Anda di halaman 1dari 2

Focus Group Discussion

“Kebijakan Pemerintah dan Pelaku Usaha terhadap Makanan Kedaluwarsa”


Bandung, Indonesia – Kamis, 15 November 2018

Rikolto Veco Indonesia bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Katolik Parahyangan menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Kebijakan
Pemerintah dan Pelaku Usaha terhadap Makanan Kedaluwarsa” pada Kamis, 15 November 2018
di Ruang Rapat, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Katolik Parahyangan, Jalan
Ciumbuleuit No. 94 Bandung. Acara dikoordinasi oleh Dr. Pius Sugeng Prasetyo selaku Dekan
FISIP UNPAR didukung oleh tim dosen dan peneliti dari UNPAR, yakni Dr. Theresia Gunawan, Tutik
Rachmawati, Ph.D., Effi Gunawan, MM., dan Daniel Hermawan, M.Si., MBA.
FGD ini menghadirkan berbagai stakeholders yang terkait di bidang pangan, mulai dari Dinas
Kesehatan Kota Bandung, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kota Bandung,
Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI), supermarket, hotel, restoran, dan katering.
Purnama Adil Marata selaku Food System Curator dari Rikolto Veco Indonesia menyampaikan data
dari The Economist Intelligence Unit yang menempatkan Indonesia di urutan kedua negara yang
paling banyak menghasilkan sisa makanan setiap tahun setelah Arab Saudi (Jakarta Globe, 2017).
Maka dari itu, Rikolto Veco Indonesia ingin menumbuhkan kesadaran dalam masyarakat tentang
konsumsi yang bertanggung jawab.
Purnama Adil Marata menyampaikan bahwa Perancis memberikan regulasi ketat untuk
memberikan denda bagi makanan yang tidak dihabiskan, serta kebijakan supermarket untuk
memberikan makanan sisa kepada gelandangan. Tak hanya itu, Jusuf Kalla bahkan pernah
menyinggung agar setiap tempat makan menggunakan piring yang kecil agar konsumen mengambil
secukupnya, bukan menyediakan piring besar yang dapat diisi secara berlebihan oleh konsumen.
Antusiasme narasumber dalam FGD terasa begitu kental dan cair dalam diskusi singkat ini. Ir. Edi
Kusnadi, MT. dari BPOM Kota Bandung menyampaikan bahwa pihak BPOM mengelola pre market
dan post market dari pangan olahan, sehingga makanan kedaluwarsa harus ditarik dari pasar oleh
pelaku usaha. Sementara itu, Toto Tohadi dari PT. Lion Super Indo menyampaikan adanya program
Zero Waste 2020 untuk mengelola pangan secara bertanggung jawab, yakni dengan donasi pangan
(food donation). Produk fresh yang sudah tidak layak konsumsi dijadikan pupuk kompos cair dan
dapat diambil secara gratis oleh konsumen Super Indo.
Sementara itu, Sinta Kania dari Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI) mengungkapkan
bahwa makanan yang diolah dapat dikeringkan agar lebih awet, serta diberikan kepada yang
membutuhkan jika berlebih. Lebih lanjut, APJI telah memiliki mesin biodigester yang dapat
mengolah 10 kg sampah padat dan 10 kg cairan menjadi 1,5 kg gas alam. Hotel Grand Tjokro
Bandung yang diwakili Teguh Nuryadin dan Wawan Darmawan menjelaskan bahwa terdapat kebun
binatang mini, serta taman hidroponik yang dapat menjadi sarana untuk memanfaatkan limbah
pangan sisa.
Selain itu, setiap makanan sisa yang terbuang akan dituliskan di meja sarapan tamu dan diupdate
setiap hari untuk menimbulkan perhatian dan kesadaran dari masyarakat yang menginap di Hotel
Grand Tjokro. Selain itu, manajemen memasak sarapan juga dilakukan secara mendadak untuk
menghindari food wasting, yakni sekitar 20% dari total tamu yang menginap.
Muncul juga berbagai pandangan dari akademisi yang diwakili oleh Dr. Judy Retti B. Witono, Ir.,
M.App.Sc. dari Jurusan Teknik Kimia, FTI UNPAR yang memberikan pandangan pemanfaatan
pangan kedaluwarsa dari sudut pandang keilmuan. Demikian juga berbagai pandangan yang
muncul dari narasumber lain yang terlibat dalam FGD.
Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan pangan yang bertanggung jawab harus dimulai dari hulu ke
hilir, yakni proses produksi, distribusi, hingga konsumsi yang bertanggung jawab. Secara khusus,
Dr. Theresia Gunawan dari FISIP UNPAR menggarisbawahi betapa pentingnya konsumen menjadi
smart consumer, yakni tidak mudah lapar mata ketika ada diskon, bijaksana dalam mengonsumsi
pangan, serta dapat mengambil makanan sesuai dengan porsi secara cukup. Kolaborasi ide dan
praktik baik dalam FGD ini diharapkan mampu menjadi sebuah gerakan awal dalam menciptakan
Bandung sebagai Smart Food City di Indonesia (DH).

~ oOo ~

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai