Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang studi : Keperawatan Komunitas


Topik : Penyuluhan Kesehatan Masalah Psikososial
Sasaran : Masyarakat
Tempat : Posyandu Melati, Tanjung Rejo 2
Hari/Tanggal : Jum’at, 4 September 2015
Waktu : 1 x 45 menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapakan Masyarakat mampu
memahami tentang masalah psikososial di Desa Natar Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


1. Peserta mempu menyebutkan pengertian masalah

psikososial / gangguan jiwa

2. Peserta mempu menyebutkan tanda dan gejala masalah

psikososial / gangguan jiwa

3. Peserta mempu menyebutkan penyebab masalah

psikososial / gangguan jiwa

4. Masyarakat (keluarga) mampu mengaplikasikan teori

yang telah diberikan

III. SASARAN
Masyarakat

IV. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

V. MEDIA
1. Lembar balik
2. Leaflet

VI. KEGIATAN PENYULUHAN


Hari/Tgl KEGIATAN KEGIATAN
No
Waktu PENYULUHAN PESERTA
1 Jum’at, 04 Pembukaan
 Membuka kegiatan  Menjawab salam
September
dengan mengucapkan
2015
15 Menit salam (Pembawa
 Mendengarkan
Acara)
 Mengingatkan kontrak
 Memperhatikan
(Pembawa Acara)
 Memberikan kata
sambutan dan tujuan
penyuluhan (Ketuplak)
30 Menit
Pelaksanaan
 Penyuluhan Halusinasi  Memperhatikan
dan Evaluasi (Penyaji)
 Mengingatkan
 Berdiskusi
Kontrak yang akan
datang (Pembawa
Acara)
2 Jum’at, 04 Pelaksanaan
 Memperhatikan,
September
 Salam Terapetik bertanya dan
2015
(Pembawa Acara) menjawab
45 Menit  Penyuluhan  Memperhatikan
bertanya dan
Perilaku
menjawab pertanyan
Kekerasan dan yang diajukan
 Memperhatikan
Evaluasi (Penyaji)
 Penyuluhan bertanya dan
menjawab pertanyan
Deficit Perawatan
yang diajukan
Diri dan Evaluasi
(Penyaji)
 Evluasi Terapi
yang telah
diberikan tentang
materi psikososial

VII. KRTERIA EVALUASI


a. Evaluasi struktur

~ Waktu pelaksanaan telah disepakati dengan pihak masyarakat

~ Laporan pendahuluan telah dipersiapkan, alat dan sarana

penunjang telah dikonfirmasikan dengan pihak kampus serta alat

siap pakai.

~ Topik telah disepakati oleh masyarkat

b. Evaluasi Proses

- Acara berlangsung sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

- Masyarakat dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai ahir

- Media penyajian yang digunakan dapat terbaca dengan baik

- Perlengkapan untuk acara dapat tersedia dengan baik dan tepat

waktu

c. Evaluasi hasil

1. 80 % Peserta mempu menyebutkan pengertian

masalah psikososial / gangguan jiwa

2. 80 % Peserta mempu menyebutkan tanda dan gejala

masalah psikososial / gangguan jiwa


3. 80 % Peserta mempu menyebutkan penyebab

masalah psikososial / gangguan jiwa


4. Masyarakat mampu mengaplikasikan teori yang telah

diberikan

Lampiran

SOSIAL SUPPORT GROUP (SSG)


UNTUK PASIEN GANGGUAN PSIKOSOSIAL

1.1 Gangguan Psikososial

1.1.1 Pengertian Gangguan psikososial

Gangguan psikososial merupakan perubahan psikis atau kejiwaan yang

dapat terjadi akibat perubahan sosial, perubahan tersebut berlangsung

lama dan menyebabkan kendala terhadap individu tersebut atau orang

lain. Kendala tersebut dapat berupa gangguan perkembangan fisik,

intelektual dan emosional yang tidak optimal dari seseorang sehingga

seseorang tersebut tidak berkembangan selaras dengan orang lain.

1.1.2 Penyebab Gangguan Psikososial


Gangguan jiwa disebabkan oleh berbagai faktor berikut :

1. Suasana rumah yang tidak harmonis, seperti : tidak PD, sering

bertengkar, salah pengertian, kurang bahagia

2. Pengalaman masa kanak-kanak yang bersifat traumatik

3. Faktor keturunan

4. Perubahan/kerusakan dalam otak, seperti : infeksi, luka,

perdarahan, tumor, gg peredaran darah, keracunan, pemakaian

alkohol jangka panjang, kekurangan vitamin, epilapsi dan

keracunan

Faktor lain :
Individu yang tidak mendapat kesempatan dan fasilitas anggota

masyarakat yang dihargai, kemiskinan, pengangguran, ketidakadilan,

ketidakamanan, persaingan yang berat dan diskriminasi sosial

1.1.3 Ciri – ciri Gangguan Psikososial

1. Perubahan yang berulang dalam pikiran,


2. Mengalami penurunan daya ingat
3. Perubahan perilaku yang aneh, dll
4. Memiliki labilitas emosional
5. Menarik diri dari interaksi sosial
6. Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri
7. Memiliki keengganan melakukan segala hal.
8. Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang dan tempat

1.1.4 Upaya Perawatan Pasien Gangguan Psikososial di Keluarga

1. Mengenal adanya gangguan kesehatan sedini mungkin


2. Mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan

kesehatan
3. Memberikan perawatan kpd anggota keluarga yang sakit, cacat

maupun yang tidak sakit tapi memerlukan bantuan


4. Menaggulangi keadaan darurat kesehatan
5. Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat
6. Memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat

1.1.5 Upaya Perawatan Pasien Gangguan Psikososial di Masyarakat

1. Pasien jangan di pasung, karena memasung penderita sama artinya

dengan merampas hak hidupnya

2. Jika terlihat gangguan atau terdapat gangguan segera bawa ke

puskesmas terdekat

3. Jangan dijauhi atau dikucilkan

4. Bekali dengan berbagai keterampilan untuk meningkatkan

produktifitas

5. Membawa penderita untuk kontrol rutin ke pelayanan kesehatan

1.1.6 Upaya Keluarga Dalam Mencegah Gangguan Psikososial

1. Menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi anggota keluarga


2. Saling mencintai, menghargai dan mempertcayai antar anggota

keluarga
3. Saling membantu dan memberi antar anggota keluarga
4. Saling terbuka dan tidak ada dikriminasi
5. Memberi pujian dan punishment sesuai dengan perilaku
6. Menghadapi ketegangan dengan tenang dan menyelesaikan

masalah secara tuntas


7. Menunjukan empati antar anggota keluarga
8. Membina hunbungan dengan masyarakat
9. Menyediakan waktu untuk kebersamaan, seperti : rekreasi bersama

antar anggota

1.2 Sosial Support Group (SSG)


1.2.1 Pengertian Sosial Support Group

Dukungan sosial adalah kehadiran orang lain yang dapat membuat

individu percaya bahwa dirinya dicintai, diperhatikan dan merupakan

bagian dari kelompok sosial, yaitu keluarga, rekan kerja, dan teman

dekat (Sheridan & Radmacher, 1992). Sedangkan menurut Sarafino

(2006) dukungan sosial merupakan cara untuk menunjukkan kasih

sayang, kepedulian, dan penghargaan untuk orang lain. Individu yang

menerima dukungan sosial akan merasa dirinya dicintai, dihargai,

berharga, dan merupakan bagian dari lingkungan sosialnya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok

dukungan sosial adalah suatu kelompok yang dapat memberikan

dukungan dengan menunjukkan kasih sayang, kepedulian, dan

penghargaan untuk orang lain yang membutuhkan sehingga orang

tersebut merasa percaya diri, merasa dicintai, diperhatikan dan dihargai.

Kelompok dukungan sosial tersebut dapat terdiri dari keluarga, orang

terdekat, rekan kerja, dan masyarakat.

1.2.2 Tujuan Kelompok Dukungan Sosial

1. Tujuan Umum

Tujuan dari kelompok dukungan sosial adalah terbentuknya suatu

kelompok yang dapat memberikan dukungan dengan menunjukkan

kasih sayang, kepedulian, dan penghargaan untuk orang lain yang

membutuhkan sehingga orang tersebut merasa percaya diri, merasa

dicintai, diperhatikan dan dihargai.


2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari kelompok dukungan sosial adalah

1. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran keluarga penderita

gangguan psikososial tentang kelompok dukungan sosial bagi

penderita gangguan psikososial.

2. Meningkatkan kemampuan dan kemauan anggota keluarga

penderita gangguan psikososial dalam memberikan dukungan

sosial bagi penderita gangguan psikososial.

3. Meningkatkan partisipasi anggota keluarga penderita gangguan

psikososial dengan berdiskusi tentang keluhan pada penderita

gangguan psikososial.

4. Meningkatkan kemandirian anggota keluarga penderita

gangguan psikososial dalam merawat dan memberikan

dukungan sosial bagi penderita gangguan psikososial.

1.2.3 Sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial dapat berasal dari berbagai pihak. Menurut Kahn &

Antonoucci (dalam Orford, 1992) sumber – sumber dukungan sosial

dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Orang yang selalu ada sepanjang hidup, yang selalu bersama

dengannya dan mendukungnya. Misalnya : keluarga dekat,

pasangan (suami atau istri), atau teman dekat.


2. Orang yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung

mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Misalnya : teman

kerja, sanak keluarga, dan teman sepergaulan.

3. Orang yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran

yang sangat cepat berubah. Misalnya : dokter, tenaga ahli atau

profesional, dan keluarga jauh.

1.2.4 Bentuk – bentuk dukungan sosial

Menurut sarafino (2002) ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu:

1. Dukungan Emosional

Dukungan ini merupakan dukungan yang terdiri dari ekspresi

seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada seseorang.

Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa

nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki, dan dicintai ketika dia

mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat,

kehangatan personal dan cinta.

2. Dukungan Penghargaan

Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan

positif kepada orang yang sedang stres, dorongan atau persetujuan

terhadap ide atau perasaan individu, ataupun melakukan

perbandingan positif antara individu dengan orang lain. Dukungan

ini dapat menyebabkan individu yang mendapatkan dukungan

membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa

bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika individu


mengalami stres karena tuntutan tugas yang lebih besar daripada

kemampuan yang dimilikinya.

3. Dukungan Instrumental

Dukungan ini merupakan yang paling sederhana untuk

didefinisikan, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara langsung

dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang atau membantu

meringankan tugas orang yang sedang stres.

4. Dukungan Informasi

Dukungan informasi merupakan dukungan dari orang – orang yang

berada di sekitar individu yang akan memberikan dukungan

informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan

yang dapat dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang

membuatnya stres (DiMatteo, 1991). Terdiri dari nasehat, arahan,

saran ataupun penilaian tentang bagaimana individu melakukan

sesuatu. Misalnya individu mendapatkan informasi dari dokter

tentang bagaimana mencegah penyakitnya kambuh lagi.

5. Dukungan Kelompok

Dukungan kelompok merupakan dukungan yang dapat

menyebabkan individu merasa bahwa dirinya merupakan bagian

dari suatu kelompok dimana anggota – anggotanya dapat saling

berbagi. Misalnya menemani orang yang sedang stres ketika

beristirahat atau berekreasi.

1.2.5 Pengaruh Dukungan Sosial


Menurut Orford (1992) dan Sarafino (2002) menjelaskan bahwa

dukungan sosial dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis

individu dengan melindunginya dari efek negatif yang timbul dari

tekanan – tekanan yang dialaminya dan pada kondisi yang tekanannya

lemah atau kecil, dukungan sosial tidak berpengaruh.

1.2.6 Halusinasi

A. Pengertian Halusiansi

Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah satu

pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas,

halusinasi dapat melibatkan panca indra dan sensasi

tubuh (Videbavk,2008)

B. Proses terjadi nya masalah

1. Faktor Pendorong

 Biologis

Menurut videback,2008 faktor biologi yang dapat

menyebabakan terjadinya halusinasi pada

skizofrenia adalah faktor genetik, neuoroanatomi,

neurokimia serta imunofirologi.

a. Genetik

Secara genetik ditemukan perubahan pada

kromosom 5 dan 6 yang mempredisposisikan

induvidu mengalami skizofrenia (copel,2007).

Anak kembar identik beresiko mengalami


skizifrenia sebesar 50 % sedangkan pada

kenmbar non identik beresiko 15 %

( Viceback,2008 ).

b. Neuroanatomi

Kelainan strutur otak

c. Neurokimia

Kerusakan komunikasi antar sel otak, sehingga

jalur penerima dan pengiriman informasi di

otak terganggu. Kedaan ini lah yang

mengakibatkan informasi tidak dapat diproses

sehingga terjadi kerusakan dalam persepsi

yang berkembang menjadi halusinasi dan

keslahan dlam membuat kesimpulan yang

berkembang menjadi halusinasi.

d. Imunovirologi

Paparan ptenatal terhadap virus influenza

terutama pada trismester pertama menjadi

salah satu faktor penyebab skizofrenia

( Brown, 2004).

2. Faktor sosial budaya

Faktor sosial budaya meliputi disfungsi dalam

kelurga konflik keluarga, komunikasi double bind

serta ketidak mampuan seseorang untuk memenuhi

tugas perkembangan nya ( Tpwsend,2009).


b. Faktor Pencetus

1. Biologi

Umpan balik diotak, penurunan lobus prontal,

abnormal mekanisme

2. Psikologis

Toleransi terhadap frustasi rendah, koping

invidu tidak efektif, imfulsif.

3. Sosial

Kemiskinan, sosial ekonomi yang rendah,

lingkungan penuh stress.

C. Tanda dan Gejala

1. Fisik : ekpresi wajah tegang, berkeringat, perbafasan

dan nadi meningka, sulit tidur.

2. Emosional : merasa ketakutan, dan tidak masuk akal,

tidak mampu membedakan yang nyatadan dengan

yang tidak nyata

3. Perilaku : Berbicara,senyum dan tertawa sendiri,

mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup,

mengecap, dan merasa sesutu yang tidak nyata,

merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan serta

tidak melakukan perawatan diri seperti mandi, sikat

gigi, dan ganti pakaian dan kontak mata negatif.


4. Soasial : sikap curiga dan bermusuhan sehingga lama

kelamaan klien menarik diri dan orang lain

( Towsend,2009).

D. Cara Mengatasi hslusinasi

1. Menghardik

2. Menggunakan obat secara teratur

3. Bercakap-cakap

4. Membuat jadual kegiatan

5. Melakukan kegiatan sesuai jadual

1.2.7 Perilaku Kekerasan

A. Pengertian Perilaku Kekerasan

Menurut Berkowits (1993 ) perilaku kekerasan adalah

perilkau yang

bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik

maupun psikologis. Sedangkan menurut Citrome dan

Volavka perilaku keekrasan adalah respon dan prilaku

manusia untuk merusak dan berkonotasi sebagai

agresif fisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap

orang lain dan atau sesuatu.

Prilaku kekerasan adalah perilaku yang memperlihatkan

individu tersebut dapat mengancam secara fisik,

empsional dan ayau seksualkepada orang lain

( Herdman,2012)

B. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan


1. Faktor Pendorong

 Faktor Biologis

Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi

adanya adanya faktor herediter mengalami

gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma

kepala, dan riwayat penggunan napza.

 Faktor Psikologis

Pengalaman marah adalah akibat dari respon

psikologis terhadap stimulus eksternal, internal

maupun lingkungan. Prilaku kekrasan terjadi

sebagai hasil dari akumulasi prustasi. Prustasi

terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai

sesuatu menemui kegagalan atau terhambat,

seperti ksesehatan fisik yang terganggu,

hubungan sosial yang terganggu. Salah satu

kebutuhan manusia adalah ” berprilaku:, apabila

kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui

berprilaku konstruktif, maka yang akan muncul

adalah individu tersebut berprilaku destruktif.

 Faktor Sosiokultural

Fungsi dan hubungan sosial yang tergangangu

disertai lingkungan sosial yang mengancam

kebutuhan individu yang mempengaruhi sifat

individu dalam mengekspresikan marah. Norma


budaya dapat mempengaruhi individu untuk

berespon asertif atau agresif. Prilaku kekerasan

dapat dipelajari secara langsung melalui proses

sosilaisasi ( social learnig theory ), merupakan

proses meniru dari lingkungan yang

menggunakan prilaku kekerasan sebagai cara

menyelesaikan masalah.

2.Faktor Pencetus

Faktor pencetus yang dapat menimbulkan perilaku

kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda

satu orang dengan orang lain. Stresor tersebut dapat

merupakan penyebab yang bersifat faktor eksternal

maupun internaldari individu.

Faktor internal meliputi keinginan yang tidak

terpenuhi, perasaan kehilangan dan kegagalan akan

kehidupan ( pekerjaan, pendidikan, dan kehilnagan

orang yang dicintai ), kekhawatiran terhadap penyakit

fisik.

Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian sosial

yang berubah seperti serangan fisik atau tindakan

kekerasan, kritikan yang menghina, lingkungan yang

terlalu ribut, atau putusnya hubungan

sosial/kerja/sekolah.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari

ungkapan psiendan didukung dengan hasil observasi.

 Data subjektif

1. Ungkapan berupa ancaman

2. Ungkapan kata-kata kasar

3. Ungkapan ingin memukul/melukai

 Data Objektif

1. Wajah memerah dan tegang

2. Pandangan tajam

3. Mengatupkan rahang dengan kuat

4. Mengepalkan tangan

5. Bicara kasar

6. Suara tinggi, menjerit atau berteriak

7. Mondar mandir

8. Melempar atau memukul benda/orang lain

D.cara mengatasi resiko perilaku kekerasan

1. meluapkan emosi dengan memukul kasur, bantal

2. memberi obat

3. membimbing latihan cara spiritual

4. membimbing latihan cara sosial

5. evaluasi kemampuan pasien

1.2.8 Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar

manusia dalam memenuhi kebutuhan nya guna

mempertahankan kehidupan, kesehatan dan

kesejahtraan sesuai dengan kondisi kesehatan nya.

Defisit perwatan diri adalah gangguan kemempuan

untuk melkukan aktifitas perawatan diri ( kebersihan

diri, berhias, toiletting) (Herdman.2012).

B. Proses Terjandinya Masalah

1. Faktor Pendorong

 Biologis : penyakit fisik dan mental yang

menyebabkan pasien tidak mampu melakukan

perawatan dn faktor heriditer

 Psikologis : faktor perkembangan dimana

keluarga terlalu melindungi dan memanjakan

pasien sehingga perkembangan inisiatif

terganggu. Kemempuan realitas turun. Pasien

gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang

kurang menyebbabkan ketidakpedulian diri nya

dan lingkungan termasuk perawatan diri.

 Sosial : Kurang dukungan dan situasi lingkyngan

memepengaruhi kemampuan dalam perawatan

diri.

2.Faktor Pencetus
Faktior pencetus yang dapat menimbulkan defisit

perwatan diri adalah penurunan motivasi, kerusakan

kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang dialami

individu sehingga menyebabkan individu kurang

mampu melakukan perawatan diri.

C. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala defisit perawatan diri sdapat dinilai dari

pernyataan pasien tentang kebersihan diri, berdandan

dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan

didukung dengan data hasil observasi.

1. Data subjektif

Pasien mengatkan tentang :

 Malas mandi

 Tidak mau menyisir rambut

 Tudak mau menggosok gigi

 Tidak mau memotong kuku

 Tidak mau berhias/ berdandan

 Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/

kebersihan diri

 Tidak menggunakan alat makan dan minum saat

makan dan minum

 BAB dan BAK sembarangan

 Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan

BAK stetelah BAB dan BAK


 Tidak mengetahui cara perawatan diri yang

benar

2. Data Objektif

 Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi

kotor, kuku panjang, tidak menggunakan alat-alat

mandi, tidak mandi dengan benar

 Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot

tidak rapih,pakaian tidak rapih, tidak ampu

berdandan, memilih, mengambil, dan memakai

pakaiain, memakai sandal, sepatu, memakai

resletung, memakai barang-barang yang perlu

dalam berpakain, melepas barang-barang yang

perlu dalam berpakaian.

 Makan dan minum sembarangan, berceceran,

tidak menggunkan alat makan, tidak mampu

( menyiapkan makanan,memindahkan makanan

kealat makan, memegang alat makan, membawa

makaan dari piring kemulut, mengunyah, menelan

makanan secara aman, menyelesaikan makan).

 BAB dan BAK tidak pada tempatanya, tidak

membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tidak

mampu (menjaga kebersihan toilet, menyiram

toilet ).

D. Cara mengatasi
1. Mandi yang benar

2. berdandan

3. makan dan minum dengan benar

4. BAB dan BAK

Anda mungkin juga menyukai