http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/62-hormon-tiroid-dan-
antitiroid/622-antitiroid
https://core.ac.uk/download/pdf/12345632.pdf
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK285548/
https://gps.camdenccg.nhs.uk/cdn/serve/pathway-downloads/1456246291-
3faec054a970a1ebf92d6e6cce27b200.pdf
https://pdfs.semanticscholar.org/562c/ff265a5aaba513d0a9a887e0fd70947ac6c2.p
df
https://pdfs.semanticscholar.org/562c/ff265a5aaba513d0a9a887e0fd70947ac6c2.p
df
https://www.academia.edu/27337909/MAKALAH_FARMAKOTERAPI_I_HIPERTIROID
_
I. PENDAHULUAN
A. Definisi
Menurut American Thyroid Association dan American Association of
Clinical Endocrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi
Berupa peningkatan kadar hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh
kelenjar tiroid melebihi normal. Hipertiroidisme merupakan salah satu bentuk
thyrotoxicosis atau tingginya kadar hormon tiroid, T4, T3 maupun kombinasi
keduanya, di aliran darah.
Hipertiroidisme adalah sindrom yang dihasilkan dari efek metabolic yang
beredar secara berlebihan oleh hormone tiroid T4, T3 atau keduanya. Subklinis
hipertiroidisme mengacu pada kombinasi konsentrasi serum TSH yang tidak
terdeteksi dan konsentrasi serum T3, T4 normal, terlepas dari ada atau tidak
adanya tanda-tanda gejala klinis (Pauline, 2007).
B. Etiologi
Penyebab Hipertiroidisme adalah adanya Imuoglobulin perangsang tiroid
(Penyakit Grave), sekunder akibat kelebihan sekresi hipotalamus atau hipofisis
anterior, hipersekresi tumor tiroid. Penyebab tersering hipertiroidisme adalah
penyakit Grave, suatu penyakit autoimun, yakni tubuh secara serampangan
membentuk thyroid-stymulating immunoglobulin (TSI), suatu antibodi yang
sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid (Sherwood, 2002).
1. Tiroid :
a. Grave’s disease 80% karena ini
Terjadi pada usia 20 – 40 tahun, riwayat gangguan tiroid keluarga, dan
adanya penyakit autoimun lainnya misalnya DM tipe I
b. Adenoma toksik
c. Toksik nodular goiter
d. McCune-Albrigth
e. Tiroiditis sub akut
f. Tiroiditis limfositik kronik
2. Hipofisis :
a. Adenoma hipofisis
b. Hipofisis resisten terhadap T4
3. Lain :
a. Eksogen
b. Iodine induced hyperthyroidism
c. hCG
C. Epidemiologi
Graves Disease menyumbang antara 60% sampai 80% dari pasien dengan
hipertiroidisme. Hal ini menyerang 10 kali lebih banyak pada wanita
dibandingkan pria, dengan risiko tertinggi onset antara usia 40 sampai 60
tahun. Prevalensi adalah orang Asia dan Eropa. Adenoma autonom dan racun
multi-nodular gondok lebih sering terjadi di Eropa dan daerah lain di dunia di
mana penduduk cenderung mengalami defisiensi yodium, prevalensi mereka
juga lebih tinggi pada wanita dan pada pasien yang lebih tua dari 60 tahun
(Pauline, 2007).
Keterangan:
Panah hitam : umpan balik positif
Panah merah : umpan balik negative
hipertiroidisme
hipermetabolisme
Kebutuhan metabolisme BB
Nafsu makan
Mengekspresikan molekul-molekul
permukaan sel kelas II (MHC kelas II,
seperti DR4) untuk mempresentasikan
antigen pada limfosit T
Kepekaan saraf
Rangsangan berlebih
tremor
E. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Pada hipertiroid dapat ditemukan dua kelompok gambaran utama, yaitu
tiroidal dan ekstratiroidal yang keduanya dapat juga tidak tampak. Tiroidal
dapat berupa goiter karena hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme
akhibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Gejala hipertiroidisme dapat
berupa hipermetabolisme dan aktivitas simpatis yang meningkat seperti
pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat berlebih, berat
badan menurun sementara nafsu makan meningkat, palpitasi, takikardi,
diare, dan kelemahan atau atrofi otot. Manifestasi ekstratiroidal dapat
ditemukan seperti oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang terbatas pada
tungkai bawah biasanya (Amory, 2011).
Pada anamnesis riwayat keluarga dan penyakit turunan, pada
hipertiroid perlu juga mengonfirmasi apakah ada riwayat keluarga yang
memiliki penyakit yang sama atau memiliki penyakit yang berhubungan
dengan autoimun (Amory, 2011).
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat terlihat jelas manifestasi ekstratiroidal
yang berupa oftalmopati yang ditemukan pada 50-80% pasien yang
ditandai dengan mata melotot, fissura paplebra melebar, kedipan
berkurang, lid lag (keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan
mata) dan kegagalan konvergensi. Pada manifestasi tiroidal dapat
ditemukan goiter difus, eksoftalmus, palpitasi, suhu badan meningkat, dan
tremor (Amory, 2011).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu penegakkan diagnosis
adalah pemeriksaan kadar T4 dan T3, kadar T4 bebas atau FT41 (free
thyroxine index), pemeriksaan antibodi tiroid yang meliputi anti
tiroglobulin dan antimikrosom, penguruan kadar TSH serum, test
penampungan yodium radiokatif (radioactive iodine uptake) dan
pemeriksaan sidikan tiroid (thyroid scanning) (Amory, 2011). TRAb
(thyrotropin receptor antibody) biasanya ditemukan pada graves diease.
Thyroid Isotope uptake-In patients with thyrotoxicosis the RAIU
(Radioactive Iodine Uptake) at 24 hours is characteristically above normal.
4. Gold Standard Diagnosis
Gold standard yang digunakan dalam klinis adalah serum TSH dan FT4
(Amory, 2011).
F. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
Hipertiroid dapat diberikan obat antitiroid golongan tionamid.
Terdapat 2 kelas obat golongan tionamid, yaitu tiourasil yang dipasarkan
dengan nama propiltiourasil (PTU) dan imidazol yang dipasarkan dengan
nama metimazol dan karbimazol. Mekanisme kerja obat antitiroid bekerja
dengan dua efek, yaitu efek intra dan ekstratiroid. Berikut merupakan
mekanisme masing-masing efek (Palacios, 2012).
a. Mekanisme aksi intratiroid adalah menghambat oksidasi dan
organifikasi iodium, menghambat coupling iodotirosis, mengubah
struktur molekul tiroglobulin dan menghambat sintesis tiroglobulin
sehingga mencegah atau mengurangi biosintesis hormon tiroid T3 dan
T4.
b. Mekanisme aksi ekstratiroid adalah menghambat konversi T4 menjadi
T3 di jaringan perifer. Obat yang bekerja dengan mekanisme aksi
ekstratiroid adalah propiltiourasil (PTU).
Dosis PTU dimulai degan 3x100-200 mg/hari dan metimazol/tiamazol
20-40 mg/hari dengan dosis terbagi untuk 3-6 minggu pertama. Setelah itu
dosis dapat diturunkan atau dinaikkan sesuai respon klinis dan biokimia.
Jika ditemukan dosis awal belum memberikan perbaikan klinis, dosis
dapat dinaikan bertahap hingga dosis maksimal, sementara jika dosis awal
sudah memberi perbaikan klinis maupun biokimia, dosis diturunkan
hingga dosis terkecil PTU 50 mg/hari dan metimazol/ tiamazol 5-10
mg/hari yang masih dapat mempertahankan keadaan eutiroid dan kadar T4
bebas dalam batas normal. Pemilihan PTU dan metimazol dapat
disesuaikan dengan kondisi klinis karena berdasarkan kemampuan
menghambat penurunan segera hormon tiroid di perifer, PTU lebih
direkomendasikan (Palacios, 2012).
1. Pasien sebaiknya melapor bila terjadi gejala-gejala radang terutama radang tenggorokan.
2. Jumlah sel darah putih sebaiknya diperiksa jika ada tanda-tanda infeksi.
3. Karbimazol sebaiknya segera dihentikan jika secara klinik atau hasil laboratorium menunjukkan adanya
Karbimazol diberikan pada dosis 15-40 mg/hari, kadang-kadang diperlukan dosis lebih
besar. Dosis ini dilanjutkan sampai pasien mencapai keadaan eutiroid, biasanya
setelah 4-8 minggu, kemudian secara berangsur-angsur dosis dikurangi menjadi dosis
pemeliharaan 5-15 mg. Terapi diberikan selama 12-18 bulan.
Pada anak-anak dosis awal yang diberikan adalah 250 mcg/kgbb, 3 kali sehari,
disesuaikan dengan respon. Pengobatan untuk anak-anak sebaiknya dilakukan oleh
dokter spesialis.
Pemakaian karbimazol kadang dapat mengakibatkan rash dan pruritus, yang dapat
diobati dengan pemberian antihistamin tanpa menghentikan terapi, sebagai alternatif
dapat diganti dengan pemakaian propiltiourasil. Pasien diberitahu untuk segera
melaporkan sakit tenggorokan karena meskipun jarang hal tersebut dapat terjadi
akibat agranulositosis (lihat box peringatan).
Dosis propiltiourasil untuk dewasa adalah 200-400 mg/hari, dosis ini dipertahankan
sampai pasien mencapai keadaan eutiroid, lalu dosis diturunkan secara berangsur-
angsur sampai mencapai dosis pemeliharaan 50-150 mg/hari. Obat-obat antitiroid
hanya perlu diberikan sekali sehari karena efeknya yang panjang pada kelenjar tiroid.
Pengobatan yang berlebihan dapat cepat menyebabkan hipotiroidisme, keadaan ini
sebaiknya dihindari terutama selama kehamilan karena dapat
menyebabkan goitre pada janin. Kombinasi karbimazol 40-60 mg/hari dengan
levotiroksin 50-150 µg/hari digunakan pada blocking replacement regimen, yang
diberikan selama 18 bulan. Blocking replacement regimen tidak boleh diberikan selama
kehamilan.
Iodium (Iodine) dapat digunakan bersama dengan antitiroid, diberikan 10-14 hari
sebelum pengangkatan sebagian tiroid (partial thyroidectomi), tetapi tidak cukup bukti
manfaat. Iodium sebaiknya tidak digunakan untuk pengobatan jangka panjang karena
efek antitiroidnya cenderung menurun.
Larutan natrium iodida radioaktif makin banyak digunakan untuk pengobatan
tirotoksikosis pada semua usia terutama bila ada masalah dengan terapi obat, ada
masalah kepatuhan, atau pada pasien dengan penyakit jantung dan pasien yang
kambuh setelah tiroidektomi.
Beta bloker juga bermanfaat untuk pengobatan tirotoksikosis neonatus dan untuk
aritmia supraventrikular yang disebabkan oleh hipertiroidisme. Propanolol juga pernah
digunakan bersama iodium pada persiapan operasi pasien tirotoksikosis ringan, tetapi
lebih baik menggunakan karbimazol untuk membuat pasien mencapai keadaan
eutiroid. Beta bloker tidak mengganggu hasil pemeriksaan laboratorium fungsi tiroid.
Nadalol juga pernah digunakan sebagai pengganti propanolol.
Monografi:
Peringatan:
Kontraindikasi:
PROPILTIOURASIL
Indikasi:
hipertiroidism.
Peringatan:
Seperti pada karbimazol, gangguan hati (Lampiran 2), gangguan ginjal (Lampiran 3).
Efek Samping:
hipertiroidism.
Peringatan:
Efek Samping:
muntah, gangguan pencernaan ringan, sakit kepala, ruam kulit dan pruritus, nyeri
sendi, miopati, alopesia, supresi sumsum tulang (pansitopenia dan
agranulositosis), jaundice.
Dosis:
(lihat pada catatan di atas) Konseling. Informasikan kepada pasien agar segera
memberitahu dokter jika terjadi sakit tenggorokan, sariawan, demam, memar,
berkembangnya penyakit non spesifik, malaise.
TIAMAZOL
Indikasi:
Pasien harus memberitahu dokter jika terjadi gejala agranulositosis, seperti demam.
Pasien dengan kelaianan fungsi sumsum tulang harus dimonitor. Hati-hati adanya
reaksi hepatik yang dapat terjadi seperti disfungsi hati (anoreksia, pruritis). Hati-hati
pemakaian pada wanita hamil. Perlu dimonitor nilai TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
pasien. Hati-hati karena diduga obat ini dapat menyebabkan karsinogenesis,
mutagenesis, dan kelainan fungsi kesuburan.
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas; menyusui.
Efek Samping:
reaksi alergi kulit (gatal, kemerahan, ruam), mual, muntah, nyeri epigastrik, artralgia,
parestesia, kehilangan indera pengecap, rambut rontok, mialgia, sakit kepala, pruritis,
mengantuk, neuritis, edema, vertigo, pigmentasi kulit, jaundice, sialadenopathy dan
limfadenopati. Jarang terjadi demam, nyeri, arthritis, dan gangguan pada indera
pengecap. Perubahan jumLah darah, granulositopenia, trombositopenia, anemia
aplastik, hipoprotombinemia dan nepritis, agranulositosis, peradangan mukosa oral
dan faring, pembentukan furunkules. Efek ini dapat terjadi seminggu hingga sebulan
setelah pengobatan, tapi dapat hilang dengan sendirinya. Limpadenitis,
pembengkakan akut kelenjar lidah, penurunan angka platelet darah dan konstituen
darah lainnya, peradangan pembuluh darah dan saraf, gangguan sensitivitas, terjadi
induksi lupus eritematosus (penyakit auto imun), dan sindrom autoimun insulin.
Dosis:
Pengobatan hipertiroidism: Bloking produksi hormon tiroid dicapai dengan dosis obat
25-40 mg. Terapi utama (untuk mencapai aktivitas metabolisme normal kelenjar tiroid):
Dosis maksimum 20-40 mg tergantung pada keparahan penyakit. Untuk kasus ringan,
10 mg 2 kali sehari. Untuk aksus berat, 20 mg 2 kali sehari. Setelah fungsi tiroid normal
(biasanya antara 3-8 minggu) maka pada pengobatan jangka panjang dosis obat
dikurangi menjadi 5-20 mg perhari; pada terapi tunggal dengan obat ini, dosis
tergantung pada aktivitas metabolisme yang harus diperiksa secara individual pada
tiap pasien. Perhatikan nilai TSH. Dosis pada kasus ini 2,5 dan 10 mg per hari. Dosis
pada anak-anak: dosis tergantung pada parahnya penyakit 0,3-0,5 mg/kg bb per hari.
Dosis pemeliharaan, 0,2-0,3 mg/kg bb perhari, dibutuhkan pengobatan tambahan
dengan hormon tiroid. Dosis wanita hamil: 2,5-10 mg perhari, pengobatan tanpa
penambahan hormon tiroid. Dosis pasien dengan kerusakan hati: dosis diberikan
serendah mungkin agar efek terapi tetap tercapai.
2. Nonfarmakologis
Pada terapi nonfarmakologi, penderita hipertiroid dapat diedukasi
untuk diet tinggi kalori dengan memberikan kalori 2600-3000 kalori per
hari baik dari makanan main dari suplemen, konsumsi protein tinggi 100-
125 gr (2,5 gr/kg BB) per hari untuk mengatasi proses pemecahan protein
jaringan seperti susu dan telur, olah raga teratur, serta mengurangi rokok,
alkohol, dan kafein yang dapat meningkatkan kadar metabolisme (Palacios,
2012).
III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA