I. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000)
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi
akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi
pada sepertiga tengah atau proksimal klavikula. Tulang merupakan alat
penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan
tegak berdiri.
Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun
aspek fisiologikal. Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan
dan memberikan sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari dari
aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-
paru dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih
dan plasma. Selain itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan
garam magnesium. Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan
tertentu tulang dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi
tulang terutama pada pergerakan.
II. Etiologi
1. Fraktur klavikula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh
simphisis pubis selama proses melahirkan. Fraktur tulang humerus
umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit
ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan
penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran
presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada
tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis
frakturnya berupa greenstick atau fraktur total. Fraktur terjadi paling sering
sekunder akibat kesulitan pelahiran (misalnya makrosemia dan disproporsi
sefalopelvik, serta malpresentasi).
2. Fraktur klavikula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh dari ketinggian dan yang lainnya.
3. Fraktur klavikula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama,
misalnya pada pelajar yang menggunakan tas yang terlalu berat.
4. Fraktur klavikula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post
radioterapi, keganasan clan lain-lain.
III. Klasifikasi
1. Fraktur diklasifikasikan dalam beberapa keadaan berikut.
a. Fraktur traumatik
2
7. Mati rasa
8. Kesemutan
5
V. Pathway/Patofisiologi
Kecelakaan atau trauma
Menghantam bahu
FRAKTUR KLAVIKULA
Asam lambung
Emboli
Fungsi Imun
Membran sel rusak
Prostaglandin endoperoxyde
sintase
Platelet dan sel mast
Cycloendoperoxide
(PGG2) Leukotrien
edema
hiperalgesia
(intensitas impuls semakin besar)
Impuls di transmisi o/ serabut aferen nosiseptif primer lewat radiks posterior menuju
kornu posterior medulla spinalis
Substansia gelatinosa
Fungsi : penghambat Diameter besar Diameter kecil
sel transmisi T (fungsi : penutup gerbang)
Serabut aferen (pembuka gerbang)
8
ORIF / OPERASI
Fase Pembentukan
5 hari post hematom : Tulang imatur
kalus
terbentuk benang- (woven bone)
benang fibrin dalam
jendalan darah,
membentuk jaringan jaringan ikat fibrous dan
untuk revaskularisasi, tulang rawan (osteoid) Tulang matur
dan invasi fibroblast . periosteum tjd gerakan (lamellabone)
dan osteoblast mikro pertumbuhan
melingkar kalus
terbentuk
Fase Remodelling
10
VI.Pemeriksaan Penunjang
1. X-Ray
Untuk melihat gambaran fraktur / deformitas, lokasi, luas, dan jenis
fraktur.
2. Venogam / arteriogram
Menggambarkan status vaskularisasi
3. CT- Scan
Untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks
4. MRI
Menunjukkan fraktur dan identifikasi adanya kerusakan jaringan lunak
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb dan Ht sering rendah akibat perdaharan
b. LED meningkat bila kerusakan jaringan sangat luas
c. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
d. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
11
Berikan edukasi tentang kondisi klien. Cara merawat luka dan hal-
hal yang harus dilakukan atau dihindari kepada keluarga klien,
terutama orang yang merawat klien.
- Psychososial preparation
Tujuan dari persiapan ini adalah untuk memastikan hubungan
interpersonal sosial dan aspek psikososial klien tetap terjaga.
- Health care resources
Pastikan bahwa klien atau keluarga mengetahui adanya pusat
layanan kesehatan yang terdekat dari rumah klien, seperti rumah
sakit, puskesmas dan lain-lain. Jadi jika dalam keadaan darurat
bisa segera ada pertolongan.
VIII. Komplikasi
1) Komplikasi Awal
a) Kerusakan pembuluh darah
b) Kompartement Syndrom
Suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan interstitial dalam
sebuah ruangan terbatas, Sehingga mengakibatkan berkurangnya
perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan. Gejala utama adalah
rasa sakit yang bertambah parah terutama pada pergerakan pasifdan
nyeri tersebut tidak hilang oleh narkotik.
c) Fat Embolism Syndrom
Terjadi karena sel-sel lemak yang masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai
dengan gangguan pernafasan, tekanan nadi cepat, hypertensi, sesak
nafas, demam. Serangan biasanya 2-3 hari setelah cedera.
d) Infeksi
Terjadi akibat System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan
e) Avaskuler Nekrosis
Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa
menyebabkan nekrosis tulang
f) Shock
Terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama
a) Delayed Union dan nonunion :
16
Rencana Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil intervensi Rasional
Gangguan rasa nyaman Tujuan : nyeri dapat 1. Lakukan pendekatan pada klien dan 1. Hubungan yang baik membuat klien &
nyeri berhubungan berkurang atau hilang keluarga keluarga kooperatif
dengan terputusnya Kriteria hasil : 2. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi 2. Tingkat intensitas nyeri & frekuensi
jaringan tulang. Nyeri berkurang atau nyeri menunjukkan skala nyeri
hilang 3. Jelaskan pada klien penyebab dari 3. Memberikan penjelasan akan menambah
Klien tampak tenang nyeri pengetahuan klien tentang nyeri
4. Untuk mengetahui perkembangan klien
4. Observasi tanda-tanda vital. 5. Merupakan tindakan dependent perawat,
5. Melakukan kolaborasi dengan tim dimana analgetik berfungsi untuk
medis dalam pemberian analgesik memblok stimulasi nyeri
Gangguan mobilitas fisik Tujuan : pasien akan 1. Kaji kebutuhan akan pelayanan 1. mengidentifikasi masalah, memudahkan
berhubungan dengan menunjukkan tingkat mobilitas kesehatan dan kebutuhan akan intervensi.
kerusakan optimal. peralatan. 2. mempengaruhi penilaian terhadap
muskuloskeletal Kriteria hasil : 2. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam kemampuan aktivitas apakah karena
penampilan yang melakukan aktivitas. ketidakmampuan atau ketidakmauan.
seimbang.. 3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal 3. menilai batasan kemampuan aktivitas
melakukan pergerakkan penggunaan alat bantu. optimal.
dan perpindahan. 4. Ajarkan dan dukung pasien dalam 4. mempertahankan /meningkatkan
mempertahankan latihan ROM aktif dan pasif. kekuatan dan ketahanan otot.
19
mobilitas optimal yang 5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau 5. sebagai suaatu sumber untuk
dapat di toleransi, dengan okupasi mengembangkan perencanaan dan
karakteristik : mempertahankan/meningkatkan
0 = mandiri penuh mobilitas pasien.
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari
orang lain untuk bantuan,
pengawasan, dan
pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan
dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak
berpartisipasi dalam aktivitas.
Resiko infeksi Tujuan : infeksi tidak terjadi / 1. Pantau tanda-tanda vital. 1. mengidentifikasi tanda-tanda peradangan
berhubungan dengan terkontrol. terutama bila suhu tubuh meningkat.
adanya kuman masuk. Kriteria hasil : 2. Lakukan perawatan luka dengan teknik 2. mengendalikan penyebaran
tidak ada tanda-tanda aseptik. mikroorganisme patogen.
infeksi seperti pus. 3. Lakukan perawatan terhadap prosedur 3. untuk mengurangi risiko infeksi
luka bersih tidak lembab inpasif seperti infus, kateter, drainase nosokomial.
dan tidak kotor. luka, dll.
Tanda-tanda vital dalam 4. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi 4. penurunan Hb dan peningkatan jumlah
20
batas normal atau dapat untuk pemeriksaan darah, seperti Hb leukosit dari normal bisa terjadi akibat
ditoleransi. dan leukosit. terjadinya proses infeksi.
5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. 5. antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen.
21
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M.; Butcher, Howard K.; Dochterman, Joanne McCloskey. 2008.
Nursing Intervention Classification (NIC)(Fifth Edition). United States of
America: Elsevier.
C.Pearce, Evelyn. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah :
Preoperatif Nursing, Tidak dipublikasikan, Yogyakarta.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi
Operasi, Sahabat Setia, Yogyakarta.
Gibson, John. 2003. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Heardman, T. Heather (Editor). 2012. NANDA International Nursing Diagnoses :
Definition and Classification 2011 – 2014. Oxford : Wiley-Blackwell.
Ignatavicius, Donna D. 1995. Pocket Companion for Medical-Surgical Nursing: A
Nursing Process Approach. Philadelphia: W.B. SAUNDERS COMPANY
Moorhead, Sue; Johnson, Marion; Maas, Maridean L.; Swanson, Elizabeth. 2008.
Nursing Outcomes Classification (NOC) (Fourth Edition). United States of
America: Elsevier.
Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito
Yogyakarta, Tidak dipublikasikan, Yogyakarta.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi,
EGC, Jakarta
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah: Brunner Suddarth, Vol. 1, EGC, Jakarta
Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga
University Press, Surabaya