Dalam stratifikasi ekonomi ini setiap orang memungkinkan untuk bisa naik ke
lapisan yang lebih tinggi jika dia mampu berprestasi, misalnya seseorang yang tadinya
miskin karena bekerja keras bisa menjadi kaya raya. Sebaliknya, bisa terjadi pula orang
yang tadinya menduduki lapisan dtas di bidang ekonomi karena mengalami
kebangkrutan usaha, bisa jatuh miskin ehingga turun ke iapisan menengah atau
bawah. Jadi, stratifikasi atau pelapisan ekonomi ini bersifat terbuka yang bisa
memungkinkan seseorang pindah dari satu lapisan ke lapisan lainnya.
2. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial yang dimaksud di sini adalah dalam arti yang lebih khusus,
misalnya stratifikasi berdasarkan kasta, tingkat pendidikan dan jenis pendidikan,
sertajenis pekerjaan.
Sistem stratifikasi sosial berdasarkan sistem kasta dapat Mta jumpai pada
masyarakat India. Sistem kasta dalam masyarakat India bersifat sangat kaku. Sistem
kasta ini didasarkan pada kepercayaan agama Hindu. Masyarakat India dibagi ke
dalam empat kasta yang tersusun dari atas ke bawah, yaitu kasta Brahmana, Ksatria,
Waisya, dan Sudra. Kasta Brahmana adalah kasta dari pendeta-pendeta yang
dipandang sebagai lapisan tertmggi. Kasta Ksatria merupakan kasta orang-orang
bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan kedua. Kasta Waisya
merupakan kasta para pedagang yang dianggap sebagai lapisan menengah (ketiga).
Kasta Sudra merupakan kasta orang-orang biasa (rakyat jelata).
Sementara itu, ada juga orang-orang tidak berkasta yang dise'but golongan Paria.
Kasta merupakan suatu pelapisan sosial yang bersifat tertutup dan kecil sekali
kemungkinan bagi seseorang untuk dapat pindah dari lapisan bawah ke alas ataupun
dari atas ke bawah.
Stratifikasi sosial lainnya adalah berupa stratifikasi di bidang pendidikan. Secara
sederhana, kita dapat mengelompokkan orang berdasarkan pendidikannya pada
kelompok pandai, sedang, dan bodoh. Secara lebih terpcrinci dapat kita jumpai
stratifikasi pendidikan sebagai berikut:
a. pendidikan sangai linggi (profesor, doktor);
b. pendidikan tinggi (sarjana, mahasiswa):
c. pendidikan menengah (SMA);
d. pendidikan rendah (SD dan SMP);
e. tidak berpendidikan (buta huruf).
Slratifikasi di bidang pendidikan ini bersifat terbuka, artinya seseorang dapat
naik pada lapisan pendidikan yang lebih tinggi jika dia mampu berprestasi. Stratifikasi
ini tidak ditentukan berdasarkan faktor kcturunan. Dengan kata lain, seseorang yang
lahir dari keluarga rakyat biasa pan jika mampu dapat mencapai lapisan pendidikan
tertinggi.
Di daerah tempat tinggalmu, kamu dapat mengamati bentuk pelapisan sosial
berdasarkan tingkat pendidikan ini. Pada lapisan pendidikan manakah jumlah
kebanyakan warga masyarakat di lingkunganmu?
Pelapisan yang berbentuk pelapisan sosial dapat kita temukan piila dalam
pelapisan sosial berdasarkan bidang pekerjaan. Hal ini bisa terjadi apabila dalam suatu
masyarakat atau negara yang demokratis yang dimiliki seseorang. Pelapisan sosial
berdasarkan bidang pekerjaan berpatokan pada keahlian, kecakapan, dan
keterampilan.
Seorang ahli sosiologi, Astrid S. Susanto menentukan pelapisan sosial
berdasarkan ukuran keahlian sebagai berikut.
a. Elite adalah orang kaya dan orang-orang yang menempati kedudukan atau
pekerjaan yang oleh masyarakat sangat dinilai (dihargai).
b. Profesional adalah orang yang berijazah serta bergelar dari dunia pendidikan
yang berhasil.
c. Semi profesional, misalnya pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan
menengah, dan mereka yang tidak berhasil mencapai gclar.
d. Tenaga terampil, misalnya orang-orang yang mempunyai keterampilan mekanik
teknik, pekerja pabrik yang terampil, dan pemangkas rambut.
e. Tenaga semi terampil, misalnya pekerja pabrik tanpa keterampilan, pengemudi
truk, dan pelayan restoran.
f. Tenaga tidak terlatih atau tidak terdidik, misalnya pembantu rumah tangga,
tukang kebun, dan penyapu jalan.
Stratifikasi sosial didesa-desa pada masa lalu yang umumnya merupakan
masyarakat petani terutama didasarkan pada hak milik atas tanah, sawah, kebun, dan
rumah. Di desa-desa di Jawa Tengah terdapat stratitikasi sosial berdasarkan
kepemilikan tanah. Stratifikasi itu adalah sebagai berikut.
a. Golongan priyayi, yaitu golongan pegawai pemerintah desa atau para pemimpin
formal di desa.
b. Golongan kuli kenceng, yaitu golongan pemilik sawah yang juga berperan sebagai
pedagang perantara.
c. Golongan kuli gundul, yaitu golongan penggarap sawah dengan sistem maro (bagi
hasil).
d. Golongan kuli Karang Kopek, yaitu golongan buruh tani yang mempunyai tempat
tinggal dan pekarangan saja. Mereka tidak mempunyai tanah pertanian sendiri.
e. Golongan indung telosor, yaitu kelas buruh tani yang tidak mempunyai tempat
tinggal. Mereka juga tidak memiliki tanah pekarangan serta sawah.
Menurut W.M.F. Hofsteede, pada masa sekarang di desa-desa terdapat
stratifikasi sosial yang dapat disederhanakan menjadi elite desa dan massa. Orang-
orang yang termasuk elite desa adalah lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat, guru,
tokoh-tokoh politik dan agama, serta petani kaya. Lapisan massa terdiri atas petani
menengah, buruh tani, pedagang kecil, dan perajin.
Keputusan desa biasanya diambil oleh pemimpin formal di desa. Pemimpin
formal adalah mereka yang mempunyai kedudukan resmi dalam kegiatan administrasi
desa termasuk para hansip. Pemuka masyarakat adalah orang-orang yang
berpengaruh di desa dan diakui sebagai pemimpin suatu kelompok khusus atau
seluruh desa walaupuH tidak menduduki suatu kedudukan resmi di desanya.
Pemimpin formal, pemuka masyarakat, dan golongan intelek (cendekiawan) desa
tergolong sebagai elite desa. Berikut ini bagan 3.2 yang menimjukkan stratifikasi
penduduk desa.
3. Stratifikasi Politik
Kegiatan politik merupakan profesi tersendiri yang berkaitan dengan kegiatan
anggota masyarakat dalam proses pengambilan keputusan (yang bersifat politik)
dalam suatu negara. Di bidang politik pun dikenal stratifikasi sesuai dengan keahlian
dan keterampilan politiknya.
Inti politik adalah kekuasaan. Jika kekuasaan dijadikan sebagai ukuran sesuatu
yang dihargai di masyarakat, akan terbentuk suatu stratifikasi politik. Mereka yang
memiliki kekuasaan atau wewenang terbesar akan menempati lapisan tertinggi.
Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki kekuasaan sama sekali menduduki iapisan
politik paling bawah.
Kekuasaan dalam suatii negara biasanya dijalankan oleh segolongan kecil
masyarakat. Oleh Mosca golongan tersebut dinamakan the railing class atau golongan
berkuasa. Mereka ini menduduki lapisan tertinggi dalam stratifikasi politik. Sementara
itu, Vilfredo Pareto menyebui golongan yang menduduki lapisan tertinggi dalam
stratifikasi politik ini sebagai elite politik.
Sementara itu, Vilfredo Pareto menyebut golongan yang menduduki lapisan
tertinggi dalam stratifikasi politik sebagai the rulling class atau elite politik. Mereka
inilah yang memegang. dan menjalankan kekuasaao dalam suatu negara.
Pada stratifikasi polilik ini yang dapat digolongkan sebagai elite politik meliputi
para pemimpin politik, pemimpin militer, pejabat tinggi, dan pengusaha-pengusaha
besar.
Jadi, pada dasarnya elite politik itu merupakan kelompok yang mempunyai
status tinggi dalam masyarakat. Elite politik, yakni suatu kelompok politik yang terdiri
atas semua kelompok yang melaksanakan kekuasaan politik dan langsung turut
terlibat dalam perjuangan untuk kepemimpinan politik. Dengan kata lain, elite politik
adalah presiden, para menteri, para ketua ataupun anggota lembaga-lembaga negara,
pimpinan-pimpinan tinggi TNI, dan ketua partai politik.
Mereka yang berkuasa atau elite politik dalam suatu negara hanyalah segolongan
kecil sehingga disebut sebagai minoritas politik. Sementara itu, sebagian warga
masyarakat merupakan orang-orang yang dikuasai dan dapat disebut sebagai
mayoritas politik atau massa politik. Mereka inilah yang berkedudukan sebagai rakyat
biasa. Menurut Mosca dan Pareto, ada suatu batasan dan pembagian jelas antara yang
berkuasa dan yang dikuasai atau antara minoritas dan mayoritas.
Komposisi orang-orang yang ada dalam kelas berkuasa atau elite politik dapat
berubah-ubah pada suatu periode waktu. Seseorang yang tadinya bukan merupakan
kelompok elite politik, suatu saat bisa masuk menjadi elite politik. Begitu pula
sebaliknya, seseorang yang dulunya bukan elit politik suatu saat bisa masuk menjadi
elit politik. Begitu pula sebaliknya, seseorang yang dulunya bukan elite politik suatu
saat bisa masuk menjadi elite politik. Dengan demikian, stratifikasi politik bersifat
terbuka.
Stratifikasi politik atau pelapisanberdasarkan kekuasaan bersifat bertingkat-
tingkat (hierarki) yang menyerupai suatu piramida. Menurut Mac Iver, ada tiga tipe
umum dalam sistem dan lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu tipe kasta,
tipe oligarki, dan tipe demokratis.
a. Tipe Kasta
Tipe kasta. yakni sistem lapisan kekuasaan dengan garis-garis pemisah yang
tegas dan kaku serta lidak memungkinkan adanyageraksosial vertikal.Garis-garis
pemisah antara tiap-tiap lapisan hampir tidak mungkin ditembus. Pada puncak
tertinggi duduk raja, kemudian diikuti oleh kaum bangsawan, ternary, dan
pendeta. Lapisan berikutnya terdiri atas tukang-tukang dan buruh tani, serta yang
terendah adalah para budak.
Dengan kata lain, masyarakat dengan sistem pelapisan sosial yang bersifat
terbuka ini akan lebih mudah melakukan gerak mobilitas sosial, baik horizontal
maupun vertikal. Tentu saja sesuai dengan besarnya usaha dan pengorbanan yang
dikeluarkan untuk mencapai strata tertentu. Sistem stratifikasi sosial pada masyarakat
terbuka didorong oleh beberapa faktor berikut ini
a. Perbedaan Ras dan Sistem Nilai Budaya (Adat Istiadat)
Perbedaan ini menyangkut warna kulit, bentuk tubuh, dan latar belakang suku
bangsa.
b. Pembagian Tugas (Spesialisasi)
Spesialisasi ini menyebabkan terjadinya perbedaan fungsi stratifikasi dan
kekuasaan dalam suatu sistem kerja kelompok.
c. Kelangkaan Hak dan Kewajiban
Apabila pembagian hak dan kewajiban tidak merata, maka yang akan terjadi
adalah kelangkaan yang menyangkut stratifikasi sosial di daiam masyarakat.
2. Pengaruh Negatif
Pada aspek negatif ada tiga dampak negatif stratifikasi sosial yaitu sebagai berikut.
a. Konflik Antarkelas Sosial
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti
kekayaan. kekuasaan, dan pendidikan. Keiompok dalam lapisan-lapisan tadi
disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas
sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik
antarkelas. Misalnya, demonstrasi buruh yang memintuk kenaikan upah,
menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
b. Konflik Antarkelompok Sosial
Di dalam masyatakat terdapat pula keiompok sosial yang beraneka ragam
berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu keiompok
berusaha untuk menguasai keiompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul
konflik. Misalnya, tawuran pelajar dan perang antarkampung.
c. Konflik Antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara gencrasi tua yang mempertahankan nilai-
nilai lama dan generasi mudah yang . ingin mengadakan perubahan* Misalnya,
pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
Setiap bentuk stratifikasi yang ada daiam masyarakat (sistem lapisan sosial) akan
mempunyai konsekuenwi. Beberapa konsekuensi dari adanya stratifikasi
sosial, yailu sebagai berikut.
1) Timbulnya Kelas Sosial
Stratifikasi sosial menggolong-golongkan masyarakat ke dalara
kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Keiompok sosial atas akan
mengembangkan pola-pola tertentu dan akan sangat. membatasi anggotanya
agar berbeda dari keiompok lainnya. Sebaliknya, keiompok yang ada di
bawahnya akan berusaha meniru keiompok sosial yang berada di atasnya.
Keiompok yang berada di atas adalah keiompok yang mempunyai kekuatan
ekonomi, yaitu keiompok orang kaya. Mereka mengukur segala sesuatu
dengan uang. Prestise atau gengsi menjadi bagian dari hidupnya. Mereka
ingin menjadi keiompok yang dipandang tinggi, sehingga tidak segan
menghamburkan
Kelompok yang berada di atas adalah kelompok yang mempunyai
kekuatan ekonomi, yaitu kelompok orang kaya. Mereka mengukur segala
sesuatu dengan uang. Prestise atau gengsi menjadi bagian dari hidupnya.
Mereka ingin menjadi kelompok yang dipandang tinggi, sehingga tidak segan
menghamburkan uang demi menjaga gengsinya tersebut. Untuk menjaga
eksistensinya mereka akan membuat simbol-simbol status tertentu. Simbol
itu dapat berupa:
a. Tempat tinggal yang mewah.
b. Mobil mewah sebagai kendaraan kebanggaannya.
c. Gaya hidup hedonisme, seperti hobi berpesta pora, membeli barang-
barang mewah, berbelanja arang-barang mewah ke luar negeri, berlibur
ke luar negeri, dan berbicara dengan gaya bahasa dan logat luar negeri.
Kelompok ini akan memproteksi diri terhadap pendatang baru. Hai ini
perlu dilakukan untuk menjaga eksistensi atau keberadaan kelompoknya.
Mereka berpandangan sinis terhadap kelompok lain yang mereka anggap
kampungan.
Sedangkan kelompok kelas bawah pada umumnya kontradiksi atau
kebalikan dari kelompok atas. Mereka tidak memerlukan simbol-simbol
status untuk menjaga gengsi. Prestise atau gengsi hampir tidak diperlukan,
yang penting mendapatkan uang, karena pada umumnya kelompok ini terdiri
dari orang-orang miskin. Mereka bahkan dianggap sebagai sampah
masyarakat bagi kelompok lain. Pada dasarnya anggota kelompok ini juga
ingin keluar dari kelompok bawah, tetapi kondisi ekonomi yang memaksa
mereka tetap berada pada kelompok tersebut. Kesenjangan Sosial
2) Kesenjangan Sosial
Konsekuensi lain sebagai akibat dari stratifikasi sosial adalah
kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial merupakan perbedaan jarak antara
kelompok atas dengan kelompok bawah. Tentu saja kesenjangan sosial lebih
didominasi oleh perbedaan tingkat ekonomi. Kelompok atas yang kaya,
dengan kekayaannya akan semakin kuat untuk bertahan hidup. Sebaliknya,
kelompok bawah yang miskin akan menjadi kelompok yang terpinggirkan.
Tentu saja kesenjangan sosial lebih didominasi oleh perbedaan tingkat
ekonomi. Kelompok atas yang kaya, dengan kekayaannya akan semakin kuat
untuk bertahan hidup. Sebaliknya, kelompok bawah yang miskin akan
menjadi kelompok yang terpinggirkan. Mereka menganggap terjadi
ketidakadilan pada masyarakat. Oleh karena itu, mereka memiliki
kecemburuan sosial terhadap kelompok atas. Mereka menganggap bahwa
kelompok atas telah mengambil sebagian haknya dalam bidang ekonomi.
Sebaliknya, kelompok atas akan selalu mencurigai keberadaan kelompok
bawah. Jika terjadi kejahatan, maka kelompok bawahlah yang dituding
sebagat pelakunya. Hal inilah yang lama kelamaan akan menjadi sumber
konflik secara vertikal.
3) Polarisasi Kekuasaan
Polarisasi berarti pembagian suatu unsur menjadi dua bagian yang
berlawanan, sedangkan power sendiri diartikan sebagai kekuatan. Jadi, secara
bebas polarisasi power dapat didefininisikan sebagai pembagian kekuatan.
Dalam hal ini, pembagian masyarakat menjadi dua kelas, yaitu kelas atas dan
kelas bawah yang tidak lagi didasarkan hanya pada kehormatan saja, akan
tetapi lebih pada unsur kepentingan dan kekuatan dari dua kelompok
masyarakat tersebut yang saling berlawanan.Bentuk nyata dari adanya
kebijakan kelas atas untuk mencapai kebutuhan dan kepentingannya adalah
dominasi dan penindasan terhadap orang-orang yang termasuk dalam kelas
bawah. Kelas bawah yang notabeneterdiri dari orang-orang dengan latar
belakang pendidikan yang rendah serta tanpa adanya kepemilikan modal,
cenderung akan tunduk pada segala periakuan yang ditujukan padanya,
terutama oleh golongan kelas atas. Karena semua aktivitas yang dilakukan
oleh golongan kelas bawah cenderung mengandalkan kekuatan tisik saja,
sehingga mengakibatkan golongan atas lebih mudah mengeksploitasi mereka.
Dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, secara oto-matis
kekuatan dan wewenang kelompok bawah juga terbatas dan bahkan tidak
ada sama sekali. Dalam masyarakat kita golongan bawah banyak yang bekerja
sebagai buruh. Pekerjaan dan penghasilan buruh beg itu dieksploitasi oleh
para pemilik perusahaan (golongan atas). Banyak perusahaan yang
mengharuskan para buruhnya untuk bekerja keras tanpa mengenal batas-
batas kemanusiaan, sedangkan tingkat kesejahteraannya tidak begitu
diperhatikan. Kebijakan-kebijakan seperti inilah yang sering dilakukan oleh
kelas atas untuk memenuhi ambisinya dalam memperbanyak jumlah
kekayaannya.