawah.
Menurut W.M.F. Hofsteede, pada masa sekarang di desa-desa terdapat
stratifikasi sosial yang dapat disederhanakan menjadi elite desa dan massa. Orang-
orang yang termasuk elite desa adalah lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat, guru,
tokoh-tokoh politik dan agama, serta petani kaya. Lapisan massa terdiri atas petani
menengah, buruh tani, pedagang kecil, dan perajin.
Keputusan desa biasanya diambil oleh pemimpin formal di desa. Pemimpin
formal adalah mereka yang mempunyai kedudukan resmi dalam kegiatan administrasi
desa termasuk para hansip. Pemuka masyarakat adalah orang-orang yang
berpengaruh di desa dan diakui sebagai pemimpin suatu kelompok khusus atau
seluruh desa walaupuH tidak menduduki suatu kedudukan resmi di desanya.
Pemimpin formal, pemuka masyarakat, dan golongan intelek (cendekiawan) desa
tergolong sebagai elite desa. Berikut ini bagan 3.2 yang menimjukkan stratifikasi
penduduk desa.

Bagan 4.2 Stratifikasi penduduk desa


Bagan di atas menunjukkan bahwa pada umumnya elita desa terdiri atas
sekelompok kecil orang, sedangkan massa sangat luas atau banyak jumlahnya.

3. Stratifikasi Politik
Kegiatan politik merupakan profesi tersendiri yang berkaitan dengan kegiatan
anggota masyarakat dalam proses pengambilan keputusan (yang bersifat politik)
dalam suatu negara. Di bidang politik pun dikenal stratifikasi sesuai dengan keahlian
dan keterampilan politiknya.
Inti politik adalah kekuasaan. Jika kekuasaan dijadikan sebagai ukuran sesuatu
yang dihargai di masyarakat, akan terbentuk suatu stratifikasi politik. Mereka yang
memiliki kekuasaan atau wewenang terbesar akan menempati lapisan tertinggi.
Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki kekuasaan sama sekali menduduki iapisan
politik paling bawah.
Kekuasaan dalam suatii negara biasanya dijalankan oleh segolongan kecil
masyarakat. Oleh Mosca golongan tersebut dinamakan the railing class atau golongan
berkuasa. Mereka ini menduduki lapisan tertinggi dalam stratifikasi politik. Sementara
itu, Vilfredo Pareto menyebui golongan yang menduduki lapisan tertinggi dalam
stratifikasi politik ini sebagai elite politik.
Sementara itu, Vilfredo Pareto menyebut golongan yang menduduki lapisan
tertinggi dalam stratifikasi politik sebagai the rulling class atau elite politik. Mereka
inilah yang memegang. dan menjalankan kekuasaao dalam suatu negara.
Pada stratifikasi polilik ini yang dapat digolongkan sebagai elite politik meliputi
para pemimpin politik, pemimpin militer, pejabat tinggi, dan pengusaha-pengusaha
besar.
Jadi, pada dasarnya elite politik itu merupakan kelompok yang mempunyai
status tinggi dalam masyarakat. Elite politik, yakni suatu kelompok politik yang terdiri
atas semua kelompok yang melaksanakan kekuasaan politik dan langsung turut
terlibat dalam perjuangan untuk kepemimpinan politik. Dengan kata lain, elite politik
adalah presiden, para menteri, para ketua ataupun anggota lembaga-lembaga negara,
pimpinan-pimpinan tinggi TNI, dan ketua partai politik.
Mereka yang berkuasa atau elite politik dalam suatu negara hanyalah segolongan
kecil sehingga disebut sebagai minoritas politik. Sementara itu, sebagian warga
masyarakat merupakan orang-orang yang dikuasai dan dapat disebut sebagai
mayoritas politik atau massa politik. Mereka inilah yang berkedudukan sebagai rakyat
biasa. Menurut Mosca dan Pareto, ada suatu batasan dan pembagian jelas antara yang
berkuasa dan yang dikuasai atau antara minoritas dan mayoritas.
Komposisi orang-orang yang ada dalam kelas berkuasa atau elite politik dapat
berubah-ubah pada suatu periode waktu. Seseorang yang tadinya bukan merupakan
kelompok elite politik, suatu saat bisa masuk menjadi elite politik. Begitu pula
sebaliknya, seseorang yang dulunya bukan elit politik suatu saat bisa masuk menjadi
elit politik. Begitu pula sebaliknya, seseorang yang dulunya bukan elite politik suatu
saat bisa masuk menjadi elite politik. Dengan demikian, stratifikasi politik bersifat
terbuka.
Stratifikasi politik atau pelapisanberdasarkan kekuasaan bersifat bertingkat-
tingkat (hierarki) yang menyerupai suatu piramida. Menurut Mac Iver, ada tiga tipe
umum dalam sistem dan lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu tipe kasta,
tipe oligarki, dan tipe demokratis.
a. Tipe Kasta
Tipe kasta. yakni sistem lapisan kekuasaan dengan garis-garis pemisah yang
tegas dan kaku serta lidak memungkinkan adanyageraksosial vertikal.Garis-garis
pemisah antara tiap-tiap lapisan hampir tidak mungkin ditembus. Pada puncak
tertinggi duduk raja, kemudian diikuti oleh kaum bangsawan, ternary, dan
pendeta. Lapisan berikutnya terdiri atas tukang-tukang dan buruh tani, serta yang
terendah adalah para budak.

Bagan 4.3 Sistem dan lapisan kekuasaan lipe kasta


Pada puncak piramida tersebut, duduk penguasa yang tertinggi (raja) dan
lingkunganya yang didukung oteh kaum bangsawan dan para pendeta. Lapisan
kedua terdiri atas para pegawai yang bekerja di pemerintahan. Lapisan yang
terbanyak adalah lapisan para petani dan buruh tani. Lapisan terendah dalam
masyarakat terdiri atas para budak.
b. Tipe Oligarki
Tipe oligarki masih mempunyai garis pcmisah yang tegas. Akan tetapi, dasar
pembedaan kelas sosialnya ditentukan oleh kebudayaan masyarakat, terutama
adanya kesepakatan yang diberikan kepada warga masyarakat untuk memperolch
kekuasaan tertentu. Perbedaan antara satu lapisan dengan lapisan lainnya tidak
terlalu mencolok. Tipe ini dapat dijumpai pada masyarakat feodal yang telah
berkembang.
Tipe ini memiliki garis pemisah yang tegas, tetapi dasar pembedaan kelas-
kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut. Tipe ini hampir
sama dengan tipe kasta, namun individu masih diberi kesempatan unluk naik
lapisan. Di setiap lapisan juga dapat dijumpai lapisan yang lebih khusus lagi,
sedangkan perbedaan antara satu lapisan dengan dengan lapisan lainnya tidak
begitu mencolok.Gambaran tipe oligarki adalah sebagai berikut.

Bagan 4.4 Sistem dan lapisan kekuasaan tipe oligarki


Tipe oligarki ini banyak dijumpai pada masyarakat feodal yang telah
berkembang, terutatna di negara yang didasarkan pada aliran fasisme dan negara
totaliter. Bedanya bahwa kekua-saan sebenarnya berada di tangan partai politik
yang mempunyai kekuasaan menentukan.
c. Tipe Demokratis
Dalam tipe demokratis garis-garis pemisah antarlapisan sifatnya fleksibel
dan tidak kaku. Kelahiran tidak menentukan kedudukan dalam lapisan-lapisan,
yangterpentingadalahkemam-puan. Kadang-kadang juga faktor keberuntungan,
misalnya ang-gota organisasi dalam suatu masyarakat demokratis yang dapat
mencapai kedudukan tertentu melalui organisasi politiknya.
Tipe ini menunjukkan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya
mobil (bergerak) sekali. Dalam hal ini kelahiran tidak menentukan kedudukan
seseorang, melainkan yang ter-penting adalah kemampuannya dan kadang-
kadang faktor keberuntungan. Tipe piramida kekuasaan (stratifikasi politik) yang
demokratis ini menurut Mac Iver dapat digambarkan sebagai berikut.

Kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang sangat keras dan kejam


terhadap rakyat tanah jajahan menuai banyak kritikan. Kri-iikan berasal dan
bangsa Indonesia maupun dari bangsa Belanda sendiri. Akibat dari kritikan itu
adalah dilaksanakannya Politik Etis oleh Van Deventer. Salah satu isi dalam Politik
Etis adalah pembe-rian pendidikan bagi bangsa Indonesia. Akibat Politik Etis
muncul golongan terpelajar. Saat itu kemudian muncul sekolah-sekolah, seperti
MULO, HIS, dan HBS. Dan bagi mereka yang pandai dan mampu secara materi
dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi bahkan ke luar negeri.
C. Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial
Pada zaman kuno dahulu, seorang ahli filsafat dari Yunani yang kenamaan yaitu
Aristoteles pernah mengatakan bahwa di dalam tiap-liap negara terdapat tiga unsur, yaitu
mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada di tengah-
tengahnya. Ucapan demikian itu sedikit banyaknya membuktikan bahwa di zaman itu, dan
diduga pada zaman-zaman sebelumnya, orang telah mengakui adanya lapisan-lapisan di
dalam masyarakat yang mempunyai kedudukan berlingkat-tingkat dari bawah ke atas.
Satu pertanyaan menarik adalah mengapa stratifikasi sosial selalu ada dalam
masyarakat ? Menurut Selo Soemardjan bahwa sesuatu yang dihargai itu dapat berupa
uang atau benda-benda lain yang bernilai ekonomis,. politis, agama, sosial, maupun kultural
Terjadinya lapisan sosial dalam masyarakat dapat dilihat dari beberapa faktor sebagai
berikut.
1. Sistem pelapisan mungkin berpokok pada sistetn pertentangan . dalam masyarakat.
Sistem demikian hanya mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat-masyarakat
tertentu yang menjadi objekpenelitian.
2. Sistem pelapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai berikut.
a. Distribusi hak-hak istimewa yang ob-jektif, seperti penghasilan, kekayaan,
keselamatan, wewenang, dan Iain-lain.
b. Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan
penghargaan).
c. Kriteria sistem pertentangan yaitu apa-kah didapat berdasarkan kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang, atau kekuasaan.
d. Lambang-lambang kedudukan seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian,
perumahan, dan Iain-lain.
e. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
f. Solidaritas di antara individu individu atau kelompok-kelompok yang menduduki
kedudukan sama dalam sistem sosial masyarakat.

D. Sebab dan Dasar Stratifikasi Sosial


Terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan pada setiap masyarakat
mempunyai "sesuatu" yang dipandang lebih atau paling dihargai, bisa berupa kepandaian,
kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama
manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti
akan menimbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan,
kecakapan masyarakat/ seseorang terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi
kedudukan atau lapisannya. Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau
bahkan tidak memiliki sama sekali maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang
rendah.
Seseorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat/ketua atau pemimpin pasti
menempati lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota masyarakat yang tidak
mempunyai tugas apa-apa. Karena penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya
seseorang bisa pula ditempatkan pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor,
penemu, dan sebagainya. Dapat juga karena keahlian dan keterampilan seseorang dalam
pekerjaan tertentu dia menduduki posisi tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang
tidak mem-punyai keterampilan apapun. Sesuatu yang dipandang perlu daiami masyarakat
di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Kekayaan
Kekayaan atau sering juga disebut ukuran ekonomi. Orang i yang memiliki harta
benda berlimpah (kaya) akan lebih dihargai dan j dihormati daripada orang yang
miskin.
2. Kekuasaan
Kekuasaan dipengaruhi ofeh kedudukan alau posisi seseorang ; dalain
raasyarakat. Seorang yang memiliki ketuasaan dan wewenang \ besar akan menempati
lapisan sosial atas, sebaliknya orang yang : tidak mempunyai kekuasaan berada di
lapisan bawah.
3. Keturunan
Ukuran keturunan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan. Keturunan
yang dimaksud adalah keturunan berdasarkan golongan kebangsawanan atau
kehormatan. Kaum bangsawan akan menempati lapisan atas seperti gelar Audi di
masyarakat Bugis atau Tengku di masyarakat Aceh. Nainun, pada saat ini ukuran
keturunan tidak mutlak dijadikan ukuran untuk menentukan posisi seseorang dalam
masyarakat. Misainya, seseorang yang bergelar kebangsawanan di Jawa Tengah tidak
lagi dianggap memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat.
4. Penguasaan llrnu Pengetahuan dan Teknologi
Seseorang yang berpendidikan tinggi dan meraih gelar kesarjanaan atau yang
memiliki keahlian/profesional dipandang berkedudukan lebih tinggi, jika
dibandingkan orang berpendidikan rendah. Status seseorang juga ditentukan dalam
penguasaan pengetahuan lain. Misainya, pengetahuan agama, keterampilan khusus,
dan kesaktian.
Seseorang yang berpendidikan tinggi dan meraih gelar kesarjanaan atau yang
memiliki keahlian/profesional dipandang berkedudukan lebih tinggi.
Bagi masyarakat trasisional,baikburuknyasesuatuituseringkali dinilai melalui
tolok ukur keberadaan atau kepemilikan beberapa hal sebagai berikut.
a. Benda-benda sakti.
b. Harta kekayaan.
c. Kesaktian.
d. Keberhasilan menaklukan musuh
Penilaian terhadap seseorang atau sekelompok orang yang dianggap memiliki
nilai yang tinggi dan akan dihargai oleh masyarakat itu adalah, apabila sebagai berikut.
a. Merekamemiliki benda-benda sakti, seperti keris, tombak, batu akik, dan
sebagainya.
b. Mereka memiliki banyak binatang, seperli sapi, kerbau, kambing, atau
memiliki banyak kulit harimau, gading gajah, dan bulu merak. Kepemilikan
benda-benda ini sering. pula dijadikan penentu apakah seseorang akan dilerima
ataukah ditolak, ketika akan melamar seorang gadis.
c. Mereka memiliki kekuatan dalam menghadapi segala cuaca, tahan sakit, tahan
penderitaan, dan sebagainya.
d. Mereka mampu mengalahkan atau menghalau musuh yang mengganggu
kehidupan masyarakat setempat.
Sementara itu bagi lingkuiigan masyarakat modern, tolok ukumya sudah
bergeser alau mengarah kepada sesuatu yang bersifat rasional, sesuatu yang dapat
diterima oleh akal sehat, seperti kepemilikan tingkat pendidikan, gelar kesarjanaan,
jenis pekerjaan, kedewasaan berfikir, bersikap, kedewasaan berperilaku, dan
sebagainya.
Selama masyarakat masih memberikan penghargaan pada individu-individu
berkaitan dengan sesuatu yang dianggap lebih tersebut maka selama itu pula
masyarakat akan terbagi ke dalam lapisan-lapisan. Jika seseorang makin banyak
mendapatkan atau memiliki sesuatu yang dianggap lebih maka masyarakat akan
menganggapnya mempunyai status dan lapisan yang tinggi. Sebdhknva jiki se eor ng
memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dianggap lebih atau
berharga tersebut, akan dipandang sebagai orang yang berada pada lapisan rendah.
E. Sifat Stratifikasi Sosial
Pada prinsipnya, sifat stralifikasi sosial dalam masyarakat terdiri atas stratifikasi
sosial tertutup dan stratifikasi sosial terbuka.
1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit
mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada
raobilitas horizontal saja. Contohnya sebagai berikut.
a. Sistem kasta di India dimana kaum Sudra tidak bisa pindah postsi naik di lapisan
Brahmana.
b. Sistem rasialis di Afrika Selatan masa aparteheid. Kulit hitam (negro) yang
dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih.
c. Sistem feodal di Eropa pada zaman pertengahan. Kaum bumh tidak bisa pindah ke
posisi juragan/majikan.
Sistem tertutup jelas terlihat pada masyarakat India yang berkasta. Ciri-ciri kasta
di India adalah sebagai berikut.
a. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan/kelahiran. Anak yang lahir
memperoleh kedudukan karena orang tuanya.
b. Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup oleh karena seseorang
tak mungkin mengubah kedudukannya kecuali bila dikeluarkan dari kastanya.
c. Perkawinan bersifat endogami artinya hams dipilih dari orang yang sekasta.
d. Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
e. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari.
nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat
terhadap norma-norma kasta dan lain sebagainya.
b. Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
c. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
Sistem pelapisan sosial tertutup mem-batasi kemungkinan seseorang untuk
pindah dari satu lapisan ke lapisan yang lain baik lapisan atas maupun lapisan bawah.
Di da-lam sistem pelapisan yang demikian itu satu-satunya jalan untuk masuk menjadi
anggota atau warga suatu pelapisan tertentu hanyalah melaJui kelahiran.

Bagan 4.6 Bentuk sifat stratifikasi sosial tertutup

2. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)


Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota
strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal.
Contohnya seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya dan
seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal
memiliki niat dan usaha.
Pada sistem pelapisan terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai
kesempatan untuk naik ke pelapisan sosial yang lebih tinggi karena kemampuan dan
kecakapannya sendiri atau turun ke pelapisan sosial yang lebih rendah bagi mereka
yang tidak cakap dan tidak beruntung. Seseorang dapat pula mencapai kelas sosial
yang lebih tinggi. Seseorang dapat pula "dikeluarkan" apabila tidak sanggup
melaksanakan hak-haknya dan kewajibannya sesuai kelas sosial yang disandangnya.
Jadi sistem stratifikasi sosial terbuka bersifat scmentara karena gerak sosial (mobilitas
sosialj dari satu status ke status yang lainnya dapat terjadi setiap saat dan di mana
saja. Sistem stratifikasi sosial pada masyarakat terbuka didorong oleh beberapa faktor
sebagai berikut.
a. Perbedaan ras dan sistem sosial budaya (adat istiadat).
b. Pembagian tugas (spesialisasi).
c. Kelangkaan hak dan kewajiban.
Perhatikan bagan stratifikasi sosial masyarakat terbuka di bawah ini.

Bagan 4.7 Bentuk sifat stratifikasi sosial terbuka

Dengan kata lain, masyarakat dengan sistem pelapisan sosial yang bersifat
terbuka ini akan lebih mudah melakukan gerak mobilitas sosial, baik horizontal
maupun vertikal. Tentu saja sesuai dengan besarnya usaha dan pengorbanan yang
dikeluarkan untuk mencapai strata tertentu. Sistem stratifikasi sosial pada masyarakat
terbuka didorong oleh beberapa faktor berikut ini
a. Perbedaan Ras dan Sistem Nilai Budaya (Adat Istiadat)
Perbedaan ini menyangkut warna kulit, bentuk tubuh, dan latar belakang suku
bangsa.
b. Pembagian Tugas (Spesialisasi)
Spesialisasi ini menyebabkan terjadinya perbedaan fungsi stratifikasi dan
kekuasaan dalam suatu sistem kerja kelompok.
c. Kelangkaan Hak dan Kewajiban
Apabila pembagian hak dan kewajiban tidak merata, maka yang akan terjadi
adalah kelangkaan yang menyangkut stratifikasi sosial di daiam masyarakat.

3. Stratifikasi Sosiai Campuran (Mixed Social Stratification)


Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi terturup
dan terbuka. Dalam masyarakat terdapat unsur-unsur yang menggabungkan antara
sifat yang terbuka dan terturup. Misalnya dalam suatu kelompok mungkin dalam
sistem politiknya menerapkan sistem stratiti kasi sosial terturup, namun dalam
bidang-bidang atau unsur-unsur sosial lainnya seperti ekonomi, budaya, dan lain-lairi
menggunakan sistem stratifi kasi sosial terbuka.
Contohnya dalam masyarakat Bali. Dalam bidang budaya dikenal sistem atau
budaya kasta yang tertutup dan tidak memung-kinkan anggota masyarakat berpindah
kedudukan sosialnya. Namun di bidang lain, misalnya bidang ekonomi, masyarakat
Bali tidak mengenal kasta dan bersifat' terbuka, artinya tinggi rendahnya kedudukan
sosial yang dimiliki oleh anggota masyarakat tegantung pada kemampuan dan
kecakapannya. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan
terhormat di Bali. Namun, apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh
kedudukan rendah. Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok
masyarakat di Jakarta.
Bagan 4.8 Bentuk sifat stratifikasi campuran

F. Fungsi Stratifikasi Sosial


Dalam kenyataannya, stratifikasi sosial mempunyai fungsi, antara lain
1. sebagai alat pendistribusian hak dan kewajiban pada setiap lapisan atau strata;
2. menempatkan individu-individu pada strata tertentu dalam struktur sosial;
3. sebagai pemersatu dengan pola mengoordinasikan bagian-ba-gian yang ada dalam
struktur sosial guna mencapai tujuan yang telah disepakati;
4. dapat memecahkan persoalan-persoalan dalam masyarakat;
5. mendorong masyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya.
Namun demikian, ia menjadi sangat penting bagi kelompok sekunder. Hal ini
disebabkan para anggota tidak saling mengenal, sehingga sulit untuk menetapkan aturan
tingkah laku mana yang akan digunakan dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan
adanya stratifikasi, kesulitan ini relatif dapat diatasi.

G. Pengaruh Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat


Pembahasan mengenai stratifikasi sosial tidak akan terlepas dari pembicaraan
mengenai struktur sosial. Oleh karena itu, pada bagian awal buku ini telah diberikan
penjelasan mengenai pengertian struktur sosial. Struktur sosial pada dasarnya dibatasi
oleh parameter yang membentuknya, yaitu kriteria implisit yang membedakan para
anggota masyarakat di dalam hubungannya satu sama lain. Dengan kata lain, parameter
adalah atribut yang dimiliki oleb para anggota masyarakat yang memengaruhi hubungan-
hubungan peranan inereka yang akan membedakan posisi raereka di dalam masyarakat.
Oleh karena itu, dikenal adanya dua jenis parameter struktur sosial, yaitu parameter
nominal dan parameter graduasi.
Parameter nominal merupakan parameter yang memilahkan anggota masyarakat ke
dalam kelompok-kelompok dengan batas-batas yang bersifat deskrit (setara), yaitu
memilahkan anggota masyarakat dengan tanpa melihat jenjang hierarkis. Misalnya, seks,
ras, agama, suku bangsa, marga, tempat tinggal, status perkawinan, afiliasi politik,
kebangsaan, dan bahasa.
Parameter graduasi merupakan parameter yang memilahkan anggota masyarakat ke
dalam berbagai status sosial bcrdasarkan jenjang hierarkis. Misalnya, tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, tingkat kekayaan, prestise, kekuasaan, kewenangan, umur dan
kecerdasan.
Pengamatan terhadap struktur sosial dengan menggunakan kedua parameter
tersebut di atas akan menghasilkan difererisiasi sosial yang dapat dibedakan ke dalam dua
bentuk, yaitu heterogenitas sosial dan kesenjangan sosial. Heterogenitas atau distribusi
horizontal menunjuk pada distribusi populasi .suatu masyarakat di antara kelompok-
kelompok berdasar suatu parameter nominal. Kriteria operasional derajat heterogenitas
suatu masyarakat adalah bahwa dua orang yang dipilih secara acak tidak termasuk ke
dalam satu kelompok yang sama. Untuk setiap parameter nominal, makin besar jumlah
kelompok dan makin merata distribusi populasi di antara kelompok-kelompok tersebut
maka makin tinggi tingkat heterogenitas masyarakat.
Kesenjangan atau diferensiasi vertikal menunjuk pada distribusi penduduk berdasar
parameter graduasi. Pada dasamya heterogenitas dan kesenjangan yang dihasilkan dari
proses diferensiasi tersebut menimbulkan hambatan bagi terjadinya hubungan sosial di
antara para anggota masyarakat. Makin tinggi tingkat heterogenitas dan kesenjangan sosial
suatu masyarakat maka makin besar hambatan yang akan timbul bagi terjadinya hubungan
sosial di antara anggotanya. Asumsi yang mendasari proposisi ini adalah bahwa
keanggotaan di dalam kelompok yang sama dan kedekatan status sosial mendorong
terjadinya asosiasi sosial.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat diferensiasi
sosial, baik dalam bentuk heterogenitas maupun kesenjangan atau ketimpangan maka
makin besar hambatan bagi terjadinya hubungan sosial dan integrasi sosial bagi
anggotanya.
Emile Durkheim menyebut dan mencontohkan bahwa di dalam kehidupan
masyarakat kota atau masyarakat industri, keadaan masyarakatnya terbagi dalam
kelompok-kelompok berdasar kemampuan tertentu atau spesialisasi tertentu. Dalam
masyarakat yang terkelompok dalam spesialisasi ini memiliki keterbatasan-keterbatasan
kemampuan di dalam memenuhi kebutuhan sehari-liari secara menyeluruh sehingga di
antara mereka merasa memerlukan orang lain untuk saling membantu.
Keadaan saling membutuhkan ini pada proses perkembangannya melahirkan
sotidaritas dan integrasi sosial. Fenomena tentang hubungan anlara heterogenitas dan
kesenjangan sosial dan integrasi ini akan lebih mudah dipahami apabila dijelaskan melalui
perspektif sistem sosial dan sistem budaya.
Terlepas dari dua perspektif tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor diferensiasi
sosial dapat memengaruhi proses hubungan sosial di antara anggota masyarakat, baik
pengaruh negatif karena menghambat hubungan sosial di antara anggota masyarakat
maupun pengaruh positif karena dapat mendorong ke arah terciptanya kondisi integrasi
sosial di antara anggota masyarakat.
Apabila dikaitkan dengan berbagai kasus yang terjadi di dalam masyarakat, tentu
dapat ditemukan berbagai macam contoh negatif dari pengaruh diferensiasi sosial maupun
contoh yang positif dari pengaruh diferensiasi sosial. Beberapa konflik antaragama yang
terjadi di Ambon dan konftik antarsuku di Sambas dan Sampit merupakan bukti pengaruh
diferensiasi sosial berdasar paramater nominal. Konflik yang terjadi antara pihak
pemerintah daerah dengan para pedagang kaki lima di berbagai kota merupakan bukti
konflik atas pengaruh diferensiasi sosial berdasar parameter graduasi atau gradual.
Adapun contoh positif diferensiasi sosial dapat dilihat pada beberapa peristiwa
politik yang terjadi beberapa waktu terakhir ini, terutama di era reformasi. Misalnya, saat
banyaknya anggota masyarakat yang terpecah ke dalam berpuluh-puluh partai maka untuk
memperkuat din melawan musuh partainya, muncullah ide atau langkah pembentukan
Poros Tengah. Pembentukan kelompok ini merupakan dampak positif dari diferensiasi
berdasar parameter nominal. Contoh lain adalah banyaknya kalangan generasi muda yang
bergabung dalam organisasi tertentu untuk melawan kelompok pengguna dan pengedar
narkoba, seperti lahirnya organisasi yang bernama Granat yang berdampak pada
penyatuan berbagai kelompok masyarakat.

H. Dampak Stratifikasi Sosial


Dikarenakan Indonesia tidak bisa lepas dari kecenderungan stratifikasi sosial yang
memunculkan berbagai macam dampak terhadap kehidupan masyarakat di mana memiliki
nilai positif mau-pun nilai negatif dalam perkembangan pandangan hidup. Kembali dalam
penegasan pengertian stratifikasi sosial yaitu pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara vertikal (bertingkat), yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari
yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
Berikut merupakan pengumh positif dan negatif dari adanya stratifikasi sosial.
1. Pengaruh Positif
a. Adanya kemauan dari setiap individu di dalam masyarakat untuk bersaing untuk
berpindah kasta, sehingga mendorong setiap individu untuk berprestasi,
bekerja keras. Sebagai contoh seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat
agar mendapatkan kekayaan di masa depan.
b. Meningkatnya pemerataan pembangunan setiap daerah, baik atas usulan
masyarakat di wilayah tersebut atau pemerintah guna menghilangakan
kesenjangan social

2. Pengaruh Negatif
Pada aspek negatif ada tiga dampak negatif stratifikasi sosial yaitu sebagai berikut.
a. Konflik Antarkelas Sosial
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti
kekayaan. kekuasaan, dan pendidikan. Keiompok dalam lapisan-lapisan tadi
disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas
sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik
antarkelas. Misalnya, demonstrasi buruh yang memintuk kenaikan upah,
menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
b. Konflik Antarkelompok Sosial
Di dalam masyatakat terdapat pula keiompok sosial yang beraneka ragam
berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu keiompok
berusaha untuk menguasai keiompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul
konflik. Misalnya, tawuran pelajar dan perang antarkampung.
c. Konflik Antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara gencrasi tua yang mempertahankan nilai-
nilai lama dan generasi mudah yang . ingin mengadakan perubahan* Misalnya,
pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
Setiap bentuk stratifikasi yang ada daiam masyarakat (sistem lapisan sosial) akan
mempunyai konsekuenwi. Beberapa konsekuensi dari adanya stratifikasi
sosial, yailu sebagai berikut.
1) Timbulnya Kelas Sosial
Stratifikasi sosial menggolong-golongkan masyarakat ke dalara
kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Keiompok sosial atas akan
mengembangkan pola-pola tertentu dan akan sangat. membatasi anggotanya
agar berbeda dari keiompok lainnya. Sebaliknya, keiompok yang ada di
bawahnya akan berusaha meniru keiompok sosial yang berada di atasnya.
Keiompok yang berada di atas adalah keiompok yang mempunyai kekuatan
ekonomi, yaitu keiompok orang kaya. Mereka mengukur segala sesuatu
dengan uang. Prestise atau gengsi menjadi bagian dari hidupnya. Mereka
ingin menjadi keiompok yang dipandang tinggi, sehingga tidak segan
menghamburkan
Kelompok yang berada di atas adalah kelompok yang mempunyai
kekuatan ekonomi, yaitu kelompok orang kaya. Mereka mengukur segala
sesuatu dengan uang. Prestise atau gengsi menjadi bagian dari hidupnya.
Mereka ingin menjadi kelompok yang dipandang tinggi, sehingga tidak segan
menghamburkan uang demi menjaga gengsinya tersebut. Untuk menjaga
eksistensinya mereka akan membuat simbol-simbol status tertentu. Simbol
itu dapat berupa:
a. Tempat tinggal yang mewah.
b. Mobil mewah sebagai kendaraan kebanggaannya.
c. Gaya hidup hedonisme, seperti hobi berpesta pora, membeli barang-
barang mewah, berbelanja arang-barang mewah ke luar negeri, berlibur
ke luar negeri, dan berbicara dengan gaya bahasa dan logat luar negeri.
Kelompok ini akan memproteksi diri terhadap pendatang baru. Hai ini
perlu dilakukan untuk menjaga eksistensi atau keberadaan kelompoknya.
Mereka berpandangan sinis terhadap kelompok lain yang mereka anggap
kampungan.
Sedangkan kelompok kelas bawah pada umumnya kontradiksi atau
kebalikan dari kelompok atas. Mereka tidak memerlukan simbol-simbol
status untuk menjaga gengsi. Prestise atau gengsi hampir tidak diperlukan,
yang penting mendapatkan uang, karena pada umumnya kelompok ini terdiri
dari orang-orang miskin. Mereka bahkan dianggap sebagai sampah
masyarakat bagi kelompok lain. Pada dasarnya anggota kelompok ini juga
ingin keluar dari kelompok bawah, tetapi kondisi ekonomi yang memaksa
mereka tetap berada pada kelompok tersebut. Kesenjangan Sosial
2) Kesenjangan Sosial
Konsekuensi lain sebagai akibat dari stratifikasi sosial adalah
kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial merupakan perbedaan jarak antara
kelompok atas dengan kelompok bawah. Tentu saja kesenjangan sosial lebih
didominasi oleh perbedaan tingkat ekonomi. Kelompok atas yang kaya,
dengan kekayaannya akan semakin kuat untuk bertahan hidup. Sebaliknya,
kelompok bawah yang miskin akan menjadi kelompok yang terpinggirkan.
Tentu saja kesenjangan sosial lebih didominasi oleh perbedaan tingkat
ekonomi. Kelompok atas yang kaya, dengan kekayaannya akan semakin kuat
untuk bertahan hidup. Sebaliknya, kelompok bawah yang miskin akan
menjadi kelompok yang terpinggirkan. Mereka menganggap terjadi
ketidakadilan pada masyarakat. Oleh karena itu, mereka memiliki
kecemburuan sosial terhadap kelompok atas. Mereka menganggap bahwa
kelompok atas telah mengambil sebagian haknya dalam bidang ekonomi.
Sebaliknya, kelompok atas akan selalu mencurigai keberadaan kelompok
bawah. Jika terjadi kejahatan, maka kelompok bawahlah yang dituding
sebagat pelakunya. Hal inilah yang lama kelamaan akan menjadi sumber
konflik secara vertikal.
3) Polarisasi Kekuasaan
Polarisasi berarti pembagian suatu unsur menjadi dua bagian yang
berlawanan, sedangkan power sendiri diartikan sebagai kekuatan. Jadi, secara
bebas polarisasi power dapat didefininisikan sebagai pembagian kekuatan.
Dalam hal ini, pembagian masyarakat menjadi dua kelas, yaitu kelas atas dan
kelas bawah yang tidak lagi didasarkan hanya pada kehormatan saja, akan
tetapi lebih pada unsur kepentingan dan kekuatan dari dua kelompok
masyarakat tersebut yang saling berlawanan.Bentuk nyata dari adanya
kebijakan kelas atas untuk mencapai kebutuhan dan kepentingannya adalah
dominasi dan penindasan terhadap orang-orang yang termasuk dalam kelas
bawah. Kelas bawah yang notabeneterdiri dari orang-orang dengan latar
belakang pendidikan yang rendah serta tanpa adanya kepemilikan modal,
cenderung akan tunduk pada segala periakuan yang ditujukan padanya,
terutama oleh golongan kelas atas. Karena semua aktivitas yang dilakukan
oleh golongan kelas bawah cenderung mengandalkan kekuatan tisik saja,
sehingga mengakibatkan golongan atas lebih mudah mengeksploitasi mereka.
Dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, secara oto-matis
kekuatan dan wewenang kelompok bawah juga terbatas dan bahkan tidak
ada sama sekali. Dalam masyarakat kita golongan bawah banyak yang bekerja
sebagai buruh. Pekerjaan dan penghasilan buruh beg itu dieksploitasi oleh
para pemilik perusahaan (golongan atas). Banyak perusahaan yang
mengharuskan para buruhnya untuk bekerja keras tanpa mengenal batas-
batas kemanusiaan, sedangkan tingkat kesejahteraannya tidak begitu
diperhatikan. Kebijakan-kebijakan seperti inilah yang sering dilakukan oleh
kelas atas untuk memenuhi ambisinya dalam memperbanyak jumlah
kekayaannya.

Anda mungkin juga menyukai