Makalah Eko-Kultural Kelompok 1 KMB
Makalah Eko-Kultural Kelompok 1 KMB
PENDAHULUAN
Pada pendahuluan dipaparkan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, dan (3)
tujuan. Paparan lebih lanjut sebagai berikut.
1
1.3.1 Menjelaskan konsep eko-kultural menurut John W. Berry
1.3.2 Menjelaskan kerangka eko-kultural menurut John W. Berry
1.3.3 Menjelaskan eko-kultural masyarakat Dieng
1.3.4 Menjelaskan eko-kultural masyarakat Madura
1.3.5 Menjelaskan implementasi eko-kultural dalam konseling
1.3.6 Menjelaskan konseling reciprocal inhibition sebagai
pengimplementasian eko-kultural.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada Bab I, pada bagian ini
disajikan penelasan sebagai berikut.
3
Kerangka Ekokultural Berry (Berry, 2003) menyatakan bahwa perbedaan dari
setiap orang berasal dari hasil upaya mereka untuk mengakomodasi dan berfungsi
dalam konteks lingkungan mereka, juga akomodasi yang terjadi pada individu
maupun tingkat kelompok.Yang menarik, adaptasi ini tunduk pada prinsip
Darwin, dimana beberapa aspek perilaku manusia bersifat universal, namun
karakteristik lingkungan, seperti cuaca dan fitur geografis, mempengaruhi banyak
aspek mengenai bagaimana suatu budaya berevolusi.
4
Secara administrasi, Dieng merupakan wilayah Desa Dieng Kulon,
Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng ("Dieng Wetan"),
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Wilayah ini merupakan salah satu
wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.
Makanan :
Makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakatnya adalah Nasi Jagung,
nasi Beras, sayur Lombok Bandung, Thikil kubis, Kacang babi, Rese/ Ikan asin,
sayur kentang , minuman purwaceng dan carica dan lainya, makanan seperti ini
bisa jadi sangat nikmat dan diminati juga oleh warga dari luar Dieng.
Ekonomi :
Seperti masyarakat lain yang menghuni daerah pegunungan, masyarakat
Dieng dikaruniai tanah yang sangat subur dan air jernih yang melimpah, Pertanian
adalah mata pencaharian utama yangdigeluti secara turun temurun oleh
masyarakatnya. Komoditas utama yang dibudidayakan adalah Kentang yang
pernah menjadi andalan utama perekonomian masyarakat Dieng, bahkan
membawa perubahan sosial ekonomi yang luar biasa dan membuka modernisasi
tersendiri bagi masyarakat Dieng, mulai dari bangunan rumahnya, alat
transportasinya, peralatan pertaniannya dan sisi kehidupan lainnya.
Budaya
Tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Dieng bisa jadi agak beda dengan
yang lain sepertiyang ada di Tengger, atau didataran tinggi lainnya , masyarakat
memiliki kebiasaan Karing / berjemur matahari pada pagi hari, da nada kebiasaan
lain seperti saat menerima tamu biasanya akan diajak langsung ke Dapur perapian
untuk Genen /Menghangatkan diri di depan tungku sampai kakinya Mongen /
menghitam karena selalu kena panas api.
Fenomena yang terjadi pada anak- anak di dataran tinggi Dieng telah terjadi
secara turun-temurun yang melekat pada masyarakat dataran tinggi Dieng.
Fenomena yang terjadi pada masyarakat dataran tinggi Dieng adalah
adanya anak berambut gembel yang merupakan legenda hidup masyarakat Dieng.
Masyarakat Dieng tidak menutup diri terhadap pengaruh hal – hal modern akan
tetapi masih ada beberapa tradisi yang dipegang teguh seperti dalam acara adat
perkawinan, khitanan, kematian, kelahiran, dan ruwatan dalam kebudayaan Jawa.
5
Fenomena seperti ini sering terjadi pada masyarakat tradisional Jawa mengingat
masyarakat tradisional Jawa masih percaya pada kekuatan di luar diri mangusia
6
rasa solidaritas kepada orang lain. Sikap hidup semacam ini, menjadikan orang-
orang Madura diluar Madura mudah dikenal, supel serta menunjukkan sikap
toleran terhadap sesame. Kadang kontradiktif bila melihat penampilan fisik bila
dibandingkan kenyataan hidup yang sebenarnya.
Demografi
Pulau Madura didiami oleh suku Madura yang merupakan salah satu etnis
suku dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta jiwa. Mereka
berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi,
Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak tinggal di bagian timur Jawa
Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi.
Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur
Probolinggo, Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa
Jawa, juga termasuk Surabaya Utara ,serta sebagian Malang .
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan. Juga
dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura
sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik
haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat,
sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan
larung sesaji. Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan masyarakat
Madura, mereka memiliki sebuah falsafah: katembheng pote mata, angok pote
tolang. Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi carok pada sebagian
masyarakat Madura.
Kondisi Sosial Masyarakat
Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang mempunyai etos kerja yang
tinggi, ramah, giat bekerja dan ulet. Orang Madura adalah orang yang suka
merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang
Madura juga senang berdagang, terutama besi tua dan barang-barang bekas
lainnya. Selain itu banyak yang bekerja menjadi nelayan dan buruh,serta beberapa
ada yang berhasil menjadi Tekonokrat, Birokrat, Menteri atau Pangkat tinggi di
dunia militer.
Karakter Sosial Budaya
7
Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka
memiliki sebuah peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata.
Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang
seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura, tetapi tradisi lambat
laun melemah seiring dengan terdidiknya kaum muda di pelosok desa, dahulu
mereka memakai kekuatan emosional dan tenaga saja, namun kini mereka lebih
arif dalam menyikapi berbagai persoalan yang ada.
Ada perbedaan antara Madura Timur (Sumenep dan Pamekasan) dengan
Madura Barat (Sampang dan Bangkalan). Orang Madura Timur dikenal lebih
halus baik dari sikap, bahasa, dan tatakrama daripada orang Madura Barat.[butuh
rujukan] Orang Madura Barat lebih banyak merantau daripada Madura Timur.
[butuh rujukan] Hal ini, disebabkan Madura Barat lebih gersang daripada Madura
Timur yang dikenal lebih subur.
8
dipengaruhi oleh faktor pribadi dan lingkungan sosial. Bandura menerima
kemungkinan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan melalui penggunaan
konsekuensi. Pada saat yang sama ia menegaskan bahwa perilaku seseorang (dan
faktor pribadi, seperti keterampilan atau sikap kognitif) dapat berdampak pada
lingkungan.
Determinisme menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi
timbal balik yang secara terus menerus antara kognitif, behavioral dan
lingkungan. Orang memengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan
lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh lingkungan itu.
Reciprocal inhibition, yaitu stimulus yang menimbulkan rasa takut
dipasangkan dengan respon tertentu yang dapat menghalangi munculnya perasaan
takut. Reciprocal inhibition merupakan landasan dari teknik Systematic
desensitization yang merupakan bentuk terapi perilaku yang dikembangkan oleh
Joseph Wolpe untuk mengatasi masalah fobia spesifik.
(Sanyata, S. 2006) Jika dikaitkan dengan proses konseling maka konselor
dapat memerhatikan hal- hal terkait dengan perspektif nilai konseli:
9
3) Ada keeratan hubungan antara kepribadian dengan perilaku sosial.
Kepribadian individu dapat dipandang melaui gambaran perilaku
kultural individu, perilaku tertentu akan berdampak pada kepribadian
yang terbentuk dari kebiasaan perilaku yang ditunjukkan olehlatar
belakang kultural.
4) Setiap budaya senantiasa berubah-ubah, salah satu faktor
pendukungnya adalah hubungan antar budaya. Persinggungan antara
budaya satu dengan budaya yang lain akan ikut mewarnai pola
perubahan budaya yang terjadi dalam budaya tertentu. Perkembangan
ilmu konseling yang selama ini berorientasi pada budaya barat sedikit
banyak mempengaruhi pola hubungan antara individu yang terbentuk
di budaya lokal.
Menurut Yates, reciprocal inhibition merupakan hasil dari desensitization dan
Wolpe menganggap bahwa reciprocal inhibition sama dengan extinction. Sebagai
jalan keluar, Yates mengusulkan agar istilah-istilah tersebut diartikan sebagai
berikut :
a) Reciprocal inhibition diartikan sama dengan counter conditioning
yang memenunjukkan prosedur untuk memperkuat hubungan respon
baru dengan stimulus yang menimbulkan tingkajh laku maladaptive.
b) Extinction menunjukkan prosedur untuk memperlemah hubungan
respon dengan stimulus.
c) Systematic desensitization menunjukkan prosedur eksperimental
yang dilaksanakan dengan reciprocal inhibition dan Extinction.
BAB III
PENUTUP
10
3.1 Simpulan
Ekologi kultural adalah studi tentang adaptasi manusia untuk lingkungan
sosial dan fisik. Kerangka Ekokultural Berry menyatakan bahwa perbedaan dari
setiap orang berasal dari hasil upaya mereka untuk mengakomodasi dan berfungsi
dalam konteks lingkungan mereka, juga akomodasi yang terjadi pada individu
maupun tingkat kelompok
3.2 Saran
Untuk memahami konseling multibudaya perlu adanya bekal mengenai
ekologi budaya atau eko-kultural. Dengan mengetahui hal tersebut dapat diketahui
bagaimana budaya didapatkan, bagaimana budaya berubah, dan bagaimana
budaya dipengaruhi oleh unsur-unsur yang ada dalam sebuah lingkungan.
11